Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah memang merupakan sumbangan yang berharga bagi penerus
kehidupan selanjutnya. Meski tidak akan terulang seperti halnya semula,
namun sejarah memili nilai dan pengalaman yang dapat terulang kapan saja.
Dalam dunia Islam, sejarah peradabannya mengungkap segala hal yang
mestinya sudah menjadi pemikiran bagi sekalian umat Islam, bahwa
perjuangan dan semangat yang tinggi sehingga umat Islam masa kini dapat
menikmati indahnya persaudaraan dan kebudayaan yang ada. Selain itu,
semangat juang itupun selayaknya terus ditegakkan guna perkembangan masa
yang akan datang. Dan nantinya hal itupun akan dikatakan sebagai sejarah.
Betapa pentingnya peran para khulafaurrasyidin yang melanjutkan
ajaran Islam yang telah dibawakan oleh Rasulullah sehingga
mempersembahkan peradaban dalam dunia Islam yang sangat besar dan
berpengaruh. Untuk mengulas lebih jelas tentang pemikiran dan peradaban di
masa mereka, maka dalam makalah ini akan dipaparkan secara singkat dan
padat.

B. Rumusan Masalah
a. Siapa sosok khulafaurrasyidin?
b. Bagaimana peradaban Islam pada masa khulafaurrasyidin?
c. Apa saja kontribusi khulafaurrasyidin pada peradaban Islam?
d. Bagaimana perkembangan bahasa Arab di masa khulafaurrasyidin?

C. Tujuan
a. Mengetahui secara jelas tentang khulafaurrasyidin.
b. Mengetahui tentang peradaban Islam pada masa khulafaurrasyidin.

1
c. Mengetahui akan kontribusi yang disumbangkan khulafaurrasyidin pada
peradaban Islam.
d. Mengetahui perkembangan bahasa Arab di masa khulafaurrasyidin.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Para Khulafaurrasyidin
Khulafaurrasyidin adalah para pemimpin Islam yang berasal dari
kalangan sahabat, setelah wafatnya Rasulullah SAW. Mereka adalah
pemimpin yang dipilih langsung oleh para sahabat secara demokratis. Bagi
siapa yang terpilih, maka para sahabat yang lain berhak untuk membai’at
(memberikan sumpah setia). Adapun para khulafaurrasyidin tersebut adalah
Abu Bakar Shiddiq, Umar ibn Khattab, Utsman ibn ‘Affan, dan Ali ibn Abi
Thalib.1
Khulafaurrasyidin merupakan para pengganti Nabi. Islam sebagai
sebuah ajaran dan institusi negara mulai tumbuh dan berkembang pada masa
itu. Dalaam Islam, kedaulatan tertinggi ada pada Allah SWT., sehingga para
khulafaurrasyidin tidak memiliki wewenang dalam ajaran Islam untuk
menentukan hukum yang baru. Namun, ada beberapa ketentuan yang
dilakukan oleh sebagian khalifah seperti khalifah Abu Bakar, dalam hal
tertentu beliau menentukan zakat atas jual beli binatang. Akan tetapi dalam
pelaksanaan aturan-aturan tersebut khalifah harus bermusyawarah dengan
para ahli hukum.2
Sebagai khalifah yakni kepala pemerintahan, mereka memiliki hak
penuh terhadap urusan dunia. Namun demikian, mereka juga harus tunduk
kepada Majelis Syura. Tanpa persetujuan dari Majelis Syura, maka seorang
khalifah tidak dapat mengeluarkan kebijakan apapun. Di sinilah mulai
tertanamnya prinsip demokrasi pada awal perkembangan Islam. Pemilihan
khalifah tidak jauh berbeda dengan pemilihan kepala suku pada masa pra-
Islam. Kriterianya adalah pandai, cakap, berusia minimal empat puluh tahun,

