Anda di halaman 1dari 28

BAB II

FISIKA MODERN

RELATIVITAS

Tukimin duduk diatas bus yang bergerak dari pati menuju kudus. Menurut kalian, Tukimin
diam atau bergerak?. Ada dua jawaban , bisa diam bisa bergerak , tergantung siapa yang
mengamati Tukimin. Bila yang mengamati Tukimin adalah orang yang duduk disamping
Tukimin, maka Tukimin diam .,bila yang mengamati Tukimin adalah orang yang sedang
duduk di pinggir jalan, maka Tukimin bergerak. Tukimin diam atau bergerak tergantung
pada kerangka acuan yang mengamati. Semua gerak adalah relative, bergantung pada
kerangka acuan yang dipilih. Tukimin diam apabila kerangka acuanya adalah bus, Tukimin
bergerak apabila kerangka acuanya adalah bumi. Tukimin diam relative terhadap bus,
Tukimin bergerak relative terhadap tanah.

Transformasi Galileo

Pembahasan tentang transformasi Galileo hanya terbatas pada suatu kerangka acuan
inersial, yaitu suatu kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak
terhadap acuan lainya dengan kecepatan konstan pada suatu garis lurus. Dengan
menggunakan transformasi Galileo kita dapat memindahkan koordinat ruang dan waktu
dari suatu kerangka acuan inersial yang diam ke kerangka acuan inersial yang bergerak
lurus dengan kecepatan konstan.
Y1
Y
d = vt
X1

x v
u1X

S S1 X1

Z
Z1

Gambar diatas menunjukkan dua kerangka acuan S dan S1 dimana S diam dan S1 bergerak
lurus dengan kecepatan konstan v terhadap S sepanjang sumbu X positip. S dapat
dibayangkan sebagai stasiun dan S1 sebagai kereta api yang bergerak dengan kecepatan
konstan v. Mula – mula S dan S1 berimpit, kemudian setelah t second S1 menempuh jarak
sejauh d ( d = v.t ). Seorang penumpang P di dalam kereta api bergerak dengan kecepatan
konstan ux terhadap S dan dengan kecepatan ux1 terhadap S1 searah dengan v. Pada saat t
second , P mempunyai kedudukan ruang ( x, y, z ) dan koordinat waktu t terhadap S. serta
memiliki koordinat ruang (x1, y1, z1 ) dan koordinat waktu t1 terhadap S1 yang memenuhi
hubungan :

x1 = x – vt, ; y1 = y dan z1 = z ……. ( 2–1 )

persamaan diatas disebut sebagai tranformasi Galileo

Apabila persamaan transformasi Galileo diturunkan terhadap waktu t akan diperoleh


persamaankecepatan :

𝑑𝑥 1 𝑑𝑥
= − 𝑣
𝑑𝑡 𝑑𝑡

1
𝑢𝑥1 = 𝑢𝑥 − 𝑣
Dengan cara yang sama diperoleh hubungan

𝑢𝑦1 = 𝑢𝑦 − 𝑣

𝑢1𝑧 = 𝑢𝑧 − 𝑣 …………….. ( 2 - 2 )

Untuk memperoleh persamaan percepatan , dapat diturunkan dari persmaan ( 2 – 2 )


𝑑𝑣
terhadap waktu t . Karena v konstan , maka = 0 , sehingga berlaku hubungan
𝑑𝑡

𝑎𝑥1 = 𝑎𝑥 ; 𝑎𝑦1 = 𝑎𝑦 ; 𝑎𝑧1 = 𝑎𝑧 ………….( 2 – 3 )

Berdasarkan persamaan ( 2 – 3 ) diperoleh bahwa 𝑎1 = 𝑎. Karena massa partikel di


kerangka acuan S maupun kerangka acuan S1 adalah sama , maka hokum newton di S
adalah F = ma. Dan di S1 adalah F1 = ma1 besarnya sama ( F = F1 ). Dengan demikian
dapat disimpulakan , hokum – hokum newton tentang gerak dan persamaan gerak suatu
benda tetap sama dalam semua kerangka acuan inersial, sedangkan kecepatan benda
bergantung pada kerangka acuan ( kecepatan bersifat relative ). Keadaan ini disebut sebagai
relativitas newton.

Bejo naik sepeda motor bergerak ke utara dengan kecepatan 54 km/jam, tentukan kecepatan
relative bejo :

a. Terhadap Sardi yang sedang duduk di pinggir jalan.


b. Terhadap Ponijan yang bergerak ke utara dengan kecepatan 36 km/jam
c. Terhadap Salamun yang bergerak ke utara dengan kecepatan 70 km/jam
d. Terhadap Rukiyem yang bergerak ke selatan dengan kecepatan 10 km/jam

Penyelesaian:

Diketahui : kecepatan Bejo 54 km/jam ke utara.

a. Kecepatan relative bejo terhadap Sardi yang diam : 54 – 0 = 54 km/jam


b. Kecepatan relative bejo terhadap Ponijan yang bergerak ke utara : 54 – 36 =
18km/jam
c. Kecepatan relative bejo terhadap Salamun yang bergerak ke utara : 54– 70= - 16
km/jam

Kecepatan relative bejo terhadap Rukiyem yang bergerak ke selatan : 54 – ( - 10 ) = 64


km/jam

Percobaan Michelson – Morley

Pada tahun 1887, dua ilmuwan fisika Albert Abraham Michelson dan E.W. Morley
melakukan percobaan untuk menyeliidiki kebenaran tentan adanya eter ( dianggap sebagai
zat pengisi alam semesta sebagai medium untuk merambatnya cahaya sampai bumi ).
Alatnya dinamakan interferometer.

Mereka menggunakan prinsip penjumlahan vector kcepatan sehingga terjadi perbedaan


waktu antara sinar yang melawati cermin I dan yang lewat cermin II yang dapat diamati
melalui pola interferensi akibat perbedaan fase kedua sinar, seandainya eter benar- benar
ada.

2
Cermin II

Perjalanan A

Gelas setengah Cermin

Sinar datang

Perjalanan B Cermin I

Aliran eter

Layar pengamat

Bumi

Sinar datang pada gelas setengah cermin sehingga sebagian sinar akan diteruskan ke cermin
I dan sebagian sinar akan dipantulkan ke cermin II yang selanjutnya kedua sionar akan
sampai di layar pengamat. Apabila ada eter yang bergerak dengan kecepatan v, maka akan
terjadi perbedaan waktu

𝐿𝑣 2
Δt =
𝑐2

Dengan L adalah jarak kedua cermin ke gelas setengah cermin dan c adalah kecepatan
cahaya.

Hasil pengamatan yang dilakukan berulangkali dengan posisi dan waktu yang berbeda
menunjukkan bahwa tidak terjadi perbedaan waktu diantara kedua sinar tersebut. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa :

a. Hipotesis tentang eter tidak benar, ternyata eter tidak ada


b. Kecepatan cahaya adalah besaran mutlak, tidak bergantung pada kerangka
acuan.

Teori Relativitas Einstein.

