Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Daun Sirih Hijau


1.1 Definisi
Daun sirih hijau dalam tradisi budaya Indonesia sidah tidak asing
lagi, daun ini merupakan famili piporaceae yang merupakan tumbuhan
menjalar. Tinggi tanaman ini bisa mencapai 15 meter, tergantung pada
kesuburan media tanam dan tinggi rendahnya media untuk merambat.
Batang berwarna coklat kehijauan, berbentuk bulat, berkerut dan beruas
yang menjadi tempat keluarnya akar. Daun ini berbentuk variasi dari
mulai bundar telur atau bundar telur lonjong, tekstur daun agak kasar jika
diraba dan mengeluarkan bau yang sedap (aromatis) jika diremas, ujung
daun runcing, pinggir daun rata agak menggulung kebawah, panjang 5-18
cm, lebar 3-12. Tanaman ini hidup subur ditanah gembur yang tidak
terlalu lembab dalam cuaca tropis dengan pasokan air yang cukup6.
Daun sirih digunakan sebagai obat zaman dahulu, daun sirih ini
bisa mengobati berbagai macam penyakit diantaranya mimisan, diare,
sakit mata, bau mulut, luka luar, bau badan dan keputihan, daun sirih
juga memilk manfaat untuk merawat kecantikan dan organ kewanitaan6.
Klasifikasi tanaman daun sirih sebagai berikit :
- Kingdom : Plantae
- Class : Magnoliopsida
- Devision : Magnoliophyta
- Ordo : Papirales
- Family : Piparaceae
- Genus : Piper
- Species : Piper betle lien

6
Daun sirih tergolong sebagai tanaman yang mengandung banyak
air. Sekitar 85-90% daun sirih terdiri dari air. Karena itulah daun sirih juga
rendah kalori dan rendah lemak. Per 100 gram daun sirih hanya
mengandung 44 kalori dan 0,4-1% lemak
Selain itu, kandungan daun sirih lainnya adalah:

 Protein: 3 persen per 100 gram


 Iodin: 3,4 mcg per 100 gram
 Sodium: 1,1-4,6% per 100 gram
 Vitamin A: 1,9-2,9 mg per 100 gram
 Vitamin B1: 13-70 mcg per 100 gram
 Vitamin B2: 1,9-30 mcg per 100 gram
 Asam nikotinat: 0,63-0,89 mg per 100 gram7.

Gambar 1.1 Daun Sirih Hijau

1.2 Komposisi Kimiawi dan Manfaat Daun Sirih

Daun sirih mengandung beberapa zat diantaranya, flavonoid, tani


anthaquinon, alkaloid, terpenoid, saponin, glokosida, phlobatanin dan
minyak atsiri 0,8-1,8%8 yang mana komponen minyak atsiri utamanya
terdiri dari bethel phenol dan beberapa derivatnya diantaranya Euganol

7
allypyracetechine 26.8-42.55, cineol 2.4-4.8%, methyl eugenol 4.2-
15.8%, caryophyllen (Siskuiterpen) 3-9.8, hidroksi kaikol 7.2-16.7%
kavibetol 2.7-6.2% estragol, ilypyrokatekol 0-96%, karvakol 2.2-5.6%,
alkaloid, flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin, terpen,
fenilpropan, terpinen, diastase 0.8-1.8% dan tanin I1-1.3%9,10. Secara
farmakologi daun sirih memiliki sifat styptic (menahan perdarahan),
stomachic (obat saluran pencernaan), vulnerary (menyembuhkan luka
kilit), astringen, diuretic dan anti peradangan.11

Tabel 1.2. Komposisi Kimia Daun Sirih dalam 100 gram Bahan Segar 12

No Komponen kimia Jumlah No Komponen kimia Jumlah

1 Kadar air 85.14% 10 Karotin (vit A) 96000 IU

2 Protein 3.1 11 Tiamin 70 mg

3 Lemak 0.8% 12 Riboflavin 30 mg

4 Karbohidrat 6.1% 13 Asam nikotinat 0.7 mg

5 Serat 2.3% 14 Vit C 5 mg

6 Bahan mineral 2.3 % 15 Yodium 3.4 mg

7 Kalsium 230 mg 16 Kalium nitrit 0.26-42 mg

8 Fosfor 40 mg 17 Kanji 1-1.2%

9 Besi 7 mg 18 Gula non reduksi 6-2.5 %

B. Bakteri Shygella dysentriae

8
Gambar 2.3 Bakteri Shygella dysentriae
Sumber : Dennis Kunkel Miscroscopy, Inc

1.1 Definisi

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan


enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala
meluas, tinja lendir bercampur darah17 Gejala-gejala disentri antara lain
adalah:

a) Buang air besar dengan tinja berdarah


b) Diare encer dengan volume sedikit
c) Buang air besar dengan tinja bercampur lender(mucus)
d) Nyeri saat buang air besar (tenesmus)

Disentri terdiri dari dua macam, yaitu18:


a) Bakteri (Disentri basiler)
 Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering
(± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus

9
disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh
Shigella
 Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
 Salmonella
 Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
b) Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica,
lebih sering pada anak usia > 5 tahun
Shigella dysenteriae adalah bakteri tidak berflagel, gram negatif,
bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian tidak
meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya,
menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas. Habitat alamiah
S.dysenteriae terbatas pada saluran pencernaan manusia dan dapat
menimbulkan infeksi yang disebut disentri basiler.19

1.2 Taksonomi
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Classis : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Familia : Enterobacteriaceae
Genus :Shigella
Species : Shigella dysentriae 20

1.3 Sifat dan Morfologi


Bentuk : Cocobasil
Susunan : Tunggal
Warna : Merah
Sifat : Gram negatif

10
Bakteri S.dysenteriae adalah bakteri yang memiliki morfologi
batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora,
bersifat fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobic.
Bentuk koloni S.dysenteriae konveks, bulat, transparan dengan pinggir-
pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2 mm dalam 24 jam. Bakteri ini
sering ditemukan pada perbenihan diferensial karena
ketidakmampuannya meragikan laktosa.21

Berikut ini beberapa reaksi biokimia yang dipakai untuk


membedakan keempat spesies shigella yaitu:21

Test S. dysenriae S. flexnari S. bondii S. sonnei

Grup A B C D
Antigen O

Fermentasi - + + +
Manitol

Jordan Tartat ± + + ±

Rafinosa - ± - ±

Shigella mempunyai susunan antigen yang kompleks. Terdapat


banyak tumpang tindih dalam sifat serologic berbagai spesies dan
sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh
kuman enteric lainnya. Antigen somatic O dari Shigella adalah
lipopolisakarida. Kekhususan serologiknya tergantung pada polisakarida.
Terdapat lebih dari 40 serotipe. Klasifikasi Shigella didasarkan pada
sifat-sifat biokimia dan antigenic.21

11
Shigella spesies kurang tahan terhadap agen fisik dan kimia
dibandingkan Salmonella. Tahan dalam es selama 2 bulan. Dalam laut
selama 2-5 bulan. Toleran terhadap suhu rendah dengan kelembaban
cukup. Garam empedu kosentrasi tinggi menghambat pertumbuhan strain
tertentu. Bakteri akan mati pada suhu 55°C. 22

.
1.4 Patogenesis dan patologi
Shigellosis disebut juga disentri basiler, disentri sendiri artinya salah
satu dari berbagai gangguan yang ditandai dengan peradangan usus,
terutama kolon dan disertai nyeri perut, tenesmus dan buang air besar
yang sering mengandung darah dan mukus. Habitat alamiah bakteri
disentri adalah usus besar manusia, tempat bakteri tersebut dapat
menyebabkan disentri basiler. Infeksi S.dysenteriae praktis selalu terbatas
pada saluran pencernaan, dan invasi bakteri ke dalam darah sangat
jarang. S.dysenteriae menimbulkan penyakit yang sangat menular dengan
dosis infektif dari bakteri gysella dysentriae adalah kurang dari 10 3 dan
merupakan golongan Shygella sp yang cenderung resisten terhadap
antibiotik20

Proses patologik yang penting adalah invasi epitel selaput lendir,


mikroabses pada dinding usus besar dan ileum terminal yang cenderung
mengakibatkan nekrosis selaput lendir, ulserasi superfisial, perdarahan,
pembentukan “pseudomembran” pada daerah ulkus. Ini terdiri dari
fibrin, lekosit, sisa sel, selaput lendir yang nekrotik, dan kuman. Waktu
proses berkurang, jaringan granulasi mengisi ulkus dan terbentuk
jaringan parut.21

12
1.5 Toksin
A. Endotoksin
Pada autolisis, semua Shigella melepaskan lipopolisakarida yang
toksik. Endotoksin ini kemungkinan yang berperan menimbulkan
iritasi pada dinding usus.21
B. Eksotoksin
S. dysenteriae tipe 1 (basil Shiga) menghasilkan eksotoksin yang tidak
tahan panas yang dapat mengenai usus dan sistem saraf pusat.
Eksotoksin ini adalah protein yang bersifat antigenik (merangsang
produksi antitoksin) dan bersifat mematikan untuk hewan percobaan.
Sebagai enterotoksin (eksotoksin yang bekerja pada enterik), zat ini
menimbulkan diare seperti verotoksin E. coli, mungkin melalui
mekanisme yang sama. Pada manusia enterotoksin juga menghambat
absorsi gula dan asam amino di usus halus. Sebagai “neurotoksin”,
materi ini menyebabkan infeksi S. dysenteriae yang sangat berat dan
fatal serta menimbulkan reaksi susunan saraf pusat yang berat
(misalnya meningismus, koma). Pasien yang menderita infeksi
Shigella flexneri atau Shigella sonnei membentuk antitoksin S.
dysenteriae secara in vitro. Aktivitas yang bersifat toksik ini berbeda
dengan sifat invasif pada disentri. Keduanya dapat bekerja berurutan,
toksin menyebabkan diare awal yang tidak berdarah, encer, dan
banyak kemudian invasi usus besar mengakibatkan disentri lanjut
dengan feses yang disertai dengan darah dan nanah.21

1.6 Gejala
Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak
timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut
berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus. Sehari atau
beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka

13
jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir
dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan “mengedan” dan tenesmus
(spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah. Demam
dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah
kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan
elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian.
Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri
untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi
pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit
berulang-ulang. Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang
membentuk antibodi terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi
ini tidak melindungi terhadap reinfeksi.23

1.7 Diagnosis Laboratorium


1. Bahan pemeriksaan
Bahan pemeriksaan dapat berupa tinja yang mengandung
darah, lendir, dan potongan jaringan, atau swab rektum. Pada
pemeriksaan langsung secara mikroskopis akan tampak sejumlah
besar leukosit dan eritrosit. Jika diinginkan bahan pemeriksaan serum,
harus diambil setelah 10 hari perjalanan penyakitnya untuk
menunjukkan kenaikan titer antibodi aglutinin.24
2. Pembenihan
Bahan pemeriksaan diinokulasikan pada medium diferensial
(misalnya agar MacConkey‟s atau EMB) dan pada media selektif
(agar enterik Hektoen atau agar Salmonella-Shigella) yang dapat
menekan Enterobacteriaceae yang lain dan organisme gram positif.
Koloni yang tidak berwarna (lactose-negative fermenter) selanjutnya
diinokulasikan ke medium agar TSI. Organisme ini memproduksi
asam tanpa gas pada butt dan alkali pada slant, tidak memproduksi
H2S, dan tidak motil. Sebaiknya juga dilakukan reaksi aglutinasi pada
gelas objek menggunakan antisera spesifik terhadap Shigella sp.25

14
Berikut ini skema pemeriksaan laboratorium
Enterobacteriaceae secara sismatematis.

Skema enterobactericeae

spesimen

Selenit/tetrationate (enrichment med.)

Mc. Conkey Agar/ SS. Agar (differential med.)

Ferm. Laktosa Tidak


merah ferm.Laktosa pucat

TSI Agar TSI Agar

As As/Alk Alk Alk Alk


As As As Alk
As Gas (+) Gas (+) Gas (-) Gas (-)
Gas (+) H2S (+)
H2S (+) H2S (-) H2S (-)
H2S (-) Oksidase (+)
Klebs A.Coli Enterobacter Proteus Salmonella Shigella Pseudomoros
iella Alkaligenes
- + -
v + - v - v v
+ + + -
+ - +
+ - + - - - -
v v - v
- v + + - +
v - v
+
+ - - -

As = asam
Alk = alkaline
(+) = l.k. 93% positif
(-) = l.k 93% negatif

15
Untuk mengidentifikasi spesies Salmonella dan Shigella dilakukan juga
1. Reaksi rerologis dengan antisera polivalen, diikuti dengan antisera
monovalen atau
2. Reaksi fermentasi gula-gula
Salmonella Shigella
Arabinosa + + - Mannitol - + +
Inosital - v - Laktosa - - +
Rhomnosa + v - Sorbitol - V +
Xylosa - + v Dulcitol - v v

Keterangan:
+ = terjadi fermentasi
- = tidak terjadi fermentasi
Gambar 2.4 Skema Pemeriksaan Laboratorium25

Penegakan Dignosis desentri bagaimana????


1.8 Pengobatan
Pada infeksi ringan umumnya dapat sembuh sendiri, penyakit
akan sembuh pada 4-7 hari. Minum lebih banyak cairan untuk
menghindarkan kehabisan cairan, jika pasien sudah pada tahap dehidrasi
maka dapat diatasi dengan Rehidrasi Oral. Pada pasien dengan diare
berat disertai dehidrasi dan pasien yang muntah berlebihan sehingga
tidak dapat dilakukan Rehidrasi Oral maka harus dilakukan Rehidrasi
Intravena. umumnya pada anak kecil terutama bayi lebih rentan
kehabisan cairan jika diare. Untuk infeksi berat Shigella dapat diobati
dengan menggunakan antibiotika termasuk ampicilin, trimethoprim-
sulfamethoxazole, dan ciprofloxacin. Namun, beberapa Shigella telah
menjadi kebal terhadap antibiotika, ini terjadi karena penggunaan
antibiotika yang sedikit-sedikit untuk melawan shigellosis ringan.23

1.5 Epidemiologi

16
Disentri dapat ditemukan di seluruh dunia. Disentri ini dapat terjadi
di daerah yang populasinya padat tetapi sanitasinya sangat buruk.
Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman
dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya lalat. Namun
factor utama dari disentri ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci
sehabis buang air besar.
C. Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu senyawa
berdasarkan perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut
dan berbeda. Atau tehnik yg digunakan untuk memisahkan senyawa
yang berbeda. Pada umumnya ekstraksi memanfaatkan sifat dari kelarutn
suatu senyawa pada pelarut tertentu karena kelarutan pada suatu
senyawa tertentu dalam pelarut tertentu busa di kontrol menurut sifatnya.
Metode ektrak yang tepat ditemukan oleh tekstur kandungan air bahan-
bahan yang diekstrak dan senyawa-senyawa yang akan diisolasi.13
Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode
yaitu metode maserasi, digesti, sokletsi, perkolasi, refluks, infus, dekok,
destilasi uap. Metode yang paling sederhana adalah metode maserasi.13

D. Media
1. Mueller – Hinton Broth (MHB)
Mueller – Hinton Broth merupakan media non – selektif yang
direkomendasikan sebagai media pilihan untuk pengujian dilusi
antimikroba pada organisme umum yang terisolasi, organisme aerobik
dan organisme fakultatif anaerobik guna mengukur Kadar Hambat
Minimum.26-28

Tabel 2.1 : Formula Mueller – Hinton Broth28


No Bahan Dosis (g/l)
.
1. Ekstrak daging 2,00

17
2. Hydrolysate Asam Kasein 17,50
3. Zat tepung 1,50

Infus daging sapi dan hidrolisat asam kasein menyediakan senyawa


nitrogen, karbon, sulfur dan nutrisi penting lainnya bagi bakteri. Zat pati /
tepung bertindak sebagai koloid pelindung terhadap zat beracun yang
hadir dalam medium. Hidrolisis pati hasil dekstrosa, yang berfungsi
sebagai sumber energi.28
Cara pembuatan media yaitu, ambil 21 gram MHB dan larutkan
dalam 1 liter aquadest. Taruh di dalam botol atau tabung dan sterilkan ke
dalam autoklaf dengan tekanan 15 lbs (121 oC) selama 15 menit, aduk
terlebih dahulu sebelum dituangkan.28
Kualitas kontrol pada media ini yaitu perwujudan saat bubuk
berwarna krim kekuningan dan pada saat menjadi media cair berwarna
kuning jernih dengan pH 7,2 – 7,5. Karakteristik kultur diamati setelah
inkubasi pada 35 – 37 °C selama 18 - 24 jam. Penyimpanan bubuk media
disimpan dibawah 30 °C dalam wadah tertutup rapat dan media cair siap
pakai pada suhu 2 - 8 °C.28
2. Mueller – Hinton Agar (MHA)
Mueller Hinton Agar diakui oleh semua ahli sebagai media
referensi untuk studi kerentanan bakteri terhadap antibiotik. 28 Media ini
adalah satu-satunya media uji kepekaan antimikroba yang telah divalidasi
oleh Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI), yang sebelumnya
National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS).30

Tabel 2.2 : Formula Mueller – Hinton Agar29


No Bahan Dosis (g/l)
.
1. Ekstrak daging 2,00
2. Hydrolysate Asam Kasein 17,50
3. Zat tepung 1,50
4. Agar 17,00

18
Infus daging sapi dan hidrolisat asam kasein menyediakan senyawa
nitrogen, karbon, sulfur dan nutrisi penting lainnya bagi bakteri. Zat pati /
tepung bertindak sebagai koloid pelindung terhadap zat beracun yang
hadir dalam medium. Hidrolisis pati hasil dekstrosa, yang berfungsi
sebagai sumber energi.31
Cara pembuatan media yaitu, ambil 38 gram MHA dan larutkan
dalam 1 liter aquadest. Taruh di dalam botol atau tabung dan sterilkan ke
dalam autoklaf dengan tekanan 15 lbs (121 oC) selama 15 menit, aduk
terlebih dahulu sebelum dituangkan.31
Kualitas kontrol pada media ini yaitu perwujudan saat bubuk
berwarna krim kekuningan dan pada saat menjadi media padat berwarna
kuning jernih dengan pH 7,2 – 7,5. Karakteristik kultur diamati setelah
inkubasi pada 35 – 37 °C selama 18 - 24 jam. Penyimpanan bubuk media
disimpan dibawah 30 °C dalam wadah tertutup rapat dan media padat
siap pakai pada suhu 2 - 8 °C.31

D. Uji Kepekaan terhadap Antimikroba In Vitro


1. Metode Dilusi Tabung
Tes ini dikerjakan dengan menggunakan satu seri tabung reaksi
yang diisi media cair dan sejumlah tertentu bakteri yang diuji. Kemudian
masing-masing tabung diisi dengan obat yang telah diencerkan secara
serial. Selanjutnya, seri tabung diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-
24 jam dan diamati terjadinya kekeruhan pada tabung. Konsentrasi
terendah obat pada tabung yang ditunjukkan dengan hasil biakan yang
mulai tampak jernih (tidak ada pertumbuhan bakteri) adalah KHM
(Kadar Hambat Minimal) dari obat. Selanjutnya biakan dari semua
tabung yang jernih diinokulasikan pada media agar, diinkubasikan dan
keesokan harinya diamati ada tidaknya koloni bakteri yang tumbuh.
Konsentrasi terendah obat pada biakan padat yang ditunjukkan dengan
tidak adanya pertumbuhan koloni bakteri adalah KBM (Kadar Bunuh
Minimal) dari obat terhadap bakteri uji.24 KBM dapat juga didefinisikan

19
sebagai konsentrasi terendah dari biakan padat yang menunjukkan
pertumbuhan koloni sebesar ≤ 0,1% Original inoculum.32

2. Metode Dilusi Agar


Tes ini dikerjakan dengan menggunakan metode dilusi agar (agar
dilution test). Larutan antimikroba yang sudah diencerkan secara serial
dicampurkan ke dalam medium agar yang masih cair (tetapi tidak terlalu
panas) kemudian agar dibiarkan memadat, dan selanjutnya diinokulasi
dengan bakteri. Dibutuhkan enam cawan dan satu cawan untuk kontrol
positif tanpa antimikroba. Dengan metode ini, satu atau lebih bakteri
terisolasi yang tercampur per cawan. Pada metode dilusi agar, diperlukan
larutan antimikroba dengan kadar menurun yang dibuat menggunakan
teknik pengenceran serial. Selanjutnya, diinkubasikan pada suhu 37oC
selama 18-24 jam. Setelah di inkubasi, cawan diamati serta dihitung
pertumbuhan bakteri.31

3. Metode Dilusi Cakram


Tes ini dikerjakan dengan menggunakan cakram kertas saring yang
mengandung bahan antimikroba yang telah ditentukan kadarnya. Cakram
tersebut kemudian ditempatkan pada media padat yang telah diberi
bakteri uji. Setelah diinkubasi, diameter area hambatan dihitung sebagai
daya hambat obat terhadap bakteri uji.40 Area hambatan yang terbentuk
ditunjukkan sebagai daerah yang tidak memperlihatkan adanya
pertumbuhan bakteri di sekitar cakram kertas saring. Untuk mengevaluasi
hasil uji kepekaan tersebut (apakah isolat mikroba sensitif atau resisten
terhadap obat), dapat dilakukan dua cara seperti berikut ini :24
1). Cara Kirby Bauer
Cara ini dilakukan dengan membandingkan diameter dari area
jernih (zona hambatan) disekitar cakram dengan tabel standar
yang dibuat oleh NCCLS (National Committee for Clinical

20
Laboratory Standard). Dengan tabel NCCLS ini dapat diketahui
kriteria sensitif, sensitif intermediet dan resisten.
2). Cara Joan-Stokes
Cara ini dilakukan dengan membandingkan radius zona hambatan
yang terjadi antara bakteri kontrol yang sudah diketahui
kepekaannya terhadap obat tersebut dengan isolat bakteri yang
diuji. Pada cara Joan-Stokes, prosedur uji kepekaan untuk bakteri
kontrol dan bakteri uji dilakukan bersama-sama dalam satu piring
agar. Kriteria pada metode Joan-Stokes adalah sebagai berikut :
 Sensitif : yaitu radius zona inhibisi kuman tes lebih luas,
sama dengan atau lebih kecil tetapi tidak lebih dari 3 mm
terhadap kontrol.
 Intermediet : yaitu radius zona inhibisi kuman tes lebih
besar dari 3 mm, tetapi dibanding kontrol lebih kecil lebih
dari 3 mm.
 Resisten : yaitu radius zona inhibisi kurang atau sama engan
3 mm

Cara mengukur diameter zona hambat

E .Kerangka Teori

Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) Ekstrak Etanol

( <inyak Ensensi

Interaksi pada membrane sel

21
Shygella dysentriae LISIS
Makromolekul & ion keluar sel

E. Kerangka Konsep

Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle Uji kepekaan terhadap


antimikroba in vitro yaitu metode
L.)
dilusi tabung, metode metode
dilusi cakram

Temperatur ( 37 C )

Pertumbuhan bakteri shygella Waktu inkubasi ( 24 jam )


dysentriae

F. Hipotesis

Ekstrak Daun Sirih (Piper Betle L.) dapat membunuh bakteri Shigella
dysentriae.

22

Anda mungkin juga menyukai