Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

FARMAKOLOGI

ANALGESIK

Disusun oleh:

Kurnia Salmiati (20170511064079)

Rizkha Yuni A.P (20170511064027)

Diana Adesti Strelitsia Marwa (20170511064002)

Gita Sukma Endah Permata (20170511064046)

Imam Nursyahroni (20170511064080)

Yuliana Runa (20170511064065)

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2019
A. TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN, 30 OKTOBER 2019

B. TUJUAN PRAKTIKUM :

C. DASAR TEORI

Nyeri adalah suatu sensai yang tidak menyenangkan dan bisa dirasakan sebagai
rasa sakit. Nyeri dapat timbul di bagian tubuh manapun sebagai respon terhadap stimulus
yang berbahaya bagi tubuh, seperti suhu yang terlalu panas atau terlalu dingin, tertusuk
benda tajam, patah tulang, dan lain-lain. Rasa nyeri timbul apabila terjadi keruskaan
jaringan akibat luka, terbentur, terbakar dan lain sebagainya (Guyton, 2003).

Pada dasarnya rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Meskipun


nyeri berguna bagi tubuh, namun dalam kondisi tertentu nyeri dapat menimbulkan
ketidaknyamanan bahkan penderitaan bagi individu yang merasakan sensasi ini. sensasi
nyeri yang terjadi mendorong individu yang bersangkutan untuk mencari pengobatan,
antara lain dengan mengkonsumsi obat-obatan penghilang rasa nyeri. Analgetik adalah
obat yang digunakan untuk menghambat atau mengurangi rasa nyeri tanpa
menghilangkan kesadaran. Saat ini telah banyak beredar obat-obatan sintesis seperti obat
anti inflamasi non steroid ( AINS). Sebanyak 25% obat yang dijual bebas di pasaran
adalah analgetik asetaminofen. Obat ini banyak dipakai untuk bayi, anak-anak, dewasa,
dan orang lanjut usia untuk keluhan nyeri ringan dan demam (Kee, 1994).

Obat analgetik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri
dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah
perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan ancaman
kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala
yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentang adanya gangguan dijaringan seperti
peradangan, rematik, encok, atau kejang otot (Tjay, 2007).

Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung syaraf bebas, yang tersebar dikulit,
otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan kesusunan saraf pusat melalui dua jaras,
yaitu jaras nyeri cepat dengan neurn transmitternya glutamat dan jaras nyeri lambat
dengan neuron transmitternya substansi P. (Guyton, 2003)

Semua senyawa nyeri ( mediator nyeri) seperti histamin, bradikin, leukotriendam,


prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor) di ujung-ujung saraf bebas dikulit,
muka serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksi radang dan
kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh,
terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat
dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps visa sumsum belakang, sumsum
lanjutan dan otak tengah. Dari Thalamus impuls kemudian diteruskan ke pusat nyeri di
otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. (Tjay, 2007)

 Mekanisme kerja obat analgesik

a. Analgesik Nonopioid/perifer
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim
siklooksigenase(COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya
adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah memblok
pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang
terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri. Mekanismenya tidak
berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitor. Efek samping yang paling umum dari
golongan ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, keruskan hati dan ginjal
serta reaksi alergi dikulit. Efek samping biasanya disebebkan oleh penggunaan dalam
jangka waktu lama dan dosis besar. (Gilang, 2010)

b. Analgesik opioid/analgesik narkotika


Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim siklooksigenase dalam
pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek
sampingnya. Kebanyan analgesik OAINS diduga bekerja di perifer. Efek analgasiknya
telah kelihatan dalam waktu 1 jam setelah pemberian peroral. Sementara efek anti
inflamasi OAINS telah tampak dalam waktu 1-2 minggu pemberian, sedangkan efek
maksimalnya timbull bervariasi dari 1-4 minggu. Stelah pemberian peroral, kadar
puncaknynya NSAID di dalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian,
penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya
relatif kecil (<0,2 L/Kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi
biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat Arylalkanot sekitar
2-5 jam, sementara waktu paruh Indomentasi sangat bervariasi diantara individu yang
menggunakannya, sedangkan Piroxicam mempunyai waktu paruh paling panjang (45
jam). (Gilang, 2010)
D. CARA KERJA