Tahun 1905 , Albert Einstein mempublikasikan tiga makalah spektakuler, makalah pertama
berisi tentang analisis gerak Brown, makalah kedua berisi tentang efek fotolistrik dan
mendapat hadiah Nobel, makalah ketiga tentang teori relativitas khusus. Dengan
mengusulkan revisi dratis terhadap konsep Newton tentang ruang dan waktu.
3
Ada dua postulat Einstein dalam teori relativitas khusus :

1. Hukum – hukum fisika memiliki bentuk yang sama pada semua kerangka acuan
inersial ( kerangka acuan yang berada dalam keadaan diam atau bergerak
dengan kecepatan tetap terhadap acuan lainnya.
2. Kecepatan cahaya di ruang hampa ke segala arah adalah sama untuk semua
pengamat, tidak tergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat.

Penjumlahan kecepatan Berdasarkan Relativitas Einstein.

Kereta bergerak dengan kecepatan v1. Di dalam kereta ada penumpang yang bergerak
searah dengan kereta sebesar v2. Kecepatan penumpang menurut pengamat yang diam di
stasiun adalah :

a. Menurut mekanika klasik v = v1 + v2


𝑣1 + 𝑣2
b. Menurut relativitas Einstein 𝑣 = 𝑣 𝑣
1+ 122
𝑐

v1 : kecepatan kereta relative terhadap pengamat yang diam

v2 : kecepatan penumpang relative terhadap kereta

v : kecepatan penumpang relative terhadap pengamat yang diam

c : kecepatan cahaya

example.

1. Seorang pengamat di bumi melihat dua pesawat angkasa luar A dan B. pesawat A
mendekati bumi dengan kecepatan 0,8c, pesawat B juga mendekati bumi dengan
kecepatan 0,6c.Tentukan kecepatan pesawat :
a. Pesawat A dan B menurut pengamat di bumi
b. Pesawat A menurut Pilot B
c. Pesawat B menurut pilot A

Penyelesaian.

A B
Bumi

a. Karena bumi diam , maka


kecepatan pesawat A menurut pengamat 0,8 c
kecepatan pesawat B menurut pengamat 0,6 c

b. Kecepatan pesawat A menurut B, maka misalkan B diam.


Diketahui :
v1 = kecepatan pesawat A = 0,8 c
v2 = kecepatan bumi mendekati pesawat B = 0,6 c

4
𝑣1 + 𝑣2 0,8𝑐 + 0,6𝑐
𝑣= 𝑣 𝑣 𝑣= 0,8𝑐 .0,6𝑐 𝑣 = 0,945 𝑐
1+ 122 1+
𝑐 𝑐2

c. Kecepatan pesawat B menurut A, maka misalkan pesawat A diam


Diketahui :
v1 = kecepatan pesawat B = 0,6 c
v2 = kecepatan bumi mendekati pesawat A = 0,8 c

𝑣1 + 𝑣2 0,6𝑐 + 0,8𝑐
𝑣= 𝑣 𝑣 𝑣= 0,6𝑐 .0,8𝑐 𝑣 = 0,945 𝑐
1+ 122 1+
𝑐 𝑐2

2. Seorang pengamat di bumi melihat dua pesawat angkasa luar A dan B. pesawat A
mendekati bumi dengan kecepatan 0,8c, pesawat B menjauhi bumi dengan
kecepatan 0,6c.Tentukan kecepatan pesawat :
a. Pesawat A dan B menurut pengamat di bumi
b. Pesawat A menurut Pilot B
c. Pesawat B menurut pilot A

Penyelesaian

A
B
Bumi

a. Karena bumi diam , maka


kecepatan pesawat A menurut pengamat 0,8 c
kecepatan pesawat B menurut pengamat 0,6 c

b. Kecepatan pesawat A menurut pilot B, maka anggap B diam


Diket :
v1 = kecepatan pesawat A = 0,8 c
v2 = kecepatan bumi menjauhi pesawat B = - 0,6 c ( mengapa negative )

𝑣1 + 𝑣2 0,8𝑐 +(−0,6𝑐)
𝑣= 𝑣 𝑣 𝑣= 0,8𝑐. (−0,6 𝑐) 𝑣 = 0,385 𝑐
1+ 122 1+
𝑐
𝑐2

c. Kecepatan pesawat B menurut pilot A, maka anggap A diam.


Diket :
v1 = kecepatan bumi mendekati pesawat A = 0,8 c
v2 = kecepatan B menjauhi pesawat A = - 0,6 c ( mengapa negative )
𝑣1 + 𝑣2 0,8𝑐 +(−0,6𝑐)
𝑣= 𝑣 𝑣 𝑣= 0,8𝑐. (−0,6 𝑐) 𝑣 = 0,385 𝑐
1+ 122 1+
𝑐
𝑐2

DILATASI WAKTU.
Berdasarkan teori Einstein, selang waktu yang diukur oleh pengamat yang diam tidak sama
dengan selang waktu yang diukur oleh pengamat yang bergerak. Selang waktu yang diukur
5
oleh pengamat yang bergerak lebih lama daripada yang diukur oleh pengamat yang diam.
Peristiwa ini disebut dengan dilatasi waktu, memenuhi hubungan :

∆𝑡𝑜
∆𝑡 = 2
√1−𝑣2
𝑐

Δt : selang waktu menurut pengamat yang diam


Δto : selang waktu menurut pengamat yang bergerak

Example.
Bejo dan sugiyo adalah anak kembar. Bejo dan sugiyo berumur 20 tahun. Tepat pada saat
ulang tahun, Bejo pergi ke planet Pluto dengan pesawat antariksa yang kecepatan 0,6 C.
Jarak planet dan Bumi 6 tahun cahaya. Sesaat sampai planet Bejo langsung kembali pulang
ke Bumi dengan kecepatan yang sama. Tentukan umur Bejo dan umur Sugiyo ketika
mereka bertemu kembali di bumi.

Diketahui :
Selang waktu menurut Sugiyo yang diam mengamati Bejo pulang pergi ke planet..
2.𝑠
∆𝑡 = 𝑣
( 2 ). (6 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)𝑐
∆𝑡 =
0,6 𝑐
∆𝑡 = 20 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Selang waktu menurut Bejo yang bergerak .

𝑣2
∆𝑡𝑜 = ∆𝑡. √1 −
𝑐2

(0,6𝑐)2
∆𝑡𝑜 = (20). √1 −
𝑐2
∆𝑡𝑜 = (20). (0,8) = 16 tahun.

Dengan demikian, setelah sampai ke bumi :


Umur Bejo = 20 + 16 = 36 tahun.
Umur Sugiyo = 20 + 20 = 40 tahun

KONTRAKSI PANJANG

𝑣2
𝐿 = 𝐿𝑜 . √1 −
𝑐2

Lo : panjang benda yang diam


L : panjang benda yang bergerak
v : kecepatan benda
c. : kecepatan cahaya .

6
example.
Jarak antara puncak gunung di bumi adalah 100 km. tentukan jarak antara dua puncak
gunung ini menurut pengamat yang berada didalam pesawat ruang angkasa yang bergerak
dengan kecepatan 0,8 c.

Diketahui :
Lo = 100 km
v = 0,8c
L = …. ????
Jawab.