1
M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Bagaskara
Yogyakarta, t. 2011), hal. 77.
2
Ibid., hal. 78.

3
dan demokratis. Terdapat dua cara dalam pemilihan khalifah, yaitu secara
musyawarah oleh para sabahat Nabi dan berdasarkan pilihan khalifah
sebelumnya.3
Adapun masa khulafaurrasyidin yaitu tidak lebih dari tiga puluh tahun.
Masa kepemimpinan ini menjadi sangat istimewa dikarenakan oleh metode
yang mereka lakukan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah secara
sempurna. Dengan demikian, masa ini merupakan gambaran paling tepat bagi
pelaksanaan hukum dan pemerintahan Islam.4
Atas dasar yang demikian, dapat tergambar bahwa para
khulafaurrasyidin merupakan para pemimpin yang adil dan benar. Mereka
menyelamatkan dan mengembangkan ajaran yang diajarkan oleh Rasulullah
untuk kemajuan Islam dan umatnya. Maka dari itulah mereka diberi gelar
khulafaurrasyidin (yang mendapat bimbingan di jalan yang lurus).5

B. Peradaban Islam Pada Masa Khulafaurrasyidin


a. Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq r.a 11-13 H (632-634 M)
Abu Bakar As-Shiddiq merupakan khalifah pertama yang lahir pada
tahun 573 M. Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Utsman ibn Amir ibn
Amr ibn Ka’ab ibn Sa’ad ibn Taim. Dia dipanggil Abu Bakr dan
kemudian lebih dikenal dengan sebutan al-Shiddiq (orang yang selalu
membenarkan).6
Pengorbanan Abu Bakar terhadap Islam memang nyata. Ia pernah
ditunjuk Nabi langsung untuk menggantikan sebagai imam shalat ketika
Nabi sakit. Dan tidak lama setelah itu, Nabi pun wafat.7

3
Ibid., hal. 78.
4
Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta:
STAIN Ponorogo Press, t. 2009), hal. 86.
5
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Keudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, t. 1999), hal.
46.
6
Ibid., Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, ..., hal.
87.
7
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, t. 2008), hal. 68.

4
Dalam hal tersebut, Umar dan Abu Ubaidah merasa yakin bahwa
Abu Bakarlah yang lebih berhak untuk menggantikan Rasulullah SAW.8
Abu bakar dibai’at oleh Basyir bin Sa’ad, kemudian diikuti oleh
Umar dan Abu Ubaidah dan diikuti secara serentak oleh para hadirin.9
Setelah diangkatnya Abu Bakar sebagai khalifah, beliau berpidato
yang mana pidatonya merupakan sebagai siasat pemerintahan yang akan
beliau jalankan. 10 Adapun pidatonya adalah sebagai berikut:
“Wahai saudaraku! Kalian semua berhak mengawasiku dalam
menjalankan pemerintahan. Aku bukan yang terbaik di antara kalian: Aku
memerlukan bantuan dari kalian. Jika aku benar, dukunglah; jika aku
salah, tegurlah. Maka berkata benar kepada orang yang berkuasa adalah
sahabat setia, sedangkan yang menyembunyikannya adalah pengkhianat.
Menurutku, yang kuat dan yang lemah itu sama; dan aku ingi adil terhadap
keduanya. Selama aku patuh kepada Allah dan Rasul, maka ikutilah; tapi
jika aku meninggalkan hukum-hukum keduanya, maka aku tidak berhak
lagi mendapat dukungan dari kalian.”11
Pemerintahan Abu Bakar berlangsung sekitar dua tahun lebih tiga
bulan. Meskipun demikian, Abu Bakar menyumbangkan akan sumbangan
yang berarti bagi umat Islam, di antaranya adalah:
1) Memberangkatkan pasukan Usamah ibn Zaid menuju Balqa di
Palestina sesuai perintah Rasulullah (pada akhirnya peperangan
berhasil menang).
2) Menumpas orang-orang murtad.
3) Memerangi orang-orang yang enggan membayar zakat dari suku-suku
di Yaman, Yamamah, dan Oman.

8
Ibid., hal. 69.
9
M. Rida dalam buku Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam..., hal. 69.
10
A. Syalahi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, t. 1992), hal. 227.
11
Sayed Athar Husain dalam buku Asghar Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembangan Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, t. 1999), hal. 219-220.

