Anda di halaman 1dari 7

TUGAS FISIKA MODERN

TEORI KUANTUM
ATOM HIDROGEN

OLEH
AULIA SHAVIRA
17033124
DOSEN: Dr. Fatni Mufit,S.Pd,M.Si

FISIKA
FALKUTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI PADANG
2019

TEORI KUANTUM ATOM HIDROGEN


A.Pengenalan persamaan Schrodinger
SEJARAH PERSAMAAN SCHRODINGER
Persamaan Schrodinger diajukan pada tahun 1925 oleh fisikawan Erwin
Schrodinger (1887-1961). Persamaan ini pada awalnya merupakan jawaban dari
dualitas partikel-gelombang yang lahir dari gagasan de Broglie yang menggunakan
persamaan kuantisasi cahaya Planck dan prinsip fotolistrik Einstein untuk melakukan
kuantisasi pada orbit elektron. Selain Schrodinger dua orang fisikawan lainnya yang
mengajukan teorinya masing-masing adalah Werner Heisenberg dengan Mekanika
Matriks dan Paul Dirac dengan Aljabar Kuantum. Ketiga teori ini merupakan tiga teori
kuantum lengkap yang berbeda dan dikerjakan terpisah namun ketiganya setara. Teori
Schrodinger kemudian lebih sering digunakan karena rumusan matematisnya yang
relatif lebih sederhana. Meskipun banyak mendapat kritikan persamaan Schrodinger
telah diterima secara luas sebagai persamaan yang menjadi postulat dasar mekanika
kuantum.

Persamaan Schrodinger merupakan persamaan pokok dalam mekanika


kuantum – seperti halnya hukum gerak kedua yang merupakan persamaan pokok dalam
mekanika Newton – dan seperti persamaan fisika umumnya persamaan Schrodinger
berbentuk persamaan diferensial. Bentuk umum persamaan Schrodinger adalah
sebagai berikut, dengan adalah fungsi Schrodinger yang mendefinisikan partikel yang
bergerak dalam tiga dimensi dengan energi tertentu dan berada di bawah pengaruh
medan potensial V tertentu. Bentuk khusus persamaan Schrodinger yaitu persamaan
Schrodinger bebas waktu adalaH Bentuk ini lebih sering digunakan karena energi dan
medan potensial sistem fisika umumnya hanya bergantung pada posisi.

Walaupun rumusan matematis persamaan Schrodinger lebih sederhana


dibandingkan Mekanika Matriks dan Aljabar Kuantum, pemecahan persamaan ini tetap
membutuhkan pengetahuan matematika lanjut. Langkah pertama yang dilakukan
adalah menentukan energi kinetik dan potensial sistem dan mensubstitusikannya ke
dalam persamaan di atas. Langkah kedua adalah merubah persamaan di atas kedalam
sistem koordinat yang sesuai dengan sistem yang ditinjau. Untuk sistem atom hidrogen
sistem koordinat yang sesuai adalah sistem koordinat bola. Langkah kedua adalah
melakukan pemisahan variabel. Persamaan Schrodinger mengandung tiga koordinat
ruang yang saling ortogonal dan harus dipisahkan menjadi 3 persamaan berbeda yang
hanya mengandung satu koordinat ruang. Langkah ketiga adalah memecahkan ketiga
persamaan tersebut secara simultan. Hasil yang diperoleh merupakan bilangan-
bilangan kuantum yang memerikan struktur sistem berdasarkan tingka-tingkat energi
yang menyusun sistem tersebut. Struktur sistem ini selanjutnya dipergunakan untuk
meramalkan perilaku sistem dan interaksinya dengan sistem lain.

Penerapan persamaan Schrodinger pada sistem fisika memungkinkan kita


mempelajari sistem tersebut dengan ketelitian yang tinggi. Penerapan ini telah
memungkinkan perkembangan teknologi saat ini yang telah mencapai tingkatan nano.
Penerapan ini juga sering melahirkan ramalan-ramalan baru yang selanjutnya diuji
dengan eksperimen. Penemuan positron – yang merupakan anti materi dari elektron –
adalah salah satu ramalan yang kemudian terbukti. Perkembangan teknologi dengan
kecenderungan alat yang semakin kecil ukurannya pada gilirannya akan menempatkan
persamaan Schrodinger sebagai persamaan sentral seperti halnya yang terjadi pada
persamaan Newton selama ini.

