Anda di halaman 1dari 13

POLICY DEVELOPMENT, POLICY ANALYSIS, DAN POLICY EVALUATION

Makalah disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Penggunaan Data untuk Pengambilan
Kebijakan

Dosen Pengampu: Fathinah Ranggauni Hardy, SKM, M.Epid

Disusun Oleh:
KELOMPOK 1
Amelia Savitri 17107130
Aisyah 1710713053
Intan Ully Athalia Sihombing 17107130
Michele Kezia Yosephine 17107130
Siska Rizki 17107130

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KESEHATAN MASYARAKAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan
tepat pada waktunya.
Makalah yang berjudul Policy Development, Policy Analysis, dan Policy Evaluation
ini ditulis untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penggunaan Data untuk Pengambilan
Kebijakan. Pada kesempatan yang baik ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa hormat
dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang dengan tulus ikhlas telah memberikan
bantuan dan dorongan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada pembaca.

Jakarta, 2 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk mencapai dan menilai kinerja yang diharapkan, manajer dan pemimpin pada
organisasi di sektor kesehatan (termasuk Puskesmas) perlu melakukan evaluasi terhadap
penyelenggaraan pelayanan kesehatan maupun program-program kesehatan.
Perencanaan, monitoring dan evaluasi merupakan kegiatan yang berkaitan. Evaluasi
perlu dilakukan terhadap setiap fungsi manajemen yang dilakukan, mulai dari
perencanaan, penggerakan dan pengorganisasian, serta pengawasan. Selain itu evaluasi
juga perlu dilakukan pada setiap tahap dalam proses manajemen, mulai dari input, proses,
output, outcome dan dampak kegiatan/program. Tidak kalah pentingnya evaluasi juga
harus dilakukan pada akhir kegiatan untuk menilai pencapaian tujuan atau target suatu
program/ kegiatan pelayanan.
Hasil evaluasi selain digunakan untuk melakukan koreksi terhadap kegiatan atau
program pelayanan yang sedang berjalan, juga digunakan untuk melakukan perencanaan
pengembangan program dan kegiatan di waktu mendatang. Berdasarkan uraian tersebut,
maka penulis bermaksud untuk membahas mengenai policy development, policy analysis,
dan policy evaluation.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud policy development?
2. Apa yang dimaksud policy analysis?
3. Apa yang dimaksud policy evaluation?
1.3 Tujuan
1. Memahami maksud dari policy development.
2. Memahami maksud dari policy analysis.
3. Memahami maksud dari policy evaluation.
1.4 Manfaat
Makalah ini dapat dimanfaatan sebagai bahan informasi tambahan tentang policy
development, policy analysis, dan policy evaluation. Dengan adanya pembahasan
mengenai studi tentang policy development, policy analysis, dan policy evaluation
diharapkan pembaca dapat memahami secara langsung dan memberikan inovasi baru
dalam kesehatan masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.3 Policy Evaluation


