Anda di halaman 1dari 12

1

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu,
berubah tingka laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. (KBBI,
1996: 14).
Sependapat dengan pernyataan tersebut Sutomo (1993: 68)
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses pengelolaan lingkungan
seseorang yang dengan sengaja dilakukan sehingga memungkinkan dia belajar
untuk melakukan atau mempertunjukkan tingkah laku tertentu pula. Sedangkan
belajar adalah suatu peoses yang menyebabkan perubahan tingkah laku yang
bukan disebabkan oleh proses pertumbuhan yang bersifat fisik, tetapi perubahan
dalam kebiasaan, kecakapan, bertambah, berkembang daya pikir, sikap dan lain-
lain. (Soetomo, 1993: 120).
Pasal 1 Undang-undang No. 20 tahun 2000 tentang pendidikan nasional
menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa
belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi
tertentu.

B. Hakikat IPA
IPA didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditandai dengan adanya fakta, tetapi
juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah dan pengamatan
ilmiah menekankan pada hakikat IPA.
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7)
adalah sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan dalam
bentuk angka-angka.

4
2

2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat memahami
konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA bahwa
misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan asumsi
tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang akan
terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya IPA itu selalu berkembang ke arah yang
lebih sempurn dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan dari
penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA, dimana konsep-
konsepnya diperoleh melalui suatu proses dengan menggunakan metode
ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).

C. Proses Belajar Mengajar IPA


Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman,
200: 5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai
dengan yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar
akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa,
dari tidak mengerti menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab
moral yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam
kegiatan suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak
didik dan bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar
3

mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru


dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi
edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik
antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses
belajar mengajar (Usman, 2000: 4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses
belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan
perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak
lanjut (dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

D. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat ciri utama yakni adanya
hubungan diantara anggotanya. Hubungan itu berlangsung sedemikian rupa,
sehingga terjadi proses saling mempengaruhi. Dengan kata lain antara anggota
kelompok terdapat hubungan yang disebut komunikasi interaksi. Melalui berbagai
bentuk komunikasi maka kelompok-kelompok masyarakat melakukan banyak
kegiatan atau tingkah laku sosial sehingga tercapai tujuan-tujuan bersama.
Bentuk komunikasi itu berlaku di dalam semua bentuk hubungan sosial,
baik di sekolah maupun di dalam pergaulan masyarakat yang lebih luas dan di
dalam bentuk-bentuk masyarakat dengan struktur dan fungsinya masing-masing.
Di sekolah berlangsung hubungan komunikasi interaksi antara para siswa dan
guru.
Untuk mencapai maksud dan tujuannya, bentuk-bentuk organisasi
masyarakat itu, perlu peningkatan efisiensi dan efektivitasnya. Peningkatan
efisiensi dan efektivitas tersebut sebagian bergantung kepada faktor penunjang,
yakni sarana dan prasarana. Dengan perkataan lain, hubungan komunikasi
interaksi itu akan berjalan dengan lancar dan mendapat hasil yang maksimal.
4

Apabila organisasi itu berjalan dan menggunakan alat bantu, alat bantu itulah
yang disebut dengan media.
Bertitik tolak dari alat bantu (media) itu dapat dipahami bahwa, media
dalam hubungannya dengan komunikasi interaksi suatu organisasi sangat
menentukan. Namun yang masih perlu kejelasan adalah, apa yang dimaksud
dengan media.
Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Jadi dapat dipahami
bahwa media adalah perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima pesan.
Selanjutnya akan diuraikan pengertian media menurut istilah. Para ahli di
dalam memberikan batasan media berbeda-beda pendapat, tetapi arah dan
tujuannya sama, yang tidak lepas dari kata medium.
Menurut Santoso S. Hamidjojo dalam Amir Achsin (1980), media adalah
semua bentuk perantara yang dipakai orang menyebar ide, sehingga ide atau
gagasan itu sampai pada penerima.
Sedangkan Assosiasi Teknologi dan Komunikasi (Association of Education
and Communication Technology/ AECT) di Amerika memberi batasan yaitu:
Media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan/ informasi. Gagne (1970) menyatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk
belajar. Sementara Bringgs (1970) berpendapat bahwa media adalah segala alat
fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar buku,
film, kaset adalah contoh-contohnya.
Selanjutnya Mc. Luhan dalam Arif S. Sadiman (1984) berpendapat bahwa
media adalah sarana yang juga disebut channel, karena pada hakekatnya media
memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan,
mendengarkan, dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang, dan waktu yang
hampir tak terbatas lagi.
Dalam kaitannya dengan komunikasi interaksi dalam bentuk organisasi Dr.
Oemar Hamalik (1994) berpendapat bahwa media komunikasi adalah suatu media
atau alat bantu yang digunakan oleh suatu organisasi untuk mencapai efisiensi dan
efektivitas kerja dengan hasil yang maksimal.
5

