Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Swandi Wiranata Sinurat

NIM : 8196171017

KELAS :A

MATA KULIAH : Filsafat Ilmu

DOSEN : Dr. H. Banjarnahor, M.Pd

PERKEMBANGAN FILSAFAT PRA YUNANI KUNO

Pada abad 16 hingga 5 SM manusia telah menemukan alat-alat yang terbuat dari besi,
tembaga dan perak yang digunakan sebagai berbagai macam peralatan. Zaman ini disebut-
sebut sebagai masa persiapan lahirnya filsafat (abad 6 SM). Disebutkan oleh K.Bartens,
setidaknya ada tiga faktor yang mendahului lahirnya filsafat :

a. Berkembangnya mite-mite atau mitologi yang cukup luas di kalangan bangsa Yunani.
Mitologi-mitologi ini dianggap salah satu sebab yang membidani lahirnya filsafat
karena mitologi merupakan percobaan untuk memahami. Mite yang mencari
keterangan tentang asal-usul dalam semesta disebut mite kosmogonis, sedangkan mite
yang menerangkan tentang asal-usul dan sifat kejadian disebut dengan mite
kosmologis.
b. Kesusasteraan Yunani, seperti karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea
mempunyai kedudukan yang istimewa dalam karya sastra Yunani. Bahkan dalam
jangka waktu yang cukup lama, karya tersebut dijadikan sebagai semacam buku
pedoman bagi bangsa Yunani.
c. Pengaruh Timur Kuno seperti Mesir dan Babylonia yang sudah mengenal ilmu hitung
dan ilmu ukur. Tentu saja, hal ini berdampak positif bagi bangsa Yunani, terutama
perannya mendukung perkembangan astronomi Yunani. Di sinilah letak kecerdasan
bangsa Yunani, yang mampu mengolah kembali ilmu pengetahuan dari timur dengan
begitu ilmiah.

Filsafat Pra Yunani Kuno adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal atas
dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal muasal
segala sesuatu. Baik dunia maupun manusia para pemikir atau ahli filsafat yang disebut orang
bijak yang mencari-cari jawabannya sebagai akibat terjadinya alam semesta beserta isinya
tersebut.

Para pemikir filsafat yang pertama berasal dari Dimiletos kira-kira pada abad ke 6
SM, dimana pada abad tersebut pemikiran mereka disimpulkan dari potongan-potongan yang
diberitakan oleh manusia dikemudian hari atau zaman.
Dapat dikatakan bahwa mereka adalah filosof alam artinya para ahli fikir yang
menjadikan alam yang luas dan penuh keselarasan yang menjadi sasaran para ahli filsafat
tersebut (obyek pemikirannya adalah alam semesta).

Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam semesta, dari mana terjadinya
alam itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka, pemikiran yang demikian itu
merupakan pemikiran yang sangat maju, rasional dan radikal. Sebab pada waktu itu
kebanyakan orang menerima begitu saja keadaan alam seperti apa yang dapat ditangkap
dengan indranya, tanpa mempersoalkannya lebih jauh. Sedang dilain pihak, orang cukup puas
menerima keterangan tentang kejadian alam dari cerita nenek moyang.

