Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang bertemakan “Sistem Pendidikan
Nasional”. Meskipun banyak hambatan yang penyusun alami dalam proses pengerjaannya,
namun akhirnya kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu
dan membimbing kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada teman-teman mahasiswa/mahasiswi yang juga telah memberi kontribusi baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Tentunya terdapat hal-hal yang ingin kami sampaikan kepada masyarakat dari hasil makalah
ini. Oleh karena itu kami berharap semoga makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna
bagi kita bersama.
Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
sempurnanya makalah ini. Penyusun berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Padang , 27 Januari 2019


Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah suatu sistem dimana proses pengajaran terjadi di dalamnya.
Pendidikan juga sangat diperlukan untuk mencerdaskan anak bangsa agar dapat
memanjukan bangsanya. Oleh sebab itu dalam menyelenggarakan pendidikan memerlukan
suatu kesatuan yang mengaturnya. Tujuannya adalah untuk memperoleh proses pendidikan
yang berjalan dengan terstruktur.
Namun, faktanya sistem pendidikan yang ada sekarang ini, khususnya di indonesia ternyata
masih belum mampu sepenuhnya menjawab kebutuhan dan tantangan global untuk masa
yang akan datang. Program pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan yang selama
ini menjadi fokus pembinaan masih menjadi masalah yang menonjol dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Salah satunya masalah internal yang mendasar dan bersifat
komplek, selain itu pula bangsa Indonesia masih menghadapi sejumlah problematika yang
sifatnya berantai sejak jenjang pendidikan mendasar smapai pendidiakn tinggi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa upaya untuk membangun sumber daya manusia yang
berdaya saing tinggi, berwawasan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, serta bermoral dan
berbudaya bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, semua itu memerlukan partisipasi
yang strategis dari berbagai komponen, seperti: Pendidikan awal di keluarga, kontrol efektif
dari masyarakat dan pentingnya penerapan sistem pendidikan yang berkualitas oleh Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Pendidikan Nasional ?
2. Apa tujuan dan fungsi Sistem Pendidikan Nasional ?
3. Bagaimana penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional ?
C. Tujuan
1. Agar mengerti dan memahami apa itu sistem pendidikan nasional.
2. Agar mengerti tujuan dan fungsi sistem pendidikan nasional.
3. Agar mengetahui bagaimana sebebarnya penyelenggaraan sisitem pendidikan nasional
yang benar.

D. Manfaat
1. Menjadikan kita lebih memaknai sistem pendidikan nasional.
2. Lebih menghargai waktu yang ada demi tujuan dan fungsi sistem pendidikan nasional.
3. Sebagai dasar dari penerapan sisitem pendidikan untuk kedepannya.

