Pedoman Triase Fix
Pedoman Triase Fix
DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS 9 NOPEMBER
A. Latar Belakang
Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan yang berfungsi untuk
menerima dan menstabilkan pasien yang menunjukkan gejala yang
bervariasi baik gawat atau tidak gawat.Triase adalah cara pemilahan
penderita untuk menentukan prioritas penanganan pasien berdasarkan
tingkat kegawatanya dan masalah yangterjadi pada pasien. Triase di IGD
adalah Pemilahan penderita berdasarkan pada keadaan ABC (Airway,
Breathing, dan Circulation). Dua jenis keadaan triase dapat terjadi yaitu ;
1. Jumlah penderita dan beratnya luka tidak melampaui kemampuan
petugas. Dalam keadaan ini pasien dengan masalah gawat darurat
dan multi trauma akan dilayani terlebih dahulu, dan sesuai dengan
prinsip ABC.
2. Jumlah penderita dan beratnya luka melampaui kemampuan
petugas. Dalam keadaan ini yang akan di layani terlebih dahulu
adalah pasien yang dengan kemungkinan survival yang terbesar.
B. Tujuan
Tujuan utama triase adalah untuk mengidentifikasi kondisi
mengancam nyawa, tujuan selanjutnya adalah menetapkan derajat
kegawatan yang memerlukan pertolongan kedaruratan.
C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah semua Dokter, Perawat dan
Bidan yang terlibat pada pelayanan UKP.
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelaksanaan pelayanan UKP
di Puskesmas 9 Nopember.
1
E. Batasan Operasional
Triase adalah cara pemilahan penderita untuk menentukan prioritas
penanganan pasien berdasarkan tingkat kegawatanya dan masalah yang
terjadi pada pasien. Triase terutama dilakukan di ruang tindakan.
Pelaksanaan Triase di dalam keadaan sehari hari dilakukan oleh
dokter dan atau perawat yang kompeten di ruang tindakan. Sedangkan
dalam keadaan bencana dilakukan oleh perawat dan dilakukan di luar
atau di depan gedung puskesmas.
Triase dilakukan untuk mengidentifikasi secara cepat korban yang
membutuhkan stabilisasi segera dan mengidentifikasi korban yang hanya
dapat diselamatkan dengan pembedahan darurat (life-saving surgery).
Dalam aktivitasnya, digunakan label pasien merah, hijau dan hitam
sebagai kode identifikasi korban, seperti berikut:
1. Merah, sebagai penanda korban yang membutuhkan stabilisasi
segera dan korban yang mengalami:
▪ Syok oleh berbagai kausa
▪ Gangguan pernapasan
▪ Trauma kepala dengan pupil anisokor
▪ Perdarahan eksternal massif. Pemberian perawatan lapangan
intensif ditujukan bagi korban yang mempunyai kemungkinan hidup
lebih besar, sehingga setelah perawatan di lapangan ini penderita
lebih dapat mentoleransi proses pemindahan ke Rumah Sakit, dan
lebih siap untuk menerima perawatan yang lebih invasif. Triase ini
korban dapat dikategorisasikan kembali dari status “merah” menjadi
“kuning” (misalnya korban dengan tension pneumothorax yang
telah dipasang drain thoraks (WSD).
2. Kuning, sebagai penanda korban yang memerlukan pengawasan
ketat, tetapi perawatan dapat ditunda sementara. Termasuk dalam
kategori ini:
▪ Korban dengan risiko syok (korban dengan gangguan jantung,
trauma abdomen)
2
▪ Fraktur multipel
▪ Fraktur femur / pelvis
▪ Luka bakar luas
▪ Gangguan kesadaran / trauma kepala
▪ Korban dengan status yang tidak jelas
Semua korban dalam kategori ini harus diberikan infus,
pengawasan ketat terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi,
dan diberikan perawatan sesegera mungkin.
3. Hijau, sebagai penanda kelompok korban yang tidak memerlukan
pengobatan atau pemberian pengobatan dapat ditunda, mencakup
korban yang mengalami:
▪ Fraktur minor
▪ Luka minor, luka bakar minor
▪ Korban dalam kategori ini, setelah pembalutan luka dan atau
pemasangan bidai dapat dipindahkan pada akhir operasi lapangan.
▪ Korban dengan prognosis infaust, jika masih hidup pada akhir
operasi lapangan, juga akan dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
4. Hitam, sebagai penanda korban yang telah meninggal dunia.
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
B. Distribusi Ketenagaan
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab Triase
dikoordinir oleh Penanggung jawab UKP sesuai dengan kesepakatan.
C. Jadwal Kegiatan.
Kegiatan triase dilakukan pada waktu jam pelayanan
puskesmas karena puskesmas 9 Nopember bukan puskesmas rawat
inap.
4
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Pelaksanaan Triase dilakukan oleh dokter, perawat, dan bidan.
Pelaksanaan Triase di mulai sejak pasien masuk ke puskesmas 9
Nopember dan pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran yang
disertai penyulit akan di arahkan ke ruang tindakan untuk dilaksanakan
pemeriksaan lebih lanjut .
5
Denah Ruangan Tindakan
B. Standar Fasilitas
1. Pedoman SOP Triase : 1 buah
2. Pelabelan pasien dengan katagori kuning, merah, dan hitam
3. Peralatan dan fasilitas di ruang tindakan
4. ATK
5. Ambulance
6
BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN
meningkat keparahannya .
meliputi :
7
pernafasan, Circulation / sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka
KLASIFIKASI KETERANGAN
perdarahan hebat
8
Tabel 2. Klasifikasi berdasarkan Tingkat Prioritas (Labeling)
KLASIFIKASI KETERANGAN
9
Tabel 3.Klasifikasi berdasarkan Tingkat Keakutan(Iyer, 2004).
KLASIFIKASI KETERANGAN
B. METODE TRIASE
Proses triase dimulai ketika pasien masuk ke puskesmas 9
yang tepat.
cepat, tidak lebih dari 5 menit karena pengkajian ini tidak termasuk
10
trauma dengan peralatan khusus, bagian jantung dengan monitor jantung
dan tekanan darah, dll. Tanpa memikirkan dimana pasien pertama kali
ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebut harus dikaji ulang oleh
didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder dari pihak
dilengkapi dengan data subjektif yang berasal langsung dari pasien (data
primer)
C. LANGKAH KEGIATAN
1. Pasien datang ke puskesmas 9 Nopember
2. Untuk pasien dengan kesadaran penuh dan tanpa penyulit
dikategorikan hijau dan mengikuti alur pelayanan
3. Untuk pasien dengan atau tanpa gangguan kesadaran disertai
penyulit akan diarahkan ke ruang tindakan untuk dilakukan anamnesa
11
dan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan
tingkat kegawatanannya dan penanganan lebih lanjut
4. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka
triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
5. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi
kodewarna:
a. Segera-Immediate (merah). Pasien mengalami cedera
mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila
ditolong segera. Misalnya: Tension pneumothorax, distress
pernafasan (RR< 30x/mnt), perdarahan internal, dsb.
b. Tunda-Delayed (kuning) Pasien memerlukan tindakan defintif
tetapi tidak ada ancaman jiwa segera. Misalnya : Perdarahan
laserasi terkontrol, fraktur tertutup pada ekstrimitas dengan
perdarahan terkontrol, luka bakar <25% luas permukaan tubuh,
dsb.
c. Minimal (hijau). Pasien mendapat cedera minimal, dapat berjalan
dan menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Misalnya:
Laserasi minor, memar dan lecet, luka bakar superfisial.
d. Expextant (hitam) Pasien mengalami cedera mematikan dan akan
meninggal meski mendapat pertolongan. Misalnya : Luka bakar
derajat 3 hampir diseluruh tubuh, kerusakan organ vital, dsb.
e. Pasien mendapatkan prioritas pelayanan dengan urutan warna :
merah, kuning, hijau, hitam.
f. Pasien kategori triase merah dapat langsung diberikan
pengobatan diruang tindakan . Tetapi bila memerlukan tindakan
medis lebih lanjut, penderita/korban dapat dirujuk ke rumah sakit
setelah kondisinya stabil dan transportable.
g. Penderita dengan kategori triase kuning yang memerlukan
tindakan medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi
dan menunggu giliran setelah pasien dengan kategori triase
merah selesai ditangani.
12
h. Penderita dengan kategori triase hijau dapat dipindahkan ke rawat
jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan, maka
pasien dapat diperbolehkan untuk pulang.
i. Penderita kategori triase hitam dapat langsung dibawa pulang
oleh keluarga.
6. Dokumentasi dalam rekam medis.
Dalam kegiatan triase diperlukan data dokumentasi yaitu :
1. Waktu dan datangnya alat transportasi
2. Keluhan utama (misal. “Apa yang membuat anda datang kemari?”)
3. Pengkodean prioritas atau keakutan perawatan
4. Penentuan pemberi perawatan kesehatan yang tepat
5. Penempatan di area pengobatan yang tepat (misal. kardiak versus
trauma, perawatan minor versus perawatan kritis)
6. Permulaan intervensi (misal. balutan steril, pemakaian bidai,
prosedur diagnostik).
13
BAB V
LOGISTIK
14
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
15
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
16
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
17
BAB IX
PENUTUP
18