Anda di halaman 1dari 7

Nama : Uhti Jahrotunisa

NIM : 11170183000039
PGMI 5A

Mengidentifikasi Kemampuan Awal Siswa


A. Pengertian dan Analisis Fungsi Kemampuan Awal Siswa
1. Pengertian Kemampuan Awal Siswa
Pembelajaran merupakan suatu proses dimana guru memberikan
pembelajaran kepada siswa dengan cara yang menarik sehingga siswa dapat tertarik
untuk belajar. Dalam pembelajaran siswa memiliki kemampuan yang berbeda.
Mohammad Syarif Sumantri mengemukakan bahwa “Kemampuan awal siswa adalah
kemampuan yang telah dipunyai oleh siswa sebelum ia mengikuti pembelajaran yang
akan diberikan”.1 Menurut Prawiradilaga kemampuan awal adalah kemampuan dasar
yang harus dimiliki sebelum peserta didik akan mempelajari kemampuan baru.2
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal siswa adalah kemampuan
dasar yang telah dimiliki peserta didik sebelum ia mengikuti pembelajaran yang akan
diberikan.
Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum ia mulai
dengan pembelajarannya, karena dengan demikian dapat diketahui: a) apakah siswa
telah mempunyai atau pengetahuan yang merupakan prasyarat (prerequisite) untuk
mengikuti pembelajaran; b) sejauh mana siswa telah mengetahui materi apa yang akan
disajikan. Dengan mengetahui kedua hal tersebut, guru akan dapat merancang
pembelajaran dengan lebih baik, sebab apabila siswa diberi materi yang telah diketahui
maka mereka akan merasa cepat bosan. Kemampuan awal siswa dapat berfungsi untuk
mempermudah dan mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian dan mengungkap
kembali pengetahuan baru (hasil belajar) seseorang.

1
Mohammad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta:
Raja Grafindo, 2015), h. 183
2
Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 20
2. Fungsi Kemampuan Awal Siswa
Kemampuan awal siswa dapat berfungsi untuk mempermudah dan
mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian dan mengungkap kembali pengetahuan
baru (hasil belajar) seseorang. Menurut Suprayekti dan Agustyarini, identifikasi
pengetahuan tentang kemampuan awal peserta didik sangat penting karena memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Memberikan dosis pelajaran yang tepat. Artinya, materi yang diberikan dapat
diorganisasikan dengan lebih baik, tidak terlalu mudah bagi peserta didik,
ataupun tidak terlalu sulit karena bisa saja terjadi kesenjangan yang cukup jauh
antara kemampuan awal peserta didik dengan pengetahuan baru yang harus
dikuasai;
b. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan, seperti misalnya apakah peserta
didik memerlukan remedial sebelum mereka siap menerima materi baru. Melalui
identifikasi kemampuan awal peserta didik maka guru dapat merancang kegiatan
pembelajaran yang tepat termasuk pemilihan strategi, media, dan penilaian
pembelajaran dengan lebih baik;
c. Mengukur apakah peserta didik memiliki prasyarat yang dibutuhkan. Prasyarat
disini adalah kompetensi yang harus dimiliki peserta didik sebelum mengikuti
pelajaran tertentu. Analisis kemampuan peserta didik berfungsi juga untuk
menggambarkan statistik kemampuan yang dimiliki peserta didik. Dalam hal ini,
jika kemampuan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran telah dimiliki peserta
didik, maka pembelajaran dapat dilanjutkan ke topik/materi berikutnya.
Sebaliknya jika tidak maka guru dapat meminta peserta didik mengambil
tambahan pelajaran khusus/tertentu atau bahkan melakukan review/kajian
terhadap materi terkait sebelum masuk pada materi pembelajaran yang
sebenarnya;
d. Memilih pola-pola pembelajaran yang lebih baik. Dengan mengidentifikasi
kemampuan awal peserta didik, maka guru dapat mendesain skenario
pembelajaran dengan lebih baik, serta menentukan materi dengan lebih
terorganisir, memilih strategi apa yang tepat dan dapat digunakan untuk
membantu kegiatan pembelajaran.3