 LARUTAN ASAM ASETAT


1. Ambil 1,5 ml Asam Asetat glasial (100%)
2. Larutkan dalam aquades steril 50 ml (dalam labu ukur) ad sampai tanda.

 PENYUTIKAN SECARA IP
1. Ambil 0,5 ml
2. Mencit dipegang pada punggungnya hingga kulit abdomen menjadi tegang.
3. Posisi kepala diturunkan hingga lebih rendah dari abdomen.
4. Jarum disuntikkan agak menepi di garis tengah
5. Posisi jarum membentuk sudut 10 derajat.

E. PERHITUNGAN DOSIS DAN DATA

 PERHITUNGAN DOSIS KETEROLAC

1 Ampul = 10 mg keterolac/1 mL
Digunakan 3 ampul keterolac.

 Faktor Konversi
FK = Dosis x Fk

= 30 mg x 0,0026 = 0,078 mg

 Dosis Konversi
Berat mencit = 23,7 g
𝐵𝐵 𝑀𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡
Dosis = 𝐵𝐵.𝑚𝑖𝑛 𝑀𝑒𝑛𝑐𝑖𝑡 x FK
25 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 20 𝑔𝑟𝑎𝑚 x 0,078 mg
= 0,09 mg

 Volume Injeksi ( IM)