𝑣2
𝐿 = 𝐿𝑜 . √1 −
𝑐2

(0,8𝑐)2
𝐿 = 100 √1 −
𝑐2

𝐿 = (100). ( 0,6 ) = 60 𝑘𝑚

Sebuah pesawat ruang angkasa ketika di bumi panjangnya 100 m. Ketika pesawat ini
terbang dengan kecepatan 0,6 c, tentukan panjang pesawat menurut pengamat yang diam di
bumi.

Diketahui :
Lo = 100 m
v = 0,6c
L = … ?????

Jawab.

𝑣2
𝐿 = 𝐿𝑜 . √1 −
𝑐2

(0,6𝑐)2
𝐿 = 100. √1 −
𝑐2
𝐿 = (100). √1 − 0,36
𝐿 = (100). √ 0,64
L = ( 100 ) . 0,8
L = 80 m

MASSA, ENERGI DAN KESETARAANYA.


Seperti halnya , waktu dan panjang, massa yang diukur oleh pengamat yang diam terhadap
benda ( massa diam ) juga berbeda dengan massa yang diukur oleh pengamat yang
bergerak ( massa relativistic )

Massa yang diamati oleh pengamat yang bergerak terhadap benda ( m ) adalah lebih besar
dibandingkan massa yang diamati oleh pengamat yang diam ( mo )

7
𝑚𝑜
𝑚=
2
√1 − 𝑣2
𝑐

Energi.Relativistik.
Benda yang massa diamnya mo , dan bergerak dengan kecepatan v , akan memiliki energy
Ek, yang besarnya :

Ek = mc2 – moc2 = 1
− 1 𝑚𝑜 𝑐 2
√ 𝑣2
( 1 − 𝑐2 )

Ek : energy relativistic
m : massa bergerak
mo: massa diam

Momentum Relativistik.
Sebuah benda mempunyai momentum linear P = m.v , apabila benda tersebut bergerak
mendekati kecepatan cahaya, maka benda akan mempunyai momentum relativistic sebesar:

𝑚𝑜 . 𝑣
𝑃=
2
√1 − 𝑣2
𝑐

P : momentum
v : kecepatan
mo: massa diam

Example.
Sebuah electron memiliki massa diam 9,11 x 10-31 kg, dan energy kinetik 100 k.eV.
Tentukan massa dan kelajuan electron tersebut.

Diketahui :
Ek = 100 k.eV ( 1 eV = 1,6 x 10-19 J )
Ek = 100 x 103 x 1,6 x 10-19 J
= 1,6 x 10-14 J
mo = 9,11 x 10-31 kg

Massa electron dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :


Ek = mc2 – moc2

Ek + moc2 = mc2 atau


mc2 = Ek + moc2

𝐸𝑘
m = + 𝑚𝑜
𝑐2

8
1,6 𝑥 10−14
m = + 9,11 𝑥 10−31
(3𝑥108 )2

m = 10,89 x 10-31 kg

Kelajuan electron dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan :

𝑚𝑜
𝑚=
2
√1 − 𝑣2
𝑐

𝑚𝑜 2
v = c √1 − ( )
𝑚

9,11 𝑥 10−31 2
v = c √1 − ( ) = 0,55 c
10,89 𝑥 10−31

DUALISME GELOMBANG – PARTIKEL

Teori fisika klasik yang menganggap bahwa cahaya sebagai gelombang tidak dapat
menerangkan spectrum radiasi benda hitam. Max planck dalam rangka menemukan
formula untuk menjelaskan spectrum radiasi benda hitam menyatakan suatu anggapan yang
radikal , yaitu cahaya dapat di anggap sebagai partikel yang terdiri dari paket – paket
energy yang disebut kuanta atau foton. Teori Max Planck ini terbukti dengan adanya
fenomena efek foto lostrik dan efek Compton yang hanya dapat dijelaskan jika cahaya
sebagai partikel.
Sifat dualism gelombang – partikel lebih meyakinkan lagi ketika de Broglie
mengemukakan teorinya bahwa partikel yang bergerak dapat memiliki sifat gelombang
dengan panjang gelombang tertentu. Teori de Broglie dapat dibuktikan melalui percobaan
yang dilakukan oleh Davisson dan Germer.

RADIASI BENDA HITAM


Radiasi kalor yang dipancarkan oleh suatu benda tergantung pada suhunya. Makin tinggi
suhu suatu benda ,makin besar pula energy kalor yang di pancarkan. Joseph Stefan dan
Ludwig Boltzmann telah melakukan pengukuran laju energy kalor radiasi yang dipancarkan
oleh permukaan suatu benda . Hasil yang diperoleh selanjutnya dikenal sebagai hukum
Stefan-Boltzmann yang berbunyi :

Energy yang dipancarkan oleh suatu permukaan benda dalam bentuk radiasi kalor
persatuan waktu sebanding dengan luas permukaan dan sebanding dengan pangkat empat
suhu mutlak permukaan itu.

Pernyataan tersebut dapat dirumuska :

𝑄
𝑃= = 𝑒𝜎𝐴𝑇 4
𝑡

P ; daya radiasi ( watt )


Q : energy kalor ( J )
t : waktu ( second )

9
T : suhu mutlak ( K )
e : emisivitas benda
A : luas penampang benda ( m2 )
σ : konstanta Stefan-Boltzmann ( 5,67 x 10-8 W/m2K4 )

Emisivitas e suatu benda menyatakan kemampuan benda untuk memancarkan radiasi


kalor dibandingkan dengan benda hitam sempurna. Benda hitam sempurna memiliki e = 1,
yaitu benda yang dapat menyerap semua energy kalor yang datang dan dapat memancarkan
energy kalor dengan sempurna.

Example.
Dua buah lampu pijar masing – masing bersuhu 270C dan 1270 C. Jari jari lampu pertama
dua kali jari – jari lampu kedua. Tentukan perbandingan daya radiasi lampu pertama
terhadap lampu kedua.

Diketahui :
T1 = 27 + 273 = 300 K
T2 = 127 + 273 = 400 K
R1 = 2R2

Daya radiasi lampu.


P1 = e.σ.A1.T14 = e.σ ( 4π.R12).T14 = 4π e.σR12.T14
P2 = 4π e.σR22.T24

𝑃1 𝑅 2 𝑇 4
= ( 1) . ( 1)
𝑃2 𝑅2 𝑇2

𝑃1 2𝑅2 2 300 4
= ( ) .( )
𝑃2 𝑅2 400

𝑃1 2
3 4 81
= 2 .( ) =
𝑃2 4 64

10
Efek Foto Listrik

345

Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu zat
(logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki energi
lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam.