5
4) Menghancurkan nabi-nabi palsu.
5) Mengumpulkan al-Qur’an (atas usulan Umar Ibn Khattab setelah
banyaknya para penghafal al-Qur’an yang jatuh dalam perang
Yamamah memerangi orang-orang yang murtad).
6) Melakukan perluasan wilayah Islam (Persia dan Romawi).12
Abu Bakar wafat pada bulan Jumadil Akhir tahun 13 H./634 M.
yakni bertepatan pada hari Senin tanggal 23 Agustus dalam usianya yang
ke 63 tahun. Namun sebelum kewafatnnya, Abu Bakar telah menunjuk
Umar untuk menggantikan kedudukannya sebagai khalifah. Dengan
demikian, ia berharap tidak akan ada konflik dalam pemilihan khalifah
setelahnya.13

b. Khalifah Umar Ibn Khattab r.a 13-23 H (634-644 M)


Nama lengkapnya adalah Umar ibn Khattab ibn Nufayl ibn Abd al-
Uzza dari Bani Adi ibn Ka’b yang termasuk suku Quraisy.14
Pada masa kekhalifahnnya, Umar mengganti nama kepala negara
yang pada mulanya adalah Khalifah al-Rasul menjadi Amir al-Mu’minin.15
Di antara kontribusi kepemimpinan Umar bagi peradaban Islam
adalah perluasan wilayah dan penataan administrasi pemerintahan.
Perluasan dan penguasaan wilayah-wilayah baru yang terletak di luar
semenanjung Arabia, bahkan telah memasuki sebagian besar wilayah
empirium Persia dan Romawi.16

12
Ibid., Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, ..., hal.
88-89.
13
Ibid., Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 76.
14
Ibid., Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, ..., hal.
89.
15
Ahmad Kastalani, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressendo, t. 2016), hal.
15.
16
Ibid., Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, ..., hal.
92-93.

6
Perluasan wilayah tersebut yakni meliputi Jazirah Arab, Syria,
Palestina, Irak, Mesir dan sebagian wilayah Persi.17
Dalam penataan dan perbaikan sistem administrasi pemerintahan,
Umar berhasil mengadopsi hal positif baru ke dalam masyarakat Arab
yang kurang mengenal sistem tersebut sebelumnya. Maka administrasi
yang baik dan manajemen yang efektif ini telah terbukti dengan jelas
dapat mempercepat perluasan wilayah Islam pada saat itu.18
Setelah memerintah selama 10 tahun, Umar wafat pada tahun 644
M/23 H. Umar dibunuh oleh seorang budak dari Persia yang bernama Abu
Lu’lu’ah. Sebelum kewafatannya, dia menunjuk akan enam orang sahabat
yang salah satunya akan menjadi khalifah setelahnya sesudah diadakannya
musyawarah. Adapun mereka adalah Usman ibn Affan, Ali ibn Abi
Thalib, Thalhah, Zubair, Sa’ad ibn Abi Waqqas, dan Abdurrahman ibn
Auf.19 Keenam sahabat yang dipilih oleh Umar ini semuanya merupakan
kelompok Muhajirin atau Quraisy. Selain itu, mereka adalah orang-orang
yang dahulunya dinyatakan Rasulullah sebagai calon-calon penghuni
surga.20

c. Khalifah Utsman Ibn Affan r.a 23-35 H (644-656 M)


Setelah Umar ibn Khattab wafat, kedudukan khalifah diambil alih
oleh Utsman ibn Affan berdasarkan hasil dari musyawarah para sahabat
senior. Utsman lahir pada tahun 576 M. Selain sahabat, Ustman juga
merupakan menantu Rasulullah.21 Ia memiliki kedermawanan yang tinggi

17
Ibid., Ahmad Kastalani, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 16.
18
Ibid., Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, ..., hal.
93.
19
Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, t. 2011), hal. 43.
20
Ibid., hal. 47.
21
Utsman menikahi Ruqayah binti Muhammad, lalu Ummi Kultsum binti Muhammad setelah
Ruqayah meninggal. Oleh sebab itulah ia dijuluki sebagai Dzun Nurain (memiliki dua cahaya). (Imam
Fu’adi: 2011)

