BAB 2 ISI
1 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
2.1 HAKIKAT IMAN
Iman adalah keyakinan yang menghujam dalam hati, kokoh penuh keyakinan
tanpa dicampuri keraguan sedikitpun. Sedangkan keimanan dalam Islam itu sendiri
adalah percaya kepada Alloh, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, Rosul-
rosulNya, hari akhir dan berIman kepada takdir baik dan buruk. Iman mencakup
perbuatan, ucapan hati dan lisan, amal hati dan amal lisan serta amal anggota tubuh.
Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan Kedudukan
Iman lebih tinggi dari pada Islam, Iman memiliki cakupan yang lebih umum dari
pada cakupan Islam, karena ia mencakup Islam, maka seorang hamba tidaklah
mencapai keImanan kecuali jika seorang hamba telah mamapu mewujudka
keislamannya. Iman juga lebih khusus dipandang dari segi pelakunya, karena pelaku
keimanan adalah kelompok dari pelaku keIslaman dan tidak semua pelaku keIslaman
menjadi pelaku keImanan, jelaslah setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap
muslim adalah mukmin
2 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
dilihat olehNya sehingga akan muncul kesadaran dalam diri untuk tidak melakukan
tindakan selain berbuat Ihsan atau berbuat baik.
2.4 Menelusuri Konsep dan Urgensi Islam, Iman, dan Ihsan dalam Membentuk
Insan Kamil ( Manusia Sempurna )
Menurut Ibn Araby, ada dua tingkatan menusia dalam mengimani Tuhan. Pertama,
tingkat insan kamil. Mereka mengimani Tuhan dengan cara penyaksian. Artinya,
mereka “ menyaksikan” Tuhan; mereka menyembah Tuhan yang disaksikannya.
Kedua, manusia beragama pada umumnya. Mereka mengimami Tuhan dengan cara
mendefinisikan. Artinya, mereka tidak menyaksikan Tuhan. Tetapi mereka
mendefinisikan Tuhan. Mereka mendefinisikan Tuhan berdasarkan sifat – sifat dan
nama – nama Tuhan. ( Asma’ul Husna )
Abdulkarim Al – Jilli membagi insan kamil atas tiga tingkatan.
a) Tingkat Pemula ( al – bidayah ). Pada tingkat ini insan kamil mulai dapat
merealisasikan asma dan sifat – sifat ilahi pada dirinya.
b) Tingkat menengah ( at – tawasuth ). Pada tingkat ini insan kamil sebagai orbit
kehalusan sifat kemanusiaan yang terkait dengan realitas kasih Tuhan ( al – haqaiq ar
– ramaniyyah ). Pengetahuan yang dimiliki oleh insan kamil pada tingkat ini telah
3 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
meningkat dari pengetahuan biasa, karena sebagian dari hal – hal yang gaib telah
dibukakan Tuhan kepadanya.
c) Tingkat terakhir ( al – khitam ). Pada tingkat ini insan kamil telah dapat
merealisasikan citra Tuhan secara utuh. Iapun telah dapat mengetahui rincian dari
rahasia penciptaan takdir
2.5 Menanyakan Alasan Mengapa Iman, Islam, dan Ihsan Menjadi Persyaratan
dalam Membentuk Insan Kamil
Apakah anda percaya akan adanya Allah ? Mereka semua memberikan
jawaban yang sama kami percaya akan adanya Allah, kami percaya akan adanya
malaikat – malaikatnya dan seterusnya. Kemudian jika ditanya lebih lanjut
adakah manusia yang tidak percaya akan adannya malaikat, dan adakah manusia yang
tidak percaya adanya tuhan, dan serterusnya. Hampir semua mahasiswa menjawab
tidak ada seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya Tuhan, tidak ada
seorang manusiapun yang tidak percaya akan adanya malaikat, dan seterusnya.
Semua manusia percaya adanya Tuhan, dan seterusnya
2.6 Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan
Ihsan Sebagai Pilar Agama Islam dalam Membentuk Insan Kamil.
Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Tentang Iman, Islam, dan
Ihsan sebagai Pilar Agama IslamBerdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar Bin
Khatab r.a diatas kaum muslimin menetapkan adanya tiga unsur penting dalam agama
islam yakni, iman, islam, dam ihsan sebagai kesatuan yang utuh.Akidah merupakan
cabang ilmu agama untuk memahami pilar islam dan akhlak merupakan cabang ilmu
agama untuk memahami pilar ihsan.
Menggali Sumber Teologis, Historis, dan Filosofis Konsep Insan Kamil
Istilah Insan Kamil (manusia sempurna) pertama kali diperkenalkan oleh syekh Ibn
Araby ( abad ke – 14 ). Ia menyebutkan ada dua jenis manusia, yakni insan kamil dan
monster setengah manusia. Jadi, kata Ibn Araby, jika tidak menjadi insan kamil, maka
manusia menjadi monster setengah manusia. Insan kamil adalah manusia yang telah
4 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
menanggalkan kemonsteranya. Konsekuensinya, diluar kedua jenis manusia ini da
manusia yang sedang berproses menanggalkan kemonsterannya dalam membentuk
insan kamil.
a. Konsep Manusia dalam Al-Quran.
secara umum, pembicaraan tentang konsep manusia selalu berkisar dalam dua
dimensi, yakni dimensi jasmani dan rohani, atau dimensi lahir dan batin.
b. Unsur –unsur Manusia Pembentuk Insan Kamil secara ringkas, Al – Ghazali
( dalam othman, 1987: 31-33) menyebut beberapa instrumen untuk mencari
pengetahuan yang benar serta kapasitas untuk mencapainya. Pertama, panca indra.