Dalam dunia pendidikan kita mengenal peragaan atau keperagaan. Ada


yang lebih senang menggunakan istilah peragaan. Tetapi ada pula yang senang
yang menggunakan istilah komunikasi peragaan. Dewasa ini telah mulai
dipopulerkan istilah baru yakni “Media pendidikan”.

2. Ciri — Ciri Media


Beragamnya istilah yang mempunyai tekanan sendiri-sendiri, maka akan
lebih baik di salah satu diantaranya yaitu “Media pendidikan”. Media pendidikan
sebagai alat bantu memiliki ciri-ciri:
1. Media pendidikan identik artinya dengan pengertiankeparagaan yang berasal
dari kata raga, suatu benda yang dapat diraba, dilihat, didengar, dan dapat
diamati.
2. Tekanan utama terdapat pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat dan
didengar.
3. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam
pengajaran, antara guru dengan siswa.
4. Media pendidikan sebagai alat bantu belajar mengajar, baik diluar kelas.
5. Berdasarkan (3) dan (4), maka pada dasarnya media pendidikan merupakan
suatu “perantara” (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan.
6. Media pendidikan mengandung aspek; sebagai alat dan sebagai teknik, yang
sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.
7. Karena itu, sebagai tindakan operasional, dalam tulisan ini kita menggunakan
pengertian “media pendidikan”
Berdasarkan dari ciri-ciri umum media pendidikan tersebut, Dr. Oemar
Hamlik (1994) memberi batasan media pendidikan adalah alat, metode dan teknik
digunakan dalam rangka mengaktifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan
siswa dalam prose pendidikan dan pengajaran disekolah”.
Dari pengertian media serta batasan-batasan yang dikemukakan oleh para
ahli di atas, terdapat beberapa persamaan diantaranya, bahwa media adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat perhatian siswa
sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
6

B. Media Gambar
Berikut ini akan dipaparkan beberapa uraian berkaitan dengan pemahaman
terhadap media gambar yang merupakan salah satu fokus dalam penelitian.
Dewasa ini gambar fotografi secara luas dapat diperoleh dari berbagai sumber,
misanya dari surat-surat kabar, majalah-majalah, brosur-brosur dan buku-buku.
Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi dan foto yang diperoleh dari berbagai sumber
tersebut dapat dipergunakan oleh guru secara efektif dalam kegiatan belajar
mengajar.
Gambar pada dasarnya membantu mendorong para siswa dan dapat
membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam kemampuan
berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi,
bacaan, penulisan, melukis dan menggambar serta membantu mereka menafsirkan
dan mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Arif S. Sadiman, 1984).
Gambar fotografi merupakan salah satu media pengajaran yang amat
dikenal di dalam setiap kegiatan pengajaran hal ini disebabkan kesederhanaannya,
tanpa memerlukan perlengkapan dan tidak diproyeksikan untuk mengamatinya.
Media gambar termasuk kepda gambar tetap atau still picture yang terdiri dari
dua kelompok, yaitu: pertama flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus
pandang, misalnya gambar fotografi, gambar dan lukisan cetak. Kedua adalah
transparent picture atau gambar tembus pandang, misalnya film slides, film strips
dan transparancies.
Namun yang termasuk media gambar, penulis maksudkan dalam
pembahasan skripsi ini yang terdapat pada kelompok pertama yakni Flat opeque
picture, karena gambar datar tidak tembus pandang ini mudah pengadaannya
serta biasanya relatif murah. Jadi media gambar adalah media yang dipergunakan
untuk memvisualisasikan atau menyalurkan pesan dari sumber ke penerima
(siswa). Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam komunikasi visual, di
samping itu media gambar berfungsi pula untuk menarik perhatian, memperjelas
sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan.
1. Tujuan Penggunaan Media Gambar Data Proses Belajar Mengajar
Di antara media pendidikan, gambar/ foto adalah media paling umum
dipakai. Dia merupakan bahasa yang umum, yang dapat dimengerti dan
7