Evaluasi Kebijakan Publik
Evaluasi merupakan process of delineating, obtaining and providing useful
information for judging decision alternatives. Dalam evaluasi ada beberapa unsur yang
terdapat dalam evaluasi yaitu: adanya sebuah proses (process), perolehan (obtaining),
penggambaran (delineating), penyediaan (providing) informasi yang berguna (useful
information), dan alternatif keputusan (decision alternatives). Evaluasi merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauhmana keberhasilan sebuah
program. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat di dalamnya yaitu
efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya
sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output lewat
suatu proses.
Evaluasi program adalah suatu kegiatan mengukur untuk mengetahui seberapa besar
suatu program sosial meningkatkan kesejahteraan rakyat (efek program), bagaimana
program sosial berlangsung (operasional program) dan bagaimana agar program dapat
berjalan lebih efektif.
Evaluasi kebijakan (policy evaluation), yakni suatu proses untuk memonitor dan
menilai hasil atau kinerja kebijakan (Subarsono, 2005). Kegiatan ini dilakukan sebagai
salah satu metode untuk memecahkan masalah dalam masyarakat. Permasalahan yang
terjadi dalam masyarakat muncul karena kebijakan yang terkait dengan masalah itu tidak
sanggup lagi mengatasi problem sosial yang terjadi. Evaluasi kebijakan tergantung dari
analisis kebijakan, tetapi ini adalah perbedaan untuk memulainya. Dalam perspektif
administrasi publik, penekanannya terletak pada pertanyaan efektivitas, efisiensi dan
manfaat ekonomi (Haryono, 2011).
Menurut Rist salah satu bentuk penyelesaian masalah adalah dengan melakukan
penelitian evaluasi kebijakan. Melalui penelitian evaluasi kebijakan dapat digunakan
untuk menilai kebijakan tersebut berhasil atau gagal. Keberhasilan suatu kebijakan,
apabila kinerja harapan sesuai dengan kinerja kenyataan. Namun apabila kinerja
kenyataan tidak sesuai dengan kinerja harapan berarti kebijakan tersebut perlu dievaluasi
(Haryono, 2011).
Melalui evaluasi kebijakan dapat membuahkan pengetahuan yang relevan tentang
ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan dengan kinerja yang dihasilkan
dari suatu kebijakan publik. Evaluasi kebijakan tidak hanya sekedar menghasilkan
kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah tersebut dapat diselesaikan, tetapi juga dapat
menyumbangkan klarifikasi terhadap nilai-nilai yang mendasari kebijakan tersebut serta
dapat membantu dalam penyesuaian dan perumusan kembali masalah kebijakan. Hal ini
sangat membantu pengambil keputusan dalam membuat kebijakan (Haryono, 2011).
Evaluasi kebijakan publik memainkan tiga fungsi utama dalam analisis kebijakan.
Pertama, evaluasi kebijakan publik dapat memberi informasi yang valid dan dapat
dipercaya mengenai kinerja kebijakan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan
kesempatan yang telah dicapai melalui tindakan kebijakan publik (Haryono, 2011).
Kedua, evaluasi kebijakan dapat memberikan sumbangan pada klarifikasi dan kritik
terhadap nilai-nilai yang mendasari pemilihan tujuan dan target. Namun nilai ini
diperjelas dengan mendefinisikan dan mengoperasikan terhadap tujuan dan target. Nilai
juga dikritik secara sistematis tentang kepantasan tujuan dan target dalam hubungan
dengan masalah yang dituju (Haryono, 2011). Ketiga, evaluasi kebijakan publik dapat
memberi sumbangan pada aplikasi metode-metode analisis kebijakan lainnya, termasuk
perumusan masalah dan rekomendasi. Informasi tentang tidak memadainya kinerja