0,09 𝑚𝑔
Dosis = x 5 mL
10 𝑚𝑔
= 0,045 mg
= 0,5 mL
 HASIL DATA PENGAMATAN

INTERVAL JUMLAH GELIAT


WAKTU Tanpa Dengan Keterolac
(MENIT) Keterolac
6 7 8 9 10 11 12

5 menit ke-1 13 3 22 11 12 - 10

5 menit ke-2 14 1 9 17 12 - 9

5 menit ke-3 7 9 21 4 10 10 11

5 menit ke-4 20 - 4 4 10 - 5

5 menit ke-5 8 7 1 5 9 12 8

5 menit ke-6 5 1 5 1 12 5 6
F. PEMBAHASAN

Pada percobaan ini kami menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode
Geliat ), dengan prinsip yaitu memberikan asam asetat 1% (indikator nyeri) kepada
mencit yang akan menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit
ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki
kebelakang, dan membengkokan kepala ke belakang. Dengan pemberian obat analgetik
Ketolorac akan mengurangi respon tersebut.
Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara peroral,setiap mencit
diberikan suspensi obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah
obat diberikan mencit didiamkan selama 30 menit. Kemudian disuntik secara
intraperitoneal dengan larutan induksi asam asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara
intraperitoneal karena memungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, cepat
memberikan efek, mencegah penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ
tertentu, serta efek merusak jaringan tubuh jika pada organ tertentu. Misalnya apabila
asam asetat 1% diberikan per oral, akan merusak saluran pencernaan, karena sifat
kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam.
Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit, ini bertujuan agar obat yang telah
diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri.
Selama beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan asam asetat 1% mencit akan
menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat
mencit dihitung setiap 5 menit selama 30 menit.
Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat
merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat
terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa
nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin meyebabkan
sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin
dapat menimbulkan keadaan hiperaglesia, kemudian meditaor kimiawi seperti bradikinin dan
histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata sehingga mencit akan mengeliatkan kaki
belakang saat efek dari penginduksi ini bekerja.
Ketorolac merupakan salah satu obat dalam golongan obat anti inflamasi non
steroid. Obat ini bekerja dengan mengurangi jumlah hormon yang menyebabkan
peradangan (inflamasi), demam, dan nyeri pada tubuh yang disebut dengan
prostaglandin. Ketorolac digunakan untuk menurunkan nyeri sedang hingga
berat.Sebelum memulai pengobatan dengan injeksi ketorolac, pertimbangkan keuntungan
dan risiko terapi dan pertimbangkan juga pilihan terapi lainnya. Gunakan dosis terendah
efektif pada durasi paling singkat dan konsisten dengan tujuan terapi pasien.
Kontraindikasi; Ketorolac sebaiknya tidak diberikan kepada:Asma, urtikaria, atau jenis
reaksi alergi lainnya karena paparan aspirin atau obat anti inflamasi non steroid lainnya
(berat dan terkadang reaksi anafilaksis fatal telah dilaporkan,Risiko perdarahan, baik
sangkaan atau terkonfirmasi,Operasi bypass jantung, pengobatan nyeri
perioperatif,Perdarahan serebrovaskular, baik sangkaan atau terkonfirmasi,Penggunaan
kontaminan dengan aspirin atau NSAID,Penggunaan kontaminan
pentoxifiline,Penggunaan kontaminan probenecid,Perdarahan saluran cerna/perforasi,
saat ini atau riwayat sebelumnya,Hemostasis,Hipersensitivitas terhadap aspirin atau
NSAID lainnya,Hipersensitivitas terhadap EDTA,Penyakit ulkus peptikum,Gangguan
ginjal atau risiko gangguan ginjal karena kekurangan cairan.Efek Samping meskipun
sangat jarang terjadi beberapa orang dapat mengalami efek samping obat yang sangat
buruk bahkan terkadang mematikan ketika mengonsumsi obat tertentu.
Hubungi dokter Anda atau segera minta pertolongan medis jika anda mengalami
salah satu gejala atau tanda berikut yang terkait dengan efek samping Ketorolac yang
buruk: Tanda reaksi alergi seperti ruam, gatal-gatal, kulit kemerahan, bengkak, dengan
atau tanpa demam, mengi, sulit bernapas atau berbicara. Pembengkakan pada mulut,
wajah, lidah, atau tenggorokan.Tanda perdarahan seperti muntah darah seperti kopi,
darah saat batuk, darah pada air seni, kotoran berwarna hitam, merah, atau seperti ter,
perdarahan pada gusi, perdarahan pervaginam yang tidak normal, memar tanpa sebab
yang jelas atau bertambah besar, atau perdarahan yang sangat buruk atau perdarahan
yang tidak dapat berhenti.Tanda masalah ginjal seperti tidak dapat berkemih, perubahan
jumlah air seni, darah pada air seni, atau peningkatan berat badan berlebihan.Tanda
masalah liver (hati) seperti urin menjadi gelap, merasa lelah, tidak lapar, perut terasa
begah atau nyeri perut, kotoran berwarna cerah, kulit atau mata kuning. Nyeri dada atau
perasaan dada seperti tertekan atau denyut jantung lebih cepat.Perubahan kekuatan otot
pada 1 sisi tubuh, sulit berbicara atau berpikir, perubahan keseimbangan, atau pandangan
kabur.Nyeri kepala berat.Napas menjadi pendek, pembengkakan pada lengan atau
tungkai.Merasa letih atau lemah.Reaksi kulit yang sangat buruk (sindrome Stevens-
Johnson/Nekrolisis Epidermal Toksik) dapat terjadi. Kondisi ini menyebabkan masalah
kesehatan yang sangat buruk dan bahkan dapat berujung pada kematian. Segera cari
pertolongan medis bila anda mengalami gejala kulit merah, bengkak dengan atau tanpa
demam diserta in mata merah atau iritasi, atau nyeri pada mulut, tenggorokan, hidung,
atau mata.
G. KESIMPULAN
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa pada percobaan yang dilakukan
diperoleh hasil obat yang paling efektif dalam mengatasi rasa nyeri yang diakibatkan oleh
rangsangan kimia adalah obat NSAID yaitu Keterolac.
DAFTAR PUSTAKA

Gilang. (2010). analgesik non opioid.

Gilang. (2010). Analgesik Non-Opioid.

Guyton, A. &. (2003). Buku ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC.

Kee, E. R. (1994). Farmakologi. Jakarta: EGC.

Raharja, T. H. (2007). Obat-obat Penting. Jakarta: PT Gramedian.

Tjay, T. H. (2007). Obat-obat Penting. Jakarta: PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai