Anda di halaman 1dari 37

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 2

Halusinasi

Dosen Pembimbing:
Imam Zainuri S.Kep.Ns, M.kes.

Disusun oleh kelompok III


Kelas D Semester V
1. Siti maulutidatul
2. M. Geril riwayanto
3. Ririn fitria N
4. Dian nur islamaia
5. Kiki nur aini
6. Andik
7. Rindia dwi agustin
8. Silvie
PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya Makalah
yang berjudul Halusinasi atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
menyusun makalah ini. Maka kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Sajidin M.Kes. selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2. Bu Ifa Roifah S.Kep. Ns, M.Kes. selaku ketua program studi S1 ilmu
keperawatan
3. Bu Lilik Ma’rifatul A. S.Kep, Ns. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Jiwa 2
4. Teman-teman Kelompok III kelas D program studikeperawatan S1 yang
telah membantu untuk menyelesaikan Tugas Makalah ini.
Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari
bahwa Tugas Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan
sangat terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat
diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan Tugas Makalah ini.

Mojokerto, September 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................ 2
BAB 2 Laporan Pendahuluan Halusinasi ................................................... 3
2.1 Definisi Halusinasi............................................................................ 3
2.2 Jenis-jenis Halusinasi........................................................................ 3
2.3 Proses Terjadinya Halusinasi............................................................ 4
A.Etiologi (Faktor Penyebab) .......................................................... 4
B.Rentang Respon ........................................................................... 8
C. Fase-fase Halusinasi ................................................................... 10
D. Patopsikologi Halusinasi ............................................................ 11
2.4 Tanda Dan Gejala ............................................................................. 13
2.5 Konsep Keperawatan Halusinasi ..................................................... 14
A. Pengkajian .................................................................................. 14
B. Pohon Masalah ............................................................................ 18
C. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 19
D. Rencana Keperawatan (Intervensi) ............................................. 20
E. Implementasi ............................................................................... 29
BAB 3 Tinjauan Kasus .................................................................................. 31
3.1 Kasus (Triger Case) .......................................................................... 31
A. Model Keperawatan .................................................................... 32
3.2 Proses Keperawatan .......................................................................... 33
A. Pengkajian .................................................................................. 33

iii
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 36
C. Rencana Tindakan Keperawatan (TUK) ..................................... 37
D.Strategi Pelaksanaan (SP) ............................................................ 45
E. Evaluasi ....................................................................................... 47
Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan ................................................ 48
Terapi Modalitas ............................................................................................ 66
Terapi Aktivitas Kelompok ........................................................................... 66
Peran dan Fungsi Perawat ............................................................................ 67
Proposal TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi ........................ 69
BAB 4 PENUTUP........................................................................................... 84
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 84
4.2 Saran ................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... v

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.
Bentuk halusinasi ini bisa merupakan suara-suara yang bising atau
mendengung, tapi yang paling sering merupakan kata-kata yang tersusun
dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi
membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamtkan pada
pasien itu. Akibatnya pasien dapat betengkar atau bicara dengan suara
halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar
atau bicara keras-keras seperti ia menjawab pertanyaan seseorang atau
bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi
datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadanfg
menyenangkan, misalnya bersifat tiduran,ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang
diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan
yang berat makan kemampuanuntuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi
mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga
melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang
dirasakan.Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori
penglihatan,pendengaran,penciuman,perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat
ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti : skizoprenia,depresi,delirium
dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan subtansi
lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa
ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.

1
Sehingga penulis merasa tertarik untuk mengambil masalah halusinasi di
ruang kasuari Dr. radjiman widiodiningrat dengan pemberian asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi ?
2. Apa saja jenis-jenis halusinasi?
3. Apa saja faktor penyebab halusinasi?
4. Apa saja tanda dan gejala halusinasi?
5. Apa saja rentang respon halusinasi?
6. Apa saja fase-fase halusinasi?
7. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien
halusinasi ?