kebijakan dapat memberi sumbangan pada perumusan ulang masalah kebijakan. Sebagai
contoh, dengan menunjukkan bahwa tujuan dan target kebijakan perlu didefinisikan
ulang. Akhirnya, melalui evaluasi kebijakan publik dapat menyumbang pada alternatif
kebijakan yang baru atau revisi kebijakan dengan menunjukkan bahwa alternatif yang
diunggulkan sebelumnya perlu dihapus dan diganti dengan yang baru (Haryono, 2011).
Evaluasi kebijakan publik mempunyai dua aspek yang saling berhubungan. Pertama,
penggunaan berbagai macam metode untuk memantau hasil kebijakan publik. Kedua,
penggunaan program dan aplikasi untuk menentukan kegunaan hasil kebijakan publik
terhadap individu, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan (Haryono, 2011).
Tujuan Evaluasi Program
Setiap kegiatan yang dilaksanakan mempunyai tujuan tertentu. demikian juga dengan
evaluasi. Menurut Suharsimi Arikunto, ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan sedangkan
tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen.
Tujuan utama evaluasi adalah: (a) Memberikan informasi kepada pengambil
keputusan tentang kebijakan, strategi dan pelaksanaan program atau kegiatan berkait
dengan intervensi program yang sedang berjalan maupun intervensi di masa mendatang,
(b) Menunjukkan akuntabilitas pelaksanaan dan hasil kinerja program/kegiatan kepada
pihak yang berkepentingan. Memperhatian pengertian dan tujuan diatas, maka evaluasi
perlu dilakukan pada setiap fungsi manajemen, untuk menjamin suatu kegiatan benar-
benar dibutuhkan serta tepat untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (PKMK,
2013).
Menurut Mark, bahwa ada empat tujuan melakukan evaluasi:
1. Penilaian atas kemanfaatan dan harga, yaitu pembangunan yang menjamin keputusan
program pada level individu dan masyarakat;
2. Klasifikasi, yaitu metode-metode yang digunakan untuk mengelompokkan dan
investigasi pada struktur pokok seperti pembangunan atau penerapan dari taksonomi
sub tipe program;
3. Analisis kasualitas, yaitu metode digunakan untuk mengeksplorasi dan menguji
hubungan kasualitas (misalnya antara pelayanan program dan fungsi klien) atau
mengkaji mekanisme melalui efek yang terjadi;
4. Penyelidikan nilai, yaitu metode digunakan untuk menilai proses secara alami,
menjajaki nilai yang muncul atau membedah posisi nilai menggunakan analisis formal
maupun kritis.
Tipe-Tipe Evaluasi
1. Menurut tahapan pelaksanaan kegiatan/program: (PKMK, 2013)
a) Evaluasi pada perencanaan atau ketika kegiatan belum dilaksanakan
(Feedforward Evaluation)
b) Evaluasi pada kegiatan yang sedang berjalan atau pada proses pelaksanaan
kegiatan (Concurrent Evaluation)
c) Evaluasi setelah kegiatan selesai dilaksanakan atau sering disebut sebagai
evaluasi akhir kegiatan/ program (Feedback Evaluation)
2. Menurut kriteria kegiatan/program
a) Evaluasi input, yaitu dilakukan pada semua input yang digunakan dalam kegiatan/
program seperti modal, sarana dan prasaran, SDM, dana, teknologi, prosedur, dan
lain-lain.
b) Evaluasi process yang dilaksanakan pada proses pelaksanaan kegiatan, misal
ketaatan waktu pelaksanaan, ketaatan pada SOP atau prosedur, hambatan-
hambatan yang ditemukan dan lain-lain.
c) Evaluasi output yang dilaksanakan pada hasil kegiatan, seperti cakupan program,
kualitas pelayanan dan kepuasan pelanggan dan lain-lain.
d) Evaluasi outcome yang dilakukan pada akibat lebih lanjut dari pencapaian output,
misalnya penurunan kasus malaria, menurunnya kasus komplikasi pada kehamilan
dan persalinan dan lain-lain.
e) Evaluasi impact yang dilakukan pada dampak terjadi atau tercapainya outcome,