Panca indra memiliki keterbatasan dan tidak bisa mencapai pengetahuan yanng benar,
setelah dinilai oleh akal. Kedua, akal. Dengan metode ini, dengan cara yang sama,
seharusnya orangpun menuilai tingkat kebenaran akal. Orang seharusnya
menggunakan cara yang sama dengan cara yang digunakan oleh akal ketika menulai
kekeliruan panca indra.
Ketiga, nur ilahi. Ketika Al- Ghazali sembuh dari sakitnya ia menuturkan,
kesembuhannya dari sakit karena adanya nur ilahi yang menembus dirinya.
Kemudian Al- Ghazali mengungkapkan pandangannya tentang nur ilahi sebagai
berikut. Kapan saja Allah menghendaki untuk memimpin seseorang, maka jadilah
demikian. Dialah yang melapangkan dada orang itu untuk berislam. ( QS: Al- An am/
6:125.
5 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
Roh
Sirr (rasa)
Untuk mencapai derajat insan kamil kita harus dapat menundukkan nafsu dan
syahwat hingga mencapai tangga nafsu muthama’inah.
Hal ini dapat dilihat pada QS Al Fajr/89;27-30
Yang artinya hai jiwa yang tenang kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhoinya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hambaku, masuklah
kedalam surgaku.
Ayat di atas dengan jelas menegaskan bahwa nafsu muthma’inah merupakan
titik berangkat untuk kembali kepada tuhan. Akan tetapi, dengan modal nafsu
muthama’inah pun masih di perintah lagi oleh allah untuk menaiki tangga nafsu
diatasnya. Menurut imam ghazali ada 7 macam nafsu sebagai proses taraqqi (menaik)
yaitu :
Nafsu ammarah
Nafsu lawwamah
Nafsu mulhimah
Nafsu muthma’inah
Nafsu radhiyah
Nafsu mardiyyah
Nafsu kamilah
6 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
2.8 MENDESKRIPSIKAN TENTANG ESENSI DAN URGENSI IMAN,
ISLAM, DAN IHSAN DALAM MEMBENTUK INSAN KAMIL
Insan kamil merupakan tipe manusia ideal yang dikehendaki oleh tuhan. Hal ini
disebabkan, jika tidak menjadi insan kamil maka manusia itu hanyalah monster
bertubuh manusia.
Siapa dan bagaimana insan kamil itu ?
Dalam perspektif islam manusia memiliki 4 unsur yaitu : jasad, hati, roh dan
rasa. Yang berfungsi untuk menjalankan kehendak ilahi. Untuk mengkokohkan
keimanan akan menjadi manusia yang insan kamil maka kaimanan kita harus
mencapai tingkat yakin. Maka kita harus mengidentifikasi yang mengacu pada rukun
iman. Sedangkan untuk dapat beribadah secara bersungguh-sungguh dan ikhlas, maka
segala ibadah yang kita lakukan mengacu pada rukun islam.
Kaum sufi memberikan tips untuk dapat menaiki tangga demi tangga, maka
seseorang yang berkehendak mencapai martabat insan kamil diharuskan melakukan
riyadhah (berlatih terus-menerus) untuk menapaki maqam demi maqam yang biasa
ditempuh oleh bangsa sufi dalam perjalanannya menuju tuhan. Maqam-maqam yang
dimaksud merupakan karakter-karakter inti yang memiliki 6 unsur :
1. Taubat.
2. Wara’.
3. Zuhud.
4. Faqir.
5. Sabar
6. Tawakkal.
7 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
BAB 3 PENUTUP
KESIMPULAN
8 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
Iman, islam dan ihsan merupakan tiga rangkaian konsep agama islam yang
sesuai dengan dalil , Iman, Islam dan Ihsan saling berhubungan karena seseorang
yang hanya menganut Islam sebagai agama belumlah cukup tanpa dibarengi dengan
Iman. Sebaliknya, Iman tidaklah berarti apa-apa jika tidak didasari dengan Islam.
Selanjutnya, kebermaknaan Islam dan Iman akan mencapai kesempurnaan jika
dibarengi dengan Ihsan, sebab Ihsan merupakan perwujudan dari Iman dan
Islam,yang sekaligus merupakan cerminan dari kadar Iman dan Islam itu sendiri.
Daftar Pustaka
9 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010
Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis,
(Yogyakarta: Azna Books, 2010)
At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, Ensiklopedia Islam Al-Kamil,
(Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010)
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta:Rajawali Press, 2001)
Thanthawi, Ali, Aqidah Islam; Doktrin dan Filosofis, (Pajang:Era Intermedia,2004).
Daradjat, Zakiah, dkk., Dasar-dasar Agama Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996).
Wahhab, Muhammad bin Abdul, Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,(Riyadh:
Darussalam,2004).
[1] Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq, hlm.33
[2] Ibid, hlm.87-88
[3] At-Tuwaijiri, Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah, 2010, Ensiklopedia Islam Al-
Kamil, Jakarta: Darus Sunnah Press, hlm.88
[4] Al-qurannulkarim,PT.sygma examedia arkanleema
[5] Wahhab, Muhammad bin Abdul, 2004 , Tiga Prinsip Dasar dalam Islam,Riyadh:
Darussalam, hlm.23-24
10 | Busyra, Zainuddin Ahmad, Buku Pintar Aqidah Akhlaq dan Qur’an Hadis, (Yogyakarta: Azna Books, 2010