JALUR,JENJANG DAN JENIS PENDIDIKAN


Jalur Pendidikan
Jalur pendidikan terdiri dari jalur pendidikan formal,nonformal,dan informal yang
dapat saling melengkapi dan memperkaya.
Dalam mewujudkan UUD 1945 sebagai hukum dasar, yang mengamanatkan bahwa
kemerdekaan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Amanat itu menyentuh
langsung tanggungjawab pemerintah agar mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang – undang. Dalam UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 13 ayat 1 dinyatakan bahwa jalur pendidikan
terdiri dari: pendidikan formal, non-formal dan informal.
Pendidikan Formal
Jalur pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan melalui satuan
pendidikan dan memiliki jenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan non formal dapat dihargai
setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian
penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan
mengacu pada standar nasional pendidikan. Seperti Lembaga Kursus dan Pelatihan,
Kelompok Belajar, Sanggar, dll.
Pendidikan Informal
Jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Pendidikan Informal antara lain : Pendidikan Agama, Budi Pekerti, Etika, Sopan Santun,
Moral dan Sosialisasi.
Jenjang Pendidikan dan Jenis Pendidikan
Adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. Jenjang pendidikan
ini terdiri atas pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, selain itu juga dapat
diselenggarakan pendidikan prasekolah.
Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta
memberikan pengetahuan dan keterampilan dsar yang diperlukan untuk hidup dala
masyarakat dan mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pendidikan menengah. Oleh karena itu setaip warga negara perlu diberikan kesempatan
untuk mengikuti jenjang pendidikan dasar dan diberlakukan hukum wajib menempuh
pendidikan sekurang-kurangnya dapat membekali dirinya dengan ilmu yang di dapat.
Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar, yaitu
Sekolah Menengah Atas (SMA) selama 3 tahun waktu tempuh pendidikan. Pendidikan
menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta
dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi diselenggarakan untuk tujuan yang sifatnya majemuk. Di satu pihak
pendidikan tinggi harus meneruskan,mengembangkan, dan melestarikan peradaban, ilmu
teknologi, dan seni.
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk
menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan
akademik dan atau profesional yang dapat menerapkan,mengembangkan,dan mencitakan
ilmu pengetahuan,teknologi,dan kesenian.
Pendidikan khusus
Pendidikan khusus ii dirancang untuk menyiapkan pendidikan yang sesuai dengan tujuan
masing-masing program dan disesuaikan dengan minat bakat dari masyarakat tersebut.
Pendidikan khusus terdiri dari:
Pendidikan luar biasa
Pendidikan kedinasan
Pendidikan khusus teknis
Pendidikan khusus keagamaan
STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL
Standar nasional pendidikan merupakan kriteria minimal tentang betbagai aspek yang
relvan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional harus dioenuhi oleh penyelenggaraan
atau satuan pendidikan diselurih wilayah hukum negara kesatuan republik indonesia.
Fungsi dan tujuan standar nasional pendidikan yaitu:
Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,pelaksanaan,dan
pengwasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat.
Standar nasional pendidikan disempurnakan secara teencana,terarah,dan berkelanjutan
sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,nasional,dan global.
Standar isi
Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam
kriteria tentang kompetensi tamatan,kompetensi bahan kajian,kompetensi mata pelajaran,
dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu (pasal 5 ayat (1)).
Standar proses
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan dilaksanakan secara interaktif,
inspiratif, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk aktif berpartisipasi. Proses
belajar-mengajar ini juga memberikan ruang bagi kreativitas, prakarsa, dan kemandirian
sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan psikologis/ fisik para peserta didik.
Peraturan Menteri terkait Standar Proses Pendidikan:
Permen No. 41 Tahun 2007
Permen No. 1 Tahun 2008
Permen No. 3 Tahun 2008
Standar Kompetensi Lulusan
Pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik menggunakan Standar
Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Hal-hal yang diatur
dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mencakup standar kompetensi lulusan minimal
satuan pendidikan dasar dan menengah, standar kompetensi lulusan minimal kelompok
mata pelajaran, dan standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
Peraturan Menteri terkait Standar Kompetensi Lulusan:
Permen No. 23 Tahun 2006
Permen No. 24 tahun 2006
Standar Sarana dan Prasarana
Semua satuan pendidikan harus dilengkapi dengan sarana pendidikan seperti media
pendidikan, peralatan pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, perabot, dan
perlengkapan lainnya. Semua satuan pendidikan harus dilengkapi dengan prasarana
pendidikan seperti lahan, ruang kelas, ruang pendidik, ruang pimpinan satuan pendidikan,
ruang perpustakaan, dan prasarana pendukung lainnya.
Peraturan Menteri terkait Standar Sarana dan Prasarana:
Permen No. 24 Tahun 2007
Permen No. 33 Tahun 2008
Permen No. 40 Tahun 2008
Standar pengelolaan
Standar Pengelolaan mencakup tiga bagian, yaitu;
Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan.
Standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah.
Standar pengelolaan oleh Pemerintah.
Peraturan Menteri terkait Standar Pengelolaan:
Permen No. 19 Tahun 2007
Standar pendidik dan tenaga kependidikan
Tenaga pendidik atau guru harus mempunyai kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat rohani dan jasmani, serta mampu mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
Pendidik harus memiliki ijazah dan/ atau sertifikat keahlian sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga
pendidik adalah sebagai berikut:
Kompetensi pedagogik
Kompetensi kepribadian
Kompetensi profesional
Kompetensi sosial
Peraturan Menteri terkait Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan:
Permen No. 12 Tahun 2007
Permen No. 13 tahun 2007
Permen No. 16 Tahun 2007
Permen No. 24 Tahun 2008
Permen No. 25 Tahun 2008
Permen No. 26 Tahun 2008
Permen No. 27 Tahun 2008
Permen No. 40 – 45 Tahun 2009
Standar pembiayaan pendidikan
Beberapa hal yang termasuk di dalam Standar Pembiayaan Pendidikan adalah biaya
investasi, biaya operasi, dan biaya personal.
Biaya investasi satuan pendidikan mencakup biaya pengadaan prasarana dan sarana
pendidikan, modal kerja tetap, dan pengembangan sumber daya manusia.
Biaya operasi satuan pendidikan mencakup gaji tenaga pendidik, peralatan pendidikan,
biaya pemeliharaan saran dan prasarana, pajak, asuransi, dan lain sebagainya.
Biaya personal mencakup biaya pendidikan yang harus dibayar peserta didik agar dapat
mengikuti proses belajar-mengajar.

Peraturan Menteri terkait Standar Pembiayaan Pendidikan:


Permen No. 69 Tahun 2009

C. DASAR, FUNGSI, TUJUAN DAN PRINSIP PENDIDIKAN NASIONAL


1. Pendidikan Nasional
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian, diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.Untuk mewujudkan
semua itu juga perlu yang namanya system pendidikan yang merupakan satu keseluruhan
yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan
lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional tersebut.
2. Dasar Pendidikan
Dasar pendidikan adalah pondasi atau landasan yang kokoh bagi setiap masyarakat untuk
dapat melakukan perubahan sikap dan tata laku dengan cara berlatih dan belajar dan tidak
terbatas pada lingkungan sekolah, sehingga meskipun sudah selesai sekolah akan tetap apa-
apa yang tidak ditemui di sekolah.
Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara
lain sebagai berikut:
Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950,
Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan
atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan
bangsa Indonesia.
Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar pendidikan
adalah falsafah negara Pancasila.
Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian
pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila.
Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan yang
berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No.
20 tahun 2003
3. Fungsi Pendidikan Nasional
Fungsi dan tujuan dari pendidikan nasional dituangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi:
“ Pendidikan nasionl berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berimn
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab,
4. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah suatu faktor yang amat sangat penting di dalam pendidikan,
karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak dituju oleh
pendidikan. Tujuan pendidikan nasional dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Kecerdasan yang dimaksud bukan semata-mata kecerdasan yang hanya
berorientasi pada kecerdasan intelektual melainkan kecerdasan menyeluruh yang
mengandung makna lebih luas. Tujuan dari pendidikan nasional dituangkan dalam UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 3 yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
5.Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan Nasional
Sesuai Undang-Undang 20/2003 tentang Sisdiknas, ada 6 (enam) prinsip. Ketentuan ini,
diatur pada bab II pasal 4yang diuraikan dalam 6 ayat.
Pendidikan diselenggarakan secara demokrtis dan berkeadiln serta tidak diskriminatif
dengan menjunjung tinggi hak assi manusia, nilai kegamaan, nilai kultural, dan
kemajemukan bangsa.
Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan system terbukadan
multimakna.
Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan
berhitung bagi segenap warga masyarakat.
Pendidkan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komonen masyarakat melalui
peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

D. PERATURAN ATAU PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR MENGENAI JALUR DAN


JENJANG PENDIDIKAN
Peraturan mengenai jalur dan jenjang pendidikan ini di atur dalwm UU No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional. Adapun sebagai berikut :

