Pmi Habib
Pmi Habib
Disusun oleh:
Sila Rizki Mauliddini 165010100111010 (1)
Muhamad Elmi Habib 165010100111069 (2)
ANALISIS KASUS
Dapat dilihat bahwa pelindungan buruh migran yang tertuang pada
Pasal 31 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia masih kurang penegakannya karena
dalam hal ini PMI masih diperlakukan tidak manusiawi dengan bekerja tidak
digaji dan mengabaikan hak asasi manusia. Dalam kasus tersebut, PMI
tersebut ditelantarkan dalam keadaan sakit oleh majikannya. Sehingga, tujuan
dari Undang-Undang tersebut tidak terlaksana dengan baik. Tidak hanya itu
dalam kasus tersebut terdapat pelanggaran terhadap beberapa pasal dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia. Pertama, terkait dengan hak pekerja
migran yang tertuang pada Pasal 6 Ayat (1) huruf f2 yaitu PMI tersebut tidak
diberikan upah selama ia bekerja oleh majikannya. Kedua, dalam Pasal 6
1
Pelindungan Migran Indonesia bertujuan untuk:
a. Menjamin pemenuhan dan penegakan hak asasi manusia sebagai warga negara dan
Pekerja Migran Indonesia; dan
b. Menjamin pelindungan hukum, ekonomi, dan sosial Pekerja Migran Indonesia dan
keluarganya.
2
(1) setiap calon Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia memiliki hak:
f. memperoleh upah sesuai dengan standar upah yang berlaku di negara tujuan
penempatan dan/atau kesepakatan kedua negara dan/atau perjanjian kerja;
Ayat (1) huruf j3 terkait dengan dokumen-dokumen selama bekerja karena
dalam kasus ini PMI tidak menguasai paspornya dikarenakan disita oleh agen
PMI. Ketiga, pada Pasal 14 dijelaskan bahwa hubungan kerja antara pemberi
kerja dan pekerja migran Indonesia berdasarkan perjanjian kerja yang
mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah. Dalam kasus ini pemberi
kerja tidak memberi upah secara layak kepada PMI dan tidak sesuai dengan
pasal tersebut.
Pemerintah Indonesia khususnya Pemerintah Sumatera Utara telah
melakukan tindakan yang terdapat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Pelindungan Pekerja Migran
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari memfasilitasi pemenuhan hak Pekerja
Migran4 Indonesia berupa memberikan bantuan terhadap biaya pengobatan
PMI tersebut selama berada di Rumah Sakit serta bantuan terhadap
pemulangannya5. Kemudian, memfasilitasi penyelesaian kasus
ketenagakerjaan dan melakukan mediasi oleh KJRI Penang dengan majikan
terkait tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan majikan PMI tersebut.
Hal ini dilakukan sesuai dengan Pasal 21 Ayat (1) huruf d dan f Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 Tentang Pelindungan
Pekerja Migran Indonesia. Kepulangan PMI tersebut terjadi dikarenakan sakit
yang mengakibatkan tidak dapat menjalankan pekerjaanya lagi sebagaimana
termaktub dalam Pasal 27 Ayat (1) huruf d Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Migran Indonesia.
Tugas dan tanggung jawab Pemerintah Sumatera Utara dalam mengurus
kepulangan PMI tersebut telah dilakukan sesuai dengan Pasal 40 huruf b
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentang
Pelindungan Migran Indonesia.
Dalam penyelesaian kasus ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan non litigasi dan litigasi. Litigasi dapat dilakukan dengan musyawarah
3
(1) setiap calon Pekerja Migran Indonesia atau Pekerja Migran Indonesia memiliki hak:
j. menguasai dokumen perjalanan selama bekerja;
4
Pasal 21 Ayat (1) huruf c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017 tentrang
Pelindungan Migran Indonesia
5
Pasal 24 Ayat (1) huruf a dan c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2017
tentrang Pelindungan Migran Indonesia
oleh para pihak. Musyawarah ini telah sesuai dengan Pasal 77 Ayat (1) dan
(2) Undang-Undang Republik Indonesia tentang Pelindungan Pekerja MIgran
Indonesia mengenai penyelesaian perselisihan. Apabila musyawarah tersebut
tidak menghasilkan sesuai harapan, penyelesaian dapat dilakukan melalui
cara litigasi yaitu mengajukan tuntutan terkait penelantaran PMI tersebut
yang sedang sakit sehingga hak sebagai manusia terancam. Serta melakukan
gugatan atas tidak membayar upah PMI tersebut. hal ini dapat dilakukan
dengan hukum nasional negara penempatan untuk mengadili majikan PMI
tersebut. Hal ini juga sesuai dengan Pasal 77 Ayat (3) Undang-Undang
Republik Indonesia tentang Pelindungan Pekerja MIgran Indonesia.