Anda di halaman 1dari 5

Kamera

Kamera adalah instrumen optik yang berfungsi membentuk dan merekam


gambar suatu objek. Gambar dapat direkam pada film atau dapat dideteksi oleh
sensor elektronik yang menyimpan gambar secara digital.

Gambar 1 Bagian-Bagian Kamera

Adapun bagian-bagian dari kamera yaitu :


1. Body
Body atau biasa disebut dengan badan kamera merupakan bagian utama
yang memproduksi gambar. Di dalam body terdapat berbagai macam fitur
yang dapat menentukan kualitas gambar. Badan kamera berfungsi untuk
melakukan proses pecahayaan yang selanjutnya akan memproduksi gambar.
Oleh karena itu, badan kamera tidak boleh dimasuki oleh cahaya. Jika badan
kamera bocor, cahaya akan merusak gambar (Aditiawan, 2011)
2. Shutter (Rana)
Ibaratnya pintu masuk bagi cahaya. Rana mengatur cahaya masuk ke dalam
kamera lewat hitungan kecepatan. Makin lambat kecepatan rana yang
digunakan, makin lama juga rana terbuka, begitu pun sebaliknya. Shutter
Speed berpengaruh untuk obyek yang bergerak. Semakin besar shutter
speed maka yang terjadi adalah cahaya yang masuk ke film juga akan lebih
singkat, gerakan objek akan tertangkap kamera dan biasanya hasil objeknya
akan tampak tajam atau fokus.
3. Lensa
Lensa bertugas mengantarkan cahaya masuk ke dalam tubuh kamera. Pada
permukaan lensa, ada sebuah lapisan yang dibuat dari uap logam. Lapisan
itu bernama coating. Coating yang canggih dapat menghilangkan efek flare
yang didapat ketika melawan matahari. Selain itu, coating juga mempunyai
fungsi untuk menghilangkan efek kabur yang didapat dalam sebuah foto.
4. Aparture
Bagian kamera untuk mengontrol jumlah cahaya yang masuk ke kamera.,
dan juga mengontrol kedalaman bidang hasil foto (depth of field).
5. Film
Bertindak sebagai layar untuk membentuk gambar di atasnya. Bahan kimia
di atasnya akan bereaksi ketika terkena cahaya dan menghasilkan foto

Prinsip Kerja Kamera


Terlepas dari bagaimana gambar direkam, semua kamera membentuk
gambar dengan cara dasar yang sama, seperti yang ditunjukkan pada Gambar di
bawah ini.

Gambar 2 Sketsa Kamera Lensa positif memfokuskan cahaya pada film.