Efek fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap bahwa cahaya
(foton) yang mengenai logam bersifat sebagai partikel.

cahaya

K e A

- +

Tabung gelas hampa udara, bila logam katoda ( K ) tidak disinari cahaya, galvanometer
menunjukkan angka nol, artinya tidak ada arus yang mengalir. Bila logam katoda ( K )
disinari cahaya dengan frekuensi tertentu galvanometer menunjukkan adanya arus, ini
berarti ada electron yang lepas dari logam katoda ( K ) dan bergerak menuju anoda ( A ).
Jika tegangan diperkecil hingga polaritas baterai terbalik, ( K dihubungkan dengan kutub
positip dan A dihubungkan dengan kutub negatip ) electron – electron foto ditarik oleh K,
hanya electron – electron yang mempunyai energy lebih besar dari eV yang dapat
mencapai kutub A. ( e = muatan electron ). Jika V lebih kecil atau sama dengan V0 (V0
disebut potensial henti )tidak ada electron yang sampai A dan arusnya nol. Potential
henti tiap – tiap bahan tidak sama .

Hubungan antara energy electron foto dengan potensial henti adalah :

EK max = e.V0 I

Intensitas besar

Intensitas kecil

- V0 V

Tinjauan teori gelombang terhadap efek foto listrik.

1. Teori gelombang menyatakan bahwa energy kinetic electron foto harus

11
bertambah jika intensitas cahaya diperbesar. Fakta menunjukkan bahwa besar
energy kinetic maksimum electron foto tidak tergantung pada intensitas cahaya.
2. Teori gelombang menyatakan bahwa efek foto listrik dapat terjadi pada setiap
frekuensi asalkan intensitasnya memenuhi. Hal ini bertentangan dengan
kenyataan bahwa setiap permukaan membutuhkan frekuensi minimum tertentu (
disebut frekuensi ambang ) untuk menghasilkan electron foto.
3. Teori gelombang menyatakan bahwa dibutuhkan selang waktu yang lama agar
electron berhasil mengumpulkan energy untuk keluar dari permukaan logam.
Fakta menunjuukan electron – electron dapat lepas dari permukaan logam
hamper tanpa selang waktu ( kurang dari 10-9 second ) setelah penyinaran.
4. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energy kinetic maksimum
electron foto bertambah jika frekuensi cahaya diperbesar.

Tinjauan teori kuantum terhadap efek foto listrik.

Teori kuantum menyatakan bahwa semua foton memiliki energy yang sama ( E = hf )
sehingga menaikkan intensitas cahaya berarti menambah jumlah foton tetapi tidak
menambah energy foton selama frekuensinya tetap. Menurut Einstein, semua energy foton
diberikan kepada electron dan foton lenyap. Karena electron terikat oleh energy ikat
tertentu dalam logam, maka diperlukan usaha minimum yang disebut fungsi kerja atau
energy ambang Wo tergantung jenis logamnya. Apabila frekuensi cahaya f sedimikian
rupa sehingga hf ≤ Wo , maka electron tidak akan lepas. Elektron akan lepas bila hf >
Wo .

Energi kinetik foto elektron yang terlepas:

Ek = h f – W 0

Ek = hf – hf0

𝒉.𝒄 𝒉.𝒄
EK = -
𝝀 𝝀𝒐

h : tetapan max Planck ( 6,6 x 10-34 J.s )

f : frekuensi cahaya

f0 : frekuensi ambang

hf = energi foton yang menyinari logam


h fo = fungsi kerja
= energi minimum untuk melepas elektron
e = muatan elektron = 1.6 x 10-19 C
Vo = potensial penghenti

Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu proses
perubahan energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang elektromagnetik
(disebut juga proses Bremmsstrahlung).

Kesimpulan:

1. Agar elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo atau  < o

12
2. Ek maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas cahaya
yang digunakan, hanya tergantung pada energi atau frekuensi cahaya. Tetapi
intensitas cahaya yang datang sebanding dengan jumlah elektron yang terlepas
dari logam.

Example.

Cahaya dengan panjang gelombang 6000 amstrong menyinari permukaan logam yang
mempunyai fungsi kerja 3 x 10-20 J. Tentukan

a. energy max electron foto


b. potensial henti.

Diketahui :

λ = 6000 amstrong = 6 x 10-7m

h = 6,6 x 10 -34 Js

W0 = 3 x 10 -20 J

c = 3 x 10 8 m/s

a. energy kinetic maksimum.


𝒉.𝒄
Ek = - W0
𝝀
6,6 x 10−34 .𝟑 𝒙 𝟏𝟎𝟖
Ek = − 𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟐𝟎 = 𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟏𝟗 𝑱
𝟔 𝒙 𝟏𝟎−𝟕
b. Potensial henti.
EK = eV0
𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟏𝟗 𝑱 = 𝟏, 𝟔 𝒙 𝟏𝟎−𝟏𝟗 x 𝑽𝟎

𝟑 𝒙 𝟏𝟎−𝟏𝟗
V0 = = 1,875 𝑉
𝟏,𝟔 𝒙 𝟏𝟎−𝟏𝟗

EFEK COMPTON

Pada tahun 1923, Arthur Holy Compton mempelajari gejala tumbukan antara foton dan
electron. Berdasarkan kesetaraan antara massa dan energy E = mc2 dan besar energy tiap
𝑐
foton E = ℎ 𝜆 , dapat diperoleh persamaan momentum foton yaitu :


p = mc =
𝜆
Foton terhambur ( hf1 )

𝜃
Foton dating ( hf )
Electron diam

Electron ( EK )

13
Setelah menumbuk electron, foton kehilangan energy sebesar ΔE = hf – hf1 sehingga
panjang gelombang bertambah besar ( frekuensi berkurang ). Hubungan antara panjang
gelombang sebelum dan sesudah tumbukan adalah :


λ1 – λ = ( 1 − cos 𝜃 )
𝑚𝑐

λ1 : panjang gelombang foton setelah tumbukan

λ : panjang gelombang foton sebelum tumbukan

m : massa electron ( 9,1 x 10 -31 kg )

𝜃 : sudut hamburan

h : tetapan max Planck

c : kecepatan cahaya


besaran disebut sebagai panjang gelombang Compton.
𝑚𝑐

HIPOTESIS de BROGLIE

Berdasarkan dualisme sifat cahaya, cahaya dapat sebagai gelombang ( interferansi, difraksi
cahaya ) dan dapat sebagai partikel ( efek foto listrik, efek Compton ) maka Louis de
Broglie mengemukakan hipotesis:

Bahwa partikel ( missal electron ) yang bergerak ada kemungkinan memiliki sifat
gelombang dengan panjang gelombang tertentu .

Partikel yang bergerak dengan kecepatan v mempunyai momentum p = mv, partikel akan
mempunyai panjang gelombang de Broglie sebesar :

ℎ ℎ
𝜆= =
𝑝 𝑚𝑣

PELUCUTAN GAS

A K

30kV

Gambar diatas menunjukkan sebuah tabung lucutan. Bila ke dalam tabung yang berisi
udara degan tekanan 1 atm dialirkan arus listrik, ternyata arus itu tidak mengalir biarpun
tegangan cukup tinggi. Bila udara di jarangkan sehingga tekananya turun sekitar 0,01
mmHg maka dinding L yang berhadapan dengan katoda K akan berpendar. Udara didalam

14
tabung akan berwarna ungu kemerah merahan. Bila udara dikeluarkan lagi sebagian maka
warna dinding L akan kehijau-hijauan. Cahaya kehijau-hijauan ini adalah hasil radiasi dari
sinar yang bergerak dari katoda menuju anoda dan dinamakan sinar katoda.