Definisi Persamaan Schrodinger

Persamaan Schrödinger, diajukan oleh fisikawan Erwin Schrödinger pada


tahun 1925. Erwin menjelaskan hubungan ruang dan waktu pada sistem mekanika
kuantum.
Persamaan ini merupakan hal penting dalam teori mekanika kuantum,
sebagaimana halnya hukum kedua Newton pada mekanika klasik. Selain itu,
Persamaan Schrödinger merupakan fungsi gelombang yang digunakan untuk
memberikan informasi tentang perilaku gelombang dari partikel.
Dengan menggunakan notasi bra-ket Dirac, definisi persamaan Schrödinger
adalah:

i adalah bilangan imaginer, t adalah waktu, ∂ / ∂t adalah turunan


parsial terhadap t, ħ adalah konstanta Planck dibagi 2π, ψ(t) adalah fungsi gelombang,
dan H(t) adalah Hamiltonian.

B.Persamaan Schrodinger atom hidrogen


A. Persamaan Schrodinger Atom Hidrogen

Atom hidrogen merupakan atom yang paling sederhana yang hanya terdiri dari satu
elektron dengan muatan –e dan satu proton sebagai nukleus dengan muatan +Ze.
Karena atom hidrogen memiliki dua partikel yaitu inti atom dan elektron, maka
teknik massa tereduksi:
𝑚 𝑚
𝜇 = (𝑚 1+𝑚2 ) (1)
1 2

Di mana m1 adalah massa elektron dan m2 adalah massa inti atom. Karena simetri sistem,
digunakanlah koordinat bola untuk mempermudah penyelesaian persamaan Schrodinger.
Jadi kita dapat membahas sistem dua elektron ini dengan mempertimbangkan elektron
dengan massa tereduksi bergerak pada potensial elektrostatik Coulomb:
−𝑍𝑒 2
𝑉(𝑟) = 4𝜋𝜖 (2)
0𝑟

Dengan demikian persamaan Schrodinger untuk atom hidrogen adalah:


ℏ2 𝑒2 1
(− 2𝑚𝑒 ∇2 − 4𝜋𝑒 𝑟) Ψ(𝑟̅ ) = 𝐸Ψ(𝑟̅ ) (3)
0

Karena simetri sistem atom hidrogen adalah koordinat bola maka dengan penjabaran
operator ∇2 :
1 𝜕 𝜕 1 𝜕 𝜕 1 𝜕2
∇2 = 𝑟2 𝜕𝑟 (𝑟 2 𝜕𝑟) + 𝑟2 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 (𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃) + 𝑟2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜑2 (4)

Persamaan (3) menjadi:


ℏ2 1 𝜕 𝜕Ψ 1 1 𝜕 𝜕Ψ 1 1 𝜕2 Ψ 𝑒2 1
− 2𝑚𝑒 {𝑟2 𝜕𝑟 (𝑟 2 𝜕𝑟
) + 𝑟2 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 (𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝑟2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜑2 } − (4𝜋𝜖 Ψ) = 𝐸Ψ (5)
0𝑟

1
dikeluarkan dari kurung kurawal sehingga menjadi:
𝑟2

ℏ2 1 𝜕 𝜕Ψ 1 𝜕 𝜕Ψ 1 𝜕2 Ψ 𝑒2 1
− 2𝑚𝑒 𝑟2 {𝜕𝑟 (𝑟 2 𝜕𝑟
) + 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃
(𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃
) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜑2
} − (4𝜋𝜖 Ψ) = 𝐸Ψ (6)
0𝑟

Untuk menentukan fungsi gelombang dan tingkat energi dari Persamaan Schrodinger pers. (6)
dilakukan pemisahan variabel Ψ(r̅ ) = Ψ(r, θ, φ):

Ψ(r, θ, φ) = 𝑅(𝑟)Θ(𝜃)Φ(𝜑) (7)

Berikut dijabarkan proses pemisahannya:

ℏ2 1 𝜕 𝜕Ψ 1 𝜕 𝜕Ψ 1 𝜕2 Ψ 𝑒2 1
− 2𝑚𝑒 𝑟2 {𝜕𝑟 (𝑟 2 𝜕𝑟
) + 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃
(𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃
) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜑2
} − (4𝜋𝜖 Ψ) = 𝐸Ψ
0𝑟

𝐸Ψ pindah ruas ke kiri menjadi:

ℏ2 1 𝜕 𝜕Ψ 1 𝜕 𝜕Ψ 1 𝜕2 Ψ 𝑒2 1
− 2𝑚𝑒 𝑟2 {𝜕𝑟 (𝑟 2 𝜕𝑟
) + sin 𝜃 𝜕𝜃
(sin 𝜃 𝜕𝜃
) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜑2
} − (4𝜋𝜖 Ψ) − 𝐸Ψ =0
0𝑟

Lalu dilakukan pemisahan variabel sebagai fungsi

Ψ(r, θ, φ) = 𝑅(𝑟)Θ(𝜃)Φ(𝜑)
ℏ2 1 𝜕 𝜕(RΘΦ) 1 𝜕 𝜕(RΘΦ) 1 𝜕2 (RΘΦ) 𝑒2 1
− 2𝑚𝑒 𝑟2 {𝜕𝑟 (𝑟 2 𝜕𝑟
) + sin 𝜃 𝜕𝜃
(sin 𝜃 𝜕𝜃
) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜑2
}+ (4𝜋𝜖 (RΘΦ)) − 𝐸(RΘΦ) = 0
0𝑟

ℏ2 ΘΦ 𝜕 2 𝜕𝑅 RΦ 𝜕 𝜕Θ RΘ 𝜕2 Φ 𝑒2 1
− 2𝑚𝑒 { 𝑟2 (𝑟 ) + 2 (sin 𝜃 ) + }+ (4𝜋𝜖 (RΘΦ)) − 𝐸(RΘΦ) = 0 (8)
𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝑟 sin 𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝑟 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕𝜑2
2
0𝑟

−2𝑚𝑒 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃
Bila dikalikan dengan
RΘΦℏ2

Diperoleh:

𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕 𝜕R 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕 𝜕Θ 1 𝑑2 Φ e2
(𝑟 2 ) + (𝑠𝑖𝑛 𝜃 ) + − 2𝑚𝑒 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 ( − E) = 0 (9)
𝑅 𝜕𝑟 𝜕𝑟 Θ 𝜕𝜃 𝜕𝜃 Φ 𝑑𝜑2 4πϵ0 r

1 𝑑2 Φ
Bila diubah posisi maka menjadi:
Φ 𝑑𝜑2

1 𝑑2 Φ 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕 𝜕R e2 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕 𝜕Θ
Φ 𝑑𝜑2
= 𝑅 𝜕𝑟
(𝑟 2 𝜕𝑟 ) − 2𝑚𝑒 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 (4πϵ r − E) − Θ 𝜕𝜃
(𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 ) (10)
0

R hanya untuk fungsi variabel r saja, Θ hanya fungsi variabel 𝜃 dan Φ untuk fungsi variabel 𝜑,
berdasarkan persamaan (10) terlihat bahwa sisi kiri merupakan bagian persamaan dengan variabel 𝜑
dan disebelah kanan merupakan bagian dengan variabel r dan 𝜃. Supaya sisi kiri dan kanan bernilai
sama maka tidak mungkin bernilai yang tergantung pada variabel r, 𝜃, atau 𝜑. Dengan itu digunakan
konstanta –m2 dan +m2.
1 𝑑2 Φ
Φ 𝑑𝜑2
= −𝑚2 (11)
𝑑 2 Φ(𝜑)
𝑑𝜑2
= −𝑚2 Φ(𝜑) (12)

𝑠𝑖𝑛2 𝜃 𝜕 𝜕R e2 𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕 𝜕Θ
(𝑟 2 ) − 2𝑚𝑒 𝑟 2 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 ( − E) − (𝑠𝑖𝑛 𝜃 ) = −𝑚2 (13)
𝑅 𝜕𝑟 𝜕𝑟 4πϵ0 r Θ 𝜕𝜃 𝜕𝜃

Persamaan (13) dibagi dengan 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 didapat:

1 𝜕 𝜕R e2 1 𝜕 𝜕Θ 𝑚2
𝑅 𝜕𝑟
(𝑟 2 𝜕𝑟 ) + 2𝑚𝑒 𝑟 2 (4πϵ r − E) + Θ𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 (𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 ) = 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 (14)
0

Dilakukan pemindahan ruas:

1 𝜕 𝜕R e2 1 𝜕 𝜕Θ 𝑚2
𝑅 𝜕𝑟
(𝑟 2 𝜕𝑟 ) + 2𝑚𝑒 𝑟 2 (4πϵ r − E) = − Θ𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 (𝑠𝑖𝑛 𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 (15)
0

Sama seperti sebelumnya, dua sisi yang berbeda yaitu kiri dan kanan harus disamakan dengan
sebuah konstanta, untuk mempermudah pengenalan kondisi digunakan konstanta ℓ(ℓ + 1), maka
persamaan (15) untuk ruas kiri menjadi:

1 𝜕 𝜕R e2
𝑅 𝜕𝑟
(𝑟 2 𝜕𝑟 ) + 2𝑚𝑒 𝑟 2 (4πϵ r − E) = ℓ(ℓ + 1) (16)
0

𝜕 𝜕R e2
𝜕𝑟
(𝑟 2 𝜕𝑟 ) + 2𝑚𝑒 𝑟 2 (4πϵ r − E) = ℓ(ℓ + 1)𝑅 (17)
0

persamaan (15) untuk ruas kanan menjadi:

1 𝜕 𝜕Θ 𝑚2
− (sin 𝜃 ) + 2 = ℓ(ℓ + 1) (18)
Θ sin 𝜃 𝜕𝜃 𝜕𝜃 𝑠𝑖𝑛 𝜃
1 𝜕 𝜕Θ 𝑚2
− sin 𝜃 𝜕𝜃 (sin 𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 = ℓ(ℓ + 1)Θ (19)

Berdasarkan persamaan-persamaan di atas telah dirubah persamaan menjadi tiga bagian yang
berbeda yaitu:

𝑑 2 Φ(𝜑)
𝑑𝜑2
= −𝑚2 Φ(𝜑) (20)

𝜕 𝜕R e2
(𝑟 2 ) + 2𝑚𝑒 𝑟 2 ( − E) = ℓ(ℓ + 1)𝑅 (21)
𝜕𝑟 𝜕𝑟 4πϵ0 r

1 𝜕 𝜕Θ 𝑚2
− sin 𝜃 𝜕𝜃 (sin 𝜃 𝜕𝜃 ) + 𝑠𝑖𝑛2 𝜃 = ℓ(ℓ + 1)Θ (22)

C. Efek Zeeman normal

Efek Zeeman adalah efek garis-garis tambahan dalam spektrum emisi saat atom-atom
tereksitasi diletakkan di daerah bermedan magnetik homogen. Dalam medan magnet, energi
keadaan atomik tertentu tergantung pada harga ml seperti juga pada n. Keadaan atom dengan
bilangan kuantum n, terpecah menjadi beberapa sub keadaan jika atom itu berada dalam medan
magnetik, dan energinya bisa sedikit berubah lebih besar atau lebih kecil dari keadaan tanpa medan
magnet. Gejala itu menyebabkan terpecahnya spektrum garis menjadi garis-garis halus yang terpisah
jika atom dilewatkan dalam medan magnetik, dengan jarak antara garis bergantung dari besarnya
medan magnet itu. Peristiwa terpecahnya spektrum garis menjadi garis-garis halus dalam medan
magnet ini disebut efek Zeeman.

Efek Zeeman Dan Bilangan Kuantum Orbital


Bilangan kuantum orbital muncul karena teramatinya efek Zeeman. Pieter Zeeman (1865 –
1943) pada tahun 1896 mengamati suatu gejala terpisahnya garis-garis dalam suatu spektrum
bila sumber spektrum dipaparkan pada medan magnet. Garis spektrum cahaya terjadi bila
elektron-elektron dalam atom berubah dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi yang lain.
Pada efek Zeeman normal, satu garis tunggal pecah menjadi tiga garis bila arah medan tegak
lurus lintasan cahaya, atau pecah menjadi dua garis bila arah medan sejajar lintasan cahaya.
Gejala ini dapat diterangkan dengan prinsip elektromagnetik klasik, yaitu gerakan elektron
orbital di dalam sumber yang menjadi semakin cepat atau semakin lambat akibat pengaruh
medan yang bekerja.

Keadaan Atom Dalam Efek Zeeman

Suatu keadaan atom dengan bilangan kuantum orbital l dalam medan magnet terpecah menjadi
2l + 1, jika atom itu berada dalam medan magnet yaitu menjadi +l , 0 dan –l . Akan tetapi
perubahan ml terbatas pada Δml = 0, ± l maka garis spektrum yang timbul dari transisi antara
dua keadaan dengan l yang berbeda hanya terpecah menjadi tiga komponen yang dapat
ditunjukkan oleh gambar berikut ini.

Atom yang berada dalam medan magnet

Efek Zeeman yaitu gejala terpecahnya spektrum garis menjadi garis-garis halus apabila
melewati medan magnet. Bilangan kuantum orbital yang disebut juga bilangan kuantum azimut
ini dapat menjawab gejala atomik yang dikenal dengan efek Zeeman.

Anda mungkin juga menyukai