BAB VI
JALUR, JENJANG, DAN JENIS PENDIDIKAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 13
(1) Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat
saling melengkapi dan memperkaya.
(2) Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselenggarakan dengan sistem
terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh.
Pasal 14
Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi.
Pasal 15
Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik, profesi, vokasi,
keagamaan, dankhusus.
Pasal 16
Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujudkan dalam bentuk satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
Bagian Kedua
Pendidikan Dasar
Pasal 17
(1) Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.
(2) Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau
bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah
Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
(3) Ketentuan mengenai pendidikan dasar sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat
(2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Ketiga
Pendidikan Menengah
Pasal 18
(1)
(2) Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah
kejuruan.
(3) Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat.
(4) Ketentuan mengenai pendidikan menengah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Keempat
Pendidikan Tinggi
Pasal 19
(1) Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
(2)
(1) Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.
Pasal 20
Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau
universitas.
(2) Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
(3)
(4) Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
Ketentuan mengenai perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan
ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 21
(1) Perguruan tinggi yang memenuhi persyaratan pendirian dan dinyatakan berhak
menyelenggarakan program pendidikan tertentu dapat memberikan gelar akademik,
profesi, atau vokasi sesuai dengan program pendidikan yang diselenggarakannya.
(2) Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi
dilarang memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
(3) Gelar akademik, profesi, atau vokasi hanya digunakan oleh lulusan dari perguruan tinggi
yang dinyatakan berhak memberikan gelar akademik, profesi, atau vokasi.
(4) Penggunaan gelar akademik, profesi, atau vokasi lulusan perguruan tinggi hanya
dibenarkan dalam bentuk dan singkatan yang diterima dari perguruan tinggi yang
bersangkutan.
(5) Penyelenggara pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan pendirian sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) atau penyelenggara pendidikan bukan perguruan tinggi yang
melakukan tindakan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dikenakan sanksi administratif
berupa penutupan penyelenggaraan pendidikan.
(6) Gelar akademik, profesi, atau vokasi yang dikeluarkan oleh penyelenggara pendidikan
yang tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau
penyelenggara pendidikan yang bukan perguruan tinggi sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) dinyatakan tidaksah.
(7) Ketentuan mengenai gelar akademik, profesi, atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Pasal 22
Universitas, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki program doktor berhak memberikan
gelar doktor kehormatan ( doktor honoris causa ) kepada setiap individu yang layak
memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, kemasyarakatan, keagamaan, kebudayaan, atau seni.
Pasal 23
(1) Pada universitas, institut, dan sekolah tinggi dapat diangkat guru besar atau profesor
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Sebutan guru besar atau
profesor hanya dipergunakan selama yang bersangkutan masih aktif bekerja sebagai
pendidik di perguruan tinggi.
Pasal 24
(1) Dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan, pada
perguruan tinggi berlaku kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik serta
otonomi keilmuan.
(2) Perguruan tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat
penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
(3) Perguruan tinggi dapat memperoleh sumber dana dari masyarakat yang pengelolaannya
dilakukan berdasarkan prinsipakuntabilitas publik.
(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.
Pasal 25
(1) Perguruan tinggi menetapkan persyaratan kelulusan untuk mendapatkan gelar
akademik, profesi, atau vokasi.
(2) Lulusan perguruan tinggi yang karya ilmiahnya digunakan untuk memperoleh gelar
akademik, profesi, atau vokasi terbukti merupakan jiplakan dicabut gelarnya.
(3) Ketentuan mengenai persyaratan kelulusan dan pencabutan gelar akademik, profesi,
atau vokasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Kelima
Pendidikan Nonformal
Pasal 26
(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan
layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap
pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
(2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan
penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta
pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
(3) Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini,
pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain
yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
(4) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang
sejenis.
(5) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri,
mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebihtinggi.
(6) Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan
formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh
Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.
(7) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6) diatur lebihlanjut dengan
Peraturan Pemerintah.
Bagian Keenam
Pendidikan Informal
Pasal 27
(1) Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri.
(2) Hasil pendidikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diakui sama dengan pendidikan
formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional
pendidikan.
(3) Ketentuan mengenai pengakuan hasil pendidikan informal sebagaimana dimaksud dalam
ayat (2) diatur lebih lanjut dengan PeraturanPemerintah.
Bagian Ketujuh
Pendidikan Anak Usia Dini
Pasal 28
(1)
(2) Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar.
Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal,
dan/ atau informal.
(3) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak
(TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat.
(4) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain
(KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat.
(5) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga
atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
(6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedelapan
Pendidikan Kedinasan
Pasal 29
(1) Pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggara-kan oleh
departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen.
(2) Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam
pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen
atau lembaga pemerintah non-departemen.
(3) Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal.
(4) Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kesembilan
Pendidikan Keagamaan
Pasal 30
(1) Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh Pemerintah dan/atau kelompok
masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(2) Pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau
menjadi ahliilmu agama.
(3) Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal,
dan informal.
(4) Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja
samanera, dan bentuk lain yang sejenis.
(5) Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat
(2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kesepuluh
Pendidikan Jarak Jauh
Pasal 31
(1)
(2) Pendidikan jarak jauh dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan.
Pendidikan jarak jauh berfungsi memberikan layanan pendidikan kepada kelompok
masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka ataureguler.
(3) Pendidikan jarak jauh diselenggarakan dalam berbagai bentuk, modus, dan cakupan yang
didukung oleh sarana dan layanan belajar serta sistem penilaian yang menjamin mutu
lulusan sesuai dengan standar nasional pendidikan.
(4) Ketentuan mengenai penyelenggaraan pendidikan jarak jauh sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kesebelas
Pendidikan Khusus dan
Pendidikan Layanan Khusus
Pasal 32
(1) Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat
kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan/ atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
(2) Pendidikan layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil
atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam,
bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.
(3) Ketentuan mengenai pelaksanaan pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Pemerintah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa sistem pendidikan nasional
adalah kesatuan integral dari sejumlah unsur pendidikan yang saling berpengaruh, terarah
kepada pencapaian tujuan pendidikan yang akan menghasilkan keluaran atau tamatan yang
berkualitas demi kemanjuan bangsa dan negara.
Sistem pendidikan nasional juga memiliki tujuan dan fungsi, dimana kita sebagai penerus
bangsa harus mewujudkan tujuan tersebut agar bangsa kita menjadi bangsa yang maju
dengan pendidikan yang bekualitas dan dapat melahirkan generasi bangsa yang cerdas.
Penyelenggaraan sistem pendidikan nasional tesebut juga ditunjang dengan pengajaran dan
perkembangan IPTEK yang ada, sehingga semua itu menjadi satu kesatuan yang saling
melengkapi.

B.Saran
Saran kami sebaiknya kita harus belajar dengan bersungguh-sungguh, bukan menjadi
yang terjenius diantara yang lain, tetepi jadilah seseorang yang mampu memberi dan
membagi apa yang kita miliki. Bukan menjadi yang terpandai untuk diri sendiri, tetapi
pahami sekitar untuk memperkaya wawasan dan pemahaman. Dan untuk pemerintah
ataupun pendidik, seaiknya terapkan sistem yang dimana dapat merubah sistem pendidikan
menjadi sistem yang menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2005.PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan.Jakarta:Depdiknas.
Syafril & Zen Zelhendri.2017.Dasar-Dasar Ilmu
Pendidikan.Depok:Kencana.
Sumber:
Tim Pengembangan Ilmu Pendudukan.2007.Ilmu Dan Aplikasi Pendudukan.Bandung:PT
Imperial Bhakti Utama.
Musriadi.2018.Profesi Kependidikan Secara Teoritis Dan Aplikatif.Yogyakarta:deepublish.

Anda mungkin juga menyukai