Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM MINGGUAN

BIOLOGI TANAH

“Daerah Rhizosphere”

\
Oleh :

NAMA : SAFIUN
NIM : D1D118027
KELAS : ILMU TANAH (B)
PROGRAM STUDI ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lengkuas, laos atau kelawas (Karo) (Alpinia galanga) merupakan jenis tumbuhan
umbi-umbian yang bisa hidup di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.
Umumnya masyarakat memanfaatkannya sebagai campuran bumbu masak dan
pengobatan tradisional. Pemanfaatan lengkuas untuk masakan dengan cara
mememarkan rimpang kemudian dicelupkan begitu saja ke dalam campuran masakan,
sedangkan untuk pengobatan tradisional yang banyak digunakan adalah lengkuas
merah Alpinia purpurata K Schum.
Lengkuas adalah terna tegak yang tingginya 2 m atau lebih. Batangnya yang
muda keluar sebagai tunas dari pangkal batang tua. Seluruh batangnya ditutupi
pelepah daun. Batangnya ini bertipe batang semu. Daunnya tunggal, bertangkai
pendek, berbentuk daun lanset memanjang, ujungnya runcing, pangkalnya tumpul,
dan tepinya rata. Ukurannya daunnya adalah: 25-50 cm × 7-15 cm. Pelepah daunnya
berukuran 15-30 cm, beralur, dan berwarna hijau. Perbungaannya majemuk dalam
tandan yang bertangkai panjang, tegak, dan berkumpul di ujung tangkai. Jumlah
bunga di bagian bawah lebih banyak daripada di atas tangkai, dan berbentuk piramida
memanjang.
Kelopak bunganya berbentuk lonceng, berwarna putih kehijauan. Mahkota
bunganya yang masih kuncup pada bagian ujung warnanya putih, dan bawahnya
berwarna hijau. Buahnya termasuk buah buni, bulat, keras, dan hijau sewaktu muda,
dan coklat, apabila sudah tua. Umbinya berbau harum, ada yang putih, juga ada yang
merah. Menurut ukurannya, ada yang besar juga ada yang kecil. Karenanya, dikenal 3
kultivar yang dibedakan berdasarkan warna dan ukuran rimpangnya. Rimpangnya ini
merayap, berdaging, kulitnya mengkilap, beraroma khas, ia berserat kasar, dan pedas
jika tua. Untuk mendapatkan rimpang muda yang belum banyak seratnya, panen
dilakukan pada saat tanaman berusia 2,5-4 bulan.

B. Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui daerah Rhizosphere tanaman lengkuas
2. Untuk mengetahui luas daerah Rhizosphere tanaman lengkuas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Rhizosphere adalah wilayah sempit tanah yang secara langsung dipengaruhi oleh
sekresi akar , dan mikroorganisme tanah terkait yang dikenal sebagai microbiome
akar. Rhizosfer mengandung banyak bakteri dan mikroorganisme lain yang memakan
sel-sel tumbuhan yang dikosongkan, disebut rhizodeposisi, dan protein dan gula yang
dilepaskan oleh akar. Simbiosis ini mengarah pada interaksi yang lebih kompleks,
mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan persaingan untuk sumber daya. Banyak
siklus nutrisi dan penindasan penyakit yang dibutuhkan oleh tanaman terjadi segera
berbatasan dengan akar karena eksudan akar dan komunitas mikroorganisme.
Rhizosfer juga menyediakan ruang untuk memproduksi alelokimia untuk
mengendalikan tetangga dan kerabat. Lingkaran umpan balik tanaman-tanah dan
faktor fisik lainnya adalah tekanan selektif penting bagi masyarakat dan pertumbuhan
rhizosfer.(Harsh 2006).
Rhizodeposisi memungkinkan pertumbuhan komunitas mikroorganisme langsung
di sekitar dan di dalam akar tanaman. Ini mengarah pada interaksi kompleks antara
spesies termasuk mutualisme, predasi / parasitisme, dan persaingan. (David 1998).
Eksudat, seperti asam organik , mengubah struktur kimia rhizosfer dibandingkan
dengan tanah curah. Konsentrasi asam organik dan sakarida mempengaruhi
kemampuan tanaman untuk menyerap fosfor, nitrogen, kalium dan air melalui tutup
akar, dan ketersediaan total besi untuk tanaman dan tetangganya. Kemampuan
tanaman untuk mempengaruhi ketersediaan besi dan mineral lain bagi tetangganya
dengan menyediakan protein transpor spesifik mempengaruhi komposisi komunitas
dan kebugaran.(Travis 2003).
Bahan kimia yang terhubung dengan alelopati: flavinol karbohidrat dan aplikasi
oleh rambut akar fenol Jalur alelopati positif dan definisi interaksi antara
tanaman-tanaman dan mikroba tanaman, mikroba tanaman positif dalam bentuk
sistematis resistensi. Meskipun melampaui area rhizosfer, perlu dicatat bahwa
beberapa tanaman mengeluarkan allelochemical dari akarnya yang menghambat
pertumbuhan organisme lain. Misalnya, mustard bawang putih menghasilkan bahan
kimia yang diyakini dapat mencegah terbentuknya timbal balik antara pohon - pohon
di sekitarnya dan mikoriza di hutan beriklim Amerika Utara di mana bawang putih
merupakan spesies invasif. (Hallett 2002)
Persaingan antara tanaman karena eksudat yang dilepaskan bergantung pada sifat
geometris, yang menentukan kapasitas intersepsi eksudat dari titik mana pun
sehubungan dengan akar tanaman, dan sifat fisikokimia, yang menentukan kapasitas
masing-masing akar untuk mengambil eksudat di daerah tersebut. Sifat geometrik
adalah kerapatan akar, diameter akar, dan distribusi akar dan sifat fisikokimia adalah
laju eksudasi, laju peluruhan eksudat, dan sifat-sifat lingkungan yang mempengaruhi
difusi. Sifat-sifat ini menentukan rhizosfer akar dan kemungkinan bahwa tanaman
dapat bersaing secara langsung dengan tetangga. (Bertin 2003).
Mikroflora tanaman dan tanah secara tidak langsung bersaing satu sama lain
dengan mengikat sumber daya yang terbatas, seperti karbon dan nitrogen, ke dalam
biomassa mereka. Persaingan ini dapat terjadi pada tingkat yang bervariasi karena
rasio karbon terhadap nitrogen dalam detritus dan mineralisasi nitrogen yang sedang
berlangsung di tanah. Mikoriza dan mikroorganisme tanah heterotrof bersaing untuk
karbon dan nitrogen tergantung pada mana yang membatasi pada saat itu, yang itu
sendiri sangat tergantung pada spesies, kemampuan memulung, dan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi input nitrogen. Tanaman kurang berhasil dalam
penyerapan nitrogen organik, seperti asam amino, daripada mikroflora tanah yang ada
di rhizosfer. Ini menginformasikan hubungan mutualistik lainnya yang dibentuk oleh
tanaman terkait dengan penyerapan nitrogen. (Birgit 2002).
Persaingan atas sumber daya lain, seperti oksigen di lingkungan terbatas, secara
langsung dipengaruhi oleh lokasi spasial dan temporal spesies dan rhizosfer. Dalam
metanotrof, kedekatan dengan akar dengan kepadatan lebih tinggi dan permukaan
adalah penting dan membantu menentukan di mana mereka lebih dominan daripada
heterotrof pada sawah. (Giang 2005).
Koneksi yang lemah antara berbagai saluran energi penting dalam regulasi dalam
populasi predator dan mangsa dan ketersediaan sumber daya untuk bioma. Koneksi
yang kuat antara sumber daya-konsumen dan konsumen-konsumen menciptakan
sistem osilator yang digabungkan yang kemudian ditentukan oleh sifat sumber daya
yang tersedia. Sistem ini kemudian dapat dianggap siklus, semi-periodik, atau kacau.
(Susan 1998).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di lahan dua Fakultas Pertanian pada hari jum’at,
tanggal 23 Agustus 2019 pukul 10.00 sampai 11.40 WITA.

B. Bahan dan Alat


Bahan yang di gunakan adalah sempel tanah (daerah rhizosphere), ketas sampel.
Alat yang digunakan cangkul, wadah, dan meter.