1.3 Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui definisi halusinasi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis halusinasi.
3. Untuk mengetahui factor penyebab halusinasi.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala halusinasi.
5. Untuk mengetahui rentang respon halusinasi.
6. Untuk mengetahui fase-fase halusinasi.
7. Untuk mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien
halusinasi

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah seminar ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

2
BAB 2
PENDAHULUAN

2.1 Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus


yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan
sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang berbicara.

2.2 Jenis Halusinasi


Jenis- jenis Halusinasi menurut Stuart and Sundeen dalam Ermawati Dalami,
S.Kp 2009 hal 19 adalah :
1. Halusinasi pendengaran (Auditori )
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara, paling sering suara orang.
Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang yang
berbicara mengenai klien, klien mendengar orang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintah untuk melakukan
suatudan kadang-kang melakukan yang bahaya.
2. Halusinasi penglihatan (Visual )
Halusinasi yang merupakan stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometris, gambar kartun dan atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan.

3
3. Halusinasi penghidung atau bau ( Alfaktori )
Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang
menjijikan seperti darah, urin atau feses. Halusinasi penghidung khususnya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensial.
4. Halusinasi pengecap ( gustatori )
Halusinasi yang seolah-olah merasakan suatu yang busuk, amis dan
menjijikan seperti, darah, urin feses atau bisa merasa ada sesuatu rasa
dimulutnya.
5. Halusinasi peraba ( tartil )
Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak secara
stimulus yang terlihat. Merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.

2.3 Proses Terjadinya Halusinasi


A. Etiologi
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya halusinasi, yakni meliputi sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan
halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri
dan lebih rentan terhadap stress.

4
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.

5
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.
c. Mekanisme Koping
Menurut Stuart & Laraia (2005), mekanisme koping yang dipakai
pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :
1) Sublimasi, yaitu menerima suatu sasaran pengganti yang mulia
artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang
mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya
seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya
pada obyek lain seperti meremas adonan kue, meninju tembok
dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi ketegangan
akibat rasa marah.
2) Proyeksi, yaitu menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya
atau keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita
muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual
terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya
tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi, yaitu mencegah pikiran yang menyakitkan atau
membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak
yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.
Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak
kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal yang tidak baik
dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan benci itu ditekannya
dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4) Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang

6
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya
seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
5) Displacement, yaitu melepaskan perasaan yang tertekan
biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya
seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
Misalnya anak berusia 4 tahun marah karena ia baru saja
mendapat hukuman dari ibunya karena menggambar di dinding
kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan dengan
temannya.
d. Gejala Sakit
Gejala halusinasi sakit penting diketahui oleh perawat agar dapat
menetapkan masalah halusinasi antara lain:
1) Berbicara, tertawa, dan tersenyum sendiri
2) Bersikap seperti mendengarkan sesuatu
3) Berhenti berbicara sesaat ditengah-tengah kalimat untuk
mendengarkan sesuatu
4) Disorientasi
5) Tidak mampu atau kurang konsentrasi
6) Cepat berubah pikiran
7) Alur pikiran kacau
8) Respon yang tidak sesuai
9) Menarik diri
10) Suka marah dengan tiba-tiba dan menyerang orang lain tanpa
sebab
11) Sering melamun

7
B. Rentang Respons

Respon Respon Respon


Adaptif Psikososial Maladaptif

2. Pikiran logis 1. Kadang-kadang 1. Waham


3. Persepsi akurat proses pikir 2. Halusinasi
4. Emosi konsisten terganggu 3. Kerusakan
dengan 2. Ilusi proses emosi
pengalaman 3. Emosi berlebihan 4. Perilaku tidak
5. Perilaku cocok 4. Perilaku yang tidak terorganisasi
6. Hubungan sosial biasa 5. Isolasi soial
harmonis 5. Menarik diri

Keterangan Gambar:
a. Respons Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut.
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.

8
b. Respon Psikososial:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.

c. Respons Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial.
2. Halusinasi merupakan definisi persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati.
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.

9
C. Fase-fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart danLaraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas.Disini klien
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi
peningkatan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari
orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panic Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan,
agitasi, menarikdiri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.Kondisi klien
sangat membahayakan.

