Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Prestasi Belajar Matematika

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah poses perubahan di dalam kepribadian

manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk

peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan

kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,

daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Berikut ini adalah beberapa pengertian dan definisi belajar menurut

beberapa ahli, yaitu :

a. Menurut Aunurrahman (2010:35) menyimpulkan bahwa belajar

adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu melalui

latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.

b. Menurut Gagne (Dimyati dkk, 2009:10) belajar merupakan

kegiatan yang kompleks. Setelah belajar orang memiliki

ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai.

c. Menurut Sardiman (2011:21) belajar adalah rangkaian kegiatan

jiwa raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan pribadi

manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, dan

karsa, ranah kognitif, afektir, dan psikomotor.

7
8

d. Menurut Jihad dan Haris (dalam Ferdi, 2008:1) belajar adalah

kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental

dalam penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan.

e. Bagi kaum konstruktivis belajar adalah suatu proses organik untuk

menemukan sesuatu, bukan suatu proses mekanik untuk

mengumpulkan fakta. Jelas bahwa bagi konstruktivisme, kegiatan

belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana pelajar membangun

sendiri pengetahuannya dan bertanggung jawab atas hasil

belajarnya. Dalam hal ini, komponen guru sangat berperan dalam

membantu siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Media

pengajaran diakui oleh banyak ahli pendidikan, memainkan

peranan penting dalam keefektifan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa,

belajar yaitu perubahan yang mengandung suatu usaha secara sadar,

untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Pengertian Prestasi belajar

Prestasi belajar atau hasil belajar (achievement) yang merupakan

realisasi atau perkara dari kecakapan-kecakapan potensial atau

kapasitas yang dimiliki seseorang. Berikut merupakan beberapa definisi

tentang prestasi belajar menurut beberapa ahli, yaitu;

a. Menurut Nawawi (dalam Hamalik, 2005:67) prestasi belajar adalah

tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di

sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor, diperoleh dari hasil

tes, mengenai materi pelajaran yang telah disajikan.


9

b. Menurut Hamalik (2005:68) prestasi belajar adalah sesuatu yang

dibutuhkan seseorang untuk mengetahui kemampuan setelah

melakukan kegiatan yang bersifat belajar, karena prestasi adalah

hasil belajar yang mengandung unsur penilaian, hasil usaha kerja

dan ukuran kecakapan yang dicapai suatu saat.

c. Menurut Marsun dan Martaniah (dalam Tjundjing, 2001:71)

prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar, yaitu sejauh

mana peserta didik menguasai bahan pelajaran yang diajarkan,

yang diikuti oleh munculnya perasaan puas bahwa ia telah

melakukan sesuatu dengan baik.

d. Menurut Surya (2004:57) mengemukakan prestasi belajar adalah

seluruh kecakapan hasil yang dicapai (achivement) yang diperoleh

melalui proses belajar berdasarkan tes belajar.

e. Menurut Sukardi (dalam Qory, 2010:26) menurutnya prestasi

belajar sebagai taraf prestasi yang dicapai dari bermacam-macam

pelajaran yang telah diikuti.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh individu setelah

mengalami proses belajar dalam jangka waktu tertentu.

3. Pengertian Matematika

Matematika bukan merupakan suatu hal yang asing yang terdengar

di telinga kita, setiap saat pasti kita selalu dihadapkan dengan yang

namanya matematika. Matematika merupakan ratunya ilmu, semua

cabang ilmu pasti memerlukan perhitungan. Matematika berasal dari


10

bahasa latin “Mathematika” yang mulanya diambil dari bahasa Yunani

“Mathematike” yang berarti mempelajari.

Perkataan itu mempunyai asal kata Mathema yang berarti

pengetahuan atau ilmu. Kata Mathematike berhubungan pula dengan

kata lainnya yang hampir sama yaitu Mathein atau Mathenein yang

artinya belajar. Jadi, berdasarkan asal katanya maka matematika berarti

ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir. Berikut merupakan

pengertian matematika menurut para ahli, yaitu:

a. Menurut Sujono (Fathani, 2009: 19) mengemukakan matematika

merupakan ilmu pengetahuan tentang penalaran yang logik dan

masalah yang berhubungan dengan bilangan.

b. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/KBBI (Fathani,

2009:22) matematika merupakan ilmu tentang bilangan, hubungan

antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam

menyelesaikan masalah mengenai bilangan.

c. Menurut Aristoteles (Fathani, 2009:21) mempunyai pendapat lain

tentang matematika, ia memandang matematika sebagai salah satu

dari tiga dasar yang membagi ilmu pengetahuan menjadi

pengetahuan fisik, matematika dan teologi.

Berdasarkan beberapa pendapat dapat ditarik kesimpulan bahwa,

matematika merupakan suatu pelajaran yang tersusun secara beraturan,

logis, berjenjang dari yang paling mudah hingga paling rumit.


11

4. Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan pengertian belajar, proses belajar mengajar

menghasilkan perubahan bagi siswa yang berupa kemampuan di

berbagai bidang yang sebelumnya tidak dimiliki siswa. Berdasarkan

uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa, prestasi belajar

matematika adalah tingkat keberhasilan atau penguasaan seorang siswa

terhadap bidang studi matematika setelah menempuh proses belajar

mengajar yang terlihat pada nilai yang diperoleh dari tes hasil

belajarnya.

B. Model Pembelajaran Dalam Matematika

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan cara/teknik penyajian yang

digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan

pembelajaran. Istilah model pembelajaran sangat dekat dengan

pengertian strategi pembelajaran dan dibedakan dari istilah strategi,

pendekatan dan metode pembelajaran. Istilah model pembelajaran

mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, dan

teknik. Berikut adalah pengertian model pembelajaran menurut para

ahli, yaitu :

a. Menurut Komalasari (2010:57) model pembelajaran pada dasarnya

merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai

akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

b. Menurut Wahab (2007:52) model pembelajaran adalah sebuah

perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang


12

ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan

spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan.

c. Menurut Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2010:22) model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi

sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para

pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian model

pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam

pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran kelompok

dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling

memotivasi antara anggotanya untuk saling membantu agar tercapainya

suatu tujuan pembelajaran yang maksimal. Berikut ini merupakan

beberapa pengertian pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

menurut para ahli, yaitu :

a. Menurut Lie (2008:12) model pembelajaran kooperatif merupakan

sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa

untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

terstruktur.
13

b. Menurut Slavin (2008:5) model pembelajaran kooperatif adalah

suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama

lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.

c. Menurut Johnson dan Johnson (dalam Isjoni, 2009:17) model

pembelajaran kooperatif yaitu mengelompokkan siswa di dalam

kelas ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama

dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari

satu sama lain dalam kelompok tersebut.

d. Menurut Isjoni (2009:15) model pembelajaran Kooperatif

merupakan terjemahan dari istilah cooperative learning.

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya

mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang pengertian

pembelajaran kooperatif, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran melalui kelompok kecil

siswa yang saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar

untuk mencapai tujuan belajar.

a. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

Pada hakikatnya, pembelajaran kooperatif (cooperatif learning)

sama dengan kerja kelompok oleh karena itu, banyak guru yang

mengatakan tidak ada sesuatu yang aneh dalam cooperatif learning

karena mereka beranggapan telah bisa melakukan pembelajaran


14

cooperatif learning dalam bentuk belajar kelompok. Walaupun

sebenarnya tidak semua belajar kelompok dikatakan cooperatif

learning, pembelajaran kooperatif dilaksanakan melalui sharing proses

antara peserta belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman

bersama di antara peserta belajar itu sendiri.

Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih

luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan anatara guru

dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.

Menurut Nurulhayati (2002:25-28) mengemukakan lima unsur

dasar model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yaitu :

1) Ketergantungan yang positif.

Ketergantungan yang positif adalah suatu bentuk kerjasama yang

sangat erat kaitannya antara anggota kelomok. Kerjasama ini

dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti

bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan

anggotanya.

2) Pertanggungjawaban individual.

Pertanggungjawaban individual adalah kelompok tergantung pada

cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok.

Pertanggungjawaban individual memfokuskan aktivitas kelompok

dalam menjelaskan konsep dan pada satu orang dan memastikan

bahwa setiap orang dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain

harus menerima tanpa pertolongan anggota kelompok.


15

3) Kemampuan bersosialisasi.

Kemampuan bersosialisasi adalah sebuah kemampuan kerja sama

yang biasa digunakan dalam aktivitas kelompok. Kelompok tidak

berfungsi efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan

bersosialisasi yang dibutuhkan.

4) Tatap muka.

Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertemu dan bertatap

muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini memberikan siswa

bentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Guru

menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses

kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa

bekerja sama lebih efektif.

5) Evaluasi proses kelompok.

Setelah dilakukan diskusi bersama maka diperlukan evaluasi proses

kelompok dimana tahap ini merupakan akhir dari kegiatan

kelompok.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran

yang menggunakan model pembelajaran kooperatif yang disajikan pada

Tabel 2.1

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan
memotivasi siswa menekankan pentingnya topik yang akan di
pelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 Guru menyajikan informasi atau materi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
melalui bahan bacaan.
16

Tabel 2.1 Lanjutan


Tahap 3 Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
Mengorganisasikan siswa ke caranya membentuk kelompok belajar dan
dalam kelompok-kelompok membimbing setiap kelompok.
belajar
Tahap 4 Guru membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
bekerja dan belajar dan menunjuk perwakilan dari masing-
masing kelompok untuk mempresentasikan
hasil yang telah mereka kerjakan secara
berdiskusi kelompok.
Tahap 5 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Tahap 6 Guru memberikan apresiasi kepada siswa
Memberikan penghargaan yang memperoleh penilaian tertinggi berupa
pujian dan nilai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Adapun kelebihan pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1) Meningkatkan prestasi siswa.

2) Memperdalam pemahaman siswa

3) mengembangkan sikap menghargai diri sendiri.

Adapun kelemahan pembelajaran kooperatif sebagai berikut :

1) Membutuhkan waktu yang lama bagi siswa.

2) Membutuhkan waktu yang lama bagi guru.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Creative Problem Solving

Model Creative Problem Solving (CPS) pertama kali

dikembangkan oleh Alex Osborn pendiri The Creative Education

Foundation (CEF) dan co-founder of highly successful New York

Advertising Agenncy. Pada tahun 1950-an. Sidney Parnes bekerjasama

dengan Alex Osborn melakukan penelitian untuk menyempurnakan

model ini. Sehingga model Creative Problem Solving ini juga dikenal

dengan nama The Osborn-parnes Creative Problem Solving Models.


17

Pada pertengahan 1950, para pebisnis dan pendidik berkumpul

bersama di Annal Creative Problem Solving Institute yang dikoordinasi

oleh Osborn di Buffalo. Mereka saling bertukar metode dan teknik

dalam rangka mengembangkan suatu kreativitas kursus yang bisa

berguna bagi masyarakat pada umumnya. Akhirnya, diskusi itu

melahirkan sebuah program yang dikenal dengan Creative Problem

Solving (Parnes,1992:12). Dalam program ini, ada enam kriteria yang

dijadikan landasan utama dan sering disingkat dengan

OFPISA:Objective Finding, Fact Finding, Idea Finding, Solution

Finding, dan Acceptence Finding.

Osborn-lah (1953/1979) yang pertama kali memperkenalkan

struktur Creative Problem Solving (CPS) sebagai metode untuk

menyelesaikan masalah secara kreatif. Menurut Osborn, hampir semua

upaya pemecahan masalah selalu melibatkan keenam karakteristik

tersebut. Dalam konteks pembelajaran, CPS juga melibatkan keenam

tahap tersebut untuk dapat dilakukan oleh siswa. Guru dalam CPS

bertugas untuk mengarahkan upaya pemecahan masalah secara kreatif.

Ia juga bertugas untuk menyediakan materi pelajaran atau topik diskusi

yang dapat merangsang siswa untuk berpikir kreatif dalam

memecahkan masalah.

Model pembelajaran Creative Problem Solving adalah suatu model

pembelajaran yang melakukan pemusatan pengajaran dan keterampilan

memecahkan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

Dengan menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving


18

ini diharapkan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas dan

motivasi siswa dalam mempelajari matematika. Sehingga siswa dapat

memperoleh prestasi belajar yang maksimal.

Pada awalnya model ini digunakan oleh perusahaan-perusahaan

dengan tujuan agar para karyawan memiliki kreativitas yang tinggi

dalam setiap tanggungjawab pekerjaannya, namun pada perkembangan

selanjutnya model ini juga diterapkan pada dunia pendidikan. Ada

banyak kegiatan yang melibatkan kreativitas dalam pemecahan masalah

seperti riset dokumen, pengamatan terhadap lingkungan sekitar,

kegiatan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, dan penulisan yang

kreatif. Dengan Creative Problem Solving (CPS), siswa dapat memilih

dan mengembangkan ide dan pemikirannya. Berbeda dengan hafalan

yang sedikit menggunakan pemikiran, Creative Problem Solving (CPS)

memperluas proses berpikir.

Langkah proses CPS berdasarkan kriteria OFPISA model Osborn-

Parnes dapat dilihat sebagai berikut :

Langkah 1: Objective Finding

Siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok. Siswa mendiskusikan

situasi permasalahan yang diajukan guru dan membrainstorming

sejumlah tujuan atau sasaran yang bisa digunakan untuk kerja kreatif

mereka. Sepanjang proses ini, siswa diharapkan bisa membuat suatu

konsensus tentang sasaran yang hendak dicapai oleh kelompoknya.


19

Langkah 2: Fact Finding

Siswa membrainstorming semua fakta yang mungkin berkaitan

dengan sasaran tersebut. Guru mendaftar setiap perspektif yang

dihasilkan oleh siswa. Guru memberi waktu kepada siswa untuk

berefleksi tentang fakta-fakta apa saja yang menurut mereka paling

relevan dengan sasaran dan solusi permasalahan.

Langkah 3: Problem Finding

Salah satu aspek terpenting dari kreativitas adalah mendefinisikan

kembali perihal permasalahan agar siswa bisa lebih dekat dengan

masalah sehingga memungkinkannya untuk menemukan solusi yang

lebih jelas. Salah satu teknik yang bisa digunakan adalah

membrainstorming beragam cara yang mungkin dilakukan untuk

semakin memperjelas sebuah masalah.

Langkah 4: Idea Finding

Pada langkah ini, gagasan-gagasan siswa didaftar agar bisa melihat

kemungkinan menjadi solusi atas situasi permasalahan. Ini merupakan

langkah brainstorming yang sangat penting. Setiap usaha siswa harus

diapresiasi sedemikian rupa dengan penulisan setiap gagasan, tidak

peduli seberapa relevan gagasan tersebut akan menjadi solusi. Setelah

gagasan-gagasan terkumpul, cobalah meluangkan beberapa saat untuk

menyortir mana gagasan yang potensial dan yang tidak potensial

sebagai solusi. Tekniknya adalah evaluasi cepat atas gagasan-gagasan

tersebut untuk menghasilkan hasil sortir gagasan yang sekiranya bisa

menjadi pertimbangan solusi lebih lanjut.


20

Langkah 5: Solution Finding

Pada tahap ini, gagasan-gagasan yang memiliki potensi terbesar

dievaluasi bersama. Salah satu caranya adalah dengan

membrainstorming kriteria-kriteria yang dapat menentukan seperti apa

solusi yang terbaik itu seharusnya. Kriteria ini dievaluasi hingga ia

menghasilkan penilaian yang final atas gagasan yang pantas mejadi

solusi atas situasi permasalahan.

Langkah 6: Acceptance Finding

Pada tahap ini, siswa mulai mempertimbangkan isu-isu nyata

dengan cara berpikir yang sudah mulai berubah. Siswa diharapkan

sudah memiliki cara baru untuk menyelesaikan berbagai masalah secara

kreatif. Gagasan-gagasan mereka diharapkan sudah bisa digunakan

tidak hanya untuk menyelesaikan masalah, tetapi juga untuk mencapai

kesuksesan.

Model CPS tidak hanya dikembangkan oleh Osborn. Beberapa

peneliti, seperti Isaksen dan Treffinger (1985:55), juga melakukan

revisi pengembangan atas model ini meski dengan langkah-langkah

yang berbeda.

Langkah-langkah dari model pembelajaran Creative Problem

Solving ini yaitu:

a. Klarifikasi masalah

Meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah yang

dianjurkan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti

yang diharapakan.
21

b. Brainstorming/pengungkapan pendapat

Siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai

macam strategi penyelesaian masalah.

c. Evaluasi dan pemilihan

Setiap kelompok mendiskusikan pendapat atau strategi yang mana

cocok untuk menyelesaikan masalah.

d. Implementasi

Siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk

menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai

menemukan penyelesaian dari masalah tersebut (Pepkin dalam

Muslich, 2007:221)

Kegiatan yang dilakukan dalam model pembelajaran Creative

Problem Solving ini yaitu :

a. Kegiatan awal

Guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, guru

mengulas kembali materi sebelumnya sebagai prasyarat pada materi

saat ini kemudian menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan

model pembelajaran CPS.

b. Kegiatan inti

Siswa membentuk kelompok kecil terdiri 4-5 siswa untuk

mendiskusikan masalah yang akan dibahas.


22

c. Kegiatan akhir

Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil

yang telah didiskusikan ke depan kelas dan peserta lain

menanggapinya.

Kelebihan dari model pembelajaran Creative Problem Solving

yaitu :

a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan

b. Berpikir dan bertindak kreatif

c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis

d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan

e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan

f. Merangsang perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk

menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat

g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan,

khususnya dunia kerja.

Sedangkan kekurangan model pembelajaran Creative Problem

Solving ini adalah :

a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model

pembelajaran ini. Misalnya keterbatasan alat-alat laboratorium

menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta

menyimpulkan kejadian atau konsep tersebut.

b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan

model pembelajaran yang lain.


23

4. Model Pembelajaran Langsung

Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran

yang lebih berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi

pembelajaran efektif guna memperluas informasi materi ajar.

Adapun macam-macam pembelajaran langsung antara lain :

a. Ceramah, merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan

lisan dari seorang kepada sejumlah pendengar.

b. Praktik dan latihan, merupakan suatu teknik untuk membantu siswa

agar dapat mengitung dengan cepat yaitu dengan banyak latihan dan

mengerjakan soal.

c. Ekspositori, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang

lebih mirip dengan cermah, hanya saja frekuensi pembicara/guru

lebih sedikit.

d. Demonstrasi, merupakan suatu cara penyampaian informasi yang

mirip dengan ceramah dan ekspositori, hanya saja frekuensi

pembicara/guru lebih sedikit dan siswa lebih banyak dilibatkan.

e. Questioner

f. Mencongak

Model pembelajaran langsung mempunyai ciri-ciri, antara lain :

a. Proses pembelajaran didominasi oleh keaktifan guru

b. Suasana kelas ditentukan oleh guru sebagai perancang kondisi.

c. Lebih mengutamakan keluasan materi ajar daripada proses terjadinya

pembelajaran.

d. Materi ajar bersumber dari guru.


24

Tujuan pembelajaran langsung yaitu model pembelajaran langsung

dikembangkan untuk mengefisiensikan materi ajar agar sesuai dengan

waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model ini

cakupan materi ajar yang disampaikan lebih luas dibandingkan dengan

model-model pembelajaran yang lain.

Terdapat lima langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan model pembelajaran langsung disajikan pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Langsung

Tahap Tingkah Laku Guru


Tahap 1 Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang
Menyampaikan tujuan dan akan di capai pada kegiatan pelajaran dan
memotivasi siswa menekankan pentingnya topik yang akan di
pelajari dan memotivasi siswa belajar.
Tahap 2 Guru menyajikan informasi atau materi
Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
melalui bahan bacaan.
Tahap 3 Guru mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya.
Tahap 4 Guru memberikan apresiasi kepada siswa
Memberikan penghargaan yang memperoleh penilaian tertinggi berupa
pujian dan nilai baik upaya maupun hasil
belajar individu dan kelompok.
Tahap 5 Guru memberikan tugas kepada siswa untuk
Memberikan tugas dikerjakan di rumah .

5. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Creative Problem

Solving Terhadap Prestasi Belajar Matematika

Dalam pembelajaran matematika khususnya pada pokok bahasan

volume kubus dan balok yang diajarkan pada siswa kelas VIII semester

2 di SMP Negeri 3 Randublatung, siswa dalam proses pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving

mempunyai pengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah

dan prestasi belajar matematika, dan siswa yang yang diajarkan dengan
25

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem

Solving mereka akan lebih aktif dan lebih kreatif dalam setiap

permasalahan yang diberikan oleh guru dalam memecahkan masalah

tersebut sehingga hasilnya pun lebih optimal dibanding dengan siswa

yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung.

C. Tinjauan Materi

Pengukuran Volume Kubus dan Balok dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Creative Problem Solving

Kubus dan balok merupakan contoh bangun ruang karena

mengandung unsur panjang, lebar dan tinggi. Model pembelajaran

kooperatif tipe Creative Problem Solving sangat diperlukan dalam

pembelajaran ini, karena siswa lebih aktif dan kreatif serta mudah

memahami dan menerima konsep-konsep balok dan kubus yang

merupakan bangun ruang beserta rumus-rumusnya. Permasalahannya

dikhususkan pada pengukuran volume kubus dan balok.

a. Kubus

Kubus adalah suatu bangun ruang yang dibatasi oleh enam (bidang)

sisi yang kongruen berbentuk persegi. Unsur-unsur kubus adalah sisi,

rusuk dan titik sudut.

Sifat-sifat kubus ABCD.EFGH sebagai berikut :


26

1) Memiliki 6 sisi (bidang) berbentuk persegi yang saling kongruen.

Sisi (bidang) tersebut adalah bidang ABCD, ABFE, BCGF, CDHG,

ADHE, dan EFGH.

2) Memiliki 12 rusuk yang sama panjang, yaitu AB, BC, CD, AD, EF,

FG, GH, EH, AE, BF, CG, dan DH. Rusuk-rusuk AB, BC, CD, dan

AD disebut rusuk alas, sedangkan rusuk AE, BF, CG, dan DH

disebut rusuk tegak. Rusuk-rusuk yang sejajar di antaranya AB // DC

// EF //HG . Rusuk-rusuk yang saling berpotongan di antaranya AB

denganAE, BC dengan CG, dan EH dengan HD.Rusuk-rusuk yang

saling bersilangan di antaranya AB dengan CG, AD dengan BF, dan

BC dengan DH.

3) Memiliki 8 titik sudut, yaitu A, B, C, D, E, F, G, dan H.

4) Memiliki 12 diagonal bidang yang sama panjang, di antaranya AC,

BD, BG, dan CF .

5) Memiliki 4 diagonal ruang yang sama panjang dan berpotongan di

satu titik, yaitu AG, BH, CE, dan DF.

6) Memiliki 6 bidang diagonal berbentuk persegi panjang yang saling

kongruen, di antaranya bidang ACGE, BGHA, AFGD, dan BEHC.

Luas permukaan kubus adalah jumlah seluruh sisi kubus. Sebuah

kubus memiliki 6 buah sisi yang setiap rusuknya sama panjang. Pada

gambar diatas, keenam sisi tersebut adalah sisi ABCD, ABFE, BCGF,

EFGH, CDHG, dan ADHE. Karena panjang setiap rusuk kubus s, maka

luas setiap sisi kubus = 𝑠 2 . Dengan demikian, luas permukaan kubus =

6𝑠 2 .
27

Jadi diperoleh rumus volume kubus dengan panjang rusuk s

sebagai berikut :

𝑣 = 𝑟𝑢𝑠𝑢𝑘 × 𝑟𝑢𝑠𝑢𝑘 × 𝑟𝑢𝑠𝑢𝑘

𝑣 =𝑠×𝑠×𝑠

𝑣 = 𝑠3

L = 6𝑠 2 , dengan L = luas permukaan kubus


s = panjang rusuk kubus
=

b. Balok

Balok adalah suatu bangun yang dibatasi oleh enam (bidang) sisi

atau 3 pasang sisi yang kongruen berbentuk persegi panjang. Unsur-

unsur balok adalah sisi, rusuk dan titik sudut.

Sifat-sifat balok PQRS.TUVW sebagai berikut.

1) Memiliki 6 sisi (bidang) berbentuk persegi panjang yang tiap

pasangnya kongruen. Sisi (bidang) tersebut adalah bidang PQRS,

TUVW, QRVU, PSWT, PQUT, dan SRVW.

2) Memiliki 12 rusuk, dengan kelompok rusuk yang sama panjang

sebagai berikut :

a) Rusuk PQ = SR = TU = WV

b) Rusuk QR = UV = PS = TW
28

c) Rusuk PT = QU = RV = SW

3) Memiliki 8 titik sudut, yaitu titik P, Q, R, S, T, U, V, dan W.

4) Memiliki 12 diagonal bidang, di antaranya PU, QV, RW,SV, dan

TV.

5) Memiliki 4 diagonal ruang yang sama panjang dan berpotongan di

satu titik, yaitu diagonal PV, QW, RT, dan SU.

6) Memiliki 6 bidang diagonal yang berbentuk persegi panjang dan tiap

pasangnya kongruen. Keenam bidang diagonal tersebut adalah

PUVS, QTWR, PWVQ, RUTS, PRVT, dan QSWU.

Luas permukaan balok sama dengan jumlah ketiga pasang sisi yang

saling kongruen pada balok tersebut. Luas permukaan balok

dirumuskan sebagai berikut :

𝐿 = 2(𝑃 × 𝑙) + 2(𝑙 × 𝑡) + 2(𝑝 × 𝑡)

𝐿 = 2{(𝑃 × 𝑙) + (𝑙 × 𝑡) + (𝑝 × 𝑡)}

Dengan L = luas permukaan balok

p = panjang balok

l = lebar balok

t = tinggi balok

Jadi, volume balok (𝑣) dengan ukuran (p × l × t) dirumuskan

sebagai berikut .

𝑣 = 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 × 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 × 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

𝑣 =𝑝×𝑙×𝑡
29

D. Penelitian Yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan untuk

mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Creative Probem Solving terhadap prestasi belajar matematika, antara

lain:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Evita Dewi pada tahun 2006 di SMP

Negeri 5 Bandung dengan mengambil sampel kelas VIII, yang

berjudul “Penerapan Pendekatan Creative Problem Solving (CPS)

dalam Pembelajaran Matematika untuk Meningkatkan Kemampuan

Berpikir Kreatif Siswa SMP”. Penelitian ini menyimpulkan bahwa

pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan

Creative Problem Solving (CPS) dapat meningkatkan kemampuan

berpikir kreatif lebih baik dibandingkan pembelajaran matematika

dengan pendekatan biasa. Siswa menjadi lebih aktif dan menyukai

matematika. Berdasarkan hasil angket sebesar 66,7% siswa

mengatakan merasa senang belajar matematika dengan pendekatan

Creative Problem Solving (CPS).