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada prktikum ini adalan sebagai berikut:


1. Mencabut tanaman yang ingin kita ambil sampel tanah daerah rhizosphere
tanaman.
2. Mengukur panjang ruas akar tanaman sampai batas ujung akar tanaman.
3. Mengambil tanah daerah rhizosphere tanaman dan disimpan dikertas sampel untuk
dilakukan praktikum di Laboratorium.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

No Nama alat
1. Meteran Rol 50 M
2. Cangkul
3. Kertas sampel

B. Pembahasan

Alat dalam praktikum in sangatlah penting untuk pelaksanan praktikum Daerah


Rhizosphere, karena dalam praktikum in tidak bisa dilakukan tampa adanya alat
tersebut.
Cangkul digunakan untuk menggali tanah atau daerah rhizosphere dalam hal ini
dengan cangkul memudahkan kita untuk mengambil sampel tanah daerah rhizosphere.
Meteran rol digunakan untuk mengukur panjang akar tanaman untuk mengetahui
luas daerah rhizosphere tanaman.
Sedangkan kertas sampel berfungsi untuk menyimpan sampel tanah daerah
rhizosphere yang telah digali, dan selanjutnya di bawa ke Laboratorium untuk diteliti
leih lanjut.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Rhizosphere adalah wilayah sempit tanah yang secara langsung dipengaruhi oleh
sekresi akar , dan mikroorganisme tanah terkait yang dikenal sebagai microbiome
akar. Rhizodeposisi memungkinkan pertumbuhan komunitas mikroorganisme
langsung di sekitar dan di dalam akar tanaman. Ini mengarah pada interaksi kompleks
antara spesies termasuk mutualisme, predasi / parasitisme, dan persaingan.
Umbi lengkuas berbau harum, ada yang putih, juga ada yang merah. Menurut
ukurannya, ada yang besar juga ada yang kecil. Karenanya, dikenal 3 kultivar yang
dibedakan berdasarkan warna dan ukuran rimpangnya. Rimpangnya ini merayap,
berdaging, kulitnya mengkilap, beraroma khas, ia berserat kasar, dan pedas jika tua.
Tanah disekitaran umbi inilah letak daerah Rhizosphere.

B. Saran

Dalam melakukan praktikum ini kita harus benar benar tau daerah rhizosphere
tanaman agar tidak mengalami kesalahan dalam penelitian lebih lanjut yang dilakukan
di Laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA

Giri, B .; Giang, PH; Kumari, R .; Prasad, R .; Varma, A. (2005). "Keanekaragaman


Mikroba di Tanah". Mikroorganisme dalam Tanah: Peran dalam Kejadian dan
Fungsi . Biologi Tanah. 3 . hlm. 19–55

Hütsch, Birgit W.; Augustin, Jürgen; Merbach, Wolfgang (2002). "Plant


rhizodeposition - sumber penting untuk pergantian karbon di tanah" . Jurnal
Nutrisi Tanaman dan Ilmu Tanah . 165 (4): 397-407.

Grayston, Susan J .; Wang, Shenquiang; Campbell, Colin D .; Edwards, Anthony C.


(Maret 1998). "Pengaruh selektif spesies tanaman terhadap keanekaragaman
mikroba di rhizosfer". Biologi dan Biokimia Tanah . 30 (3): 369–378.

Jones, David L. (Agustus 1998). "Asam organik di rhizosfer - ulasan kritis". Tanam
dan Tanah . 205 (1): 25-44.

Walker, Travis S .; Bais, Harsh Pal; Grotewold, Erich; Vivanco, Jorge M. (Mei 2003).
"Eksudasi Akar dan Biologi Rhizosfer" . Fisiol Tumbuhan . 132 (1): 44–51.
Czarnes, S .; Hallett, PD; Bengough, AG; Young, IM (2000). "Lendir yang berasal
dari akar dan mikroba mempengaruhi struktur tanah dan transportasi air". Jurnal
Eropa Ilmu Tanah . 51 (3): 435.

Cecile Bertin, Xiaohan Yang, Leslie A. Weston (2003). "Peran eksudat akar dan
alelokimia dalam rhizosfer". Tanam dan Tanah . 256 : 67–83.

Bais, Harsh P .; Weir, Tiffany L .; Perry, Laura G .; Gilroy, Simon; Vivanco, Jorge M.
(2006). "Peran Eksudat Akar dalam Interaksi Rhizosphere dengan Tumbuhan dan
Organisme Lainnya". Tinjauan Tahunan Biologi Tumbuhan . 57 (1): 233-266.

Anda mungkin juga menyukai