B. Jenis-jenis Kemampuan Awal Siswa


Ada tujuh jenis kemampuan awal yang dapat digunakan untuk memudahkan
perolehan, pengorganisasian, dan pengungkapan kembali pengetahuan baru. Ketujuh jenis
pengetahuan awal itu adalah sebagai berikut.4
1. Pengetahuan bermakna tak terorganisasi (arbitraly meaningful knowledge) sebagai
tempat mengaitkan pengetahuan hapalan (yang tak bemakna) untuk memudahkan
retensi. Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang sama sekali tidak ada kaitannya
dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari Pengetahuan ini sangat berguna untuk
mengingat hapalan dan pengetahuan yang tak bermakna, yang bertujuan mnemonic
misalkan “MEJIKUHIBINIU” untuk menghapalkan warna pelangi.
2. Pengetahuan analogis (analogi knowledge), yang mengaitakan pengetahuan baru
dengan pengetahuan lain yang amat serupa, yang berada di luar isi yang sedang
dibiarakan/dipelajari. Pengetahuan analogis ini berada di luar konteksisi pengetahuan
baru yang sedang dipelajari, namun terdapat kaitan berikut :
a. berada pada tingkat keumuman yang sama.
b. Memiliki kesamaan dalam hal-hal pokok.
c. Contoh-contoh pengetahuan analogis tidak temasuk dalam contoh-
contohpengetahuan baru. Misalnya pengertahuan baru tentang prinsip penawaran
dan permintaan, maka bisa dianalogikan dengan peminat masuk keperguruan
tinggi dengan daya tamping perguruan tinggi. Meskipun pengetahuan analogis ini
tidak ada kaitan dengan pengetahuan baru, tetapi sangat bemanfaat untuk
mempermudah mencapai pengetahuan baru yang sedang dipelajari.
3. Pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinte knowledge) yang dapat berfungsi
sebagai kerangka kaitan lanjut bagi pengetahuan baru. Gagne menyebutnya sebagai
kapabilitas belajar. Hubungan antar kapabilitas tersebut sebagai hubungan prasyarat

