PENGANTAR
Pada dasarnya parameter ekonomi teknik seperti horison
perencanaan, MARR, aliran kas, dan lain-lain hanya merupakan
sebuah estimasi yang masih mengandung ketidakpastian,
karena:
1. Kemungkinan estimasi yang tidak akurat akan digunakan
dalam studi/analisis.
2. Tipe bisnis tertentu yang mudah berubah dan kondisi
ekonomi masa depan yang dapat berubah secara drastis.
3. Tipe pabrik, proyek, dan peralatan tertentu yang
digunakan memiliki resiko ketidakpastian yang tinggi.
4. Horison perencanaan yang semakin panjang
mengakibatkan tingkat ketidakpastian yang juga semakin
tinggi.
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menangani
ketidakpastian tersebut adalah Analisa Titik Impas (BEP).
1
10/09/18
2
10/09/18
Karena biaya total (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan
biaya variabel (VC), maka:
TC = FC + VC
= FC + cX
Dimana :TC = biaya total untuk membuat X produk
FC = biaya tetap
VC = biaya variabel untuk membuat X produk
c = biaya variabel untuk membuat satu produk
Bila harga satu buah produk adalah p, maka harga X buah
produk akan menjadi total pendapatan (TR):
TR = pX
Dimana :TR = total pendapatan dari penjualan X produk
p = harga jual untuk satu produk
Titik impas akan dicapai jika total biaya sama dengan total
pendapatan:
TR = TC
3
10/09/18
Contoh:
PT. JTS merencanakan membuat Paving Block K400
dengan biaya total untuk pembuatan 10.000 biji per bulan
sebesar Rp. 25 juta dan biaya total untuk pembuatan
15.000 paving per bulan Rp. 30 juta. Dengan asumsi
bahwa biaya variabel berhubungan secara proporsional
dengan jumlah paving yang diproduksi, hitunglah ! :
a. Biaya variabel per biji dan biaya tetapnya.!
b. Bila PT. JTS menjual paving tersebut seharga Rp.
6000,- per biji, berapakah yang harus diproduksi per
bulan agar berada pada kondisi impas.?
c. Bila memproduksi 12.000 biji per bulan, apakah
perusahaan untung atau rugi dan berapa keuntungan
atau kerugiannya.?
4
10/09/18
Penyelesaian:
a. Biaya variabel per biji:
c = 30 𝑗𝑢𝑡𝑎 −25 𝑗𝑢𝑡𝑎/15.000 −10.000 = 5 𝑗𝑢𝑡𝑎/5.000 = Rp.
1.000,-/biji
Biaya tetapnya:
TC = FC + cX
Rp. 25 juta = FC + Rp. 1.000,- x 10.000
FC = Rp. 25 juta – Rp. 10 juta
= Rp. 15 juta
b. Agar impas , maka:
X = 𝐹𝐶/ 𝑝 −𝑐 = 𝑅𝑝. 15 𝑗𝑢𝑡𝑎/𝑅𝑝. 6.000 −𝑅𝑝. 1.000 = 3.000
biji/bulan
c. Bila memproduksi 12.000 biji per bulan, maka:
TR = pX = Rp. 6.000,- x 12.000 = Rp. 72 juta
TD = FC + cX = Rp. 15 juta + 12.000 x Rp. 1.000,-
= Rp. 27 juta
Maka perusahaan akan untung Rp. 45 juta/bulan
5
10/09/18
6
10/09/18
7
10/09/18
Penyelesaian:
Misalkan,
XA = kebutuhan Batako A/tahun
XB = kebutuhan Batako B/tahun
* Untuk Batako A
o Jika membeli
PV = 10.000XA
Abeli
o Jika membuat :
PVABuat = 200 juta (A/P,15%,8) + 18 juta +(2.000+3.000) XA –
10juta (A/F,15%,8)
= 200 juta (0.2229) + 18 juta + (5.000) XA - 10 juta (0.0729)
= 61,851 juta + 5.000XA
8
10/09/18
Jadi untuk tipe A, alternatif membeli akan sama dengan membuat jika
kebutuhan batako 12.370 biji.
* Untuk Batako B
o Jika membeli
PVBbeli = 15.000XB
o Jika membuat :
PV BBuat = 350 juta (A/P,15%,7) + 15 juta +
(2.500+2.500) X – 15 juta (A/F,15%,7)
B
15 juta (0.0904)
= 97,784 juta + 5.000X B