PERKEMBANGAN FILSAFAT ZAMAN YUNANI KUNO

Filsafat Pra Socrates


Filsafat pra-socrates ditandai oleh usaha mencari asal (asas) segala sesuatu ("arche").
Tidakkah di balik keanekaragaman realitas di alam semesta itu hanya ada satu azas? Thales
mengusulkan: air, Anaximandros: yang tak terbatas, Empedokles: api-udara-tanah-air.
Herakleitos mengajar bahwa segala sesuatu mengalir ("panta rei" = selalu berubah), sedang
Parmenides mengatakan bahwa kenyataan justru sama sekali tak berubah. Namun tetap
menjadi pertanyaan: bagaimana yang satu itu muncul dalam bentuk yang banyak, dan
bagaimana yang banyak itu sebenarnya hanya satu? Pythagoras (580-500 sM) dikenal oleh
sekolah yang didirikannya untuk merenungkan hal itu. Democritus (460-370 sM) dikenal
oleh konsepnya tentang atom sebagai basis untuk menerangkannya juga. Zeno (lahir 490 sM)
berhasil mengembangkan metode reductio ad absurdum untuk meraih kesimpulan yang
benar.
1. Aliran Miletos/Madzhab Milesian
Aliran ini disebut Aliran Miletos karena tokoh-tokohnya merupakan warga asli Miletos,
di Asia Kecil, yang merupakan sebuah kota niaga yang maju. Berikut beberapa tokoh
yang termasuk kedalam Aliran Miletos atau dikenal pula dengan istilah Madzhab
Milesian:
a. Thales
Thales hidup sekitar 624-546 SM. Ia adalah seorang ahli ilmu termasuk ahli ilmu
Astronomi. Ia berpendapat bahwa hakikat alam ini adalah air. Segala-galanya berasal
dari air. Bumi sendiri merupakan bahan yang sekaligus keluar dari air dan kemudian
terapung-apung diatasnya.
b. Anaximander
Anaximander adalah murid Thales yang setia. Ia hidup sekitar 610-546 SM. Ia
berpendapat bahwa hakikat dari segala seuatu yang satu itu bukan air, tapi yang satu
itu adalah yang tidak terbatas dan tidak terhingga, tak berubah dan meliputi segala-
galanya yang disebut “Aperion”. Aperion bukanlah materi seperti yang dikemukakan
oleh Thales. Anaximander juga berpendapat bahwa dunia ini hanyalah salah satu
bagian dari banyak dunia lainnya.
c. Anaximenes
Anaximenes hidup sekitar 560-520 SM. Ia berpendapat bahwa hakikat segala sesuatu
yang satu itu adalah udara. Jiwa adalah udara; api adalah udara yang encer; jika
dipadatkan pertama-tama udara akan menjadi air, dan jika dipadatkan lagi akan
menjadi tanah, dan akhirnya menjadi batu. Ia berpendapat bahwa bumi berbentuk
seperti meja bundar.
2. Aliran Pythagoras
Pythagoras lahir di Samos sekitar 580-500 SM. Ia berpendapat bahwa semesta ini tak
lain adalah bilangan. Unsur bilangan merupakan prinsip unsur dari segala-galanya.
Dengan kata lain, bilangan genap dan ganjil sama dengan terbatas dan tak terbatas.
a. Xenophanes
Xenophanes merupakan pengikut Aliran Pythagoras yang lahir di Kolophon, Asia
Kecil, sekitar tahun 545 SM. Dalam filsafatnya ia menegaskan bahwa Tuhan bersifat
kekal, tidak mempunyai permulaan dan Tuhan itu Esa bagi seluruhnya. Ke-Esaan
Tuhan bagi semua merupakan sesuatu hal yang logis. Hal itu karena kenyataan
menunjukkan apabila semua orang memberikan konsep ketuhanan sesuai dengan
masing-masing orang, maka hasilnya akan bertentangan dan kabur. Bahkan “kuda
menggambarkan Tuhan menurut konsep kuda, sapi demikian juga” kata Xenophanes.
Jelas kiranya ide tentang Tuhan menurut Xenophanes adalah Esa dan bersifat
universal.
b. Heraklitus (Herakleitos)
Heraklitus hidup antara tahun 560-470 SM di Italia Selatan sekawan dengan
Pythagoras dan Xenophanes. Ia berpendapat bahwa asal segalanya adalah api dan api
adalah lambang dari perubahan. Api yang selalu bergerak dan berubah menunjukkan
bahwa tidak ada yang tetap dan tidak ada yang tenang.
3. Aliran Elea
a. Parmenides
Lahir sekitar tahun 540-475 di Italia Selatan. Ajarannya adalah kenyataan bukanlah
gerak dan perubahan melainkan keseluruhan yang bersatu. Dalam pandangan
Pamenides ada dua jenis pengetahuan yang disuguhkan yaitu pengetahuan inderawi
dan pengetahuan rasional. Apabila dua jenis pengetahuan ini bertentangan satu sama
lain maka ia memilih rasio. Dari pemikirannya itu membuka cabang ilmu baru dalam
dunia filsafat yaitu penemuannya tentang metafisika sebagai cabang filsafat yang
membahas tentang yang ada.
b. Zeno
Lahir di Elea sekitar 490 SM. Ajarannya yang penting adalah pemikirannya tentang
dialektika. Dialektika adalah satu cabang filsafat yang mempelajari argumentasi.
c. Melissos
Lahir di Samos tanpa diketahui secara tepat tanggal kelahirannya. Ia berpendapat
bahwa “yang ada” itu tidak berhingga, menurut waktu maupun ruang.
4. Aliran Pluralis
a. Empedokles
Lahir di Akragas Sisislia awal abad ke-5 SM. ia menulis buah pikirannya dalam
bentuk puisi. Ia mengajarkan bahwa realitas tersusun dari empat anasir yaitu api,
udara, tanah, dan air.
b. Anaxagoras
Lahir di Ionia di Italia Selatan. Ia berpendapat bahwa realitas seluruhnya bukan satu
tetapi banyak. Yang banyak itu tidak dijadikan, tidak berubah, dan tidak berada
dalam satu ruang yang kosong. Anaxagoras menyebut yang banyak itu dengan
spermata (benih).
5. Aliran Atomis
Pelopor atomisme ada dua yaitu Leukippos dan Demokritos. Ajaran aliran filsafat ini
ikut berusaha memecahkan masalah yang pernah diajukan oleh aliran Elea. Aliran ini
mengajukan konsep mereka dengan menyatakan bahwa realitas seluruhnya bukan satu
melainkan terdiri dari banyak unsur. Dalam hal ini berbeda dengan aliran pluralisme
maka aliran atomisme berpendapat bahwa yang banyak itu adalah “atom” (a = tidak,
tomos = terbagi).
6. Aliran Sofis
Sofisme berasal dari kata Yunani “sophos” yang berarti cerdik atau pandai. Tokoh-tokoh
kaum sofis adalah Protagoras, Grogias, Hippias, Prodikos, dan Kritias. Kesimpulannya,
filsafat Pra Socrates adalah filsafat yang dilahirkan karena kemenangan akal asas atas
dongeng atau mite-mite yang diterima dari agama yang memberitahukan tentang asal
muasal segala sesuatu.