Untuk mempelajari lebih jauh, William Crookes ( 1832-1919 ) melakukan percobaan.

Beliau memberi rintangan bintang antara katoda dan dinding L . Ternyata terlihat bayangan
bintang pada dinding yang berpendar itu. Bintang dan bayangannya terletak pada satu garis
lurus dari katoda. Hal ini menunjukkan sinar katoda merambat menurut garis lurus. Dari
percobaan percobaan berikutnya didapat kesimpulan :

a. Sinar katoda merambat menurut garis lurus


b. Dapat memendarkan sulfida seng dan barium platinasianida
c. Terdiri partikel – partikel bermuatan negatip
d. Dapat menghasilkan panas
e. Menghitamkan plat foto
f. Menyimpang dalam medan magnet
g. Menyimpang dalam medan listrik
h. Dapat menghasilkan sinar X.

TEORI ATOM.

Demokratus ( fisuf Yunani , abad 5 SM )


Atom adalah bagian terkecil dari suatu zat yang tidak dapat dibagi – bagi lagi.

Jhon Dalton ( Ingggris, 1765 – 1844 )


1. Zat terdiri atas atom – atom yang merupakan sesuatu yang tidak dapat dibagi
bagi lagi
2. Atom atom penyusun suatu zat tertentu memiliki sifat yang sama
3. Perbedaan antara suatu zat dengan zat lainya disebabkan oleh perbedaan atom
atom penyusunnya
4. Reaksi kimia pada dasarnya merupakan penyusunan kembali atom - atom
penyusun zat
5. Dalam reaksi kimia, jumlah atom yang terlibat memiliki perbandingan tertentu
yang sederhana.

Dalam teorinya ini, Jhon Dalton menyebutkan bahwa, atom adalah bagian terkecil dari
suatu zat. Tenyata pernyataan ini salah, JJ Thomson melalui percobaan sinar katoda,
menemukan bahwa : ada bagian dari zat yang lebih kecil dari atom , yaitu electron

Model atom Thomson.

Pada tahun 1897 Thomson mengemukakan pendapatnya tentang atom.

1. Atom bukan merupakan bagian terkecil suatu zat.


15
2. Atom berbentuk bulat dengan muatan positif dan muatan negative tersebar
merata diseluruh bagian atom.
3. Jumlah muatan positif sama dengan jumlah muatan negative sehingga atom
bersifat netral.
4. Massa electron jauh lebih kecil dari massa atom.

Model atom Thomson tidak bertahan lama, pada tahun 1911, Ernest Rutherford melakukan
percobaan dan hasilnya menunjukkan bahwa : muatan positif electron tidak tersebar merata
diseluruh bagian atom, tetapi terkonsentrasi di bagian tengah ( pusat ) atom yang kemudian
disebut inti atom

Model atom Rutherford.

Untuk menguji atom model Thompson, Rutherford melakukan percobaan yang


dinamamakan : hamburan partikel α. Pertikel α ditembakkan pada lempeng logam emas
tipis. Seandainya model Thompson benar, maka seluruh partikel α akan menembus
lempeng emas. Hasil percobaan adalah sebagian besar partikel α menembus lempeng, ada
partikel yang membelok, bahkan ada yang dipantulkan.. Menurut Rutherford, peristiwa
pembelokan dan pemantulan partikel α bisa terjadi bila partikel α menumbuk
konsentrasi muatan positif.

Rutherford mengemukakan model atom :

1. Pada atom terdapat inti atom yang merupakan konsentrasi muatan positif atom
berukuran kecil tetapi mempunyai massa yang besar ( 99,99 % dari total massa
atom.
2. Sebagian besar ruangan dalam atom merupakan ruang kosong. Hal ini
ditunjukkan oleh banyaknya partikel α yang menembus lempeng.
3. Muatan negative ( electron ) bergerak mengitari inti atom pada jarak tertentu,
seperti halnya pada system tata surya.
4. Atom bersifat netral ( jumlah muatan inti = jumlah muatan electron )
5. Dalam reaksi kimia , hanya electron terluar yang saling mempengaruhi, inti
atom tidak mengalami perubahan.

Keberatan – keberatan terhadap model atom Rutherford

Inti atom bermuatan positif, elektron bermuatan negative dan bergerak mengelilingi inti.
Menurut teori Maxwell, bila electron bergerak maka ia akan memancarkan gelombang
elektromagnetik, karena memancarkan gelombang elektromagnetik energy electron akan
berkurang sehingga jari – jarinya menyusut. Lintasan electron tidak lagi merupakan
lingkaran dengan jari – jari yang sama , tetapi merupakan putaran yang berpilin ( spiral )
mendekati inti, dan akhirnya akan bersatu dengan inti. Dengan demikian Rutherford tidak
dapat menjamin kestabilan atom.

Bila electron memiliki lintasan yang makin mengecil maka periodenya juga makin
mengecil, sehingga frekuensi gelombang yang dipancarkan juga menjadi bermacam
macam. Dengan demikian atom hydrogen tidak akan menunjukkan spectrum garis tertentu
tetapi suatu spectrum yang kontinu. Hasil pengamatan dengan spectrometer menunjukkan :
spectrum garis yang khas untuk hydrogen yang dikenal dengan deret Balmer

Model Atom Bohr.

16
Postulat I

Electron tidak dapat berputar sekitar inti melalui setiap lintasan, tetapi hanya
melalui lintasan – lintasan tertentu tanpa membebaskan energy. Lintasan ini disebut
lintasan stasioner

Postulat II

Jika electron pindah dari lintasan yang lebih dalam ke lintasan yang lebih luar maka
electron akan meyerap energy. Bila sebaliknya electron akan melepas energy. Energy ini
berupa satu foton cahaya sebesar hf .

r
+e
V
F e

Gambar diatas melukiskan electron ( muatan – e )bergerak mengelilingi inti atom


hydrogen ( muatan + e ) dengan lintasan berbentuk lingkaran dengan jari – jari r . Dua
muatan yang tak sejenis akan tarik menarik ( gaya Coulomb ) sebesar :

𝑘.𝑞.𝑞 𝑒2
𝐹= = k𝑟 2
𝑟2
Gaya Coulomb ini berfunsi sebagai gaya sentripetal yang menahan electron agar tetap pada
lintasanya.

Gaya sentripetal = gaya Coulomb.

𝑣2 𝑒2
𝑚 𝑟 =𝑘
𝑟2
𝑒2
𝑚𝑣 2 =𝑘 𝑟
1 1 𝑒2
EK = 𝑚𝑣 2 = 𝑘
2 2 𝑟

EK : energy kinetic electron

Selain energy kinetic, electron juga mempunyai energy potensial yang besarnya :

EP = q.V

q : muatan electron ( - e )

17
𝑒
V: potensial yang ditimbulkan inti atom ( V = k )
𝑟

Energy potensial elektron :

𝑒 𝑒2
EP = ( - e ) ( k ) = -𝑘
𝑟 𝑟

Energy total elektton adalah EP + EK

Etot = EP + EK

𝑒2 1 𝑒2
Etot = - 𝑘 + 𝑘
𝑟 2 𝑟

𝑘𝑒 2
Etot = −
2𝑟

Tanda negative menunjukkan bahwa untuk mengeluarkan electron diperlukan energy.

Misalkan electron pindah dari lintasan dengan jari – jari rm ke lintasan dengan jari-jari rn
( rm > rn ) maka electron akan membebaskan energy sebesar Em – En , energy ini akan
diradiasikan dalam bentuk foton dengan energy hf . dengan demikian :

hf = Em – En
2 2
𝑘𝑒 𝑘𝑒
hf = − 2𝑟 − (− 2𝑟𝑛
)
𝑚

2 2
𝑘𝑒 𝑘𝑒
hf = − 2𝑟 + 2𝑟
𝑚 𝑛

𝑘𝑒 2 𝑘𝑒 2 𝑐
hf = − karena f= , maka
2𝑟𝑛 2𝑟𝑚 𝜆

𝑐 𝑘𝑒 2 𝑘𝑒 2
ℎ = −
𝜆 2𝑟𝑛 2𝑟𝑚

𝑐 𝑘𝑒 2 1 1
ℎ = ( − )
𝜆 2 𝑟𝑛 𝑟𝑚

1 𝑘𝑒 2 1 1
= ( − )
𝜆 2ℎ𝑐 𝑟𝑛 𝑟𝑚

1 1 1
= 𝑅( − )
𝜆 𝑟𝑛 𝑟𝑚

n dan m adalah bilangan kwantum utama ( n < m ) dan R adalah tetapan


Rydberg = 1,09678 x 10-1 m

18
Postulat III

Lintasan – lintasan yang diperbolehkan untuk ditempati electron adalah lintasan –


lintasan yang mempunyai momentum anguler :

m.v.rn = 𝑛
2𝜋

dengan n adalah bilangan kwantum utama dan h adalah tetapan Planck.

Dari persamaan momentum anguler diperoleh :



m.v.rn = 𝑛
2𝜋

𝑛.ℎ 2
𝑛2 ℎ 2
v = atau v =
2.𝜋.𝑚.𝑟 4.𝜋2 .𝑚2 .𝑟 2

Dari energy kinetic :

1 1 𝑒2
𝑚𝑣 2 = 𝑘 dapat diperoleh
2 2 𝑟

1 𝑛.ℎ𝑛2 ℎ2 1 𝑒2
2
𝑚( 2 2 2
4.𝜋 .𝑚 .𝑟
)= 2
𝑘
𝑟

𝑛2 ℎ 2
r =
4.𝜋2 .𝑚.𝑘.𝑒 2

2 ℎ2
rn = n x
4.𝜋2 .𝑚.𝑘.𝑒 2

bila harga tetapan – tetapan dimaasukan maka diperoleh :

2 (6,6 𝑥10−34 )2
rn = n x
4(3,14)2 .(9,1𝑥 10−31 )(9𝑥109 )(1,6 𝑥 10 −19 )

rn = n2 x 5,28 x 10-11 meter.


Untuk keadaan dasar atau kulit pertama ( n = 1 ) r1 = 12 x 5,28 x 10-11 = 5,28 x 10-11 m.

Untuk kulit kedua ( n = 2 ) maka r2 = 22 x 5,28 x 10-11 = 21 , 12 x 10-11 m. dst

19
BAB III

RADIOAKTIVITAS

INTI ATOM.

Sebuah atom terdiri atas inti atom dan electron yang bergerakmengelilingi inti atom.
Percobaan Rutherford menunjukkan sebagian besar massa atom terpusat pada inti atom. Inti
atom tersusun atas proton dan neutron. Proton bermuatan positif dan neutron netral ( tidak
bermuatan ). Massa neutron sedikit lebih besar dari massa proton.

Table massa danmuatan pertikel penyusun atom.

Partikel simbol muatan massa


Proton p +e 1,6726485 x 10-27kg
Neutron n 0 1,6749543 x 10-27kg
Elektron e -e 9,109534 x 10-31kg

Partikel – partikel penyusun inti disebut nucleon atau nuklida. Nucleon – nucleon di dalam
inti atom mengalami tiga buah gaya, yaitu gaya elektrostatis, gaya grvitasi dan gaya inti.
Gaya inti merupakan gaya tarik menarik antar nucleon dan merupakan gaya terkuat
dibandingkan gaya elektrostatis dan gaya gravitasi. Gaya ikat inti ini yang mempertahankan
nucleon – nucleon tetap terikat dalam inti atom walaupun terjadi gaya tolak menolak antar
proton.

SIMBOL ATOM

Atom suatu unsure dilambangkan dengan :

Z XA

X : nama atom suatu unsure.

Z : nomor atom yang menyatakan jumlah proton dalam inti


A : nomor massa yang menyatakan jumlah nucleon ( proton + netron ) dalam inti.

Jika atom dalam keadan normal ( tidak terionisasi ) , maka jumlah electron = jumlah
proton.

contoh

6 C 14

Dalam contoh diatas dapat disimpulkan :

Jumlah proton = 6

Jumlah electron = 6

Jumlah neutron = 14 – 6 = 8

Ada atom yang mempunyai proton sama tetapi neutron tidak sama, atom- atom ini disebut
dengan isotop , misalnya :

6 C 12 6 C 13 6 C 14.

20
ENERGI IKAT INTI.

Apabila kita mempunyai isotop dengan jumlah proton Z dan jumlah neutron sebanyak
( A – Z ), maka menurut perhitungan ,massa inti seharusnya sebesar {Zmp + (A – Z)mn}
dengan mp adalah massa proton dan mn massa neutron. Akan tetapi berdasarkan hasil
pengukuran dengan spektrometermassa diperoleh bahwa massa inti lebih kecil dari jumlah
massa proton dan massa neutron pembentuk inti ( massa nucleon ) . berdasarkan hokum
kesetaraan massa dan energy Einstein, berkurangnya massa inti atom yang disebut massa
defek , karena diubah menjadi energy ikat inti

Massa defek dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

Δm = {Zmp + (A – Z)mn - mi }

dengan mi adalah massa inti atom.

Energi ikat inti dapat dihitung dengan menggunakan hokum kesetaraan massa dan energy
Einstein,yaitu :

E = Δm.c2

dengan c adalah kecepatan cahaya ( = 3 x 108 m/s ).

Dalam perhitungan satuan massa defek adalah sma ( satuan massa atom ) dan satuan energy
E adalah MeV ( mega electron volt ). Kesetaraan sma dan Mev adalah 1 sma = 931,5 MeV.
Sehingga hubungan antara energy dan massa defek juga bisa ditulis :

E = Δm x ( 931,5 MeV/sma ).

HUBUNGAN ENERGI IKAT INTI DAN STABILITAS INTI.

Besarnya energy ikat inti ternyata tidak selalu menggambarkan tingkat stabilitas inti, karena
pada umumnya inti yang mempunyai nucleon lebih besar mempunyai tingkat stabilitas inti
yang rendah. Karenanya ada besaran energy yang terkait langsung dengan stabilitas inti,
yaitu energy ikat per nucleon.
𝐸
EN =
𝐴

EN : energy ikat per nucleon

E : energy ikat inti

A : nomor massa.

Contoh.

Suatu inti uranium 238


92𝑈 mempunyai massa 238,05076 sma. Jika diketahui massa neutron
1,00867 sma dan massa proton 1,00728 sma, tentukan :

a. Massa defek
b. Energy ikat inti
c. Energy ikat inti per nucleon

21
Diketahui :

mi : 238, 05076 sma

mn : 1,00867 sma

m p : 1,00728 sma

Z : 92

A : 238

a. Massa defek

Δm = {Zmp + (A – Z)mn - mi }

Δm = {(92)(1,00728 ) + (238 – 92)( 1,00867 ) - 238, 05076 }

= 1, 88482 sma

b. Energi ikat inti .


E = Δm x 931,5 MeV.
E = 1, 88482 x 931,5 = 1755,71 MeV

c. Energi ikat per nucleon.


𝐸
EN =
𝐴
1755,71
EN = = 7,38 MeV.
238

PELURUHAN RADIOAKTIF
Peluruhan radioaktif atau radioaktivitas adalah peristiwa pemancaran energy dalam bentuk
sinar radioaktif dari inti tidak stabil untuk membentuk inti stabil. Peristiwa ini berlangsung
secara spontan dan disertai pemancaran partikel α, partikel β, dan partikel γ. Pada
umumnya inti yang mengalami peluruhan adalah inti dengan nomor atom besar karena
mempunyai energy ikat per nucleon yang relative kecil.

Pemancaran partikel α.
Partikel α mempunyai dua proton dan dua neutron sehingga sering diimbulkan 42𝛼 atau 42𝐻𝑒
( inti atom helium ). Sebuah inti induk yang meluruh dengan memancarkan partikel α akan
menghasilkan inti anak dengan nomor atom berkurang dua dan nomor massa berkurang
empat . Pada peristiwa peluruhan berlaku hokum kekekalan jumlah muatan dan jumlah
nucleon, artinya jumlah nomor massa ( A ) di ruas kiri sama dengan jumlah nomor massa
( A ) di ruas kanan dan jumlah nomor atom ( Z ) di ruas kiri sama dengan jumlah nomor
atom ( Z ) di ruas kanan.

𝐴 𝐴−4
𝑍𝑋 𝑍−2𝑌 + 42𝛼
Energi yang di bebaskan sebesar :

Q = ( mx – my – mα ) x 931,5 MeV

Contoh peluruhan partikel α adalah peluruhan inti uranium menjadi inti thorium.

238 234 4
92𝑋 90𝑇ℎ + 2𝛼

22
Pemancaran Partikel β.
0
Partikel β memiliki sifat sama dengan electron sehingga sering disimbulkan dengan −1𝛽
atau −10𝑒. Sebuah inti induk yang meluruh dengan memancarkan partikel β akan
menghasilkan inti anak dengan nomor atom bertambah satu dan nomor massa tetap.

𝐴 𝐴
𝑍𝑋 𝑍+1𝑌
0
+ −1𝛽

Energy yang dibebaskan sebesar :

Q = ( mx – my – mβ ) x 931,5 MeV.

Contoh peluruhan partikel β

14
6𝐶
14
7𝑁 + −10𝛽

Pemancaran sinar γ
Sinar γ adalah radiasi gelombang electromagnet dengan energy yang sangat tinggi yang
tidak memiliki massa maupun muatan,sehingga diberi symbol 00𝛾. Sebuah inti induk yang
meluruh dengan memancarkan sinar γ akan menghasilkan inti anak tanpa mengalami
perubahan nomor massa maupun nomor atom. Pemancaran sinar γ biasanya bersama - sama
dengan pemancaran partikel α dan atau partikel β.

𝐴 𝐴
𝑍𝑋 𝑍𝑌 + 00𝛾

Contoh peluruhan sinar γ

61 61
28𝑁𝑖 28𝑁𝑖 + 00𝛾

Tabel sifat radiasi α β, dan γ

Daya Oleh medan


Radiasi Hakekat kelajuan Daya tembus
ionisasi magnet
Dihentikan oleh
α Inti helium 107 m/s kuat Sedikit dibelokkan
kertas
Dihentikan oleh
Mendekati Dibelokkan
β elektron sedang lempeng
3 x 108 m/s dengan kuat
aluminium
Gelombang Dihentikan oleh
γ 3 x 108 m/s lemah Tidak dibelokkan
elektromagnet selembar timbal

Contoh.
Peluruhan 146𝐶 menghasilkan pemancaran partikel β secara spontan, jika diketahui massa
14 14
6𝐶 = 14, 003842 𝑠𝑚𝑎, massa 7𝑁 = 14,003074 sma massa electron 0,000557 sma,
tentukan energy yang di bebaskan dalaam reaksi tersebut..
Diketahui :
mx = 14, 003842 𝑠𝑚𝑎
mY = 14,003074 sma
mβ = me = 0,000557 sma

23
14 14 0
6𝐶 7𝑁 + −1𝛽 + Q

Q = Δm x 931,5 MeV
Δm = 14, 003842 - (14,003074 + 0,000557 )
= 0,000211 sma.
Q = 0,000211 x 931,5 = 0, 1965 MeV.

TETAPAN PELURUHAN DAN WAKTU PARUH


Laju turunya kekuatan radiasi yang terjadi dalam suatu bahan radioaktif adalah sebanding
dengan jumlah atom radioaktif. Bila suatu bahan radioaktif diukur kekuatanya dalam selang
waktu yang cukup lama akan didapat bahwa kuat radiasi semakin menurun.
Bila mula – mula ada sejumlah No atom radioaktif maka dengan berjalanya waktu jumlah
atom radioaktif yang tinggal setelah selang t adalah sebesar :

N = No e –λt.

No : jumlah atom mula – mula


N : jumlah atom setelah t
λ : tetapan peluruhan
t : waktu .

Besaran lain yang sangat berguna dalam menghitung turunya kuat radiasi adalah waktu
paruh ( T1/2).

Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan sehingga setengah bahan radioaktif
telah meluruh.

Misalkan mula- mula ada sejumlah No atom radioaktif, maka :

Setelah selang waktu 1 x T1/2, jumlah atom tinggal ½ No = ( ½ )1 No


Setelah selang waktu 2 x T1/2, jumlah atom tinggal ¼ No = ( ½ )2 No
1
Setelah selang waktu 3 x T1/2, jumlah atom tinggal 8 No = ( ½ )3 No
Setelah selang waktu n x T1/2, jumlah atom tinggal ( ½ )n No

Jadi bila mula – mula ada sejumlah No atom radioaktif, maka setelah selang t = n x T1/2
Jumlah atom radioaktif yang tinggal adalah

𝑡
N(t) = ( ½ )n.No , dengan 𝑛=
𝑇1
2

No : jumlah atom mula – mula


N(t) : jumlah atom setelah t
t : waktu
𝑇1 : waktu paruh.
2

24
Contoh.
Suatu sampel radioaktif mengandung 3,2 mg isotop murni 116𝐶 mempunyai waktu paruh 20
menit. Tentukan massa yang tinggal setelah 1 jam.
Diketahui :
Mo = 3,2 mg
𝑇1 = 20 menit
2
t = 1 jam = 60 menit
M(t) = ?????
Jawab.
60
M(t) = ( ½ )n.Mo , dengan n = 20 = 3
M(t) = ( ½ )3.3,2
𝟏
M(t) = ( 𝟖 ) 3,2
M(t) = 0,4 mg.