10
D. Patopsikologi Halusinasi

11
12
2.4 Tanda Dan Gejala Halusinasi

No. Jenis Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi
1. Halusinasi 1. Bicara atau ketawa 1. Mendengar suara atau
Pendengaran sendiri kegaduhan
2. Marah-marah tanpa 2. Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-
3. Mengarahkan telinga cakap
ke arah tertentu 3. Mendengar suara yang
4. Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi 1. Menunjuk-nunjuk Melihat bayangan, sinar
Penglihatan kearah tertentu bentuk geometris, bentuk
2. Ketakutan kepada kartoon, melihat hantu atau
sesuatu yang tidak jelas monster
3. Halusinasi 1. Menghidu seperti Membaui bau-bauan
Penghidu sedang membaui bau- seperti bau darah, urine,
bauan tertentu feses, kadang-kadang bau
2. Menutup hidung itu menyenangkan
4. Halusinasi 1. Sering meludah Merasakan rasa seperti
Pengecap 2. Muntah darah, urine atau feses
5. Halusinasi Menggaruk-garuk Merasakan ada serangan di
Perabaan permukaan kulit permukaan kulit, merasa
tersengat listrik

13
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a) Identitas Klien
Ditulis identitas lengkap seprti nama, usia dalam tahun, jenis
kelamin (L untuk laki-laki dan P untuk prempuan dengan mencoret
salah satu), Nomer Rekam Medik (CM) dan diagnosa medisnya. Hal
ini dapat dilihat pada rekam medik (CM) atau wawancara langsung
dengan klien bila memungkinkan.
b) Alasan Masuk
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan
hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
c) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres (faktor pencetus/penyebab utama timbulnya gangguan
jiwa).
Faktor predisposisi yang harus dikaji meliputi terjadinya gangguan
jiwa di masa lalu, pengobatan/perawatan yang telah dilaksanakan,
adanya trauma masa lalu, faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Sedangkan stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan
oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan
memerlukan energi ekstra untuk mengatasinya (faktor yang
memperberat/memperparah terjadinya gangguan jiwa).
d) Pemeriksaan/Keadaan Fisik
Pengkajian/pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi
organ tubuh (dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi dan
hasil pengukuran).

14
e) Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari
pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2. Konsep diri
a) Gambaran diri
Klien dengan halusinasi mengenai gambaran dirinya ialah
perilaku yang tidak terorganisir, bicara/tertawa sendiri, marah-
marah tanpa sebab, menutup telinga, menunjuk-nunjuk ke arah
tertentu, ketakukan kepada sesuatu yang tidak jelas, sering
meludah, mengaruk-garuk permukaan kulit.
b) Identitas diri
Klien dengan halusinasi biasanya identitas dirinya ialah
moral yang kurang karena marah-marah tanpa sebab.
c) Fungsi peran
Fungsi peran pada klien halusinasi terganggu karena adanya
perilaku bicara/tertawa sendiri, menutup telinga dan ketakukan
pada sesuatu yang tidak jelas.
d) Ideal diri
Klien dengan halusinasi jika kenyataannya tidaksesuai
dengan yang diharapkan maka ia cenderung menunjukkan
amarahnya, serta untuk pengkajian halusinasi mengenai ideal
diri harus dilakukan pengkajian yang berhubungan dengan
harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e) Harga diri
Harga diri yang dimiliki klien halusinasi ialah harga diri
rendah karena penyebab awal halusinasi ialah hilangnya
kepercayaan diri, tidak bisa mengambil keputusan, rentan

15
terhadap stress, merasa tidak diterima di lingkungannya,
kesepian.
3. Hubungan social
Hubungan sosial pada halusinasi terganggu karena adanya
rangsangan suara dari luar yang tidak jelas asalnya, selanjutnya
dalam pengkajian dilakukan observasi mengenai adanya
hubungann kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
f) Status Mental
Pengkajian pada aspek mental dapat dilakukan pada penampilan,
pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi.
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian kurang,
dampak ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap
status psikologis klien (deficit perawatan diri).
2. Pembicaraan
Klien dengan halusinasi bicaranya berbelit-belit (tidak langsung
pada intinya) dan kembali pada awal pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
Mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga,
menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, menggaruk-garuk permukaan
kulit, sering meludah, menutup hidung.
4. Afek dan emosi
Cenderung menarik diri, emosi berlebihan, perilaku tidak biasa
(melebihi batas kewajaran) dan tidak terorganisir.

