Anda di halaman 1dari 13

Terminal illness

Eky Okviana Armyati


• Terminal illness merupakan kerusakan atau
perubahan fungsi pada tubuh manusia yang sifatnya
permanen.
• Kondisi ini bisa disebabkan oleh perubahan yang
sifatnya patologis dan tidak dapat disembuhkan.
Dengan demikian, pasien membutuhkan penanganan
medis.
• Pasien dengan terminal illness membutuhkan
penyesuaian diri yang baik (coping) sehingga bisa
meningkatkan kualitas hidup pasien.
1. Cara mengatasi kondisi fisiknya akibat penurunan
kesehatan, seperti sakit, nyeri, sulit bernapas, sulit tidur,
atau kondisi perut yang tidak enak.
2. Kondisi tubuh yang membuat terjadinya perubahan
drastis pada pola hidup seseorang, sehingga membatasi
aktivitas, dan membuat mereka bergantung pada orang lain
3. Saat pasien menyadari bahwa kematian semakin dekat
Sumber stress pasien
dengan mereka, meski tidak ada yang mengutarakan hal

dengan terminal illness


tersebut

(Hinton, dalam Sarafino,


2002):
• Menurut Kubler-Ross (dalam DiMatteo, 1991), penyesuaian diri
pada pasien dengan penyakit kronis dalam menghadapi kematian,
dapat dijelaskan dengan pola yang berurutan, melalui 5 tahap:
• 1. Denial
• Penyangkalan dari pasien mengenai diagnosa penyakit kronis
• – Pasien menolak untuk mempercayai diagnosa penyakitnya
• – Muncul karena merasa sangat cemas akan penyakitnya
• – Berusaha keras mencegah kenyataan itu masuk ke kesadaran
• – Bagi pasien yang mengetahui dan memahami kenyataan
tersebut, mereka memilih untuk tidak memikirkannya
• 2. Anger (Anggry)
• Setelah denial, muncul anger atau kemarahan karena
kecemasan yang belum hilang
• – Pasien biasanya merasa marah dengan diagnosa yang
diberikan dokter, sehingga memutuskan untuk mencari
pendapat dari dokter lain
• – Kemarahan muncul karena adanya keinginan seseorang
untuk tetap hidup
• – Perlu diperhatikan bahwa ekspresi marah dapat menjauhkan
pasien dari orang-orang terdekatnya, seperti keluarga dan para
perawat
• 3.Bergaining
• Beberapa pasien akhirnya menunjukkan usaha yang
rasional untuk bertahan hidup sehingga dapat
memperbesar kesempatan untuk hidup
• – Ada juga yang melakukan usaha namun usaha tersebut
tidak memiliki efek langsung terhadap penyakitnya
• –
• Contohnya: pasien yang religius bisa saja mengucap janji
kepada Tuhan untuk berubah menjadi orang yang lebih
baik dan akan menjalani hidup dengan sungguh-sungguh
jika diberikan kesempatan hidup lebih lama olehNya
• – Usaha seperti itu membuat pasien merasa lebih baik
dari sisi emosional, namun menghalangi usaha-usaha
untuk meningkatkan kesempatan hidup
• 4.Depression
• Depresi bisa terjadi seketika ataupun beberapa lama setelah
bargaining
• – Pasien yang gagal dalam berusaha menjadi depresi karena
usahanya tidak membuat mereka sembuh
• – Depresi muncul ketika pasien merasa waktu hidupnya akan
segera habis
• – Merasa tidak memiliki harapan
• – Muncul penyesalan akan apa yang terjadi di masa lalu dan
akan hal-hal yang akan mereka lewati di masa mendatang
• –
• Depresi dapat berlangsung cukup lama dan rentang
waktunya berbeda-beda di setiap pasien
• – Depresi merupakan reaksi awal dari seorang pasien
yang telah menyerah tanpa berusaha terlebih dahulu
• – Pasien yang depresi tidak lagi berusaha bertahan hidup
dan melewatkan kesempatan untuk menjalani hidup
sebaik mungkin
• 5. Acceptence
• Setelah depresi, pasien biasanya menerima kondisinya
(acceptance) yang akan berakhir pada kematian
• – Dalam tahap ini mereka sudah paham bahwa kematian tidak
dapat dihindari
• – Pasien berusaha menghadapi kematian dengan tenang
• – Pasien cenderung berusaha sebaik mungkin untuk
memahami arti hidup yang telah dijalani
• – Ada kalanya ketika pasien sudah mengalami rasa sakit
berkepanjangan dan kelelahan akibat usaha-usaha yang
dilakukan untuk hidup, mereka menilai bahwa kematian
merupakan suatu kelegaan / pembebasan dari terminal illness

Anda mungkin juga menyukai