Anda di halaman 1dari 17

UPTD BALAI PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

PERBENIHAN
DINAS KEHUTANAN
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
TAHUN 2019
SOP SERTIFIKASI SUMBER BENIH TANAMAN HUTAN

A. Nama Kegiatan : Pelayanan Sertifikasi Sumber Benih Tanaman Hutan

1. Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya


Tanaman;
b. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor : 19 tahun
2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang;
c. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan
Tanaman;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati
Produk Rekayasa Genetik;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan tarif
Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada
Kementerian Kehutanan;
g. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
h. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P. 11/Menlhk/Setjen/OTL.O/1/2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Perbenihan Tanaman Hutan;
i. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor : P. 18/Menlhk-II/2015 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
j. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 72/Menhut-II/2014 tentang
Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan dari
Perbenihan Tanaman Hutan;
k. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01/Menhut-II/2009 tentang
Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan, sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.72/Menhut-
II/2009 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.01/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman
Hutan.
l. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.28/Menhut-II/2010 tentang
Pengawasan Peredaran Benih Tanaman Hutan.
m. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja
Unit Pelayanan Publik;
n. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 72/Menhut-II/2014 tentang
Tata Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan Negara
Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan dari
Perbenihan Tanaman Hutan;
o. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 877/Menhut-II/2014
Tentang Penetapan Harga Patokan Benih Tanaman Hutan
p. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Nomor P.05/V-Set/2010 tentang Petunjuk Teknis Sertifikasi Sumber
Benih;

2. Persyaratan

a. Administrasi
Menyampaikan surat permohonan sertifikasi sumber benih kepada
UPTD Balai Pengawasan dan Pengendalian Perbenihan Tanaman Hutan
Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara

b. Teknis

i. Klasifikasi Sumber Benih


Berdasarkan materi genetik yang digunakan untuk membangun
sumber benih, sumber benih dapat dibedakan berdasarkan
klasifikasi sebagai berikut:

1) Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT), yaitu sumber benih


dengan kualitas tegakan rata-rata, yang ditunjuk dari hutan
alam atau hutan tanaman dan lokasinya teridentifikasi dengan
tepat.
2) Tegakan Benih Terseleksi (TBS), yaitu sumber benih yang
berasal dari TBT dengan kualitas tegakan di atas rata-rata.
3) Areal Produksi Benih (APB), yaitu sumber benih yang dibangun
khusus atau berasal dari TBT atau TBS yang ditingkatkan
kualitasnya melalui penebangan pohon-pohon yang fenotipanya
tidak bagus.
4) Tegakan Benih Provenan (TBP), yaitu sumber benih yang
dibangun dari benih yang provenannya telah teruji.
5) Kebun Benih Semai (KBS), yaitu sumber benih yang dibangun
dari bahan generatif yang berasal dari pohon plus pada tegakan
yang diberi perlakukan penjarangan berdasarkan hasil uji
keturunan.
6) Kebun Benih Klon (KBK), yaitu sumber benih yang dibangun
dari bahan vegetatif yang berasal dari pohon plus pada tegakan
yang diberi perlakukan penjarangan berdasarkan hasil uji
keturunan.
7) Kebun Benih Pangkas (KP), yaitu sumber benih yang dibangun
dari bahan generatif atau vegetatif dari pohon induk yang
berasal dari KBK atau KBS.

ii. Standar Sumber Benih


1). Standar umum sumber benih
a) Aksesibilitas
Lokasi sumber benih harus mudah dijangkau sehingga
memudahkan untuk pemeliharaan serta pengunduhan
buahnya serta mempercepat waktu pengangkutan. Lokasi
sumber benih yang memiliki aksesibilitas yang baik juga
akan lebih menjamin mutu fisik-fisiologis benih.
b) Pembungaan/pembuahan
Tegakan harus pernah berbunga dan berbuah, kecuali untuk
kebun benih pangkas.
c) Keamanan.
Tegakan harus aman dari ancaman kebakaran, penebangan
liar, perladangan berpindah, penggembalaan dan penjarahan
kawasan.
d) Kesehatan tegakan.
Tegakan harus tidak terserang hama dan penyakit.
e) Batas areal.
Batas areal harus jelas, sehingga pengumpul benih
mengetahui tegakan yang termasuk sebagai sumber benih.
f) Terkelola dengan baik.
Sumber benih jelas status kepemilikannya serta memiliki
indikator manajemen yang baik, seperti pemeliharaan,
pengorganisasian, pemanfaatan benih dan lain-lain.
2). Standar khusus sumber benih
a) Tegakan Benih Teridentifikasi (TBT)
i) Asal tegakan berasal dari hutan alam atau hutan
tanaman. Apabila tegakan berasal dari hutan tanaman,
maka tegakan tersebut tidak direncanakan dari awal
untuk dijadikan sebagai sumber benih.
ii) Asal-usul benihnya tidak diketahui.
iii) Jumlah pohon minimal 25 pohon induk.
iv) Kualitas tegakan rata-rata.
v) Jalur isolasi tidak diperlukan.
vi) Penjarangan tidak dilakukan.

b) Tegakan Benih Terseleksi (TBS)


i) Asal tegakan berasal dari hutan alam atau hutan
tanaman. Apabila tegakan berasal dari hutan tanaman,
maka tegakan tersebut tidak direncanakan dari awal
untuk dijadikan sebagai sumber benih.
ii) Asal-usul benihnya tidak diketahui.
iii) Jumlah pohon minimal 25 pohon induk.
iv) Kualitas tegakan di atas rata-rata.
v) Jalur isolasi tidak diperlukan.
vi) Penjarangan terbatas pada pohon-pohon yang jelek.
c) Areal Produksi Benih (APB)
i) Asal tegakan berasal dari hutan alam atau hutan
tanaman. Apabila tegakan berasal dari hutan tanaman,
maka dapat berasal dari konversi tegakan yang ada atau
dibangun khusus untuk APB.
ii) Asal-usul benih untuk tegakan yang dikonversi sebagai
APB sebaiknya diketahui. Apabila dibangun khusus
untuk APB, asal-usul benih harus diketahui. Lot benih
untuk membangun APB minimal berasal dari 25 pohon
induk untuk menjaga keragaman genetik.
iii) Jumlah pohon minimal 25 batang dalam satu hamparan
setelah penjarangan.
iv) Kualitas tegakan di atas kualitas TBS.
v) Jalur isolasi diperlukan.
vi) Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan pohon-
pohon yang terbaik dan meningkatkan produksi benih.
d) Tegakan Benih Provenan (TBP)
i) Asal-usul benih dari satu provenan terbaik dari hasil uji
provenan. Lot benih untuk membangun TBP minimal
berasal dari 25 pohon induk untuk menjaga keragaman
genetik.
ii) Jumlah pohon minimal 25 batang setelah penjarangan.
iii) Kualitas tegakan di atas kualitas APB.
iv) Jalur isolasi diperlukan.
v) Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan pohon-
pohon yang terbaik dan meningkatkan produksi benih.
e) Kebun Benih Semai (KBS)
i) Asal-usul benih dari pohon plus. Identitas famili
dicantumkan di peta (rancangan kebun) atau tanda famili
di lapangan.
ii) Jumlah pohon minimal 25 famili setelah penjarangan.
iii) Kualitas genotipa baik.
iv) Jalur isolasi diperlukan.
v) Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan famili-
famili yang terbaik dan meningkatkan produksi benih.
Penjarangan ini didasarkan hasil uji keturunan di
beberapa lokasi, tetapi kadang-kadang berdasarkan
penampakan famili.
f) Kebun Benih Klon (KBK)
i) Asal-usul klon dari pohon plus. Benih dipisah menurut
kloni (pohon induk). Identitas klon di kebun benih
dicantumkan pada peta (rancangan kebun) dan/atau
tanda di pohon.
ii) Jumlah pohon minimal 25 klon setelah penjarangan.
iii) Kualitas genotipa baik.
iv) Jalur isolasi diperlukan.
v) Penjarangan dilakukan untuk mempertahankan klon-klon
yang terbaik dan meningkatkan produksi benih.
Penjarangan ini didasarkan hasil uji keturunan
berdasarkan penampakan klon di kebun benih.
Penjarangan terdiri dari penjarangan klon (menebang klon
terjelek) dan penjarangan dalam klon (menebang fenotipe
jelek dalam klon dan meninggalkan satu pohon).
g) Kebun Benih Pangkas (KBP)
i) Asal-usul bahan tanaman dari pohon induk dari KBK atau
KBS. Bahan ini berupa vegetatif dan generatif.
Penanamannya terpisah (keturunan dari satu pohon induk
di setiap bedeng) atau campuran (keturunan beberapa
pohon induk dalam satu bedeng).
ii) Jumlah pohon minimal 25 klon atau famili yang berbeda.
iii) Kualitas genotipa baik.
iv) Tidak perlu jalur isolasi.
v) KBP dikelola dengan pemangkasan, pemupukan dan
perlakuan lain untuk meningkatkan produksi bahan stek.
Kebun pangkas untuk periode tertentu diganti dengan
bahan tanaman yang baru jika dianggap steknya sulit
berakar karena terlalu tua.

3. Prosedur

a. Pemohon (pemilik sumber benih) mengajukan permohonan sertifikasi


sumber benih kepada Dinas Provinsi, maka Dinas Provinsi akan
meneruskan permohonan kepada UPTD Balai Pengawasan dan
Pengendalian Perbenihan Tanaman Hutan (BP3TH) Provinsi Sulawesi
Tenggara.
b. Atas dasar permohonan tersebut, Kepala BP3TH mendisposisikan
kepada Kepala Seksi Sertifikasi dan Bibit Tanaman Hutan. Kepala
Seksi Sertifikasi dan Bibit Tanman Hutan membentuk Tim dan
membuat konsep Surat Perintah Tugas identifikasi sumber benih
untuk disampaikan kepada Kepala BP3TH.
c. Kepala BP3TH menandatangani Surat Perintah Tugas identifikasi
sumber benih dan disampaikan kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha
untuk penomoran surat perintah tugas, selanjutnya disampaikan
kepada Pejabat Penagih PNBP.
d. Pejabat Penagih PNBP menerbitkan Surat Perintah Pembayaran PNBP.
Berdasarkan bukti setoran PNBP, Pejabat Penagih PNBP
menyampaikan Surat Perintah Tugas kepada Kepala Sub Bagian Tata
Usaha.
e. Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan Surat Perintah Tugas
kepada TIM identifikasi sumber benih.
f. Tim melakukan identifikasi sumber benih dengan cara orientasi
lapangan (quick tour) untuk menentukan layak tidaknya sebagai
sumber benih. Apabila sumber benih tersebut tidak layak maka TIM
membuat laporan kepada Kepala Seksi Sumber Benih.
g. Kepala Seksi Sertifikasi Benih dan Bibit Tanaman Hutan membuat
konsep surat penolakan sertifikasi sumber benih atau konsep
sertifikat sumber benih disampaikan kepada Kepala BP3TH.
h. Kepala BP3TH menandatangani surat penolakan penerbitan sertifikasi
sumber benih atau konsep sertifikat sumber benih disampaikan
kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
i. Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan surat penolakan atau
sertifikat sumber benih kepada pemohon dan Kepala Seksi Sertifikasi
Benih dan Bibit Tanaman Hutan untuk diarsipkan.

4. Jangka Waktu Penyelesaian


Permohonan sertifikasi sumber benih diselesaikan selama jangka waktu 9
hari kerja.

5. Biaya dan Tarif


Pelayanan sertifikasi sumber benih dikenakan tarif yaitu :
a. Kegiatan identifikasi sumber benih di dalam kawasan hutan untuk:
i. Tegakan Benih Teridentifikasi sebesar Rp.100.000,- X luas sumber
benih dalam hektar.
ii. Tegakan Benih Terseleksi sebesar Rp.100.000,- X luas sumber
benih dalam hektar.
iii. Areal Produksi benih sebesar Rp.100.000,- X luas sumber benih
dalam hektar.
iv. Tegakan Benih Provenance sebesar Rp.250.000,- X luas sumber
benih dalam hektar.
v. Kebun Benih Semai sebesar Rp.250.000,- X luas sumber benih
dalam hektar.
vi. Kebun Benih Klon sebesar Rp.250.000,- X luas sumber benih
dalam hektar.
vii. Kebun Pangkas sebesar Rp.200,- X pohon.
viii. Penerbitan Sertifikat Sumber Benih sebesar Rp. 100.000,- per
sertifikat.
b. Kegiatan identifikasi sumber benih di luar kawasan hutan untuk:
i. Tegakan Benih Teridentifikasi sebesar Rp. 25.000,- X luas sumber
benih dalam hektar.
ii. Tegakan Benih Terseleksi sebesar Rp. 25.000,- X luas sumber benih
dalam hektar.
iii. Areal Produksi benih sebesar Rp. 25.000,- X luas sumber benih
dalam hektar.
iv. Tegakan Benih Provenance sebesar Rp.200.000,- X luas sumber
benih dalam hektar.
v. Kebun Benih Semai sebesar Rp.200.000,- X luas sumber benih
dalam hektar.
vi. Kebun Benih Klon sebesar Rp.200.000,- X luas sumber benih dalam
hektar.
vii. Kebun Pangkas sebesar Rp.100,- X pohon.
viii. Penerbitan Sertifikat Sumber Benih sebesar Rp. 100.000,- per
sertifikat.
6. Produk Pelayanan
Produk pelayanan permohonan sertifikasi sumber benih adalah :
a. Sertifikat sumber benih.
b. Surat penolakan penerbitan sertifikat sumber benih.
c. Penerimaan PNBP kegiatan identifikasi sumber benih.
d. Penerimaan PNBP penerbitan sertifikat sumber benih.

7. Sarana dan Prasarana


Sarana prasarana berupa peralatan lapangan (Kompas, Altimeter,
Meteran, shunto/alat pengukur tinggi pohon, Phiband, GPS, Telly Sheet
dll.

8. Kompetensi Pelaksana
Pelaksana sertifikasi sumber benih mempunyai kompetensi minimal telah
mengikuti pelatihan sertifikasi sumber benih.

9. Pengawas Internal
Pengawasan internal lingkup Balai Perbenihan Tanaman Hutan beserta
staf secara berjenjang melalui pemantauan, evaluasi dan pelaporan
proses pelayanan sertifikasi sumber benih serta pembinaan staf secara
berkala.

10. Jumlah Pelaksana


Pelaksana pelayanan sertifikasi sumber benih adalah unsur pegawai Balai
Pangawasan dan Pengendalian Perbenihan Tanaman Hutan, perguruan
tinggi, litbang kehutanan yang dibentuk TIM yang ditandatangani oleh
Kepala Balai Pengawasan dan Pengendalian tanaman Hutan.

11. Evaluasi Kinerja


Evaluasi kinerja pelayanan dilaksanakan secara berkala
Bagan Prosedur Pelayanan Sertifikasi Sumber Benih
1. Prosedur Penolakan Penerbitan Sertifikat Sumber Benih

Unit Penyelesaian

Sertifikasi Benih dan


Waktu

Kepala Sub Bag

Pejabat Penagih
Bibit Tanaman
Kepala BP3TH
No. Tahap Kegiatan (Hari

Kepala Dinas

Kepala Seksi
Tata Uasaha
Kerja)

TIM Penilai
Pemohon

Provinsi

Hutan

PNBP
1 Pemohon mengajukan permohonan
sertifikasi sumber benih kepada Dinas
Provinsi, maka Dinas Provinsi akan 0
meneruskan permohonan kepada BP3TH
2 Atas dasar permohonan tersebut, Kepala
BP3TH mendisposisikan kepada Kepala
Seksi Sertihfikasi Benih dan Bibit
Tanaman Hutan Kasi SB2TH membentuk
Tim dan membuat konsep SPT identifikasi
sumber benih dan untuk disampaikan
kepada Kepala BP3TH
3 Kepala BP3TH menandatangani Surat Pe
rintah Tugas identifikasi sumber benih
dan disampaikan kepada Kepala Sub Ba
gian Tata Usaha untuk penomoran surat 3
perintah tugas, selanjutnya SPT disam
paikan kepada Pejabat Penagih PNBP
4 Pejabat Penagih PNBP menerbitkan Surat
Perintah Pembayaran PNBP. Berdasarkan
bukti setoran PNBP, Pejabat Penagih PNBP
menyampaikan Surat Perintah Tugas
kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
Kasubag TU menyampaikan Surat
Perintah Tugas kepada TIM identifikasi
sumber benih.
5 Tim melakukan identifikasi sumber benih
dengan cara orientasi lapangan (quick
tour) untuk menentukan layak tidaknya
4
sebagai sumber benih. Apabila sumber
benih tersebut tidak layak maka TIM
membuat laporan kepada Kasi SB2TH
8 Kasi SB2TH membuat konsep surat
penolakan sertifikasi sumber benih
disampaikan kepada Kepala BP3TH
9 Kepala BP3TH menandatangani surat
penolakan pemberian sertifikat dan
disampaikan kepada Kasubag TU 2
10 Kasubag TU menyampaikan surat
penolakan penerbitan sertifikat sumber
benih kepada pemohon dan diarsipkan
oleh Kepala Seksi Sumber Benih

Jumlah hari 9
2. Prosedur Penerbitan Sertifikat Sumber Benih

Unit Penyelesaian

Sertifikasi Benih dan


Waktu

Kepala Sub Bag

Pejabat Penagih
Bibit Tanaman
Kepala B3PTH
No. Tahap Kegiatan (Hari

Kepala Dinas

Kepala Seksi
Tata Uasaha
Kerja)

TIM Penilai
Pemohon

Provinsi

Hutan

PNBP
1 Pemohon mengajukan permohonan
sertifikasi sumber benih kepada Dinas
Provinsi, maka Dinas Provinsi akan 0
meneruskan permohonan kepada BP3TH
2 Atas dasar permohonan tersebut, Kepala
BP3TH mendisposisikan kepada Kepala
Seksi Sertifikasi Benih dan Bibit Tanaman
Hutan (SB2TH) dan Kasi SB2TH
membentuk Tim dan membuat konsep
SPT identifikasi sumber benih dan untuk
disampaikan kepada Kepala BP3TH
3 Kepala BP3TH menandatangani Surat Pe
rintah Tugas identifikasi sumber benih
dan disampaikan kepada Kepala Sub Ba
gian Tata Usaha untuk penomoran surat 3
perintah tugas, selanjutnya SPT disam
paikan kepada Pejabat Penagih PNBP
4 Pejabat Penagih PNBP menerbitkan Surat
Perintah Pembayaran PNBP. Berdasarkan
bukti setoran PNBP, Pejabat Penagih PNBP
menyampaikan Surat Perintah Tugas
kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
Kasubag TU menyampaikan Surat
Perintah Tugas kepada TIM identifikasi
sumber benih.
5 Tim melakukan identifikasi sumber benih
dengan cara orientasi lapangan (quick
tour) untuk menentukan layak tidaknya
sebagai sumber benih. Apabila sumber 4
benih tersebut tidak layak maka TIM
membuat laporan kepada Kasi SB2TH
8 Kasi SB2TH membuat konsep surat
penolakan sertifikasi sumber benih
disampaikan kepada Kepala BP3TH
9 Kepala BPTH menandatangani surat
penolakan pemberian sertifikat dan
disampaikan kepada Kasubag TU 2
10 Kasubag TU menyampaikan surat
penolakan penerbitan sertifikat sumber
benih kepada pemohon dan diarsipkan
oleh Kepala Seksi Sumber Benih

Jumlah hari 9
SOP SERTIFIKASI MUTU BIBIT TANAMAN HUTAN
1. Dasar Hukum

a. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya


Tanaman;
b. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor : 19 tahun 2004 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1
Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun
1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang;
c. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
d. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan
Tanaman;
e. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2005 tentang Keamanan Hayati
Produk Rekayasa Genetik;
f. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Jenis dan tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Kementerian
Kehutanan;
g. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 tentang
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
h. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : P. 11/Menlhk/Setjen/OTL.O/1/2016 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Balai Perbenihan Tanaman Hutan;
i. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor : P. 18/Menlhk-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan;
j. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 72/Menhut-II/2014 tentang Tata
Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan dari Perbenihan
Tanaman Hutan;
k. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.01/Menhut-II/2009 tentang
Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman Hutan, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.72/Menhut-II/2009
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor
P.01/Menhut-II/2009 tentang Penyelenggaraan Perbenihan Tanaman
Hutan.
l. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.28/Menhut-II/2010 tentang
Pengawasan Peredaran Benih Tanaman Hutan.
m. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit
Pelayanan Publik;
n. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 72/Menhut-II/2014 tentang Tata
Cara Pengenaan, Pemungutan dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku pada Kementerian Kehutanan dari Perbenihan
Tanaman Hutan;
o. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 877/Menhut-II/2014
Tentang Penetapan Harga Patokan Benih Tanaman Hutan
p. Peraturan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial
Nomor P.05/V-Set/2009 Tentang Petunjuk Teknis Pengujian Mutu Fisik –
Fisiologi Bibit Tanaman Hutan.
2. Persyaratan
a. Administrasi
Pemohon mengajukan surat permohonan sertifikasi mutu bibit dengan
melampirkan sertifikat mutu benih (apabila ada).
b. Teknis
Standar mutu bibit terdiri dari :
i. standar mutu fisik-fisiologis;
ii. standar mutu genetik.
Standar mutu fisik-fisiologis sebagaimana dimaksud pada angka romawi (i)
merupakan nilai kuantitatif dan kualitatif dari nilai sehat, diameter, tinggi
dan kekompakan media, sedangkan standar mutu genetik bibit
sebagaimana dimaksud angka romawi (ii) ditentukan berdasarkan
klasifikasi sumber benih yang telah disertifikasi.

3. Prosedur
a. Pemohon (pemilik benih) mengajukan permohonan sertifikasi mutu benih
kepada Dinas Kehutanan Provinsi, maka Dinas Provinsi akan meneruskan
permohonan kepada BP3TH.
b. Kepala BP3TH mendisposisikan surat permohonan kepada Kepala Seksi
Pembenihan dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
c. Kepala Seksi Pembenihan dan Pemuliaan Tanaman Hutan menyiapkan
TIM dan surat perintah tugas untuk ditandatangani Kepala BP3TH.
d. TIM atau petugas untuk melaksanakan penilaian bibit (pemeriksaan
terhadap administrasi bibit dan fisik-fisiologis bibit) dan melaporkan hasil
penilaian bibit kepada Kepala Seksi Pembenihan dan Pemuliaan Tanaman
Hutan.
e. Kepala Seksi Pembenihan dan Pemuliaan Tanaman Hutan membuat
konsep :
i. sertifikat mutu bibit, apabila permohonan sertifikasi mutu bibit
dilampiri dengan dokumen/asal usul benih;
ii. surat keterangan mutu bibit, apabila permohonan sertifikasi mutu bibit
tidak dilampiri dengan dokumen/asal usul benih;
iii. surat penolakan penerbitan sertifikasi mutu bibit, apabila bibit
berdasarkan hasil penilaian tidak layak edar;
iv. surat penolakan penerbitan surat keterangan mutu bibit, apabila bibit
berdasarkan hasil penilaian tidak layak edar untuk disampaikan
kepada Kepala BPTH.
f. Kepala BP3TH menandatangani sertifikat mutu bibit surat keterangan
mutu bibit atau surat penolakan sertifikasi mutu bibit disampaikan
kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha untuk penomoran. Selanjutnya
sertifikat mutu bibit disampaikan kepada Pejabat Penagih PNBP.
g. Pejabat Penagih PNBP menerbitkan Surat Perintah Pembayaran PNBP.
Berdasarkan bukti setoran PNBP, Pejabat Penagih PNBP menyampaikan
sertifikat mutu bibit kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
h. Kepala Sub Bagian Tata Usaha menyampaikan sertifikat mutu bibit, surat
keterangan mutu bibit, surat penolakan sertifikasi mutu bibit atau surat
penolakan penerbitan surat keterangan mutu bibit kepada pemohon dan
Kepala Seksi Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman Hutan untuk
diarsipkan.

