Anda di halaman 1dari 5

Siklus Hidup Virus

Virus sangat sulit untuk dibunuh dikarenakan hidup didalam sel, biasanya obat antivirus dapat
juga membunuh sel. Obat antivirus bekerja dengan berbagai cara seperti memblok virus yang
masuk kedalam atau keluar sel serta merusak susunan bentuk virus dan menghambat kerjanya
(replikasi). Umumnya obat antiviral analog nukleosida, analog purin dan pirimidin, juga
sebagai prodrugs (Wikipedia )

A. Proses Replikasi Virus

Menurut Stringer (2009) dalam makalah Fauzi, 2014. Beberapa siklus hidup dari virus yang
penting untuk dipahami dalam upaya penggunan obat-obat antivirus secara optimal adalah :

1. Pelekatan dan Penetrasi Virus ke Sel Inang

Menurut Irianto (2007) fase ini disebut dengan fase absorpsi. Fase adsorpsi ditandai dengan
melekatnya ekor virus pada dinding sel inang. Virus hanya menempel pada tempat-tempat
khusus, yakni pada permukaan dinding sel inang yang memiliki protein khusus yang dapat
ditempeli oleh protein virus. Menempelnya virus pada dinding sel bakteri ini sangat khas, mirip
kunci dan gembok. Virus dapat menempel pada sel-sel tertentu yang diinginkan karena
memiliki reseptor pada ujung-ujung serabut ekor. Setelah menempel, virus mengeluarkan
enzim lisozim (enzim penghancur) sehingga terbentuk lubang pada dinding sel bakteri atau sel
inang.

2. Pelepasan Selubung Genom Virus kedalam Sel Inang

Menurut Irianto (2007).Fase ini dsebut dengan fase injeksi. Setelah terbentuk lubang, kapsid
virus berkontraksi untuk memompa asam nukleatnya (DNA dan RNA) kedalam sel. Jadi,
kapsid virus tetap berada diluar sel inang.Jika telah kosong maka kapsid akan terlepas dan tidak
berfungsi lagi.

3. Sintesis Komponen Virus didalam Sel Inang

Menurut Irianto (2007) fase ini disebut dengan fase sintesis. Virus tidak memiliki mesin
biosintetik sendiri. Virus akan menggunakan mesin biosintetik inang untuk melakukan
kehidupannya. Karena itu pengendali mesin biosintetik bakteri yakni DNA bakteri, harus
dihancurkan. Untuk DNA virus mamproduksi enzim penghancur. Enzim penghancur ini akan
menghancurkan DNA inang tetapi tidak mengahancurkan DNA virus. Dengan demikian sel
inang tidak dapat mengendalikan mesin biosintetiknya sendiri.
DNA virus mengambil alih kendali kehidupan. DNA virus yang mereplikasi diri berulangkali
dengan jalan mengkopi diri membentuk DNA virus dalam jumlah banyak. Selanjutnya DNA
virus ini mensistesis protein yang akan dijadikan kapsid dengan menggunakan ribosom dan
enzim-enzim sel inang.

4. Perakitan Komponen Virus didalam Sel Inang

Menurut Irianto (2007) pada tahap ini kapsid yang disintesis mula-mula terpisah-pisah antara
bagian kepala, ekor dan serabut ekor.Bagian-bagian ini kemudian akan dirakit menjadi bagian
yang utuh. Virus yang terbentuk berjumlah100-200 buah.

Dengan memutus salah satu dari tahap replikasi virus, maka proses perkembangan dari virus
dapat dihentikan. Sebagian besar obat antivirus yang tersedia saat ini adalah obat-obatan yang
bekerja memblok protein virus spesifik yang terlibat didalam sintesis komponen virus didalam
sel inang.

Siklushidup virus memiliki dua jenis siklus yaitu siklus litik dan siklus lisogenik

B. Siklus Litik

Siklus litik adalah replikasi virus yang disertai dengan matinya sel inang setelah terbentuk
anakan virus yang baru. Siklus litik virus yang telah berhasil diteliti oleh para ilmuwan adalah
siklus litik virus T (Bacteriophage), yaitu virus yang menyerang bakteri Escherichia
coli (bakteri yang terdapat di dalam colon atau usus besar manusia) (Fauzi, 2014).

Siklus litik Bakteriofag terdiri atas 5 fase, yaitu fase adsorbsi, fase penetrasi sel inang, fase
eklifase, fase replikasi, dan fase pemecahan sel inang.

1. Fase Adsorbsi

Fase adsorbsi merupakan fase awal dimana ujung ekor Bakteriofag menempel atau melekat
pada bagian tertentu dari dinding sel bakteri yang masih dalam keadaan normal. Daerah itu
disebut daerah reseptor (receptor site atau receptor spot). Virus yang menempel kemudian
mengeluarkan enzim lisosim/lisozim yang berfungsi merusak atau melubangi dinding sel
bakteri (Fauzi, 2014).