16
5. Interaksi selama wawancara
Klien halusinasi selama interaksi wawancara biasanya bicara
berbelit-belit.
6. Persepsi sensori
Klien dengan halusinasi biasanya mendengar suara-suara atau
kegaduhan, mendengar suara yang mengajak berbicara, mendengar
suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu yang berbahaya,
menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan kepada sesuatu yang
tidak jelas, menghidu seperti mencium bau-bauan tertentu,
menutup hidung, menutup telinga, sering meludah, muntah.
Halusinasi biasanya muncul setiap hari, tidak tentu waktunya.
7. Proses pikir
Tangensial; klien bicara berbelit-belit. Non realistic; pemikiran
yang tidak logis/tidak masuk akal. Obsesif; pikiran yang selalu
muncul/kokoh/persisten, walaupun klien berusaha
menghilangkannya, tidak diketahui/tidak wajar. Depresionalisasi;
isi pikiran yang berupa perasaan yang aneh/asing terhadap dirinya
sendiri, orang lain/lingkungan sekitarnya.
8. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat, dan orang
9. Memori (daya ingat)
Klien dengan halusinasi masih dapat mengingat kejadian jangka
pendek maupun jangka panjang.
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien halusinasi mudah beralih dari satu
objek ke objek lainnya.
11. Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Klien halusinasi tidak mampu mengambil keputusan yang
konstruktif dan adaptif

17
12. Daya tilik diri
Menginkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emos) pada dirinya dan
merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadan
penyakitnya.

B. Pohon Masalah
Beberapa langkah dalam merumuskan Diagnosa Keperawatan
sebagai berikut:
1. Buatlah pohon masalah dengan cara sebagai berikut:
a) Tentukan prioritas/inti masalah, selanjutnya prioritas
masalah dijadikan masalah utama (Care Problem).
b) Tentukan akibat/dampak dari masalah utama (efek).
c) Tentukan penyebab (causa) dari masalah utama.
d) Tentukan penyebab masalah utama dari penyebab lain.
e) Tentukan cabang dan ranting sebagai masalah/penyebab
lain.
2. Buatlah daftar diagnosa keperawatan secara berurutan sesuai
dengan prioritas dari apa yang telah dikaji dan berdasarkan
pohon masalah/diagnosa keperawatan yang telah dibuat.

18
Pohon Masalah

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan dari
pengkajian (Carpenito, 1983). Penilaian klinis tentang respon
aktual atau potensial dari individu, keluarga atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupannya.
Menurut NANDA (American Nursing Diagnosis Assosiation
melalui konferensi ke-10) diagnosa keperawatan ada 3 tipe yaitu:
1. Aktual
a) Dengan label : Perubahan, Intoleransi, Gangguan,
Kerusakan
b) Tanpa label : Ketidakpatuhan, Ansietas
2. Risiko
3. Sejahtera

19
D. Rencana Tindakan Keperawatan (TUK)

Perencanaan Keperawatan Kesehatan Klien Dengan Halusinasi


Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Perubahan Tujuan Umum: 1. Klien mampu membina 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
sensori Klien tidak menciderai hubungan saling percaya percaya dengan merupakan langkah awal
perseptual: diri sendiri atau orang lain dengan perawat, dengan menggunakan prinsip menentukan
halusinasi ataupun lingkungan. kriteria hasil: komunikasi terapeutik : keberhasilan rencana
pendengaran TUK 1: a) Membalas sapaan a) Sapa klien dengan ramah selanjutnya.
Klien dapat membina perawat baik verbal maupun non 1. Untuk mengurangi
hubungan saling percaya b) Ekspresi wajah verbal kontak klien dengan
dengan perawat. bersahabat dan senang b) Perkenalkan diri dengan halusinasinya dengan
c) Ada kontak mata sopan mengenal halusinasi
d) Mau berjabat tangan c) Tanyakan nama lengkap akan membantu
e) Mau menyebutkan klien dan nama mengurangi dan
nama panggilan kesukaan klien menghilangkan
f) Klien mau duduk d) Jelaskan maksud dan halusinasi.