misalnya tingkat kesehatan penduduk meningkat, turunnya KI dan AKB dan
seterusnya.
(PKMK, 2013)
Tahapan Proses Evaluasi
Proses evaluasi biasanya terdiri dari paling sedikit 5 (lima) tahap yaitu: (PKMK, 2013)
1. Penetapan indikator pengukuran dan standar pelaksanaan kegiatan, biasanya sudah
dilaksanakan pada dengan perencanaan kegiatan.
Tahap pertama dalam evaluasi adalah penetapan indikator dan standar.
Indikator adalah penunjuk evaluasi sedangkan standar adalah suatu satuan
pengukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai kegiatan atau hasil-
hasil kegiatan. Pada umumnya penetapan indikator dan standar evaluasi telah
ditetapkan bersamaan dengan proses perencanaan. Tujuan, sasaran, kuota, dan target
pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar evaluasi. Bentuk standar yang lebih
khusus antara lain target cakupan sasaran, target penurunan AKI dan AKB,
pencapaian standar kualitas ANC dan lain-lain. Tiga bentuk standar yang sering
dipakai adalah:
a) Standar fisik, misalnya cakupan program, kualitas pelayanan, kepuasan
pelanggan, dan lain-lain
b) Standar moneter adalah biaya per satuan produk atau sasaran program/kegiatan.
Standar biaya pemulihan balita gizi buruk, standar biaya ANC, dan lain-lain
c) Standar waktu, penetapan waktu ideal untuk menyelesaikan kegiatan tertentu atau
untuk pencapaian tujuan tertentu.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan yang tepat akan meningkatkan
kehandalan evaluasi. Beberapa pertanyaan penting berikut dapat dipakai sebagai
penuntun tahap ini, yaitu:
a) Berapa kali pelaksanaan pengukuran indikator evaluasi harus dilakukan, misal
sekali, bulanan, tahunan dan lain-lain
b) Dalam bentuk apa pengukuran akan dilakukan, dalam bentuk tulisan, menginpeksi
visual (pengamatan), menghitung, menimbang, dan lain-lain
c) Siapa yang akan terlibat dalam pelaksanaan evaluasi? manajer saja atau tim
evaluasi dan sebagainya
d) Seberapa mudahkah pengukuran dapat dilakukan, hasilnya dapat diolah dan
dianalisa, dengan biaya yang “relative” murah
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata (real)
Pengukuran pelaksanaan dan kinerja kegiatan/program harus dilakukan untuk
dapat melakukan evaluasi kegiatan/program. Beberapa cara untuk melakukan
pengukuran pelaksanaan atau hasil pelaksanaan kegiatan adalah:
a) Pengamatan (observasi)
b) Laporan, baik lisan maupun tertulis
c) Metode-metode otomatis
d) Inspeksi dan pengujian (test), termasuk menghitung, menimbang, mengukur
waktu dan lain-lain
e) Penelitian atau survei sampel.
4. Pembandingan hasil ukur dengan standar serta analisa penyimpangan
Tahap kritis dari proses evaluasi adalah pembandingan hasil pengukuran
(pelaksanaan atau hasil pelaksanaan) kegiatan yang nyata dengan yang direncanakan
atau dengan standar yang ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah tetapi
kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterprestasi adanya penyimpangan. Titik
kritis yang penting lainnya adalah ketika mencari jawaban mengapa penyimpangan
terjadi, yang berarti mencari penyebab terjadinya penyimpangan.
5. Merancang dan melakukan tindakan koreksi, bila memang diperlukan
Tahap ini adalah pengambilan keputusan untuk melakukan intervensi
(koreksi), merancang tindakan koreksi berdasarkan temuan penyebab penyimpangan
serta melaksanakan intervensi/tindakan koreksi. Tindakan koreksi mungkin berupa:
a) Mengubah standar, memperbaiki prosedur, teknologi, dan metode dalam
pelaksanaan kegiatan
b) Mengganti kegiatan dengan kegiatan lain yang lebih akuntabel
c) Menambah sarana dan prasarana kegiatan
d) Mengubah waktu pelaksanaan kegiatan dan lain-lain