4. Jangka Waktu Penyelesaian


Jangka waktu penyelesaian pelayanan sertifikasi mutu bibit diselesaikan
selama 7 hari kerja.
5. Biaya dan Tarif
Biaya dan tarir pelayanan sertifikasi mutu bibit yaitu :
a. Sertifikat mutu bibit generatif sebesar Rp. 200,- setiap batang contoh bibit.
b. Surat keterangan mutu bibit generatif sebesar Rp. 100,- setiap batang
contoh bibit.
c. Sertifikat mutu bibit vegetatif sebesar Rp. 400,- setiap batang contoh bibit.
d. Surat keterangan mutu bibit vegetatif sebesar Rp. 200,- setiap batang
contoh bibit
6. Produk Pelayanan
Produk pelayanan sertifikasi mutu bibit adalah :
a. Sertifikat Mutu Bibit;
b. Surat Keterangan Mutu Benih;
c. Surat penolakan penerbitan sertifikat mutu bibit;
d. Surat penolakan penerbitan surat keterangan mutu bibit.
e. PNBP sertifikasi mutu bibit tanaman hutan

7. Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana pengujian mutu bibit berupa alat penilaian mutu bibit
yaitu: kalifer, counter, telly sheet, meteran dll.
8. Kompetensi Pelaksana
Pelaksana pelayanan sertifikasi mutu bibit minimal telah mengikuti pelatihan
sertifikasi mutu bibit.
9. Pengawas Internal
Pengawasan internal lingkup BP3TH beserta staf secara berjenjang melalui
pemantauan, evaluasi dan pelaporan proses pelayanan sertifikasi mutu bibit
serta pembinaan staf secara berkala.
10. Penanganan pengaduan, saran dan masukan
Penanganan pengaduan, saran dan masukan terkait pelayanan sertifikasi
mutu bibit dengan menyediakan kotak aduan, telepon, faximile maupun
email.
11. Jumlah Pelaksana
Pelaksana pelayanan sertifikasi mutu bibit adalah sejumlah pegawai Balai
Pengawasan dan Pengendalian Perbenihan (BP3TH) Tanaman Hutan.
12. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja pelayanan dilaksanakan secara berkala.
13. Bagan Prosedur Pelayanan Sertifikasi Mutu Bibit Tanaman Hutan
1. Prosedur Penerbitan Sertifikat Mutu Bibit Tanaman Hutan

Unit Penyelesaian

Pemuliaan Tan. Hutan

TIM Penilai Mutu Bibit


Pejabat Penagih PNBP
Kepala Tata Uasaha
Waktu

Pembenihan dan
No. Tahap Kegiatan (Hari

Kepala B3PTH
Kerja)

Kepala Seksi
Pemohon
1 Pemohon (pemilik benih) mengajukan
permohonan sertifikasi mutu benih kepada
Dinas Kehutanan Provinsi maka Dinas
Provinsi akan meneruskan permohonan kepada
BP3TH
2 Atas dasar permohonan tersebut, Kepala
BP3TH mendisposisikan surat permohonan 1
kepada Kepala Seksi Pembenihan dan
Pemuliaan Tanaman Hutan. Kepala Seksi
P2TH menunjuk TIM Penilai Mutu Bibit
untuk melakukan penilaian mutu bibit
tanaman hutan
3 TIM atau petugas untuk melaksanakan
penilaian bibit (pemeriksaan terhadap
administrasi bibit dan fisik-fisiologis bibit)
4
dan melaporkan hasil penilaian bibit
kepada Kepala Seksi Sertifikasi dan
Peredaran Benih Tanaman Hutan
4 Kepala Seksi Pembenihan dan Pemuliaan
Tanaman Hutan membuat konsep
Sertifikat Mutu Bibit disampaikan kepada
Kepala BP3TH
5 Kepala BP3TH menandatangani Sertifikat
Mutu Bibit dan disampaikan kepada
Kasubag TU. Selanjutnya Sertifikat Mutu
Benih disampaikan kpd Pejabat Penagih
PNBP
2
6 Pejabat Penagih PNBP menerbitkan SPP-
PNBP Sertifikasi Bibit. Berdasarkan bukti
setoran PNBP, Pejabat Penagih PNBP
menyampaikan Sertifikat Mutu Bibit
kepada Kasubag TU
7 Kasubag TU menyampaikan Sertifikat
mutu bibit kepada pemohon dan Seksi
Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman
Hutan untuk diarsipkan
Jumlah hari 7
2. Prosedur Penerbitan Surat Keterangan Mutu Bibit