dinikmati di mana-mana. Oleh karena itu ada pepatah Cina mengatakan bahwa
sebuah gambar berbicara lebih banyak dari pada seribu kata.
Gambar ilustrasi fotografi adalah gambar yang tidak dapat
diproyeksikan, dapat dipergunakan, baik dalam lingkungan anak-anak maupun
dalam lingkungan orang dewasa. Gambar yang berwarna umumnya menarik
perhatian. Semua gambar mempunyai arti, uraian dan tafsiran sendiri. Karena
itu gambar dapat dipergunakan sebagai media pendidikan dan mempunyai
nilai-nilai pendidikan bagi peserta didik yang memungkinkan belajar secara
efisien peserta didik yang berkaitan dengan pemanfaatan media gambar dalam
data PBM beberapa ahli membekas rambu yang perlu diperhatikan yaitu :
2. Prinsip-prinsip pemakaian media gambar.
Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Pergunakanlah gambar untuk tujuan-tujuan pengajaran yang spesifik, yaitu
dengan cara memilih gambar tertentu yang akan mendukung penjelasan
inti pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Tujuan khusus itulah yang
mengarahkan minat siswa kepada pokok-pokok pelajaran. Bilamana
tujuan instruksional yang ingin dicapainya adalah kemampuan siswa
membandingkan kelompok hewan bertulang belakang dengan tidak, maka
gambar-gambarnya harus memperhatikan perbedaan yang mencolok.
b) Padukan gambar-gambar kepada pelajaran, sebab keefektivan pemakaian
gambar-gambar di dalam proses belajar mengajar memerlukan
keterpaduan. Bilamana gambar-gambar itu akan dipakai semuanya, perlu
dipikirkan kemungkinan dalam kaitan pokok-pokok pelajaran. Pameran
gambar di papan pengumuman pada umumnya mempunyai nilai kesan
sama seperti di dalam ruang kelas. Gambar-gambar yang ril sangat
berfaedah untuk suatu mata pelajaran, karena maknanya akan membantu
pemahaman para siswa dan cara itu akan ditiru untuk hal-hal yang sama
dikemudian hari.
c) Pergunakanlah gambar-gambar itu sedikit saja, daripada menggunakan
banyak gambar tetapi tidak efektif. Hematlah penggunaan gambar yang
mendukung makna. Jumlah gambar yang sedikit tetapi selektif, lebih baik
daripada dua kali mempertunjukkan gambar yang serabutan tanpa pilih-
pilih. Banyaknya ilustrasi gambar-gambr secara berlebihan, akan
8

mengakibatkan para siswa merasa dirongrong oleh sekelompok gambar


yang mengikat mereka, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau inpresi
visual yang jelas, jadi yang terpenting adalah pemusatan Perhatian pada
gagasan utama. Sekali gagasan dibentuk dengan baik, ilustrasi tambahan
bisa berfaedah memperbesar konsep-konsep permulaan. Penyajian gambar
hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dengan memperagakan
konsep-konsep pokok artinya apa yang terpenting dari pelajaran itu. Lalu
diperhatikan gambar yang menyertainya, lingkungannya, dan lain-lain
berturut-turut secara lengkap.
d) Kurangilah penambahan kata-kata pada gambar oleh karena gambar-
gambar itu sangat penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita,
atau dalam menyajikan gagasan baru. Misalnya dalam mata pelajaran
biologi. Para siswa mengamati gambar-gambar candi gaya Jawa Tengah
dan Jawa Timur menjelaskan bahwa mengapa bentuk tidak sama, apa ciri-
ciri membedakan satu sama lain. Guru bisa saja tidak bisa mudah dipahami
oleh para siswa yang bertempat tinggal di lingkungan hutan tropis asing.
Demikian pula istilah supermarket terdengar asing bagi siswa-siswa yang
hidup si kampung. Melalui gambar itulah mereka akan memperoleh
kejelasan tentang istilah Verbal
e) Mendorong pernyataan yang kreatif, melalui gambar-gambar para siswa
akan didorong untuk mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan
tulisan, seni grafis dan bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Keterampilan jenis
keterbacaan visual dalam hal ini sangat diperlukan bagi para siswa dalam
membaca gambar-gambar itu.
f) Mengevaluasi kemajuan kelas, bisa juga dengan memanfaatkan gambar
baik secara umum maupun secara khusus. Jadi guru bisa mempergunakan
gambar datar, slides atau transparan untuk melakukan evaluasi belajar bagi
para siswa. Pemakaian instrumen tes secara bervariasi akan sangat baik
dilakukan guru, dalam upaya memperoleh hasil tes yang komprehensip
serta menyeluruh.

3. Memilih gambar yang baik dalam pengajaran


9

Dalam pemilihan gambar yang baik untuk kegiatan pengajaran terdapat


beberapa kriteria yang perlu diperhatikan antara lain:
a) Keaslian gambar. Gambar menunjukkan situasi yang sebenarnya, seperti
melihat keadaan atau benda yang sesungguhnya. Kekeliruan dalam hal ini akan
memberikan pengaruh yang tak diharapkan gambar yang palsu dikatakan asli.
b) Kesederhanaan. Gambar itu sederhana dalam warna, menimbulkan kesan
tertentu, mempunyai nilai estetis secara murni dan mengandung nilai praktis.
Jangan sampai peserta didik menjadi bingung dan tidak tertarik pada gambar.
c) Bentuk item. Hendaknya sipengamat dapat memperoleh tanggapan yang tetap
tentang obyek-obyek dalam gambar.
d) Perbuatan. Gambar hendaknya hal sedang melakukan perbuatan. Siswa akan
lebih tertarik dan akan lebih memahami gambar-gambar yang sedang bergerak.
e) Fotografi. Siswa dapat lebih tertarik kepada gambar yang nilai fotografinya
rendah, yang dikerjakan secara tidak profesional seperti terlalu terang atau
gelap. Gambar yang bagus belum tentu menarik dan efektif bagi pengajaran.
f) Artistik. Segi artistik pada umumnya dapat mempengaruhi nilai gambar.
Penggunaan gambar tentu saja disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai
Kriteria-kriteria memilih gambar seperti yang telah dikemukakan di atas
juga berfungsi untuk menilai apakah suatu gambar efektif atau tidak untuk
digunakan dalam pengajaran. Gambar yang tidak memenuhi kriteria tidak dapat
digunakan sebagai media dalam mengajar.
4. Menggunakan gambar dalam kelas
Penggunaan gambar secara efektif disesuaikan dengan tingkatan anak, baik
dalam hal besarnya gambar, detai, warna dan latar belakang untuk penafsiran.
Dijadikan alat untuk pengalaman kreatif, memperkaya fakta, dan memperbaiki
kekurang jelasan. Akan tetapi gambar juga menjadi tidak efektif, apabila terlalu
sering digunakan dalam waktu yang tidak lama. Gambar sebaiknya disusun
menurut urutan tertentu dan dihubungkan dengan masalah yang luas.
Gambar dapat digunakan untuk suatu tujuan tertentu seperti pengajaran yang
dapat memberikan pengalaman dasar. Mempelajari gambar sendiri dalam kegiatan
pengajaran dapat dilakukan cara, menulis pertanyaan tentang gambar, menulis
cerita, mencari gambar-gambar yang sama, dan menggunakan gambar untuk
mendemonstrasikan suatu obyek.
10

Pengajaran dalam kelas dengan gambar sedapat mungkin penyajiannya


efektif. Gambar-gambar yang digunakan merupakan gambar yang terpilih, besar,
dapat dilihat oleh semua peserta didik, bisa ditempel, digantung atau
diproyeksikan. Display gambar-gambar dapat ditempel pada papan buletin,
menjadikan ruangan menarik, memotivasi siswa, meningkatkan minat, perhatian,
dan menambah pengetahuan siswa.