7
dan dikenal religius.22 Pembai’atannya dilakukan oleh Abd Rahman ibn
Auf pada hari Senin, 30 Dzulhijjah 24 H.23
Pada masa pemerintahannya, Utsman merupakan khalifah yang
pertama kali mempunyai angkatan laut yang cukup tangguh dan
membahayakan kekuatan lawan.24
Utsman juga memberikan kontribusi yang berharga dalam
peradaban Islam, seperti menumpas pendurhakaan dan pemberontakan.
Adapun daerah-daerah yang mendurhaka tersebut adalah Khurasan dan
Iskandariah.25 Perluasan Islam pun juga dilaksanakan yakni meliputi
semua daerah yang dapat dicapai pada masa Umar dan ditambah dengan
perluasan ke laut.26
Selain itu, pengumpulan mushaf al-Qur’an kembali dilakukan
seperti mana yang telah dilakukan oleh khalifah Abu Bakar. Namun, ada
perbedaan motif dalam pengumpulan tersebut. Pada masa Abu Bakar,
pengumpulan mushaf dikarenakan oleh kekhawatiran akan hilangnya al-
Qur’an sebab banyaknya para huffadz yang meninggal. Akan tetapi
pengumpulan mushaf pada masa kekhalifahan Ustman dikarenakan oleh
kekhawatiran akan munculnya perbedaan sebab banyaknya perbedaan
bacaan.27
Utsman meninggal secara terbunuh pada tanggal 17 Juni 656 M.28
Dalam hal ini, menjadikannya khalifah pertama yang dibunuh oleh
seorang muslim.29

22
Ibid., hal. 45.
23
Ibid., hal. 48.
24
Ibid., Ahmad Kastalani, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 21.
25
Ibid., hal. 19.
26
Ibid., hal. 20.
27
Ibid., hal. 23.
28
Bertepatan pada 35 H dalam usia 82 tahun. (Choirul Rofiq: 2009)
29
Ibid., Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern,..., hal 98.

8
d. Khalifah Ali Ibn Abi Thalib r.a 35-41 H (656-661 M)
Setelah wafatnya khalifah Ustman, kaum muslimin memilih Ali
untuk menjadi khalifah. Dan pada akhirnya Ali pun menerima hal tersebut
meski sebenarnya ia tidak menginginkannya.30
Ali memerintah selama empat tahun. Ia lahir sekitar tiga puluh
tahun setelah kelahiran Rasulullah. Dengan demikian, ia termasuk khalifah
yang sangat muda dibanding khalifah yang lain.31
Pengengkatannya sebagai khalifah agak berbeda dengan khalifah
yang lain. Kalau Abu Bakar diangkat dengan cara musyawarah terbuka di
Tsaqifah bani Sa’idah, Umar ditunjuk oleh khalifah sebelumnya, Utsman
melalui majelis al-Syura yang dibentuk Umar, maka Ali dipilih dalam
keadaan yang pada saat itu kacau dan tidak terlalu melibatkan sahabat
senior.32
Pembai’atan Ali dilakukan pada tanggal 24 Juni 656 M bertepatan
pada tanggal 25 Dzulhijjah 35 H di Masjid Madinah.33
Setelah diangkatnya Ali sebagai khalifah, terdapat dua ketetapan
yang dikeluarkannya, yaitu:
1) Memecat para pemimpin daerah yang telah diangkat oleh Utsman.34
Hal ini dikarenakan oleh yakinnya Ali bahwa mereka lambat dalam
mengatasi segala situasi pada saat itu sehigga terjadilah
pemberontakan-pemberontakan.35
2) Mengambil kembali beberapa tanah yang diberikan Utsman kepada
para famili dan kerabat tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah
Utsman yang diberikan tanpa alasan.36

30
Ibid., hal. 100.
31
Ibid., Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 55.
32
Ibid., hal. 58.
33
Ibid., hal. 60.
34
Ibid., Ahmad Kastalani, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 27.
35
Ibid., Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 55.
36
Ibid., Ahmad Kastalani, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 27.

