Anda di halaman 1dari 10

Macam-macam HEPATITIS

HEPATITIS
Istilah "Hepatitis" dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya dapat
berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat-obatan, termasuk obat tradisional. Virus
hepatitis juga ada beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit
hepatitis akibat virus bisa akut ( hepatitis A ) dapat pula hepatitis kronik ( hepatitis B,C ) dan
adapula yang kemudian menjadi kanker hati ( hepatitis B dan C ).

Hepatitis A
Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak menimbulkan gejala, sedangkan pada orang
dewasa menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare, mual, nyeri perut, mata kuning
dan hilangnya nafsu makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu. Orang yang
terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C,
infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari.Penularan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feces
pasien, misalnya makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan kerang yang
setengah matang. Minum dengan es batu yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan
pertama, untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin beberapa kali. Pecandu
narkotika dan hubungan seks anal, termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular hepatitis
A.

Hepatitis B
Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah, mata
kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau pisau yang
terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan manusia.
Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia sejak beberapa tahun yang lalu. Yang
merupakan risiko tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang mempunyai banyak
pasangan seksual.
Mengenai hepatitis C akan kita bahas pada kesempatan lain.

Hepatitis D
Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus yang unik, yang tidak lengkap dan untuk
replikasi memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan seksual, jarum
suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala
yang ringan (ko-infeksi) atau amat progresif.

Hepatitis E
Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut. Penyakit
yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan, khususnya
trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.

Hepatitis F
Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar belum sepakat hepatitis F merupakan
penyakit hepatitis yang terpisah.

Hepatitis G
Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan hepatitis B dan/atau C. Tidak
menyebabkan hepatitis fulminan ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah
jarum suntik. Semoga pengetahuan ini bisa berguna bagi Anda dan dapat Anda teruskan kepada
saudara ataupun teman Anda.

Mencegah Kanker Hati


KANKER hati merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia. Kanker ini dihubungkan
dengan infeksi Hepatitis B atau Hepatitis C. Artinya pada umumnya penderita kanker hati pernah
terinfeksi Hepatitis B atau C.
Penyakit Hepatitis B dan Hepatitis C sering dialami penduduk Indonesia. Kedua penyakit ini
ditularkan melalui cairan tubuh. Virus Hepatitis B dan Hepatitis C dapat ditularkan melalui
hubungan seksual, jarum suntik, dan transfusi darah.
Pada umumnya dewasa ini di negeri kita transfusi darah sudah aman, darah yang akan diberikan
diskrining Hepatitis B, Hepatitis C, dan HIV. Dengan demikian kemungkinan penularan
Hepatitis dan HIV melalui transfusi darah sudah menjadi kecil. Gejala penyakit Hepatitis, virus
biasanya dimulai dengan demam, pegal otot, mual, mata menjadi kuning, dan air seni berwarna
kemerahan seperti air teh. Namun, tidak semua orang mengalami gejala seperti itu.
Gejala Hepatitis C biasanya lebih ringan dibandingkan dengan Hepatitis A atau B. Setelah
terserang Hepatitis A pada umumnya penderita sembuh secara sempurna, tidak ada yang menjadi
kronik. Hepatitis B juga sebagian besar akan sembuh dengan baik dan hanya sekitar 5-10 persen
yang akan menjadi kronik. Bila hepatitis B menjadi kronik maka sebagian penderita hepatitis B
kronik ini akan menjadi sirosis hati dan kanker hati.
Pada Hepatitis C penderita yang menjadi kronik jauh lebih banyak. Sebagian penderita Hepatitis
C kronik akan menjadi sirosis hati dan kanker hati. Hanya sebagian kecil saja penderita Hepatitis
B yang berkembang menjadi kanker hati. Begitu pula pada penderita Hepatitis C hanya sebagian
yang menjadi kanker hati. Biasanya diperlukan waktu 17 sampai dengan 20 tahun seorang yang
menderita Hepatitis C untuk berkembang menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Sekarang memang ada obat baru untuk Hepatitis B yang disebut lamivudin. Obat ini berupa
tablet yang dimakan sekali sehari. Sedangkan jika diperlukan pengobatan untuk Hepatitis C
tersedia obat Interferon (suntikan) dan Ribavirin (kapsul). Namun penggunaan obat-obat tersebut
memerlukan pengawasan dokter.
Hasil pemeriksaan darah yang menunjukkan anti HBs positif berarti Anda pernah terinfeksi virus
Hepatitis B, namun virus tersebut sudah tidak ada lagi dalam darah Anda (HbsAg negatif). Itu
bahkan menunjukkan bahwa Anda sekarang sudah mempunyai kekebalan terhadap Hepatitis B
(anti HBs positif). Karena itu selama kadar antibodi anti HBs Anda tinggi, maka Anda tak perlu
lagi divaksinasi. Imunisasi Hepatitis B dapat dimulai sejak bayi.
Anti HCV negatif artinya Anda belum pernah terinfeksi Hepatitis C. Sampai sekarang ini belum
ada vaksin untuk Hepatitis C sehingga Anda dianjurkan agar berhati-hati sehingga tidak tertular
Hepatitis C. Jadi hindari kontak dengan cairan tubuh orang lain. Salah satu cara yang efektif
untuk menurunkan kekerapan kanker hati adalah dengan imunisasi Hepatitis B. Ini telah
dibuktikan di banyak negara. Ternyata, negara-negara yang mempunyai program imunisasi
Hepatitis B yang baik kekerapan kanker hati menurun dengan nyata. Mudah-mudahan
masyarakat kitapun peduli terhadap imunisasi Hepatitis B ini.
Makanan Untuk Penderita Hepatitis
Posted by Penyebab Hepatitis

