TAHUN 2019
DISUSUN OLEH :
Adela Anggraini
1710713030
DOSEN PEMBIMBING :
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan keluarga
binaan tentang Peningkatan Pengetahuan Tentang Asam Urat, Pola Makan Dan
Gizi Untuk Mengendalikan Asam Urat Pada Ibu Sukanti RT 002 RW 002
Kelurahan Bojong Pondok Terong Kecamatan Cipayung, Depok. Adapun maksud
dan tujuan disusunnya laporan ini yaitu untuk memenuhi salah satu matakuliah
PBL 1 Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan.
Adela Anggraini
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v
ii
4.3 Analisis Penyebab Masalah ..................................................................... 20
4.4 Rencana Intervensi ................................................................................... 21
BAB V. PEMBAHASAN ................................................................................. 23
BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN………………………………………...25
6.1 Simpulan…………………………………………………...……………25
6.2 Saran ....................................................................................................... .25
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
Konsentrasi asam urat darah melebihi konsentrasi kritis berhubungan
dengan kemunculan gout arthritis dan pembentukan batu ginjal (Neogi T
et.al, 2015).
Data yang diambil dari Arthritis Foundation tahun 2006
menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-4 terbanyak
didunia yang penduduknya mengalami asam urat. Pada tahun 2006 di
Indonesia, gout arthritis menduduki urutan ketiga yaitu sekitar 6-7%
(Nainggolan, 2009). Di dunia prevalensi penyakit gout mengalami
kenaikan jumlah penderita hingga dua kali lipat antara tahun 1990- 2010.
Pada orang dewasa di Amerika Serikat penyakit gout mengalami
peningkatan dan mempengaruhi 8.3 juta (4%) orang Amerika. Sedangkan
prevalensi hiperurisemia juga meningkat dan mempengaruhi 43.300.000
(21%) orang dewasa di Amerika Serikat (WHO,2015).
Prevalensi penyakit sendi di Indonesia pada tahun 2013 sebesar
24,7% berdasarkan diagnosis atau gejalan dan sebesar 11,9% berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan pada tahun 2013 jika dilihat dari karakteristik
umur, prevalensi tertinggi pada umur ≥75 tahun (54,8%). Penderita
wanita juga lebih banyak (27,5%) dibandingkan dengan pria (21,8%)
(Kemenkes RI, 2013).
Faktor risiko dari penyakit asam urat ini adalah usia, asupan purin
yang berlebihan, konsumsi alkohol yang berlebihan, obesitas, kurang
aktivitas fisik, hipertensi dan penyakit jantung, obat-obatan tertentu
(terutama diuretika), dan gangguan fungsi ginjal. Akibat dari tingginya
kadar asam urat ini menyebabkan gout dan dapat menyebabkan kematian
akibat kerusakan kardiovaskuker. Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya
kesadaran masyarakat yang kurang memperhatikan kesehatannya seperti
masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi makanan tanpa
memperhatikan kandungan dari makanan tersebut (Sholihah,2014).
Oleh karena itu, untuk menurunkan prevalensi penyakit asam urat
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dilakukan pendekatan
kepada keluarga ibu Sukanti yang bertempat tinggal di Jalan Rawa Indah
No. 79 RT 002 RW 002 Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan
2
Cipayung, Depok. Adapun hal yang menjadi faktor lain dari Keluarga ibu
Sukanti dijadikan keluarga binaan adalah Ibu Sukanti yang sudah
menderita penyakit asam urat dan mencegah komplikasi yang lebih parah
dari penyakit asam urat tersebut serta meningkatkan pengetahuan tentang
asam urat, pola makan dan gizi untuk mengendalikan asam urat ibu
Sukanti.
3
4. Mahasiswa mampu merencanakan, melakukan dan menilai
keberhasilan intervensi kesehatan masyarakat dengan
metode yang sesuai di suatu wilayah.
5. Mahasiswa mampu melakukan praktek belajar lapangan
langsung di wilayah kerja Puskesmas.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang lebih
aplikatif dalam bidang kesehatan masyarakat.
2. Menggunakan metode yang relevan dalam melakukan
penelitian kesehatan masyarakat.
3. Meningkatkan kreatifitas dalam intervensi untuk
menyelesaikan masalah kesehatan utama.
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menjadi
fasilitator dalam pemberdayaan masyarakat.
1.4.2 Bagi Keluarga Binaan
Mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana cara
untuk mengetahui dan mengendalikan penyakit hipertensi,
sehingga dapat menciptakan keluarga yang sehat dan sejahtera.
1.4.3 Bagi Masyarakat
1. Menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera terbebas
dari segala penyakit khususnya penyakit hipertensi.
2. Meningkatkan atau mempertahankan stastus kesehatannya
yang baik.
1.4.4 Bagi Prodi Kesehatan Masyarakat FIKES UPN Veteran
Jakarta
1. Terbinanya jejaring kerjasama dengan institusi dalam upaya
meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan antara subtansi
akademik dengan pengetahuan dan keterampilan sumber
daya manusia (SDM) yang dibutuhkan dalam pembangunan
kesehatan masyarakat.
4
2. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
nyata dilapangan.
3. Meningkatnya kapasitas dan kualitas pendidikan dengan
menghasilkan peserta didik yang sesuai dengan capaian
pembelajaran Prodi S1 Kesehatan Masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
ditimbulkan dikhawatirkan akan dapat menurunkan produktivitas
kerja (Yenrina, Krisnatuti, & Dini Rasjmida, 2014).
7
Kadar normal asam urat pada laki-laki berkisar 3,4 -7 mg/dl dan pada
perempuan 2,4 – 5,7 mg/dl (Roche Diagnostik) (Manullang, Rasmaliah, &
Jemadi, 2016).
Jadi, penyakit gout atau yang biasa disebut dengan penyakit asam
urat adalah penyakit yang diakibatkan oleh peningkatan kadar asam urat
didalam tubuh. Selanjutnya terjadi penumpukan atau penimbunan kristal di
daerah sendi-sendi dan jaringan-jaringan sehingga menimbulkan rasa nyeri
pada sendi.
8
2.4 Perjalanan Penyakit Asam Urat
A. Hiperurisemia Asimtomatis
Gejala awal ditandai dengan Hiperurisemia yaitu peningkatan
kadar asam urat dalam tubuh yang kemudian berkembang menjadi gout
dan komplikasi yang ditimbulkanya. Proses berjalan cukup lama
tergantung pada kuat atau lemahnya faktor risiko yang dialami oleh
penderita asam urat (Lanny Lingga, 2012).
B. Stadium Gout Akut
Stadium gout akut disebabkan oleh gangguan enzimatis spesifik,
penyakit ginjal, konsumsi obat yang menghambat eksresi asam urat.
Biasanya terjadi di golongan umur pria 40-60 tahun, sedangkan wanita
diatas 60 tahun, tetapi penyakit ini dialami oleh golongan umur dibawah
25 tahun (Lanny Lingga, 2012)
Gout akut ditandai dengan radang sendi sangat akut yang timbul
secara cepat dalam waktu yang relatif singkat. Keluhan umum yang
dirasakan penderita adalah : (Lanny Lingga, 2012)
Nyeri
Bengkak
Kemerahan
Demam
Menggigil
Badan terasa lemas
9
Biasanya terjadi pada saat penderita sedang tidur, dan ketika
bangun penderita tidak bisa langsung berjalan. Akan terjadi peningkatan
laju endapan darah pada tubuh penderitanya. Pada gout akut ini dapat
sembuh sendiri tanpa diberikan terapi apapun. Dengan istirahat yang
cukup, nyeri dapat hilang dengan sendirinya. Selain dengan istirahat nyeri
sendi dapat diredakan dengan menghangatkan bagian sendi yang nyeri
dengan menggunakan obat gosok yang bersifat analgesik atau
merendamnya didalam air dingin (Lanny Lingga, 2012).
C. Interkritikal
Pada tahap ini terjadi selama beberapa tahun hingga 10 tahun tanpa
serangan akut. Interkritikal merupakan tahap lanjutan dari gout akut. Pada
tahap ini, kadang sulit ditentukan karena tidak muncul tanda-tanda radang
akut meskipun ditemukan kristal urat pada saat dilakukan aspirasi. Adanya
kristal urat menandakan telah terjadi kerusakan sendi kearah progresif
(Lanny Lingga, 2012).
D. Gout Kronis (Kronis Tofaseus Gout)
Di tahap Gout Kronis tofi sulit sembuh dan kadang muncul disertai
dengan bengkak dan kaku pada sendi serta perasaan tidak nyaman yang
persisten disertai dengan serangan akut. Pada tahap ini telah ditemukan
tofi pada poliartikuler, cuping telinga, MTP-1, olekranon, tendon Achilles,
dan jari tangan. Penderita pada tahap ini sering kali tidak mengalami nyeri
tetapi mengalami inflamasi. Inflamasi ini menyebabkan kerusakan
progresif pada sendi. Perkembangan dari gout akut ke gout kronis
bervariasi, umumnya setelah 3-42 tahun mengalami gout akut atau
hiperurisemia yang tidak ditangani. Gout kronis menahun dapat
menyebabkan terbentuknya tofi pada miokardum, katup jantung, mata
(terutama bagian sclera) dan laring. Jika sudah parah ditandai dengan
penyakit ginjal menahun atau gagal ginjal (Lanny Lingga, 2012).
10
2. Pola makan dengan tinggi protein dan kaya senyawa purin lainnya
3. Konsumsi alkohol yang berlebihan
4. Hambatan pembuangan asam urat karena penyakit tertentu
5. Penggunaan obat-obatan yang meningkatkan kadar asam urat
6. Penggunaan antibiotika secara berlebihan
7. Penyakit tertentu pada darah yang menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme tubuh
8. Obesitas
9. Faktor lainnya seperti stress, cedera sendi, hipertensi, dan olahraga
berlebihan
Faktor risiko yang menyebabkan penyakit asam urat adalah (Tim Redaksi
Vitahealth, 2004) :
1. Usia
2. Asupan senyawa purin berlebihan
3. Konsumsi alcohol berlebih
4. Kegemukan (obesitas)
5. Hipertensi dan penyakit jantung
6. Obat-obatan tertentu (terutama diuretika)
7. Gangguan fungsi ginjal
11
Ubi Gulali
Sirup
Sumber : (Tim Dapur DeMedia, 2008)
Tabel 2.2 Anjuran Asupan Karbohidrat
b. Protein
Asam urat terbentuk dari metabolisme purin dan purin bagian dari
nukleopretein. Penderita asam urat harus membatasi makanan yang
tinggi purin untuk menurunkan stress metabolik dan mengurangi
pemakaian obat-obatan. Protein diberikan pada jumlah yang moderat
yaitu 1 gram/kg BB atau 10-12% total energi (Ramayulis & Astuti,
2008). Sedangkan menurut Tim Dapur DeMedia (2008), pemberian
protein pada penderita asam urat adalah 50-70 gram bahan mentah/hari
atau 0,8-1 gr/kg BB/hari.
c. Lemak
Menurut Ramayulis & Astuti (2008), lemak yang diberikan pada
penderita asam urat diberikan dalam jumlah yang sedikit yaitu 10-
25%. Dengan beberpa pertimbangan :
Pada umumnya, penderita asam urat mengalami obesitas
sehingga pemberian makanan untuk memelihara berat
badannya.
Pembatasan lemak pada diet rendah purin, kerena akan terjadi
asidosis yang membuat urin menjadi lebih asam yang berakibat
akan menyulitkan ekskresi asam urat.
Untuk makanan yang mengandung asam lemak omega 3
diutamakan karena dengan asam lemak omega 3 dapat menguatkan
kartilago sendi dan menurunkan rasa nyeri akibat dari peradangan.
Makanan yang mengandung asam lemak omega 3 adalah : (Ramayulis
& Astuti, 2008)
Ikan salmon
Makarel
Sarden
Herring
12
Tuna
Ikan air tawar
Kenari
Kacang almond
Biji bunga matahari
Catatan : untuk ikan sarden, makarel dan herring sebaiknya dibatasi
konsumsinya karena mempunyai kandungan purin yang tinggi.
Makanan yang mengandung lemak jenuh sebaiknya dihindari
karena makanan dengan lemak jenuh dapat meningkatkan peradangan.
Pemberian lemak jenuh sebesar kurang dari 10%. Contoh makanan
yang yang mengandung lemak jenuh adalah makanan yang digoreng
(Ramayulis & Astuti, 2008).
Makanan yang mengandung lemak tinggi juga dihindari seperti
jeroan, seafood, makanan yang digoreng, makanan bersantan, mentega,
margarine, advokad dan durian (Tim Dapur DeMedia, 2008).
d. Purin
Pada penderita asam urat harus membatasi makanan sehari-hari
yang mengandung purin. Pemberian makanan yang mengandung purin
pada penderita asam urat sebesar 100-150 mg (Ramayulis & Astuti,
2008). Sedangkan menurut Tim Dapur DeMedia (2008), pemberian
purin pada penderita asam urat adalah 120-150 mg/hari.
e. Vitamin A dan C
Pemberian makanan yang mengandung vitamin A untuk dewasa
laki-laki dan perempuan ± 500-600 µg RE/hari atau setara dengan
1.500-1.800 SI. Sedangkan, untuk vitamin C untuk dewasa laki-laki
dan perempuan ± 75-90 mg. Vitamin A dan C ini mempunyai fungsi
untuk melawan radikal bebas serta meningkatkan kesehatan jaringan
otot dan tendon. Makanan yang mengandung vitamin A dan C adalah :
(Ramayulis & Astuti, 2008)
Stroberi
Kiwi
Semangka
13
Papaya
Apel
Buah persik
Mangga
Labu
Ketela
Gambas
Kentang manis
Brokoli
Toge
f. Cairan
Cairan yang dianjurkan adalah ± 3 liter/hari yang berfungsi untuk
membantu mengeluarkan asam urat dan menimalisir pembentukan batu
ginjal. Aturan minum yang baik adalah pagi-pagi sekali sebelum
sarapan, sebelum makan dan seseudah makan. Cairan dapat diperoleh
dari buah dan sayuran selain dari air putih atau minuman (Ramayulis
& Astuti, 2008).
g. Serat
Pemberian serat pada penderita asam urat adalah 20-30 gr. Serat
berfungsi untuk mempercepat proses pembuangan sebelum sisa
makanan berubah menjadi bentuk toksik (Ramayulis & Astuti, 2008).
2. Kelompok Makanan Berdasarkan Kadar Purin (Ramayulis & Astuti,
2008).
a. Makanan yang mengandung purin tinggi
Makanan ini mengandung 100-1000 mg purin per 100 gram bahan
makanan
Semua makanan dan minuman yang mengandung alcohol
Bebek, angsa, ikan kecil (herring), ikan sarden, makarel,
remis, kerang, kepiting, lobster, dan telur ikan.
Makanan yang diawetkan dalam kaleng seperti kornet,
sarden, dll.
14
Jeroan, seperti otak, lidah, jantung, hati, limpa, ginjal dan
usus.
Kaldu daging dalam sup kental, soto ayam, soto sulung,
opor ayam, dll.
Buah-buahan yang dapat berubah menjadi alkohol di dalam
usus seperti alpukat, kelapa kopyor, durian dan air kelapa.
b. Makanan yang mengandung purin sedang
Makanan ini mengandung purin antara 9-100 mg purin per 100
gram bahan makanan, dibatasi maskimal 50-75 gram (1-1½
potong) atau 1 mangkuk (100 gram) sayuran sehari.
Ikan air tawar atau laut (kecuali ikan yang terdapat di
bagian mengandung purin yang tinggi)
Daging sapi, ayam dan udang.
Kacang kering dan hasil olah seperti tahu, tempe dan
oncom.
Sayuran dan buah. Sayuran terdiri dari kembang kol,
bayam, asparagus, jamur, kangkung, daun singkong, daun
biji melinjo, kacang polong dan buncis.
c. Makanan yang mengandung purinnya dapat diabaikan
Semua jenis sayuran dan buah yang tidak termasuk dalam
daftar diatas.
Nasi, ubi, singkong, jagung, mi, bihun, tepung beras, kue
kering dan macaroni.
Margarine, butter, kelapa, minya, dan gula
Pudding, telur, susu, keju, dan es krim
Kopi, sereal, dan teh.
Rempah, bumbu, jamu, garam dan jahe.
15
BAB III
GAMBARAN UMUM KELUARGA
16
3.2 Genogram
Perempuan
Laki-laki
17
Ibu Sukanti merupakan anak dari ibu Sukasih dan bapak Surwa, beliau
merupakan anak pertama dari 9 bersaudara. Ibu Sukanti menikah dengan bapak
Nurdjaya dan mempunyai 3 orang anak yaitu Nunung Nurjanah, Iswahyudi dan
Destiana. Ibu sukanti menderita asam urat sejak tujuh tahun yang lalu, akibat dari
asam urat yang diderita ibu Sukanti menyebabkan ibu Sukanti tidak dapat lepas
dari obat generik asam urat yang setiap harinya ia minum. Ibu Sukanti sudah
menerapkan pola makan yang baik seperti makan buah dan sayur setiap hari,
tetapi dia kurang mengetahui makanan apa saja yang harus dihindarkan untuk
penyakit asam urat.
18
BAB IV
HASIL
19
lebih parah.
4.2 Penetapan Prioritas Masalah
Prioritas masalah yang dipilih dari hasil wawancara mendalam
dengan ibu Sukanti adalah mengenai pengetahuan dari keluarga ibu
Sukanti mengenai asam urat serta meningkatkan pengetahuan tentang pola
makan yang sehat dan benar untuk mengendalikan atau mengontrol kadar
asam urat ibu Sukanti dan mencegah asam urat ibu Sukanti agar tidak
menjadi lebih parah.
Gambar 4.1 Analisis Masalah (Fishbone) Penyakit Asam Urat Ibu Sukanti
20
adalah tidak suka mengecek kesehatannya secara rutin ke pelayanan
kesehatan yang ada, ibu Sukanti hanya memilih meminum obat generic
pereda asam uratnya tanpa memeriksakan penyakitnya tersebut ke
pelayanan kesehatan. Yang ketiga adalah kurangnya pengetahuan tentang
penyakit asam urat dan apa saja makanan yang harus dihindari pada
penyakit asam urat serta berapa besar porsi kandungan gizi yang ia makan
setiap harinya.
Tenaga kesehatan tidak memberikan informasi yang terkait dengan
penyakit yang dideritanya yaitu asam urat karena ibu Sukanti enggan
untuk datang ke pelayanan kesehatan untuk memeriksakan asam urat yang
sudah lama dideritanya. Hipertensi pun bisa menjadi faktor penyebab ibu
Sukanti menderita asam urat. Hipertensi yang terjadi selama beberapa
tahun berpotensi besar mimicu hiperurisemia, sedangkan ibu Sukanti
sudah menderita hipertensi pada saat beliau muda.
Dilihat dari berbagai penyebab diatas, peningkatan pengetahuan
tentang apa itu asam urat dan gizi untuk penderita asam urat dan mengatur
pola makan menjadi faktor penting yang menjadi penyebab ibu Sukanti
menderita penyakit asam urat.
21
4.4.1 Metode Kegiatan Intervensi
a. Komunikasi yang dilakukan pada saat intervensi adalah
dengan komunikasi lisan yang dilakukan secara langsung
secara tatap muka dan tidak dibatasi oleh jarak.
b. Dilakukannya komunikasi dua arah yaitu komunikasi yang
memungkinkan untuk terjadi tanya jawab.
4.4.2 Sasaran Kegiatan
Sasaran dari rencana intervensi ini adalah ibu Sukanti yang
menderita asam urat yang dideritanya sejak lama.
4.4.3 Tujuan Kegiatan
Bagi Keluarga Binaan :
1) Dapat memahami tentang asam urat.
2) Dapat mengetahui fase perjalanan penyakit asam urat
beserta gejala-gejala atau tanda-tandanya.
3) Dapat mengetahui apa saja yang dapat meningkatkan risiko
penyakit asam urat.
4) Dapat mengetahui penyebab dari penyakit asam urat yang
selama ini diderita ibu Sukanti.
5) Dapat mengetahui makanan apa saja yang dapat ia konsumsi
saat ia menderita asamurat dan mengetahui banyak porsi gizi
seimbang yang diperlukan dalam sehari-hari.
6) Dapat mengetahui bagaimana cara mengatur pola makan
yang seimbang.
4.4.4 Media dan Perlengkapan yang Dibutuhkan
Media yang dibutuhkan adalah menggunakan poster pada
saat penyuluhan. Lalu lakukan Food Recall 24 Jam pada ibu
Sukanti untuk melihat yang ibu Sukanti konsumsi 24 jam
sebelumnya.
22
BAB V
PEMBAHASAN
Ibu Sukanti adalah salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit
asam urat di keluarganya. Penyakit gout (pirai) atau yang dikenal dengan penyakit
asam urat adalah salah satu penyakit metabolik yang diakibatkan dari endapan
urat di sendi, yang menyebabkan sendi arthritis yang menyakitkan. Penyakit asam
urat ini dapat menyerang sendi manapun tetapi mayoritas di kaki bagian bawah
dan kaki bagian atas (Williams, 2011).
Pada penyakit asam urat atau gout, peradangan sendi bersifat menahun dan
umumnya setelah terjadi serangan gout yang berulang, dapat menjadi bengkok
dan cacat jika sendi tersebut terserang (Junaidi, 2012). Kadar asam urat normal
pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6 mg/dl. Kadar asam urat
diatas normal disebut hiperurisemia (Astri, 2012).
Ibu Sukanti mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan eksresi asam
urat yang beliau minum sehari dua kali. Sakit asam uratnya yang dialami juga
timbul secara cepat dalam waktu yang relatif singkat. Untuk pengobatan yang
biasa ibu Sukanti terapkan adalah mengkonsumsi obat, istirahat, dan
menggunakan obat gosok yang kemudian rasanyeri dari asam urat akan berangsur
membaik. Gejala yang dirasakan oleh ibu Sukanti pada saat asam urat adalah
nyeri dibagian kaki dan badan terasa lemas. Jika dilihat dari perjalanan penyakit
asam urat, Ibu Sukanti sudah memasuki Gout Akut.
Menurut Suiraoka (2012), faktor risiko terjadinya asam urat yaitu faktor
keturunan dengan adanya riwayat asam urat dalam keluarga, pola makan dengan
tinggi protein dan kaya senyawa purin lainnya, konsumsi alkohol yang berlebihan,
hambatan pembuangan asam urat karena penyakit tertentu, penggunaan obat-
obatan yang meningkatkan kadar asam urat, penggunaan antibiotika secara
berlebihan, penyakit tertentu pada darah yang menyebabkan terjadinya gangguan
metabolisme tubuh, obesitas, dan faktor lainnya seperti stress, cedera sendi,
hipertensi, dan olahraga berlebihan. Faktor risiko yang menyebabkan ibu Sukanti
mengalami penyakit asam urat adalah riwayat asam urat dalam keluarga, makanan
yang dikonsumsi dan hipertensi.
23
Riwayat asam urat dalam keluarga, Pada kejadian hiperurisemia primer
terdapat suatu kelainan yang disebut familial juvenile gout atau familial juvenile
hyperuricaemic nephropathy (FJHN) yaitu hiperurisemia akibat adanya
penurunan pengeluaran asam urat pada ginjal dalam suatu keluarga yang
diturunkan secara genetik. Kelainan molekular dari FJHN ini belum diketahui,
kemungkinan karena kelainan pada gen yang menyebabkan penurunan fungsi
pengeluaran AU ginjal, kemungkinan melalui kelainan transporter AU pada basal
membran atau pada brush border dari tubulus proximalis ginjal (Putra, 2009).
Makanan yang dikonsumsi pun menjadi faktor yang dapat mempengaruhi
penyakit asam urat, umumnya makanan yang tidak seimbang seimbang (asupan
protein yang mengandung purin terlalu tinggi) (Utami,2009). Di Indonesia
mayoritas mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung purin yang rendah
purin rendah seperti nasi, ubi, singkong, roti, susu, dan telor sedangkan bahan
makanan yang mengandung purin tinggi (100-1000 mg/100gr makanan) seperti
otak, hati, jantung, jeroan daging bebek dan purin sedang (9- 100mg/100gr
makanan) seperti daging sapi dan ikan, ayam, udang, tahu, tempe serta asparagus
dikonsumsi dalam jumlah terbatas dan jarang (Tinah, 2010).
Hipertensi pun bisa menjadi faktor penyebab penyakit asam urat. Pada
Studi epidemiologi mengatakan bahawa ada hubungan yang kuat antara penyakit
hipertensi dan penyakit asam urat. Hipertensi yang terjadi selama beberapa tahun
berpotensi besar mimicu hiperurisemia (Lanny Lingga, 2012).
Ibu Sukanti kurang mengetahui tentang pola makan dan gizi untuk
mengendalikan penyakit asam uratnya. Menurut Ramayulis & Astuti (2008), pola
makan sehari-hari bagi para penderita asam urat adalah karbohidrat diberikan
dalam jumlah yang tinggi yaitu 65-75% (tidak kurang dari 100 gram). Protein
diberikan pada jumlah yang moderat yaitu 1 gram/kg BB atau 10-12% total
energi. Lemak yang diberikan dalam jumlah yang sedikit yaitu 10-25%.
Pemberian makanan yang mengandung purin pada penderita asam urat sebesar
100-150 mg. Pemberian serat pada penderita asam urat adalah 20-30 gr dan cairan
yag diberikan adalah ±3 liter.
24
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
a) Berdasarkan wawancara mendalam pada ibu Sukanti, dapat diketahui
bahwa ibu Sukanti telah menderita asam urat sekitar tujuh tahun yang
lalu. Dan ibu Sukanti mengkonsumsi obat generik untuk meredakan
nyeri akibat asam urat.
b) Penyebab dari asam urat adalah faktor keturunan, tidak suka mengecek
kesehatannya secara rutin ke pelayan kesehatan yang ada, kurangnya
pengetahuan tentang apa saja makanan yang harus dihindari pada
penyakit asam urat serta berapa besar porsi kandungan gizi yang ia
makan setiap harinya,tenaga kesehatan tidak memberikan informasi
yang terkait dengan penyakit yang dideritanya, dan hipertensi.
c) Kurangnya pengetahuan tentang penyakit asam urat, pola makan dan
gizi untuk mengendalikan asam urat ini merupakan faktor yang penting
yang menyebabkan ibu Sukanti mengalami penyakit asam urat. Dan
ibu Sukanti lebih memilih mengkonsumsi obat generik dibandingkan
dengan memeriksakan penyakit asam uratnya ke pelayanan kesehatan.
d) Rencana intervensi yang dilakukan adalah melakukan pre test dan post
test pada sebelum dan sesudah melakukan penyuluhan tentang
penyakit asam urat, pola makan dan gizi untuk mengendalikan asam
urat serta melakukan Food Recall 24 Jam pada ibu Sukanti.
6.2 Saran
a) Ibu Sukanti dapat mengetahui tentang penyakit asam urat pola makan
dan gizi untuk mengendalikan asam urat
b) Ibu Sukanti disarankan untuk memeriksakan penyakit asam uratnya ke
pelayanan kesehatan
c) Ibu Sukanti dapat memberikan pengetahuan tentang asam urat ini
kepada orang-orang disekitarnya.
d) Ibu Sukanti dapat menerapkan pola makan dan gizi untuk
mengendalikan asam urat.
25
DAFTAR PUSTAKA
Asmak, & Nazulatul. (2017). Hubungan Asupan Bahan Makanan Sumber Purin,
Vitamin C, Dan Cairan Dengan Kadar Asam Urat Pada Pasien
Hiperurisemia Rawat Jalan Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah
Semarang. Universitas Muhammadiyah Semarang
Astri S. (2012). Deteksi Dini Gejala, Pencegahan, & Pengobatan Asam Urat.
Pinang Merah Publisher, Yogyakarta.
Iskandar J. (2012) Rematik & Asam Urat. PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Lanny Lingga. (2012). Bebas Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta: PT. AgroMedia
Pustaka.
26
Putra, T.R., 2009. Hiperurisemia. Di dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Sudoyo, AW.,Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., Setiati, S. Jakarta:
Interna Publishing, hal. 2551- 2555
Price, P,A & Wilson, L,M. (1992). Gout, Pathofisiologi, Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Ramayulis, R., & Astuti, T. (2008). Menu dan Resep untuk Penderita Asam Urat.
Depok: Penebar Plus.
Tim Dapur DeMedia. (2008). Sajian Sehat dan Lezat untuk Penderita Asam Urat.
Jakarta: Demedia Pustaka.
Tim Redaksi Vitahealth. (2004). Asam Urat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Utami P. (2009). Solusi Sehat Asam Urat dan Rematik. Agromedia Pustaka,
Jakarta.
Yenrina, R., Krisnatuti, D., & Dini Rasjmida. (2014). Diet Sehat Penderita Asam
Urat. Jakarta: Penebar Swadaya.
27
LAMPIRAN
Tampak depan dankeadaan rumah ibu Sukanti di di Jalan Rawa Indah No. 79 RT
002 RW 002 Kelurahan Bojong Pondok Terong, Kecamatan Cipayung, Depok.
28