5. Beberapa kelebihan yang lain dari media gambar adalah :


a) Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibanding dengan media verbal semata.
b) Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua
benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa,
anak-anak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat
mengatasinya. Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas
lewat gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau,
kemarin atau bahkan menit yang lalu kadang-kadang tak dapat dilihat
seperti apa adanya. Gambar atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini.
c) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau
penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat
disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.
d) Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk
tingkat usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan
kesalah pahaman.
e) Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan
peralatan yang khusus.

6. Selain kelebihan-kelebihan tersebut gambar atau foto mempunyai beberapa


kelemahan yaitu :
a) Gambar atau foto hanya menekankan presepsi indra mata.
b) Gambar atau foto benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
kegiatan pembelajaran.
c) Ukuran sangat terbatas untuk kelompok besar.
11

C. Pemahahan Siswa
Sebagian siswa bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan melihat orang lain
melakukannya. Biasanya, mereka ini menyukai penyajian informasi yang runtut.
Mereka lebih suka menuliskan apa yang dikatakan guru. Selama pelajaran, mereka
biasanya diam dan jarang terganggu oleh kebisingan. Perserta didik visual ini berbeda
dengan peserta didik auditori, yang biasanya tidak sungkan-sungkan untuk
memperhatikan apa yang dikerjakan oleh guru, dan membuat catatan. Mereka
menggurulkan kemampuan untuk mendengar dan mengingat. Selama pelajaran, mereka
mungkin banyak bicara dan mudah teralihkan perhatiannya oleh suara atau kebisingan.
Peserta didik kinestetik belajar terutama dengan terlibat langsung dalam kegiatan.
Mereka cenderung impulsive, semau gue, dan kurang sabaran. Selama pelajaran,
mereka mungkin saja gelisah bila tidak bisa leluasa bergerak dan mengerjakan sesuatu.
Cara mereka belajar boleh jadi tampak sembarangan dan tida karuan.
Tentu saja, hanya ada sedikit siswa yang mutlak memiliki satu jenis cara belajar.
Grinder (1991) menyatakan bahwa dari setiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat
belajar dengan efektif selama gurunya mengahadirkan kegaitan belajar yang
berkombinasi antara visual, auditori dan kinestik. Namun, 8 siswa siswanya sedemikan
menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya. Sehingga mereka mesti
berupaya keras untuk memahami pelajaran bila tidak ada kecermatan dalam
menyajikan pelajaran sesuai dengan ara yang mereka sukai. Guna memenuhi kebutuhan
ini, pengajaran harus bersifat mulitsensori dan penuh dengan variasi.

D. Prestasi Belajar
Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.

Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi

lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada

hasil yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut

Poerwodarminto (1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai

(dilakukan, dekerjakan), dalam hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan,

hasil penciptaan oleh seseorang yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta

perjuangan yang membutuhkan pikiran.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang

dicapai oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah
12

siswa itu melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat

diketahui dengan megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk

mengetahui sejauh mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan

oleh guru. Di samping itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru

dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi belajar

IPA adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif

seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap)

dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar IPA.

E. Kaitan Pemanfaatan Media Gambar dengan Pemahanan dan Prestasi Belajar Siswa
Media gambar termasuk alat peraga dan media pendidikan yang dimaksud
alat peraga adalah alat yang dapat diragakan atau ditujukan dalam KBM untuk
memperjelas atau menyesuaikan konsep ide pengertian tertentu. Media pendidikan
dengan menggunakan alat penampilan dalam kegiatan pembelajaran, guna
mempertinggi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan pendidikan: (Andrean
Rustam, 1997):

Anda mungkin juga menyukai