Organ hati merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang berguna untuk
membantu organ pencernaan lainnya untuk mencerna dan mengolah sumber makanan yang akan
diubah menjadi sumber gizi, nutrisi, mineral dan zat penting lainnya, hati juga berfungsi untuk
menetralisir racun dalam tubuh. Organ hati juga sangat rentan terhadap gangguan kesehatan dan
penyakit.

Virus hepatitis akan mempengaruhi fungsi dan kinerja organ hati terhadap peradangan. Salah
satu cara untuk memelihara dan menjaga kesehatan fungsi organ hati dengan cara menerapkan
pola hidup sehat dengan menjauhkan diri dari kebiasaan buruk seperi merokok, minum alkohol,
serta menerapkan pola makan yang sehat dan higienis, mengatur pola diet yang dimaksudkan
untuk mengatur pola makan anda agar membantu mempercepat pemulihan kembali organ hati
dan fungsi hati.

Organ hati mencerna berbagai jenis sumber makanan dan gizi seperti karbohidrat, lemak, protein
dll. Sumber makanan yang masuk ke dalam tubuh kemudian akan diserap oleh dinding usus
kemudian dibawa menuju hati untuk diolah. Untuk para penderita hepatitis dengan rajin
mengkonsumsi makanan yang tinggi akan nilai protein dan vitamin sehingga dapat mempercepat
proses pemulihan dari penyakit hepatitis itu sendiri.

Pola diet yang harus ditaati oleh penderita hepatitis adalah dengan pemberian makanan yang
cukup akan nilai kandungan gizi dan nutrisi penting untuk memenuhi kebutuhan tubuh anda dari
berbagai sumber energi. Cara diet dilakukan bukan untuk mengurangi nilai dan jumlah asupan
sumber dari energi yang penting bagi tubuh, membantu memperbaiki fungsi dan meringankan
fungsi dan kinerja organ hati.

Berikut ini ada beberapa ragam diet yang dapat diikuti dan dilakukan sebagai salah satu
upaya dari pencegahan dan mempekecil resiko dari penyakit hepatitis :

1. Diet untuk penderita sirosis yang berat dan hepatitis akut prekoma

Umumnya penderita hepatitis akut prekoma dan sirosis yang cukup berat diberikan makanan
berupa cairan yang mengandung karbohidrat sederhana yang berasal dari sari buah, sirup, teh
manis. Untuk pemberian protein sebaiknya dihindari. Apabila terjadi pengendapan dan
penimbunan cairan dan mengakibatkan sulit untuk buang air kecil/berkemih minumlah air putih
mineral maksimal 1 liter/hari. Sebaiknya melakukan diet ini lebih dari 3 hari.

