Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

FITOKIMIA

PERCOBAAN KE 2

IDENTIFIKASI TANIN DARI DAUN SIRIH HIJAU (Piper


betle L.)

Nama : Tirsa Firanita

NIM : 1606067091

Kelompok :B7

Hari, Tanggal Praktikum : sabru,2 mei 2018

Dosen Pembimbing : Erma Yunita,M.Sc.,Apt

LABORATURIUM FITOKIMIA

AKADEMI FARMASI INDONESIA YOGYAKARTA

2018
LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA
P.2. IDENTIFIKASI TANIN DARI DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L)

A. TUJUAN
Dapat memhami dan melakukan identifikasi tanin dari daun sirih hijau
serta analisis kualitatif senyawa tersebut dengan kromatografi lapis tipis.

B. DASAR TEORI

Tanaman sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh


merambat atau bersandar pada batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan
buahnya biasa dikunyah bersama gambir, pinang, tembakau dan kapur.
Tanaman ini potensial untuk dibudidayakan karena dapat digunakan sebagai
antiseptik dan obat luka ( Kumari & Rao, 2014 ).

Klasifikasi Ilmiah :

Kingdom : Plantae

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : P. betle

Nama binomial : Piper betle, L.

Kandungan Daun Sirih

Kandungan yang terdapat dalam daun sirih hijau sangat banyak.


Beberapa kandungan itu diantaranya adalah Fenil propane, minya atsiri,
hodroksidavicol, ekstragol, kavicol, kavibetol, allylpyrokatekol, tannin, pati
dan gula. Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang
(betlephenol ), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol
yang memiliki daya mematikan kuman, antioksida dan fungisida, anti jamur.
Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang ditimbulkan bakteri dan
cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan pendarahan, menyembuhkan
luka pada kulut, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat
mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatic dan
menghentikan pendarahan.

Pengertian Tanin

Senyawa tannin merupakan polifenol yang larut dalam air dengan berat
molekul biasanya 500-3000 daltons (Da). Tannin diklasifikasikan atas dua
kelompok atas dasar tipe struktur dan aktivitasnya terhadap senyawa
hidrofilik, yaitu tannin terkondensasi ( condensed tannin ) dan tannin yang
dapat terhidrolisis ( hyrolyzable tannin ).

Tannin hidrolisis adalah tannin pada pemanasan dengan asam klorida


atau asam sulfat menghasilkan asam galat atau asam elagat. Tannin
terkondensasi adalah tannin pada pemanasan dengan asam klorida
menghasilkan phloba[hanes seperti pholoroglucino ( Browning, 1966 ).

Tanin dikenal sebagai senyawa antinutrisi karena kemampuannya


membentuk ikatan komplek dengan protein. Kemampuan tanin untuk
mengendapkan protein ini disebabkan tanin memiliki sejumlah group
fungsional yang dapat membentuk komplek kuat dengan molekul-molekul
protein, oleh karena itu secara umum tanin dianggap sebagai anti-nutrisi yang
merugikan. Ikatan antara tanin dan protein sangat kuat sehingga protein tidak
mampu tercerna oleh saluran pencernaan.

Pembentukan komplek ini terjadi karena adanya ikatan hidrogen,


interaksi hidrofobik, dan ikatan kovalen antara kedua senyawa tersebut
(Makkar, 1993). Menurut Ariningsih (2004), ikatan kovalen terbentuk apabila
tanin telah mengalami oksidasi dan membentuk polimer quinon yang
selanjutnya melalui reaksi adisi eliminasi atom N dari gugus asam amino
protein menggantikan atom oksigen dari senyawa poliquinon. Ikatan hidrogen
yang terbentuk merupakan ikatan antara atom H yang polar dengan atom O
baik dari protein (dari asam amino yang memiliki rantai samping non-polar)
atau tanin (cincin benzena), adapun yang mendominasi kekuatan ikatan ini
adalah ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik. Pembentukan ikatan antara
tanin-protein dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (1) karakteristik protein,
seperti komposisi asam amino, struktur, titik isoelektrik dan bobot molekul,
(2) karakteristik tanin, seperti berat molekul, struktur, dan heterogenitas tanin,
(3) kondisi pereaksi, seperti pH, suhu, waktu, komposisi pelarut. Semakin
rendah pH, jumlah tanin yang berinteraksi semakin kecil. Hal ini
menunjukkan penurunan afinitas tanin terhadap protein untuk membentuk
komplek dikarenakan adanya efek elektrostatik dari protein, pada pH tinggi
dimana group fenolhidroksil terionisasi maka tanin tidak berinteraksi dengan
protein.

Beberapa sifat tannin :

1. Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat.

2. Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.

3. Tidak dapat mengkristal.

4. Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.

5. Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein


tersebut sehingga tidak dipengaruhi enzim protiolitik.

Identifikasi tannin dapat dilakukan dengan cara :

1. Diberikan larutan FeCl3 berwarna biru tua atau hitam kehijauan.

2. Ditambahkan kalium ferrisianida + amoniak berwarna coklat.

3. Diendapkan dengan garam Cu, Pb, Sn dan larutan kalium bikromat


berwarna cokelat.
Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi


simplisia nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit, yang mana
ekstraksinya dilakukan secara infundasi. Infundasi merupakan penyarian yang
umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari
bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan ekstrak yang
tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Umumnya infus
selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak yang
mengandung minyak atsiri, dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama.

Keuntungan dan kekurangan metode infundasi:

a. Keuntungan:

1.Unit alat yang dipakai sederhana

2. Biaya operasionalnya relatif rendah

3. Dapat menyari simplisia dengan pelarut air dalam waktu singkat

b. Kerugian:

1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali,


apabila kelarutannya sudah mendingin.

2. Menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
kapang.

Kromatografi

Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik


pemisahan tertentu. Pada dasarnya semua cara kromatografi menggunakan
dua fase yaitu fasa tetap (stationary) dan fasa gerak (mobile), pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fasa tersebut.Cara-cara kromatografi
dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fasa tetap, yang dapat berupa
zat padat atau zat cair. Jika fasa tetap berupa zat padat maka cara tersebut
dikenal sebagai kromatografi serapan, jika zat cair dikenal sebagai
kromatografi partisi. Karena fasa bergerak dapat berupa zat cair atau gas
maka semua ada empat macam sistem kromatografi yaitu kromatografi
serapan yang terdiri dari kromatografi lapis tipis dan kromatografi penukar
ion, kromatografi padat, kromatografi partisi dan kromatografi gas-cair serta
kromatografi kolom kapiler (Hostettmann, K., dkk., 1995).

Perhitungan harga Rf

Harga Rf = jarak yang di tempuh senyawa

Jarak yang tempuh pelarut

C. ALAT DAN BAHAN

ALAT

1. Seperangkat alat infus

2. Seperangkat alat KLT

BAHAN

1. Daun sisrih

2. Aquadest

3. N-butanol

4. Asam asetat

5. Plat silika gel 254

D. CARA KERJA

Ekstraksi Dan Isolasi

Timbang 40 gram sebuk bahan, masukkan dalam panci infus dan


tambahkan 240 ml air. Didihkan selama 15 menit 90ᴼC. Saring campuran
melalui corong Buchner sehingga diperoleh filtrat yang jernih dan pindahkan
ke dalam erlenmeyer 250 ml yang bersih. Simpan dalam lemari es selama 1
minggu sehingga terbentuk kristal amorf putih kekuningan. Tuangkan
sebagian besar larutan jernih dengan hati-hati agar kristal tidak ikut tertuang,
kemudian saring kristal yang ada pada dasar erlenmeyer melalui kertas saring
yang telah ditara. Jika masih ada kristal yang menempel pada dasar
erlenmeyer bilas dengan air suling dan tuangkan bilasan ke kertas saring, cuci
kristal dengan 10 ml air es. Keringkan kertas saring bersama endapan pada
suhu 50ᴼC, sampai kering kemudian ditimbang untuk memperoleh rendemen
dari hasil yang didapat.

3. Identifikasi Flavonoid

Larutan dianalisis secara kualitatif dengan kromatografi lapis tipis


dengan kondisi sebagai berikut:

a. Fase diam : Silika gel GF 254

b. Fase gerak : n-butanol – asam asetat – air (5:1:4)

c. Cuplikan : larutan sampel dan pembanding larutan asam tanat

d. Deteksi : UV 366

E. HASIL

Nama simplisia : Daun Sirih Hijau (Piper betle, L)

Metode ekstraksi : Infundasi

Jumlah pelarut : 240 ml

Hasil akhir : 200 ml

Rendemen ekstrak : 71,4 %

Pemerian ekstrak

· Aroma : khas aromatic

· Warna : kuning kecoklatan

· Bentuk : cairan
Hasil pengamatan dengan kromatografi:

· Fase diam : Silica Gel GF 254

· Fase gerak : Butanol-Asam asetat-air (10:2:8)

· Pembanding : Larutan Asam tanat

Deteksi pada sinar UV 366:

nilai Rf pembanding = jarak senyawa

jarak pelarut

= 5,7

6,4

= 0,89

F. PEMBAHASAN

Pembuatan ekstrak daun sirih hijau (Piper betle, L) dilakukan


dengan metode infundasi. Infundasi adalah salah satu metode pemisahan
senyawa dengan cara penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat
kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati.

Untuk perhitungan rendemen ekstrak simplisia bisa dihitung,hasil


infudasi di bagi jumlah pelarut dan bahan simplisia kemudian di kalikan 100
% mendapatkan hasil rendemen sebanyak 71,4 %

Hasil uji untuk senyawa tannin menunjukkan bahwa ekstrak daun


sirih hijau (Piper betle) positif mengandung tannin. Dimana terjadi peubahan
dari ekstrak kuning kecoklatan menjadi hijau kehitaman. Menurut Harbone
(1987), golongan tannin yang merupakan senyawa fenolik cenderung larut
dalam air sehingga cenderung bersifat polar. Pengujian tannin menunjukkan
bahwa tannin yang terkandung dalam ekstra merupakan tannin kondensasi
karena terbentuk warna hijau kehitaman setelah penambahan FeCl3 ( Sangi et
all, 2012).

Hasil pengamatan dengan KLT

Hasil dari pengujian adanya senyawa tannin dengan perubahan warna


pada uji FeCl3 dihasilkan positif mengandung tannin, maka dilanjutkan
dengan pengujian menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis ).
KLT merupakan metode pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan
distribusi dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Dari hasil KLT muncul
noda-noda yang dapat diamati dibawah sinar UV pada panjang gelombang
366 nm. Eluen yang digunakan adalah n-butanol : asam asetat : air ( BAA)
dengan perbandingan 10 : 2 : 8. Tannin dapat dideteksi dengan sinar UV
pendek berupa noda yang berwarna lembayung ( Harbone, 1987 ).

Hasil pengamatn fase diam dan fase gera hamper sama, tetapi masih
lebih polar fase gerak sehingga senyawa tannin yang dipisahkan terangkat
mengikuti aliran eluen, karena senyawa tannin bersifat polar. Dari hasil
pengamatan didapatkan harga Rf untuk senyawa pembanding adalah 0,89,
sedangkan untuk senyawa ekstrak ketika diamati pada sinar UV hanya
menunjukkan noda bercak yang tipis dan pudar. Di duga hal ini terjadi
dikarenakan pada saat penotolan pada plat Silica gel senyawa ekstrak yang
ditotolkan terlalu sedikit sehingga berpengaruh pada hasil pengamatan dalam
sinar UV.

G. KESIMPULAN

Hasil pengamatan identifikasi tannin menunjukkan bahwa ekstrak


daun sirih hijau ( Piper betle, L) positif mengandung tannin dengan uji
penambahan FeCl3, sedangkan pada uji menggunakan KLT didapatkan
hasil bercak noda berwarna ungu yang tipis dan pudar.
DAFTAR PUSTAKA
Harbone, J.B.1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Edisi II. Bandung : Penerbit ITB. Hal 239
Hayati, Elok Kamilah, A. Ghanaim Fasyah dan Lailis Sa’adah. 2010.
Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa Tanin pada Daun Belimbing Wuluh
(Averhoa blimbi L ). ISSN 1907-9850. Jurusan Kimia Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Sangi, M.S., Lidya I.M., Mauren K. 2012. Uji Toksisitas da Skrinning Fitokimia
Tepung Gabah Pelepah aren (Arenga pinnata). Jurnal Ilmiah Sains, 12 (2) : 131-
133
Browning, B.L. 1966.Methods of Wood Chemistry. Vol I, II. Interscience
Publishes New York.
DepKes RI. 1989. Material Medika Indonesia Jilid V. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia
Makkar. 1993. Gravimertric Determination Of Tannins and Their Correlation
With Chemical nd Protein Precipitation Methods. Journal of The Science pf Food
and Agriculutre. 61:161-165
Ariningsih, K. 2004. Penambahan Sumber Tanin yang Berbeda dalam Perebusan
Telur Asin terhadap Kualitas Mikrobiologi Selama Penyimpanan. Skripsi.
Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hostettmann,K.,dkk.,cara kromatografi preparatif ,penerbit ITB .Bandung

Anda mungkin juga menyukai