3
Suprayekti dan Agustyarini, Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa
(Deepublish: Yogyakarta, 2015), h. 50.
4
Yatim, Riyanto. Paradigma Baru Pembelajaran. (Prenada Media Group: Jakarta, 2009), h. 63-64
dan syarat. Jadi kapabilitas konsepabstrak sebagai superordinat dari konsep konkrit,
Kapabilitas belajar menurut Gagne dibedakan atas lima bagian yaitu; diskriminasi,
konsep konkrit, konsep abstrak, kaidah (rule), dan kaidah tingkat lebih tinggi lagi.
4. Pengetahuan setingkat (coordinate knowledge), yang dapat memenuhi fungsinya
sebagai pengetahuan asosiatif dan/atau komparatif. Pengetahuansetingkat ini memiliki
tingkat keumuman dan kekhususan yang sama dengan pengetahuan yang sedang
dipelajri. Misalnya, konsep “hewan berkaki ruas”dan konsep “hewan bertulang
belakang”. Kedua hewan tersebut tidak sama, tetapi keduanya merupakan contoh
“hewan”. Jadi mengaitkan pengetahuan baru yang sedang dipelajari dengan
pengetahuan coordinate yang telahdiketahui oleh pebelajar akan memudahkan
perolehan pengetahuan barutersebut.
5. Pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge), yang berfungsi untuk
mengkonkritkan pengetahuan baru atau juga penyediaan contoh-contoh. Ini kebalikan
dari pengetahuan yang lebih tinggi. Ada kesamaan fungsi dengan pengetahuan
pengalaman.
6. Pengetahuan pengalaman (experienitial knowledge) yang memiliki fungsi sama
dengan pengetahuan tingkat yang lebih rendah, yaitu untuk mengkonkritkan dan
menyediakan ontoh-contoh bagi pengetahuan baru. Pengetahuan pengalaman
mengacu kepada ingatan seseorang pada peristiwa-peristiwa atau objek-objek khusus
dan yang tersimpan di dalam experienitial data base (istilah yang digunakan
Reigeluth).
7. Strategi kognitif, yang menyediakan cara-cara mengolah pengetahuan baru,mulai dari
penyandian, penyimpanan, sampai dengan pengungkapan kembali pengetahuan yang
telah tersimpan dalam ingatan. Hal ini berfungsi membantu mekanisme pembuatan
hubungan-hubungan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah
dimiliki oleh siswa. Gagne mengemukakan bahwastrategi kognitif adalah
keterampilan lepas-isi (content-free skill) yang dapatdigunakan oleh seseorang untuk
memudahkan perolehan pengetahuan, atau memudahkan pengorganisasian dan
pengungkapan pengetahuan yang telah dipelajari
C. Klasifikasi Jenis-jenis Awal Siswa
Tujuh jenis kemampuan awal ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:5
1. Pengetahuan yang akan diajarkan. Yang termasuk di dalamnya adalah: pengetahuan
tinggi, pengetahuan sedang, pengetahuan rendah, dan pengetahuan pengalaman.
2. Pengetahuan yang berada di luar pengetahuan yang akan dibicarakan. Yang termasuk
di dalamnya adalah pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan pengetahuan
analogis.
3. Pengetahuan mengenai keterampilan generik. Yang termasuk didalamnya adalah
strategi kognitif.
Klasifikasi pertama, yang berkaitan dengan pengetahuanyang akan diajarkan, meliputi
pengetahuan yang lebih tinggi, pengetahuansetingkat, pengetahuan lebih rendah, dan
pengetahuan pengalaman. Klasifikasikedua, yang berkaitan dengan pengetahuan yang berjadi luar
pengetahuan yangdibicarakan, meliputi pengetahuan bermakna tak terorganisasi dan
pengetahuananalogis. Klasifikasi ketiga, yang berkaitan dengan pengetahuan
tentangketerampilan generik adalah strategi kognitif.
D. Langkah-langkah Identifikasi Kemampuan Awal Siswa
Penilaian awal siswa dilakukan dengan cara memberikan tes, yang berupa pretest.
Tes ini dilakukan untuk mengukur tentang penguasaan siswa terhadap tujuan yang harus
dicapai. Ada tiga langkah yang perlu dilakukan dalam menganalisis kemampuan awal
siswa. Langkah-langkah itu adalah6:
1. Melakukan pengamatan (observation) kepada siswa secara perorangan
Pengamatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan awal yang
digunakan untuk mengetahui konsep-konsep, prosedur-prosedur atau prinsip-prinsip
yang telah dikuasai oleh siswa dengan konsep, prosedur, atau prinsip, yang akan
diajarkan. Wawancara atau angket dapat digunakan untuk menggali informasi
mengenai kemampuan awal yang lain seperti kemampuan yang tidak terorganisasi,
pengetahuan pengalaman alogi dan strategi kognitif.
2. Tabulasi karakteristik pribadi siswa. Hasil pengemasan yang dilakukan pada langkah
pertama ditabulasi untuk mendapatkan klasifikasi dan rinciannya. Hasil tabulasi akan

5
Nana S.S, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), h. 5
6
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensido, 2009), h. 54-60
digunakan untuk daftar klasifikasi karakteristik menonjol yang perlu diperhatikan
dalam menetapkan strategi pengelolaan.
3. Pembuatan daftar strategi karakteristik siswa. Daftar ini perlu dibuat sebagai dasar
menentukan strategi pengelolaan pembelajaran. Satu hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan daftar ini adalah daftar harus disesuaikan dengan kemajuan-
kemajuan belajar yang dicapai siswa secara pribadi. Ada beberapa macam instrumen
yang bisa digunakan untuk memperoleh data tentang karakteristik siswa meliputi
observasi, wawancara, angket, daftar pertanyaan dan melakukan tes.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensido. 2009.

Nana S.S. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2005.

Prawiradilaga, Dewi Salma. Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana. 2008.

Riyanto, Yatim. Paradigma Baru Pembelajaran. Prenada Media Group: Jakarta. 2009.

Sumantri, Mohammad Syarif. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan
Dasar. Jakarta: Raja Grafindo. 2015.

Suprayekti dan Agustyarini. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran Dalam Dinamika
Belajar Siswa. Deepublish: Yogyakarta. 2015.

Anda mungkin juga menyukai