9
Selain itu, Ali juga punya kebijakan dalam penataan administrasi
seperti memberikan tunjangan kepada kaum muslimin yang berasal dari
bait al mal tanpa ada perbedaan antara muslim yang terdahulu dan
belakangan, mengatur pelaksanaan pemerintahan dengan tujuan guna
mengembalikan kepentingan umat, dan menjadikan Kufah sebagai ibu
kota umat Islam di saat itu.37
Di antara peperangan yang terjadi pada pemerintahan Ali adalah
sebagai berikut:
1) Perang Jamal
Perang Jamal merupakan perang sesama muslim pertama dalam
sejarah Islam. Peperangan ini dipimpin oleh Aisyah, Thalhah, dan
Zubair. Sebagian sebab terjadinya peperangan disebabkan oleh tidak
adanya kepastian Ali dalam menegakkan syariat Islam pada para
pembunuh Utsman. Peperangan ini dimenangkan oleh Ali karena
pasukan yang dipimpin oleh Ali lebih dinilai berpengalaman dalam
peperangan.38
2) Perang Shiffin
Seperti halnya perang Jamal, perang Shiffin pun juga terjadi sebagai
tuntutan terhadap Ali tentang penyelesaian kasus pembunuhan
Utsman.39 Perlawanan ini datang dari Mu’awiyah (seorang gubernur
Damaskus pada saat itu) terhadap Ali. Dan pada akhirnya peperangan
diakhiri dengan tahkim (arbitrase). Akan tetapi hal itu malah
menimbulkan masalah, yakni terpecahnya umat Islam menjadi tiga
golongan, yaitu golongan Ali, golongan Mu’awiyah, dan Khawarij
(orang-orang yang keluar dari golongan Ali).40

37
Ibid., Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 62.
38
Ibid., Ahmad Kastalani, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 28-29.
39
Ibid., Imam Fu’adi, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 65.
40
Ibid., Ahmad Kastalani, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 31-32.

10
Khalifah Ali wafat pada tanggal 17 Ramadhan 40 H bertepatan pada
tahun 661 M. Wafatnya Ali disebabkan oleh dampaknya pukulan fatal
terhadap Ali yang dilakukan oleh Abdurrahman (pegikut setia kaum
Khawarij) sewaktu Ali akan adzan di mesjid.41
Berdasarkan prinsip prosedur pengangkatan para khulafaurrasyidin yang
telah diuraikan, maka dalam musyawarah yang ditempuh terdapat tiga model
pemilihan, yaitu aklamasi (pernyataan setuju secara lisan oleh peserta rapat
terhadap suatu perkara), penunjukan, dan Dewan Syuro (tim formatur) yang
dibentuk Umar.42

C. Kontribusi Yang Disumbangkan Khulafaurrasyidin Pada Peradaban


Islam
Para khulafaurrasyidin telah berhasil menyumbangkan kontribusi dalam
peradaban Islam seperti pengkodifikasian terhadap al-Qur’an. Selain itu juga
banyak lagi kontribusi mereka di beberapa bidang lain di antaranya adalah
sebagai berikut:
a. Bidang ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan klasik Islam dibedakan menjadi dua macam, yaitu
‘ulum al-naqliyah (ilmu-ilmu yang bersumber pada al-Qur’an) dan ‘ulum
al-‘aqliyah (ilmu-ilmu yang bersumber pada akal). Pada masa
khulafaurrasyidin, ilmu-ilmu yang banyak berkembang adalah ‘ulum al-
naqliyah, yaitu di antaranya seperti:
1) Ilmu qira’at
Ilmu ini erat hubungannya dengan membaca dan mempelajari al-
Qur’an. Adanya kekhatiran tentang kesalahan dalam membaca dan
memahami al-Qur’an, maka diperlukanlah standarisasi bacaan dengan
kaidah-kaidah tersendiri. Selain itu dalam rangka untuk mempelajari

41
Ibid., Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, ..., hal. 100-101.
42
Muhammad Abu Zahrah dalam buku Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan
Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, t. 2004), hal. 28.

11
bacaan dan memahami al-Qur’an, khalifah Umar mengutus Mu’adz
ibn Jabal ke Palestina, Ibadah ibn al-Shamit ke Hims, Abu Darda’ ke
Damaskus, Ubayy ibn Ka’ab dan Abu Ayyub tetap di Madinah.
Karena menafsirkan al-Qur’an sangatlah diperlukan untuk memahami
ayat-ayat, maka muncullah ilmu tafsir. Para sahabat pun
mempelajarinya sesuai dengan apa yang diterima dari Rasulullah.43
2) Ilmu hadis
Untuk memahami al-Qur’an tidak bisa lepas dari pengetahuan tentang
hadis. Meskipun ilmu hadis belum dikenal pada masa
khulafaurrasyidin, namun pengetahuan tentang hadis sudah meluas di
kalangan umat Islam. Di antara tokohnya adalah Ibn Mas’ud, Ma’qal
ibn Yasar, Ibadah ibn Shamit, dan Abu Darda’.44
3) Ilmu nahwu
Ilmu ini lahir dan berkembang di Basrah dan Kufah. Hal ini
dikarenakan oleh banyaknya kabilah Arab yang bermukim di sana dan
berbicara dengan berbagai macam dialek bahasa. Di sana, juga
bermukim orang-orang yang berbahasa Persia. Adapun pembina dan
penyusun pertama dasar-dasar ilmu nahwu adalah Ali ibn Abi Thalib.
Kemudian belajarlah kepadanya oleh Abu al-Aswad al-Duali dan ia
menyempurnakannya.45
4) Ilmu khath
Ilmu ini sangat berhubungan erat dengan penulisan dan penyebaran al-
Qur’an. Seni menulis al-Qur’an sangatlah dihargai di kalangan Islam. Tidak
satu aksara pun di dunia ini menjadi seni artistik yang hebat seperti aksara
Arab. Pada awal datangnya Islam, hanya belasan orang yang bisa menulis
dan mayoritas adalah para sahabat. Dan pada masa khulafaurrasyidin al-

43
Ibid., Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern,..., hal
103-104.
44
Ibid., hal. 104-105.
45
Ibid., hal. 105.

12
Qur’an ditulis dengan tulisan Kufi.46 Sedangkan untuk surat menyurat dan
semacamnya ditulis dengan tulisan Naskhi.47
5) Ilmu fiqh
Tokohnya adalah Umar ibn Khattab, Ali ibn Abi Thalib, Zayd ibn Tsabit
(Madinah), Abdullah ibn Abbas (Mekkah), Abdullah ibn Mas’ud (Kufah),
Anas ibn Malik (Basrah), Mu’adz ibn Jabal (Syria), dan Abdullah ibn Amr
ibn Ash (Mesir).48
b. Bidang sastra
Di kalangan bangsa Arab, sastra yang merupakan inti seni bagaikan cermin
dari segala yang hidup. Islam dan bahasa Arab tidak dapat terpisahkan melalui
al-Qur’an. Kesusastraan Arab dimulai dari segala lembaran yang tidak dapat
dicipta oleh manusia.49
Menurut pengamat sastra pada umumnya ada dua pendapat tentang
perkembangan sastra pada masa khulafaurrasyidin, yaitu:
1) Sastra mengalami stagnasi (terhenti) karena perhatian lebih pada al-Qur’an,
sehingga syair dan sastra kurang berkembang.
2) Al-Qur’an sebagai inspirasi kegiatan sastra, karena perlunya bahasa yang
indah dalam berdakwah. Sebagai suumber pokok ajaran Islam, pengaruh al-
Qur’an dan hadis tidak bisa dilepaskan.50
c. Bidang arsitektur
Tumbuhnya arsitektur dalam Islam dimulai dari mesjid. Adapun beberapa
mesjid yang dibangun dan diperbaiki pada masa kulafaurrasyidin antara lain:
1) Masjid al-Haram, masjid yang dibangun oleh Nabi Ibrahim. Perluasan
terjadi pada masa khalifah Umar dan Utsman.
2) Masjid Nabawi, didirikan oleh Rasulullah.

46
Tulisan Kufi dipelajari orang Arab dari perdagangan ke Irak. (Choirul Rofiq: 2009)
47
Tulisan Naskhi dipelajari orang Arab dari perdagangan ke luar Syam. (Choirul Rofiq: 2009)
48
Ibid., hal. 105.
49
Ibid., hal. 106.
50
Ibid., hal. 106.

13
3) Masjid al-Atiq, masjid yang pertama kali dibangun di Mesir pada
tahun 21 H tepatnya di utara benteng Babylon.51
Selain pembangunan mesjid, pada khalifah Umar dibangun juga
kota-kota baru seperti Basrah dan Kufah. Dengan pembangunan kota-kota
baru, maka dibangunlah bangunan-banguunan utama dalam sebuah kota,
yaitu perumahan, masjid jami’, dan selainnya.52
Beberapa kota yang dibangun pada periode ini di antaranya adalah:
1) Basrah (14-15 H) oleh arsitek ‘Uthbah ibn Ghazwah dan para
pekerjanya.
2) Kufah (17 H) oleh arsitek Persia Salman al-Farisi dan kawan-kawan.
3) Fusthat (21 H) terletak di sebelah timur sungai Nil.53

D. Perkembangan Bahasa Arab Di Masa Khulafaurrasyidin


Sebagai bahasa al-Qur’an, sudah barang tentu bahasa Arab memiliki
peran yang besar dalam peradaban di masa khulafaurrasyidin. Namun, bahasa
Arab mengalami kekacauan dalam segi tata bahasa sesudah perluasan Islam
ke luar jazirah Arab. Hal ini disebabkan oleh pergaulan luas antara bangsa
Arab dengan bangsa Persi, Mesir, dan Syam. Dengan demikian, terjadilah
perbauran antar bahasa.
Hal tersebut berbeda dengan masa jahiliyah ketika belum bergaul luas
dengan bangsa lain, sehingga bahasa mereka masih murni.54
Meskipun demikian, Ali ibn Abi Thalib menyusun dasar-dasar ilmu
nahwu yang mana berperan dalam mengatur tata bahasa. Dan kemudian
disempurnakan oleh Abu al-Aswad al-Duali.55

51
Ibid., hal. 107.
52
Ibid., hal. 108.
53
Ibid., hal. 108-109.
54
Musyrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana Prenada Media, t. 2003), hal.
32.
55
Ibid., Choirul Rofiq, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern, ..., hal.
105.

14
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Dari urain diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Khulafaurrasyidin adalah para pemimpin yang merupakan sahabat Rasulullah
SAW. yang diangkat menjadi khalifah (pemimpin) setelahnya. Adapun
mereka adalah Abu Bakar, Umar ibn Khattab, Utsman ibn Afan, dan Ali ibn
Abu Thalib.
2. Peradaban Islam dimasa mereka telah memberikan dampak positif terhadap
perkembangan Islam. Seperti halnya perluasan wilayah, pembangunan segala
bangunan, dan lain-lain.
3. Di antara kontribusi para khulafaurrasyidinterhadap peradaban Islam adalah
pengumpulan dan pembukuan al-Qur’an, perkembangan ilmu pengetahuan,
sastra, dan arsitektur.
4. Bahasa Arab di masa khulafaurrasyidin merupakan bahasa yang tidak dapat
dipisahkan dalam peradaban Islam mengingat bahasa Arab yang merupakan
bahasa al-Qur’an dan hadis yang menjadi sumber ajaran Islam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fu’adi, Imam, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Teras, t. 2011), hal. 43.

Husain, Sayed Athar, dalam buku Engineer, Asghar Ali, Asal Usul dan
Perkembangan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, t. 1999).

Karim, M. Abdul, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Bagaskara


Yogyakarta, t. 2011).

Kastalani, Ahmad, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta: Aswaja Pressendo, t.


2016).

Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Keudayaan Arab, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, t.
1999).

Rofiq, Choirul, Sejarah Peradaban Islam: Dari Masa Klasik Hingga Modern,
(Yogyakarta: STAIN Ponorogo Press, t. 2009).

Sunanto, Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, (Jakarta: Kencana Prenada Media, t.


2003).

Supriyadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, t. 2008).

Syalahi, A., Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, t. 1992).

Zahrah, Muhammad Abu, dalam buku Thohir, Ajid, Perkembangan Peradaban di


Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, t. 2004).

16

Anda mungkin juga menyukai