20
berdampingan dengan tujuan interaksi
perawat e) Berikan perhatian pada
g) Klien mau klien, perhatikan
mengutarakan masalah kebutuhan dasarnya
yang dihadapi 2. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
3. Dengarkan ungkapan
klien dengan empati
TUK 2: Klien mampu mengenali 1. Adakan kontak sering dan 1. Mengetahui apakah
Klien dapat mengenali halusinasinya dengan kriteria singkat secara bertahap halusinasi datang dan
halusinasinya. hasil: 2. Tanyakan apa yang didengar menentukan tindakan
a) Klien dapat menyebutkan dari halusinasinya yang tepat atas
waktu, timbulnya halusinasi 3. Tanyakan kapan halusinasinya.
b) Klien dapat halusinasinya datang 2. Mengenalkan pada klien
mengidentifikasi kapan 4. Tanyakan isi halusinasinya terhadap halusinasinya
frekuensi situasi saat terjadi 5. Bantu klien mengenalkan dan mengidentifikasi
halusinasi halusinasinya : faktor pencetus
c) Klien dapat a) Jika menemukan klien halusinasinya.
21
mengungkapkan sedang berhalusinasi, 3. Menentukan tindakan
perasaannya. tanyakan apakah ada yang sesuai bagi klien
suara yang didengar untuk mengontrol
b) Jika klien menjawab ada, halusinasinya
laanjutkan apa yang
dikatakan
c) Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak
d) Katakan bahwa klien lain
juga ada yang seperti
klien
e) Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
6. Diskusikan dengan klien:
a) Situasi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
22
b) Waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi
7. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
TUK 3 : 1. Klien dapat 1. Identifikasi bersama klien
Klien dapat mengontrol mengidentifikasi tindakan tindakan yang biasa
halusinasinya. yang dilakukan untuk dilakukan bila terjadi
mengendalikan halusinasi
halusinasinya 2. Diskusikan manfaat dan
2. Klien dapat menunjukkan cara yang digunakan klien,
cara baru untuk mengontrol jika bermanfaat beri pujian
halusinasi. 3. Diskusikan cara baik
memutus atau mengontrol
halusinasi
23
a) Katakan ‘saya tidak
mau dengar kamu
(pada saat halusinasi
terjadi)
b) Temui orang lain
(perawat atau teman
atau anggota keluarga)
untuk bercakap-cakap
atau mengatakan
halusinasi yang
didengar
c) Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
d) Meminta keluarga atau
teman atau perawat
untuk menyapa klien
jika tampak berbicara
sendiri, melamun atau
kegiatan yang tidak
24
terkontrol
4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dilatih. evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika
berhasil.
6. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok.
jenis orientasi realita atau
stimulasi persepsi
TUK 4 : 1. Klien dapat memilih cara 1. Anjurkan klien untuk 1. Membantu klien
Klien dapat dukungan dari mengatasi halusinasi memberi tahu keluarga jika menentukan cara
keluarga untuk 2. Klien melaksanakan cara mengalami halusinasi. mengontrol halusinasi.
mengontrol halusinasinya yang telah dipilih untuk 2. Diskusikan dengan keluarga 2. Periode berlangsungnya
memutus halusinasinya (pada saat keluarga halusinasinya:
3. Klien dapat mengikuti berkunjung atau kunjungan a) Memberi support
25
terapi aktivitas kelompok. rumah) kepada klien
a) Gejala halusinasi yang b) Menambah
dialami klien pengetahuan klien
b) Cara yang dapat untuk melakukan
dilakuakan klien dan tindakan pencegahan
keluarga untuk memutus halusinasi
halusinasi 3. Membantu klien untuk
c) Cara merawat anggota beradaptasi dengan cara
keluarga yang alternatife yang ada.
mengalami halusinasi di 4. Memberi motivasi agar
rumah: beri kegiatan, cara diulang.
jangan biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama.
d) Beri informasi wakto
follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak
terkontrol dan resiko
26
menciderai orang lain.
3. Diskusikan dengan keluarga
dan klien tentang jenis,
dosis, frekuensi dan manfaat
obat
4. Pastikan klien minum obat
sesuai dengan program
dokter
TUK 5: 1. Keluarga dapat membina 1. Anjurkan klien bicara 1. Partisipasi klien dalam
Klien dapat menggunakan hubungan saling percaya dengan dokter tentang kegiatan tersebut
obat dengan benar untuk dengan perawat manfaat dan efek samping membantu klien
mengendalikan 2. Keluarga dapat obat beraktivitas sehingga
halusinasinya menyebutkan pengertian, 2. Diskusikan akibat berhenti halusinasi tidak muncul.
tanda, tindakan untuk obat tanpa konsultasi 2. Meningkatkan
mengalihkan halusinasi 3. Bantu klien menggunakan pengetahuan keluarga
3. Klien dan keluarga dapat obat dengan prinsip 5 benar tentang obat
menyebutkan manfaat, 3. Membantu mempercepat
dosis dan efek samping penyembuhan dan
obat. Klien minum obat memastikan obat sudah
27
secara teratur diminum oleh klien.
4. Klien dapat informasi 4. Meningkatkan
tentang manfaat dan efek pengetahuan tentang
samping obat manfaat dan efek
5. Klien dapat memahami samping
akibat berhenti minum obat.Mengetahui reaksi
obat tanpa konsultasi setelah minum obat.
6. Klien dapat menyebutkan Ketepatan prinsip 5
prinsip 5 benar benar minum obat
penggunaan obat. membantu penyembuhan
dan menghindari
kesalahan minum obat
serta membantu
tercapainya standar.