Persamaan antara penelitian relevan dengan peneliti :

- Sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Creative Problem Solving (CPS).

Perbedaan antara penelitian relevan dengan peneliti :

- Pada penelitian relevan, penelitian yang digunakan adalah

penerapan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe Creative

Problem Solving (CPS) untuk meningkatkan kemampuan berpikir


30

kreatif siswa dalam pembelajaran matematika. Sedangkan peneliti,

penelitian yang digunakan adalah pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS) untuk

meningkatkan prestasi belajar matematika.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Heryanto pada tahun 2008 di SMA

Negeri 14 Bandung dengan mengambil sampel kelas X, yang

berjudul “Pembelajaran Ruang Dimensi Tiga dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Creative Problem Solving dalam Upaya

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA”. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa pembelajaran Ruang Dimensi Tiga dengan

menggunakan model Creative Problem Solving (CPS) dapat

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir

kritisnya. Selain itu, siswa pun menunjukkan sikap dan respon yang

positif terhadap pembelajaran Ruang Dimensi Tiga dengan

menggunakan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS).

Persamaan antara penelitian relevan dengan peneliti :

- Sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Creative Problem Solving (CPS).

Perbedaan antara penelitian relevan dengan peneliti :

- Pada penelitian relevan, penelitian yang digunakan adalah model

pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dalam upaya

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Sedangkan peneliti,

penelitian yang digunakan adalah pengaruh penggunaan model


31

pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS) untuk

meningkatkan prestasi belajar matematika.

- Pada penelitian relevan, materi yang digunakan adalah ruang

dimensi tiga. Sedangkan peneliti menggunakan pokok bahasan

volume kubus dan balok.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita Dewi pada tahun 2008 di

SMA Negeri 2 Bandung dengan mengambil sampel yaitu kelas X,

yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) dalam Pembelajaran Matematika Terhadap

Kemampuan Penalaran Adaptif Matematis siswa SMA”. Penelitian

ini menyimpulkan bahwa kemampuan adaptif siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Creative

Problem Solving (CPS) lebih baik daripada siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran biasa. Sebagian

besar siswa menunjukkan sikap yang positif terhadap pembelajaran

dengan menggunakan model Creative Problem Solving (CPS).

Persamaan antara penelitian relevan dengan peneliti :

- Sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Creative Problem Solving (CPS).

Perbedaan antara penelitian relevan dengan peneliti :

- Pada penelitian relevan, penelitian yang digunakan adalah

pengaruh penerapan model pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) dalam pembelajaran matematika terhadap kemampuan

penalaran adaptif matematis siswa. Sedangkan peneliti, penelitian


32

yang digunakan adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS) untuk meningkatkan

prestasi belajar matematika.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Luqmanul Hakim pada tahun 2012 di

MTS Hidayatus Sibyan Wangklu Kulon Senori dengan mengambil

sampel kelas VIII, yang berjudul “Pengaruh Pendekatan Model

Pembelajaran Creative Problem Solving Terhadap Hasil Belajar

Matematika Siswa Kelas VIII MTS Hidayatus Sibyan Wangklu

Kulon Senori” Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendekatan

model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) berpengaruh

positif terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTS

Hidayatus Sibyan Wangku Kulon Kecamatan Senori Kabupaten

Tuban.

Persamaan antara penelitian relevan dengan peneliti :

- Sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

Creative Problem Solving (CPS).

Perbedaan antara penelitian relevan dengan peneliti :

- Pada penelitian relevan, penelitian yang digunakan adalah

pengaruh pendekatan model pembelajaran Creative Problem Solving

(CPS) terhadap hasil belajar matematika siswa. Sedangkan peneliti,

penelitian yang digunakan adalah pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Creative Problem Solving (CPS) untuk

meningkatkan prestasi belajar matematika.

Anda mungkin juga menyukai