2. Diberikan pada penderita hepatitis akut atau prekoma yang sudah mendapat
penangganan dan muncul kembali nafsu makan

Dalam keadaan tersebut diet masih tetap perlu dilakukan, namun diet yang dilakukan dalam
bentuk lunak atau dicincang, sesuai dengan kondisi si penderita. Dalam pemberian asupan
protein dibatasi hingga 30 gr/hari agar lemak dalam tubuh mudah dicerna.

3. Untuk pemulihan bagi penderita yang memiliki nafsu makan yang cukup baik dan
normal

Untuk penderita hepatitis yang keadaan atau kondisinya mulai membaik dan nafsu makan mulai
kembali normal tetap melakukan diet guna tetap mencegah kembalinya hepatitis atau resiko dari
hepatitis. Pemberian protein bisa diberikan dalam dosis 1 g atau 1 kg dari total berat badan agar
lemak mudah dicerna.

4. Untuk penderita yang memiliki nafsu makan yang cukup baik, dapat menerima protein
dan tidak menunjukan sirosis aktif.

Pemberian makanan dapat berupa kalori, protein dan hidrat arang tinggi, lemak, viamin dan
mineral cukup. Namun hal yang perlu diingat sesuaikan dengan keadaan dan kondisi di penderita
hepatitis.

Beberapa jenis makanan yang harus dihindari bagi penderita hepatitis :

a. Hindari makanan dengan kandungan tinggi lemak seperti daging kambing dan babi, jeroan, es
krim, suus full cream, keju, mentega/margarine, makanan berminyak dan makanan bersantan.

b. Makanan dalam kemasan kaleng seperti sarden dan corned.

c. Kue atau cemilan dengan kandungan tinggi kalori dan lemak jenuh, seperti kue tart, gorengan,
fast food.
d. Makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merang, lobak, mentimun, durian, kool,
sawi, dan nangka.

e. Bumbu masakan yang memiliki aroma dan rasa yang cukup tinggi seperti cabai, jenis bawang-
bawangan, merica/lada, cuka, jahe dll.

f. Minuman beralkohol dan bersoda, seperti alkohol dan minuman yang mengandung soda

Jenis makanan yang aman dan baik dikonsumsi bagi penderita hepatitis :

a. Makanan yang mengandung sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-
umbian.

b. Makanan yang mengandung sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu,
kacang hijau, sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.

c. Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-gula, sari
buah, selai, sirup, manisan, dan madu.

Terapi diet ini dilakukan bertujuan untuk memberi asupan sumber gizi bagi penderita hepatitis
dan mengontrol nilai kandungan sumber energi yang dibutuhkan dari penderita hepatitis,
kondisi/keadaan dan kebutuhan akan sumber gizi berbeda-beda pada penderita hepatitis
tergantung pada berat badan dan aktifitas penderita. Bila si penderita menimbulkan gejala mata
kuning atau perubahan kulit jangan terlalu banyak mengurangi lemak. Lemak baik terdapat pada
asam lemak essensial seperti minyak nabati atau minyak ikan boleh diberikan seperti biasa.

Para penderita penyakit hati harus mementingkan makanan yang kaya dengan vitamin
dan mineral yang bermanfaat untuk hati.

 Hindari garam, makanan pedas, , gula pasir, minuman keras, dan jangan makan makanan
berminyak untuk beberapa minggu.
 Makanan lain yang bermanfaat : lemon, timun, bawang putih, tauge, aprikot, sayuran
berdaun hijau, susu kambing asli, hati hewan sehat, dan sebagainya.
 Vitamin dan mineral ; vitamin C, kolin, vitamin B6, vitamin B12 (6 g Spirulina
mengandung 4,5-5 mcg vitamin B12, lebih kurang 150% dari kebutuhan harian), vitamin
E, Vitamin A (Spirulina kaya dengan vitamin A, lesitin dan asam nikotinat.

Penyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang
dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan
dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita
penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan
hepatitis C. namun disini kita akan membahas pada fokus artikel penyakit Hepatitis A,B dan C.
 Penyakit Hepatitis A
Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan
kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja
penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan
melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari
kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.

Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi,
barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit
Hepatitis A.

1. Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning,
keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang
berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak
seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.

2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A


Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang
disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak
beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk
mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun
demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta
obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.

Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan adalah dengan
mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang
berada disekitar penderita.

 Penyakit Hepatitis B
Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit
ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan
hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan
akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan
tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.

Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi
saat melahirkan, hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan
alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat
menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan
lebih beresiko terkena penyakit ini.

1. Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit
perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita
hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan
kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan
dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada
cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.
a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ;
- Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan
nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini
cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor
bersinambungan dari dokter.
- Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif,
tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi
ginjal.
- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B
kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan
terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini
belum dikatakan stabil.

b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;


Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß
yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya.
Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON)
diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16
minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada
penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit
pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat
dihilangkan dengan pemberian paracetamol.

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian


vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka
yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan
(perawat dan dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.

 Penyakit Hepatitis C
Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC). Proses
penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi), serangga yang
menggiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang tidak
menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan
kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari
kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.

1. Gejala Hepatitis C
Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan
gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala
yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi
gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut “jaundice” (jarang terjadi). Pada
beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine,
namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi
bahkan normal.

2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C


Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa,
Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C
adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah
perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada
penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita
tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.

MENGENAL HEPATITIS A

HEPATITIS A

Virus Hepatitis (VHA) berbentuk partikel dengan ukuran 27 nanometer, merupakan virus RNA
dan termasuk golongan Picornaviridae. Hanya terdapat satu serotipe yang dapat menimbulkan
penyakit hepatitis pada manusia. Virus ini sangat stabil dan tidak rusak dengan perebusan
singkat. Penggandaan atau replikasi terjadi dalam sel epitel hati dan epitel usus.

Penyakit ini dahulunya dinamakan hepatitis infeksiosa. Sampai sekarang hepatitis A masih
bersifat endemis di negara berkembang sehubungan dengan lingkungan dan sanitasi yang masih
buruk. Pada daerah beriklim tropis seperti Indonesia, penyakit banyak timbul selama musim
hujan dan terutama menyerang anak-anak dan orang dewasa muda.

Di Indonesia hepatitis A masih merupakan masalah. Menurut hasil penelitian Prof. Ali Sulaiman
pada tahun 1993 dari seluruh penderita hepatitis akut yang dirawat di rumah sakit, hepatitis A
merupakan penyebab terbanyak yaitu sebesar 39,8 – 25,9%.

Cara penularannya melalui jalur fekal-oral, yang berarti melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi dengan tinja (faeces) penderita. Ini berarti infeksi sering terjadi pada lingkungan
kumuh. Walaupun jarang, dilaporkan penularan dapat terjadi melalui suntikan (parental). Sering
pula ditemukan kerang sebagai pembawa virus.

Masa inkubasi berkisar antara 15-45 hari, rata-rata 30 hari. Semua golongan usia dapat terserang
penyakit ini. Penderita umumnya akan sembuh sempurna serta tidak pernah menjadi kronis.
Penyakit pada fase akut umumnya 90% hadir tanpa gejala (asimptomatik) atau memberikan
gejala yang sangat ringan, dan hanya sekitar 1% yang timbul kuning (ikterus). Gejala penyakit
pada anak umumnya berupa asimptomatik dan anikterik.

Pada negara berkembang dimana kondisi sosial, ekonomi, hygiene, dan sanitasi lingkungan yang
masih buruk sebagian besar anak-anak sudah terinfeksi virus ini sejak bayi. Keadaan ini dapat
diketahui dengan adanya antibody anti VHA pada pemeriksaan darah mereka. Sementara di
negara industri dan negara maju lainnya, penyakit hepatitis A terutama menyerang orang dewasa
muda yang sering berpergian ke daerah dengan insiden infeksi hepatitis yang tinggi.
Gejalanya:

1. Masa tunas (inkubasi). Lamanya virus berada di dalam darah (viremia) pada hepatitis A
berlangsung 15-45 hari. Kerusakan sel-sel hati berlangsung pada stadium ini.

2. Fase prodromal. Berlangsung 2-7 hari dengan gejala seperti menderita influenza. Keluhan
yang ada antara lain badan terasa lemas dan lelah, tidak nafsu makan (anoreksia), mual dan
muntah, nyeri dan tidak enak di perut, demam kadang-kadang menggigil, sakit kepala, nyeri
pada sendi (arthralgia), pegal-pegal pada otot (mialgia), diare, dan rasa tidak enak di
tenggorokan.

3. Fase ikterik. Biasanya setelah demam turun, air seni terlihat kuning pekat seperti air teh.
Bagian putih dari bola mata (sclera), selaput lendir langit-langit mulut, dan kulit berwarna
kekuning-kuningan. Bila terjadi hambatan aliran empedu ke dalam usus maka tinja akan
berwarna pucat seperti dempul (faeces acholis). Warna kuning semakin bertambah kuning,
selanjutnya menetap dan kemudian menghilang secara perlahan-lahan. Keadaan ini berlangsung
sekitar 10-14 hari. Pada akhir stadium ini keluhan mulai berkurang dan penderita merasa lebih
enak. Pada usia lebih lanjut sering terjadi gejala hambatan aliran empedu (cholestasis) lebih berat
sehingga menimbulkan warna kuning yang lebih hebat dan berlangsung lebih lama.

4. Fase penyembuhan (konvalesen). Fase ini ditandai dengan hilangnya keluhan yang ada.
Gejala kuning mulai menghilang walaupun penderita masih terasa cepat lelah. Umumnya
penyembuhan sempurna secara klinis dan laboratoris memerlukan waktu sekitar 6 bulan.

Pencegahan

Secara Umum

Dengan mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan bersih. Misalnya menjaga kebersihan dan
cara makan yang sehat; seperti mencuci tangan sesudah ke toilet, sebelum menyiapkan makanan,
atau sebelum makan. Selain itu perlu diperhatikan kebersihan lingkungan dan sanitasi,
pemakaian air bersih, pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan, pembuatan sumur
yang memenuhi standar, mencegah makanan terkena lalat, memasak bahan makanan dan
minuman dan sebagainya.

Secara khusus

Dengan imunisasi, baik pasif maupun aktif.

1. Imunisasi pasif

Diberikan sebagai pencegahan kepada aggota keluarga serumah yang kontak dengan penderita
atau diberikan kepada orang-orang yang akan berpergian ke daerah endemis. Imunisasi pasif
menggunakan HBlg (human normal immunoglobulin) dengan dosis 0,02 ml per kg berat badan.
Pemberian paling lama satu minggu setelah kontak. Kekebelan yang didapat hanya bersifat
sementara.
1. Imunisasi aktif

Menggunakan vaksin hepatitis A (Havrix). Orang dewasa diberikan satu vial yang berisi satu ml
(720 Elisa unit), sedangkan anak berusia kurang dari 10 tahun cukup setengah dosis. Jadwal
penyuntikan yang dianjurkan sebanyak 3 kali, yaitu dengan range pemberian pada 0,1, dan 6
bulan. Pada tempat suntikan biasanya timbul pembengkakan (edema) berwarna kemerah-
merahan yang terasa nyeri bila ditekan. Kadang-kadang setelah disuntik terasa sakit kepala yang
akan hilang sendiri tanpa pengobatan. Imunisasi tidak diberikan bila sedang sakit berat atau
alergi (hipersensitif) terhadap vaksin hepatitis A. Vaksinasi hepatitis A terutama diberikan kepada
orang-orang yang mempunyai resiko tinggi untuk tertular penyakit ini. Misalnya anggota
keluarga atau orang serumah yang dekat dengan penderita, dokter, paramedis, petugas
laboratrium, anggota ABRI yang tinggal di barak-barak, wisatawan asing yang mengunjungi
daerah endemis (foreign travel), homoseksual, dan anak-anak yang dititipkan di tempat penitipan
bayi.

Anda mungkin juga menyukai