Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X

Hubungan Kebiasaan Merokok pada Orangtua di Rumah dengan Kejadian


Pneumonia pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Plered

1
Almer Aprilioza, 2Dadi S Argadireja, 3Yudi Feriandi
¹Program Pendidikan Sarjana Kedokteran, ²Dosen Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Bandung,
Jl. Hariangbanga No.20 Bandung 40116
e-mail: almeraprilioza@yahoo.co.id

Abstrak: Angka kejadian merokok masih sangat tinggi di dunia. Salah satu dampak merokok adalah
timbulnya penyakit penumonia pada anak balita sebagai perokok pasif. Faktor risiko penyakit ini adalah
kebiasaan merokok dari orangtuanya karena asap rokok yang terhisap langsung oleh perokok pasif dapat
mengganggu sistem pertahanan organ pernapasan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan kebiasaan merokok pada orangtua di rumah dengan kejadian pneumonia pada balita. Penelitian
ini bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional study. Penentuan jumlah sampel dengan
menggunakan uji hipotesis 2 proporsi, diperoleh jumlah sampel 84 balita. Analisis statistik yang
digunakan adalah analisa bivariat menggunakan metode Uji eksak Fisher. Hasil penelitian menunjukan
bahwa balita yang pneumonia sebanyak 43 balita, dengan orangtua yang memiliki kebiasaan merokok
(95,6%), dan 2 balita dengan orangtua yang tidak memiliki kebiasaan merokok (4,4%). Balita yang tidak
didiagnosis pneumonia sebanyak 32 balita dengan orangtua yang memiliki kebiasaan merokok (82,1%),
dan 7 balita dengan orangtua yang tidak memiliki kebiasaan merokok (19,9%). Simpulan dari penelitian
ini adalah kejadian pneumonia pada balita dengan orangtua yang mempunyai kebiasaan merokok di
rumah lebih tinggi dibandingkan balita dengan orangtua yang tidak merokok di rumah.

Kata kunci: Balita, merokok, orangtua, pneumonia

Abstract: Incidence of smoking habit is still high in the world. One of the bad effects of smoking is
pneumonia on toddler as the secondhand smoker. The risk factor of this disease is the smoking habit from
the parents because the smoke inhaled by the secondhand smokers can disrupt the immune system of
respiratory organs. The purpose of this study is to analyze the relationship between smoking habit at
home with incidence of pneumonia in toddler. The study was conducted by observational with cross-
sectional study approach. To determine the number of sample by 2 proportion hypothesis test, the result
of determined the sample that obtained 84 number of samples of toddler. The statistical analysis that used
in this study is bivariate analysis with Fisher exact test. The results showed that from 43 pneumonia
toddler, 41 had parents with smoking habit (95.6%) and 2 toddlers had the parents without smoking habit
(4.4%). Whereas the toddler who were not diagnosed with pneumonia, there was 32 of them had parents
with smoking habit (82.1%), and 7 of them had parents without smoking habit (19.9%). The conclusion
of this study is the event of pneumonia in toddler with the smoking habit from their parents at home is
higher than the toddler without the smoking habit from their parents at home .

Keywords: Parents, Pneumonia, Smoking, Toddler

A. Pendahuluan
Rokok tidak hanya berdampak buruk bagi kesehatan perokok aktif. Ternyata
perokok pasif juga ikut merasakan dampak asap pembakaran tembakau ini, bahkan
dampak lebih buruk daripada perokok aktif. Menurut situs resmi World Health
Organization (WHO), satu jam sehari di sebuah ruangan dengan perokok adalah hampir
seratus kali lebih mungkin untuk menyebabkan kanker paru-paru pada perokok aktif.1
Suatu penelitian yang dilakukan Cinar dkk.2 mencari hubungan status orangtua
perokok dengan anak yang dirawat didiagnosis penyakit saluran pernapasan di Rumah
Sakit Sakarya Maternity and Children Turki, menunjukkan hasil bahwa anak dengan
orangtua perokok memiliki angka kejadian penyakit saluran napas lebih tinggi daripada