2. Fase penetrasi
Fase penetrasi, ujung ekor virus T dan dinding sel bakteri E. coli yang telah menyatu tersebut
larut hingga terbentuk saluran dari tubuh virus T dengan sitoplasma sel bakteri. Melalui saluran
ini DNA virus masuk ke dalam sitoplasma bakteri (Fauzi, 2014).

3. Fase eklifase dan Replikasi

Fase eklifase DNA virus mengambil alih kendali DNA bakteri. Pengendalian ini terjadi di
dalam proses penyusunan atau sintesis protein di dalam sitoplasma bakteri. Seterusnya DNA
virus mengendalikan sintesis protein kapsid virus. Pada proses ini juga terjadi replikasi DNA
virus sehingga jumlah DNA dari virus T bertambah sangat banyak seiiring terjadinya sintesis
protein. (Fauzi, 2014).

4. Fase Perakitan

Fase perakitan pada siklus litik merupakan fase dimana bagian-bagian protein dan DNA yang
terbentuk dari proses sintesis protein dan replikasi DNA terjadi sehingga dihasilkan virus-virus
baru yang seutuhnya (Fauzi, 2014).

5. Fase Lisis

Fase lisis merupakan fase rusaknya sel bakteri karena aktifitas enzimatis dari virus T serta
jumlah virus T yang sudah tidak muat ditampung oleh sel bakteri tersebut sehingga dinding sel
bakteri menjadi pecah. Selanjutnya sejumlah virus T yang baru tersebut akan keluar dan siap
untuk menyerang sel bakteri lainnya (Fauzi, 2014).

C. Siklus Lisogenik

Siklus lisogenik memiliki perbedaan sedikit dengan siklus litik, tetapi secara umum hampir
sama dengan siklus litik. Pembedanya adalah ketika sudah mencapai fase penetrasi, DNA virus
tidak mengalami replikasi dan sintesis protein melainkan bergabung dengan DNA bakteri
sehingga antara DNA virus dan DNA bakteri menjadi satu (Jiwanjaya, 2015).

Sebagai contoh ini terjadi pada virus HIV yang menginfeksi sel T limfosit pada manusia,
sehingga pada tahun-tahun awal seseorang yang terinfeksi HIV tidak menimbulkan gejala-
gejala klinis, karena DNA dari virus HIV bersembunyi dengan bergabung dengan DNA sel T
limfosit. Ketika DNA virus sudah bergabung dengan DNA bakteri, maka yang terjadi adalah
ketika bakteri melakukan pembelahan diri, secara otomatis DNA virus juga akan ikut
mengganda (Jiwanjaya, 2015).
Saat kondisi menguntungkan bagi DNA virus maka siklus lisogenik dapat masuk ke dalam
siklus litik lagi yang ditandai dengan fase replikasi dan sintesis protein dari virus tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Anonima, (2004). Virus. http://biologi.upi.edu.

Campbell & Reece. (2003). Biology: Concepts & Connections, 4th Ed. Inc.Publishing
as Benjamin Cumming.

Darkuni, N. (2001). Mikrobiologi: Bakteriologi, Virologi dan Mikologi.Malang. Jurusan


Biologi, FMIPA, UM.

Fauzi. (2014). Obat-obat Antivirus. Makalah.

http://makalahilmusainsdansosial.blogspot.co.id/2015/01/makalahmikrobiologi-ii
obat.html. Akses 03 Oktober 2019

Foster & Smith. (1997). Germs: Viruses, Bacteria, and Fungi.http://www.peteducation.com

Hermiyanti, emmy. (2012). Biologimolekuler Virus. Bandung: Universitas Padjajaran

Hunt, Margaret. (2007). Medical Microbiolgy. Lectures 56-57.

Irianto, K.(2007). Mikrobiologi Umum. CV Yrama Widya. Bandung.

Jiwanjaya, Yoga. ( 2015 ). Siklus Hidup Virus.

http://www.biologiedukasi.com/2015/12/siklus-hidup-virus-siklus-litik-dan.html

Kuswiyanto. 2016. Buku Ajar Virologi Untuk Analis Kesehatan. Jakarta : EGC

Murray et al., Microbiology, 5th Ed., Chapter 6, appropriate parts Chapter 51.

Syahrurachman, Agus; dkk. (1994). Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara.

White, DO and Fenner, J. (1994). Medical Virology, 4th Ed.

Wikipedia. (2016). Virus. https://id.wikipedia.org/wiki/Virus. Akses pada 03 oktober 2019


pukul 08.45pm WIB

Anda mungkin juga menyukai