DERET RADIOAKTIF
Terdapat empat deret radioaktif, yaitu :
1. Deret uranium.
Induk dari deret uranium adalah inti 238
92𝑈 yang meluruh menjadi inti thorium
234
90𝑇ℎ dengan memancarkan partikel α, waktu paruh proses ini 4,56 x 10 tahun.
9

Inti thorium kemudian meluruh menjadi inti 234 91𝑃𝑎 dengan memancarkan
partikel β waktu paruhnya 24,5 hari. Deret uranium berakhir pada inti 206
82𝑃𝑏
yang stabil.
2. Deret Thorium.
Induk deret thorium adalah 232 208
90𝑇ℎ dan berakhir pada inti 82𝑃𝑏
3 Deret Neptunium
Induk derte neptunium adalah 237 209
93𝑁𝑝 dan berakhir pada 83𝐵𝑖
4. Deret Aktinium
Induk derte neptunium adalah 235 207
92𝑈 dan berakhir pada 82𝑃𝑏

REAKSI INTI
Susunan inti atom dapat berubah bila ditembak dengan partikel – partikel berenergi tinggi.
Reaksi inti , dimana inti sasaran X ditembak dengan partikel a , menghasilkan inti Y dan
sebuah partikel b

a + X = Y + b dan dapat ditulis X ( a,b ) Y

Dalam reaksi inti harus memenuhi :


1. Hokum kekekalan momentum, momentum sebelum dan sesudah tumbukan
sama
2. Hokum kekekalan energy, energy sebelum dan sesudah reaksi sama

Jika Y adalah produk dan X adalah reaktan, maka energy reaksi Q didefinisikan sebagai
energy reaktan dikurangi energy produk . Dengan menganggap 1 sma = 931 MeV dan
semua satuan massa dalam satuan sma

Energy reaktan = ( ma + mX ) . 931 MeV

Energy produk = ( mb + mY ). 931 MeV

25
Q= ( ma + mX ) - ( mb + mY ). . 931 MeV

Jika Q > 0, reaksi isotermik, terdapat energy yang dibebaskan

Jika Q < 0, reaksi endotermik, terdapat energy yang diserap

3. Hokum kekekalan nomor atom, yakni jumlah nomor atom sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama
4. Hokum kekekalan nomor massa, yakni jumlah nomor massa sebelum dan
sesudah reaksi adalah sama

Contoh.
1 19 16
1𝐻 + 9𝐹 → 6𝑂 + 42𝐻𝑒

Jumlah nomor atom sebelum reaksi = 1 + 9 = 10


Jumlah nomor atom sesudah reaksi = 8 + 2 = 10
Jumlah nomor massa sebelum reaksi = 1 + 19 = 20
Jumlah nomor massa sesudah reaksi = 16 + 4 = 20

Fisi dan Fusi.

Reaksi fisi terjadi ketika inti berat , missal 235


92𝑈 membelah menjadi dua inti yang lebih
ringan . dalam rreaksi ini selalu didapat , massa total produk lebih kecil dari massa
reaktan. Selisih massa ini menjadi energy.

Reaksi fisi pertama kali ditemukan oleh Otto Han dan Fritz Strassman pada tahun 1939.
Setelah menembuk uranium 235 92𝑈 dengan sebuah netron Hann dan Strassman menemukan
dua inti ringan dengan berat sedang. Hasil pembelahan antara lain :

1 235 141 92
0𝑛 + 92𝑈 → 56𝐵𝑎 + 36𝐾𝑟 + 3 10𝑛

Pecahan - pecahan fisi , yaitu Barium dan krypton , dam netron – netron yang dibebaskan
mempinyai energy kinetic yang sangat besar.

Karena dalam hasil pembelahan inti uranium juga terkandung netron, maka terjadi proses
berantai, yakni netron-netron hasil pembelahan inti mengenai inti 235
92𝑈 yang lain dan
menimbulkan reaksi yang sama, terjadi reaksi berantai.

26
Ba

Ba Kr

Ba
n U
U

Kr

Kr Ba

Kr

Reaksi berantai dapat dibuat berlangsung terus secara lambat dan terkendali dalam reactor
atom. Jika reaksinya cepat dan tak terkendali , maka jumlah energy yang dilpaskan akan
merusak, dan inilah yang disebut bom atom .

Contoh.
235
Hitunglah energy total yang dibebaskan jika 1 kg 92𝑈 mengalami pembelahan . diketahui
energy disintegrasi per nucleon = 208 MeV.

Diketahui.

m = I kg

A = 235
1
Jumlah inti = 235 𝑥 6,02 𝑥 1026 = 2,56 x 1024

Energy pembelahan tiap inti = 208 MeV

Jawab .

Enrgi total yang dibebaskan adalah : 2,56 x 1024 x 208 MeV = 5,32 x 1026 MeV.

Untuk membanding besar energy fisi, perhatikan . 1 MeV ekivalen dengan 4,45 x 10-20
kwh.

Sehingga energy yang dibebaskan oleh 1 kg uranium 235 ketika membelah adalah :

5,32 x 1036 x 4,45 x 10-20 = 2,37 x 107 kwh,

Energy ini cukup untuk menyalakan lampu bolam 100 watt selama 30 ribu tahun.
Wonderfull.

27
Realsi fusi adalah reaksi penggabungan dari dua inti ringan untuk membentuk sebuah inti
yang lebih berat, tetapi massa diamnya lebih kecil daripada jumlah massa – massa diam inti
yang bergabung.

Kehilangan massa tersebut akan menghasilkan energy.

Conto reaksi fusi.


1
1𝐻 + 11𝐻 → 21𝐻 + 01𝑒 Q = 3,27 MeV
2
1𝐻 + 11𝐻 → 32𝐻𝑒 + 0
0𝛾 Q = 4,03 MeV
3
2𝐻𝑒 + 32𝐻 𝑒 → 42𝐻𝑒 + 1
1𝐻 + 11𝐻 Q = 17,59 MeV

Dengan Q adalah jumlah energy yang dibebaskan tiap reaksi.

Reaksi – reaksi ini dikenal sebagai reaksi proton dan dipercayai terjadi di bagian dalam
matahari serta di dalam banyak bintang – bintang lainya yang dikenal terutama
mengandung hydrogen.

Radioisotop.

Radioisotope adalah isotop yang tidak stabil dan akan memancarkan sinar radioaktif
sehingga stabil. Radioisotope digunakan dalam banyak hal.antara lain, untuk mendeteksi
kebocoran bendungan, kebocoran pipa. Menentukan tebal logam, mengkaji fungsi gondok

28

Anda mungkin juga menyukai