325
326 | Almer Aprilioza, et al.

orangtua yang tidak merokok. Penyakit saluran napas yang tersering adalah pneumonia,
bronkitis, dan asma.
Pneumonia adalah bentuk infeksi pernapasan akut yang terjadi di paru-paru.
Penyakit pneumonia merupakan penyebab tunggal terbesar kematian pada anak di
seluruh dunia.3 Menurut survei Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 di Indonesia,
pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok usia 1–4 tahun, kemudian mulai
meningkat pada usia 45–54, tahun dan terus meninggi pada kelompok usia berikutnya.4
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purwakarta tahun
2014 menunjukkan angka tertinggi kejadian pneumonia di Kabupaten Purwakarta
dengan jumlah kasus 670 dari 4.529 kasus perkiraan pneumonia.5
Dari uraian tersebut di atas, dengan angka perokok dan kejadian pneumonia
yang tinggi di Purwakarta, penulis tertarik untuk melakukan penelitian hubungan
kejadian pneumonia balita dengan kebiasaan merokok pada orangtua di rumah di
wilayah kerja Puskesmas Plered.

B. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah balita yang datang berobat ke Puskesmas Plered.
Data penelitian didapat melalui data primer yaitu data yang didapat secara langsung dari
subjek penelitian dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder melalui
pengambilan data dari rekam medis puskesmas. Penarikan sampel dilakukan secara
simple random sampling.
Prosedur penelitian terdiri dari menentukan subjek penelitian, menentukan
kriteria inklusi dan eksklusi sampel, mengumpulkan data dengan melakukan wawancara
dengan menggunakan kuesioner dan mencatat hasil diagnosis balita tersebut mengalami
pneumonia atau tidak pneumonia. Setelah pengumpulan data, dilakukan pengolahan
data dengan melihat kejadian pneumonia pada balita dengan kebiasaan merokok pada
orangtua. Kemudian dilakukan penyajian data dengan pembuatan laporan. Penelitian
dilakukan di Puskesmas Plered pada tanggal 1 Maret–30 Juni 2015.
C. Hasil Penelitian
Hasil penelitian terhadap 84 balita untuk mengetahui hubungan kejadian
pneumonia balita dengan kebiasaan merokok pada orangtua di wilayah kerja Puskesmas
Plered periode 1 Maret–30 Juni 2015, serta mengidentifikasi faktor perancu
memengaruhi kejadian pneumonia pada balita.
Penyajian data hasil penelitian untuk menggambarkan kejadian pneumonia balita
dengan kebiasaan merokok pada orangtua ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi maupun persentase dari variabel tersebut yang berupa data kategori.
Hasil yang diperoleh dari analisa bivariat dengan metode kai-kuadrat adalah sebagai
berikut:
Tabel 1 Hubungan antara Kebiasaan Merokok Orangtua dan Kejadian Pneumonia
Kebiasaan Merokok Diagnosis Pneumonia
χ2 sig
Orangtua Ya (%) Tidak (%) Total
Ya 43 (96) 32 (82%) 75
Tidak 2 (4) 7 (18%) 9 3,983 0,049
Total 45 (100) 39 (100) 84
Keterangan: χ2 = kai-kuadrat, sig = nilai p

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)


Hubungan Kebiasaan Merokok pada Orangtua di Rumah dengan Kejadian Pneumonia... | 327

Berdasarkan Tabel 1 hasil perhitungan statistik tersebut diperoleh nilai  2


sebesar 3,983 dengan nilai Sig sebesar 0,049. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa
nilai p(0,049) < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara kebiasaan
merokok orangtua dan kejadian pneumonia pada balita. Hal ini menunjukan bahwa
resiko bayi terkena pneumonia yang diakibatkan oleh kebiasaan merokok orangtua lebih
besar dibanding dengan bayi yang orangtuanya tidak merokok.

D. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan analisis bivariat dengan metode kai kuadrat
menunjukkan balita yang didiagnosis pneumonia sebanyak 43 balita dengan orangtua
yang memiliki kebiasaan merokok (95,6%), dan 2 balita dengan orangtua yang tidak
memiliki kebiasaan merokok (4,4%). Sedangkan balita yang tidak didiagnosis
pneumonia sebanyak 32 balita dengan orangtua yang memiliki kebiasaan merokok
(82,1%), dan 7 balita dengan orangtua yang tidak memiliki kebiasaan merokok
(19,9%). Sehingga didapatkan p-value sebesar (0,049) < 0,05. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebiasaan merokok orangtua dan kejadian
pneumonia pada balita. Kejadian pneumonia pada balita dengan orangtua yang
mempunyai kebiasaan merokok di rumah lebih tinggi dibandingkan balita dengan
orangtua yang tidak merokok di rumah. Hal ini sesuai dengan teori WHO yang
mengatakan bahwa salah satu faktor risiko peningkatan kerentanan pada anak untuk
terjadinya pneumonia adalah orangtua yang merokok.3
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Cinar dkk.2 yang mencari hubungan
status orangtua perokok dengan anak yang dirawat di diagnosis penyakit saluran
pernapasan di Rumah Sakit Sakarya Maternity and Children Turki, menunjukkan hasil
bahwa anak dengan orangtua perokok memiliki angka kejadian penyakit saluran nafas
lebih tinggi daripada orang tua yang tidak merokok. Penyakit saluran napas yang
tersering adalah pneumonia.
Rokok menjadi salah satu faktor risiko pneumonia karena rokok mengganggu
fungsi pertahanan paru, melalui gangguan fungsi silia dan kerja sel makrofag alveolus.
Kedua mekanisme tersebut menyebabkan mikroorganisme yang masuk ke dalam
saluran napas dengan mudah masuk mencapai paru-paru lalu merusak jaringan paru
dengan mengeluarkan toksin sehingga agen infeksius masuk ke dalam saluran
pernapasan, kemudian melakukan adhesi pada dinding bronkus dan bronkiolus, lalu
bermultiplikasi, dan timbul pemicu untuk terjadi inflamasi dalam tubuh. Pada saat
timbul reaksi inflamasi, kantung udara alveoli akan terisi dengan cairan eksudat yang
banyak mengandung protein, sel inflamasi seperti neutrofil fase akut, kemudian
makrofag dan limfosit pada fase kronik. Akibat kantung udara alveoli yang terisi
eksudat, maka proses difusi oksigen dan karbondioksida menjadi terganggu, sehingga
pasien yang mengidap penyakit ini akan mengalami hipoksemia, dan hiperkapnia.6

E. Simpulan
Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok orangtua di rumah dan kejadian
pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Plered. Kejadian pneumonia pada
balita dengan orangtua yang mempunyai kebiasaan merokok di rumah lebih tinggi
dibanding dengan balita dengan orangtua yang tidak merokok di rumah.

Daftar Pustaka
Kesehatan perokok pasif lebih buruk dari pada perokok pasif. Liputan 6. Jakarta; 2013.

Pendidikan Dokter, Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015


328 | Almer Aprilioza, et al.

Cinar N, Dede C, Cevahir R, Sevimli D. Smoking status in parents of children hospitalized with
a diagnosis of respiratory system disorders. Bosn J of Bas Med Sci. 2010 Oktober
31;10(4):319–22.

World Health Organization. Pneumonia (diunduh 29 Januari 2015). Tersedia dari:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs331/en/

Badan Penelian dan Pengembangan Kesehatan. Riset kesehatan dasar. Jakarta: Depkes RI; 2013.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (diunduh 29 Januari 2015). Tersedia dari:
http://diskes.jabarprov.go.id/assets/data/menu/10.KUMULATIF_CAK_PROGRAM_ISPA_20
14_UNTUK_WEBSITE_.pdf

Bruyere HJ. Bacterial pneumonia. Edisi ke-7. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2007.

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan)

Anda mungkin juga menyukai