Kegunaan dan Pentingnya Evaluasi


Kegunaan terpenting dari evaluasi adalah untuk menjamin agar kegiatan yang
dilaksanakan dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan atau ditetapkan. Selain itu
juga untuk mengetahui bahwa kegiatan yang dilakukan adalah tepat sasaran, metode,
waktu, biaya dan lain-lain. Adapun kegunaan yang lain dari pelaksanaan evaluasi adalah:
(PKMK, 2013)
a) Pembelajaran untuk mengetahui mengapa program berhasil atau tidak berhasil:
 Untuk melakukan verifikasi dan meningkatkan kualitas dan manajemen program.
 Untuk mengi dentifikasi strategi yang berhasil dalam rangka ekstensi/ekspansi
dan replikasi.
b) Untuk memodifikasi atau memperbaiki strategi yang kurang berhasil.
c) Untuk mengukur keberhasilan dan manfaat suatu intervensi.
d) Untuk memberi informasi kepada stakeholders agar stakeholders dapat menyebutkan
hasil dan kualitas program.
e) Untuk memberikan justifikasi atau validasi kepada donor, mitra atau konstituen yang
berkepentingan.
1. Merancang Proses Evaluasi
Mengacu kepada William H Newman, prosedur perancangan evaluasi terdiri
dari 5 langkah dasar, yaitu:
a) Merumuskan hasil yang diinginkan manajer harus merumuskan hasil yang akan
dicapai dengan sejelas mungkin. Misalnya meningkatkan kualitas ANC sesuai
standar mutu Depkes RI, menurunkan angka kematian ibu sebesar 10% selama 2
tahun, meningkatkan cakupan pelayanan ibu hamil risti hingga 100% selama 3
tahun, rujukan kasus balita gizi buruk mencapai 100% pada setiap tahunnya, SOP
penangan kegawatdaruratan ibu bersalin yang ditetapkan secara rinci dan jelas dan
lain-lain. Agar dapat dengan mudah di evaluasi maka semua kegiatan dan
tujuan/sasaran kegiatan dengan mengacu kepada SMART, yaitu Spesifik,
Measurable, Apropriate, Realistik dan Timebound. Selain itu hasil yang
diinginkan harus dihubungkan dengan individu yang bertanggung jawab.
b) Menetapkan penunjuk (indikator atau prediktor) hasil
Tujuan evaluasi sebelum dan selama kegiatan dilaksanakan adalah agar
manajer dapat mengatasi atau memperbaiki adanya penyimpangan. Sedangkan
pada evaluasi akhir berkaitan dengan perencanaan kegiatan dan
pengembangannya di masa datang. Tugas penting manajer adalah merancang
program evaluasi untuk menemukan sejumlah indikator yang terpercaya sebagai
penunjuk apakah penyimpangan terjadi sehingga perlu tindakan koreksi. Beberapa
hal yang dapat membantu manajer memperkirakan apakah hasil yang diinginkan
tercapai atau tidak adalah:
 Pengukuran masukan/input
 Pengukuran hasil kegiatan pada tahap permulaan
 Gejala-gejala adanya penyimpangan dan identifikasi penyebab
 Perubahan dalam kondisi yang diasumsikan (termasuk perubahan lingkungan)
 Pengukuran hasil akhir dari sebuah kegiatan/program: Menetapkan standar
penunjuk dan hasil untuk dapat menilai apakah pelaksanaan suatu kegiatan
dan hasilnya menyimpang dari rencana yang ditetapkan serta seberapa
besarkah penyimpangan terjadi, sehingga focus perhatian manajer terhadap
kejadian penyimpangan menjadi tepat
c) Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik
 Langkah berikutnya adalah menetapkan sarana untuk mnegumpulkan data dan
informasi penunjuk (indikator) dan memandingkannya dengan standar.
 Jejaring informasi dibangun mulai dari siapa mengumpulkan data, mengukur
kegiatan, siapa mengolah dan menganalisis data menjadi informasi hasil
evaluasi, bagaimana metode pengumpulan data dan pengolahan dilakukan,
kepada siapa informasi dilaporkan. Jejaring informasi dianggap baik bila tidak
hanya keatas tetapi juga kesamping dan kebawah, yaitu kepada siapa yang
akan melaksanakan tindakan koreksi. Pengambil keputusan tentang koreksi
dilakukan oleh manajer atas tetapi pelaksanaan koreksi adalah staf. Selain itu
jejaring informasi harus cukup efisien untuk menyediakan informasi balik
yang relevan kepada personalia/petugas kunci yang memerlukannya.
d) Menilai informasi (hasil evaluasi) dan mengambil tindakan koreksi
Menilai informasi dan mengambil keputusan untuk tindakan koreksi atau
perbaikan. Setelah hasil evaluasi diperoleh maka dibandingkan dengan standar
dan penentuan apakah koreksi/intervensi perlu dilakukan. Apabila rekomendasi
koreksi disusun dan kemudian dilaksanakan.
 Informasi tentang temuan penyimpangan dari standar harus dievaluasi terlebih
dahulu, sebelum tindakan koreksi alternative dikembangkan, dievaluasi/dinilai
dan diimplementasikan.
2. Perancangan proses evaluasi pada program pokok Puskesmas
Kegiatan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas sering terlalu
banyak sehingga dalam kebutuhan tertentu, evaluasi dilakukan pada program pokok
Puskesmas, yaitu upaya kesehatan wajib seperti yang dimaksud oleh Permenkes RI
No. 128 tahun 2004, seperti Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Program
Pemberantasan Penyakit (P2), Program Gizi, Kesehatan Lingkungan dan lain-lain.
(PKMK, 2013)
DAFTAR PUSTAKA

Haryono. (2011). BAB II Kajian Pustaka, 14–42. Diambil dari http://lib.ui.ac.id/file?


file=digital/132050-D 00919 Studi evaluasi-Literatur.pdf
PKMK. (2013). Modul VI: Monitoring Pengendalian Evaluasi dan Pelaporan Pelayanan
Kesehatan Tingkat Pertama di Puskesmas. Diambil 1 Maret 2020, dari
https://chpm.fk.ugm.ac.id/index.php/id/home/root/mainmenu/85-id/pml-ntt/640-modul-
vi-monitoring-pengendalian-evaluasi-dan-pelaporan-pelayanan-kesehatan-tingkat-
pertama-di-puskesmas

Anda mungkin juga menyukai