28
E. Implementasi (SP)

Diagnosa Keperawatan Pasien Keluarga


Gangguan Persepsi SP 1: SP 1:
Sensori: Halusinasi 1. Mengenal halusinasi: 1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam
Pendengaran 1. Isi merawat pasien
2. Frekuensi 2. Menjelaskan proses terjadinya halusinasi
3. Waktu terjadi 3. Menjelaskan cara merawat pasien
4. Situasi pencetus 4. Bermain peran cara merawat
5. Perasaan saat terjadi halusinasi 5. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
2. Latihan mengontrol halusinasi dengan cara: pasien
1. Menghardik
2. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2: SP 2:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Melatih berbicara dengan orang lain saat 2. Latih keluarga merawat pasien
halusinasi muncul 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
3. Masukkan jadwal pasien
SP 3: SP 3:

29
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 2) 1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
2. Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul 2. Latih keluarga merawat pasien
3. Masukkan jadwal 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
pasien
SP 4: SP 4:
1. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3) 1. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3)
2. Menanyakan pengobatan sebelumnya 2. Menanyakan pengobatan sebelumnya
3. Menjelaskan tentang pengobatan 3. Menjelaskan tentang pengobatan
4. Melatih pasien minum obat (5 benar) 4. Melatih pasien minum obat (5 benar)
5. Masukkan jadwal 5. Masukkan jadwal

30
BAB 3

31
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas mengenai halusinasi dan pelaksanaan


keperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan
secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat
menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan
halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem
pendukung yang mengerti keadaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu,
perawat/petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam
memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi
perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa
peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses pemulihan
pasien.

4.2 Saran

Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua


pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam
makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca.
Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC

Azizah, Lilik Ma’lifatul.2011.Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik


.Jogjakarta : Graha Ilmu.

Dalami dkk, Ermawati. 2009.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.

Fitria, Nita, 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Towsend C. Mary, 1998. Diagnosa keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC.

Yosep, Iyus. 2011.Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: RefikaAditama.

Anda mungkin juga menyukai