Zaman Keemasan Filsafat: Socrates, Plato, Aristoteles


Puncak filsafat Yunani dicapai pada Socrates, Plato dan Aristoteles. Filsafat dalam
periode ini ditandai oleh ajarannya yg "membumi" dibandingkan ajaran-ajaran filosof
sebelumnya. Seperti dikatakan Cicero (sastrawan Roma) bahwa Socrates telah memindahkan
filsafat dari langit ke atas bumi. Maksudnya, filosof pra-Socrates mengkonsentrasikan diri
pada persoalan alam semesta sedangkan Socrates mengarahkan obyek penelitiannya pada
manusia diatas bumi. Hal ini juga diikuti oleh para sofis. Seperti telah disebutkan didepan,
sofis (sophistes) mengalami kemerosotan makna. Shopistes digunakan untuk menyebut guru-
guru yg berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peran penting dalam masyarakat. Dalam
dialog Protagoras, Plato mengatakan bahwa para sofis merupakan pemilik warung yg menjual
barang ruhani.

Tokoh-tokoh Zaman Keemasan Filsafat

a. Socrates (470-400 S.M)


Socrates guru Plato, mengajar bahwa akal budi harus menjadi norma terpenting untuk
tindakan kita. Sokrates sendiri tidak menulis apa-apa. Pikiran-pikirannya hanya dapat
diketahui secara tidak langsung melalui tulisan-tulisan dari cukup banyak pemikir
Yunani lain, terutama melalui karya plato. Sebagaimana para sofis, Socrates memulai
filsafatnya dengan bertitik tolak dari pengalaman keseharian dan kehidupan kongkret.
Perbedaannya terletak pada penolakan Socrates terhadap relatifisme (pandangan yg
berpendapat bahwa kebenaran tergantung pada manusia) yg pada umumnya dianut
para sofis. Menurut Socrates tidak benar bahwa yg baik itu baik bagi warga Athena
dan lain bagi warga negara Sparta. Yang baik mempunyai nilai yg sama bagi semua
manusia dan harus dijunjung tinggi oleh semua orang. Pendirinya yg terkenal adalah
pandangannya yg menyatakan bahwa keutamaan (arete) adalah pengetahuan,
pandangan ini kadang-kadang disebut intelektualisme etis. Dengan demikian Socrates
menciptakan suatu etika yg berlaku bagi semua manusia. Sedangkan ilmu
pengetahuan Socrates menemukan metode induksi dan memperkenalkan definisi-
definisi umum. Akibat pandangannya ini Socrates dihukum mati.
b. Plato (428-348 S.M)
Hampir semua karya Plato ditulis dalam bentuk dialog dan Socrates diberi peran yg
dominan dalam dialog tersebut. Sekurang-kurangnya ada dua alasan mengapa Plato
memilih yg begitu. Pertama, sifat karyanya Socratic (Socrates berperan sentral) dan
diketahui bahwa Socrates tidak mengajar tetapi mengadakan tanya jawab dg teman-
temannya di Athena. Dengan demikian, karya Plato dapat dipandang sebagai
monumen bagi sang guru yg dikaguminya. Kedua, berkaitan dengan anggapan Plato
mengenai filsafat. Menurutnya, filsafat pada intinya tidak lain daripada dialog dan
filsafat seolah-olah drama hidup yg tidak pernah selesai tetapi harus dimulai kembali.
Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang ide, jiwa dan proses mengenal.
Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yg selalu berubah dan dunia
ide yg tidak pernah berubah. Ide merupakan sesuatu yg obyektif, tidak diciptakan oleh
pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada ide-ide tersebut. Ide-ide
berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Ide hadir didalam benda, ide-ide
berpartisipasi dalam konkret dan ide merupakan model atau contoh (paradigma) bagi
benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga memberikan dua
pengenalan. pertama pengenalan tentang ide; inilah pengenalan yg sebenarnya.
Pengenalan yg dapat dicapai oleh rasio ini disebut episteme (pengetahuan) dan
bersifat teguh, jelas, dan tidak berubah. Dengan demikian Plato menolak relatifisme
kaum sofis. Kedua, pengenalan tentang benda-benda disebut doxa (pendapat) dan
bersifat tidak tetap dan tidak pasti; pengenalan ini dapat dicapai dg panca indera.
Dengan dua dunianya ini juga Plato bisa mendamaikan persoalan besar filsafat pra-
socratic yaitu pandangan panta rhei-nya Herakleitos dan pandangan yg ada-ada-nya
Parmenides. Keduanya benar, dunia inderawi memang selalu berubah sedangkan
dunia ide tidak pernah berubah dan abadi. Memang jiwa Plato berpendapat bahwa
jiwa itu baka, lantaran terdapat kesamaan antara jiwa dan ide. Lebih lanjut dikatakan
bahwa jiwa sudah ada sebelum hidup di bumi. Sebelum bersatu dg badan, jiwa sudah
mengalami pra-eksistensi dimana ia memandang ide-ide. Berdasarkan pandangannya
ini, Plato lebih lanjut berteori bahwa pengenalan pada dasarnya tidak lain adalah
pengingatan (anamnenis) terhadap ide-ide yg telah dilihat pada waktu pra-eksistansi.
Ajaran Plato tentang jiwa manusia ini bisa disebut penjara. Plato juga mengatakan,
sebagaimana manusia, jagad raya juga memiliki jiwa dan jiwa dunia diciptakan
sebelum jiwa-jiwa manusia. Plato juga membuat uraian tentang negara. Tetapi jasa
terbesarnya adalah usahanya membuka sekolah yg bertujuan ilmiah. Sekolahnya
diberi nama"Akademia"yg paling didedikasikan kepada pahlawan yg bernama
Akademos. Mata pelajaran yg paling diperhatikan adalah ilmu pasti. Menurut cerita
tradisi, di pintu masuk akademia terdapat tulisan:"yg belum mempelajari matematika
janganlah masuk disini".
c. Aristoteles ((384-322 S.M)
Aristoteles berpendapat bahwa logika tidak termasuk ilmu pengetahuan tersendiri,
tetapi mendahului ilmu pengetahuan sebagai persiapan berfikir secara ilmiah. Untuk
pertama kalinya dalam sejarah, logika diuraikan secara sistematis. Tidak dapat
dibantah bahwa logika Aristoteles memainkan peranan penting dalam sejarah
intelektual manusia; tidaklah berlebihan bila Immanuel Kant mengatakan bahwa sejak
Aristoteles, logika tidak maju selangkahpun. Mengenai pengetahuan, Aristoteles
mengatakan bahwa pengetahuan dapat dihasilkan melalui jalan induksi dan jalan
deduksi, induksi mengandalkan panca indera yang "lemah", sedangkan deduksi lepas
dari pengetahuan inderawi. Karena itu dalam logikanya Aristoteles sangat banyak
memberi tempat pada deduksi yg dipandangnya sebagai jalan sempurna menuju
pengetahuan baru. Salah satu cara Aristoteles mempraktekkan deduksi adalah
Syllogismos (silogisme)..

Anda mungkin juga menyukai