Kecepatan rana (aperture) dapat diubah dengan meragamkan kecepatan
pembukaan
1. Cahaya melewati lensa di bagian depan kamera dan memasuki kamera melalui
lubang yang disebut aperture.
2. Ketika cahaya melewati lensa, itu membentuk gambar nyata yang berkurang.
Gambar berfokus pada film (atau sensor) di bagian belakang kamera. Lensa
dapat digerakkan maju dan mundur untuk menjadikan gambar menjadi fokus.
3. Rana mengontrol jumlah cahaya yang benar-benar mengenai film (atau sensor).
Itu tetap terbuka lebih lama dalam cahaya redup untuk membiarkan lebih banyak
cahaya. (Brainard, 2019)
Kamera sederhana terdiri atas lensa positif, aperture yang berubah, shutter
yang dapat dibuka untuk waktu singkat yang dapat divariasikan, kotak kedap
cahaya, dan film.
Tidak seperti mata, yang memiliki lensa lensa dengan panjang focus yang
berubah, panjang focus lensa kamera sudah tetap. Biasanya, panjang focus untuk
lensa pada kamera 35-mm ialah 50 mm (Angka 35 mengacu pada lebar filmnya).
Pemfokusan dilakukan dengan memvariasikan jarak dari lensa ke film dengan
menggerakkan lensa lebih dekat atau lebih jauh dari film.
Jumlah cahaya yang mengenai film dapat dikendalikan dengan mengubah
waktu pembukaan rana/ shutter dan dengan mengubah-ubah ukuran bukaan. Untuk
jenis film tertentu, terdapat jumlah optimum cahaya yang akan memberikan gambar
dengan kekontrasan yang bagus. Cahaya yang terlalu sedikit menghasilkan gambar
yang gelap. Cahaya yang terlalu banyak menghasilkan gambar yang pucat dengan
kekontrasan kurang. Jumlah cahaya untuk kekontrasan yang sesuai dikaitkan
dengan “kecepatan” film., yang dinilai dengan bilangan ASA. Semakin tinggi
bilangan ASA filmnya, semakin cepat film tersebut dan semakin sedikit jumlah
cahaya yang dibutuhkan. Film dengan bilangan ASA tinggi, seperti ASA 400 atau
ASA 1000, bagus untuk mengambil gambar di dalam dengan pencahayaan kurang.
Dengan film kecepatan tinggi, sedikit penurunan pada mutu gambar (ketajaman
bayangan atau kealamian warna dihasilkan) biasanya terjadi; jadi untuk gambar luar
ruang yang diambil dengan cahaya yang berlimpah, biasanya lebih disukai
menggunakan film kecepatan rendah, seperti ASA 100 atau ASA 64. Film
kecepatan yang lebih rendah juga dibutuhkan dalam keadaan cahaya terang jika
kecepatan rana/ shutter kamera dalam keadaan cahaya terang jika kecepatan rana
kamera sangat dibatasi. Kecepatan rana pada kamera yang bagus sering dapat
diubah dari pemberian cahaya beberapa detik untuk fotografi cahaya-redup hingga
1/1000 detik untuk fotografi gerakan tinggi. Untuk kamera genggam, waktu
pemberian cahaya yang lebih dari 1/60 detik sering menghasilkan bayangan yang
kabur karena goyangan pada kamera.
Ukuran maksimum bukaan kamera dibatasi oleh ukuran lensa, yang
selanjutnya dibatasi oleh berbagai aberasi lensa. Ukuran bukaan ini diberikan oleh
bilangan-f, yang berupa perimbangan panjang focus terhadap diameter bukaan
𝑓
𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑓 =
𝐷
Bukaan maksimum merupakan bilangan-f lensa tersebut. Misalnya lensa
f/2,8 dengan panjang fokus 50 mm memiliki diameter maksimum yang bermanfaat
yang diberikan oleh :
𝑓 50𝑚𝑚
𝐷= = = 17,9𝑚𝑚
𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 − 𝑓 2,8
Definisi bilangan-f yang diberikan berlaku untuk lensa dengan panjang
fokus tetap di mana objek berada 'pada jarak tak terbatas' (mis. Jarak yang jauh
lebih besar daripada panjang fokusnya). Nilai bilangan-f yang umum adalah f/8,
karena aperture yang lebih kecil dapat menimbulkan batasan difraksi, sementara
lensa dengan bilangan-f yang lebih besar akan berpengaruh terhadap aberasi dan
distorsi. Lensa dengan diameter besar (bilangan-f kecil) ini berguna untuk
memperkecil aberasi. Sehingga pengaturan bukaan/ aperture ini untu mengontrol
jumlah cahaya yang masuk ke lensa. (LaValle, 2019) .

Gambar 3 bilangan-f pada kamera

Penyetelan aparture/ bukaan pada kamera biasanya ditandai dengan f/22,


f/16, f/11, f/8, f/5,6 dan terus ke bilangan-f yang paling rendah, yang bersesuaian
dengan diameter lensa. Perhatikan bahwa setiap penyetelan berurutan, yag disebut
f-stop, diameter bukaan ialah √2 = 1,4 kali sebelumnya. Karena jumlah cahaya
yang memasuki kamera sebanding dengan kuadrat diameternya, dengan menyetel
bukaan untuk f-stop berikutnya, misalnya f-2,0 menjadi f/1,4 akan meningkatkan
luasan dan dengan demikian jumlah cahaya yang masuk dalam waktu tersebut
sebanyak faktor 2. Akan tetapi, dengan memperbesar bukaan, akan mengurangi
kedalaman fokus-jangka jarak benda yang berada pada fokus tajam pada film.
(Tipler, 1991)
Pada diafragma ini juga terdapat fungsi untuk mengatur depth of field atau
ruang tajam, yaitu di mana dengan pengaturan bukaan/ aparture seorang fotografer
bisa mengatur seberapa banyak bidang hasil foto dapat terlihat fokus dan tajam.
Telah disebutkan diatas bahwa makin lebar ukuran lubang diafragma atau semakin
kecil bilangan-f, maka makin banyak jumlah cahaya yang masuk ke film. Oleh
karena itu, dalam ruang tajam atau depth of field, makin kecil lubang diafragmanya
(bilangan-f besar), makin dalam juga ruang atau bidang yang tampak tajam dalam
hasil foto yang terekam oleh kamera. (Gunawan, 2013)

Bibliography
Aditiawan, R. (2011). Belajar Fotografi Untuk Hobby dan Bisnis. Jakarta: Dunia
Komputer.

Brainard, J. (2019). Optical Instruments. United State: Flexbook.

Gunawan, A. P. (2013). PENGENALAN TEKNIK DASAR FOTOGRAFI. Humaniora, 4(1), 518-


527.

LaValle, S. (2019). Virtual Reality. In S. LaValle, Light and Optics (p. 119). United
Kingdom: Cambridge University Press.

Tipler, P. (1991). FISIKA Untuk Sains dan Teknik Jilid 2. Barkeley, California: Worth
Publisher.

Anda mungkin juga menyukai