Unit Penyelesaian

Pemuliaan Tan. Hutan

TIM Penilai Mutu Bibit


Pejabat Penagih PNBP
Kepala Tata Uasaha
Waktu

Pembenihan dan
No. Tahap Kegiatan (Hari
Kerja)

Kepala BPTH

Kepala Seksi
Pemohon
1 Pemohon (pemilik benih) mengajukan
permohonan sertifikasi mutu benih kepada
Dinas Kehutanan Provinsi maka Dinas
Provinsi akan meneruskan permohonan kepada
BP3TH
2 Atas dasar permohonan tersebut, Kepala
BP3TH mendisposisikan surat permohonan 1
kepada Kepala Seksi Pembenihan dan
Pemuliaan Tanaman Hutan. Kepala Seksi
P2TH menunjuk TIM Penilai Mutu Bibit
untuk melakukan penilaian mutu bibit
tanaman hutan
3 TIM atau petugas untuk melaksanakan
penilaian bibit (pemeriksaan terhadap
administrasi bibit dan fisik-fisiologis bibit)
4
dan melaporkan hasil penilaian bibit
kepada Kepala Seksi Sertifikasi dan
Peredaran Benih Tanaman Hutan
4 Kepala Seksi Sertifikasi dan Peredaran
Benih Tanaman Hutan membuat konsep
Surat Keterangan Mutu Bibit disampaikan
kepada Kepala BP3TH
5 Kepala BP3TH menandatangani Surat
Keterangan Mutu Bibit dan disampaikan
kepada Kasubag TU. Selanjutnya Surat
Keterangan Mutu Benih disampaikan kpd
Pejabat Penagih PNBP
2
6 Pejabat Penagih PNBP menerbitkan SPP-
PNBP Sertifikasi Bibit. Berdasarkan bukti
setoran PNBP, Pejabat Penagih PNBP
menyampaikan Surat Keterangan Mutu
Bibit kepada Kasubag TU
7 Kasubag TU menyampaikan Surat
Keterangan Mutu Bibit kepada pemohon
dan Seksi Sertifikasi dan Peredaran Benih
Tanaman Hutan untuk diarsipkan
Jumlah hari 7
3. Prosedur Penolakan Penerbitan Sertifikat Mutu Bibit Tanaman Hutan

Unit Penyelesaian

Kepala Seksi Pembenihan


dan Pemuliaan Tanaman

Tim Penilai Mutu Bibit


Kepala Tata Uasaha
Waktu
No. Tahap Kegiatan (Hari
Kerja)

Kepala BPTH
Pemohon

Hutan
1 Pemohon (pemilik benih) mengajukan
permohonan sertifikasi mutu benih kepada
Dinas Kehutanan Provinsi maka Dinas Provinsi
akan meneruskan permohonan kepada BP3TH
2 Atas dasar permohonan tersebut, Kepala
BP3TH mendisposisikan surat permohonan 1
kepada Kepala Kepala Seksi Pembenihan dan
Pemuliaan Tanaman Hutan. Kepala Kepala
Seksi P2TH menunjuk TIM untuk
melaksanakan penilaian Mutu Bibit Tanaman
Hutan
3 TIM atau petugas untuk melaksanakan
penilaian bibit (pemeriksaan terhadap
administrasi bibit dan fisik-fisiologis bibit) dan
4
melaporkan hasil penilaian bibit kepada
Kepala Seksi Sertifikasi dan Peredaran Benih
Tanaman Hutan
4 Kepala Kepala Seksi Pembenihan dan
Pemuliaan Tanaman Hutan membuat konsep
surat penolakan penerbitan Sertifikat Mutu
Bibit disampaikan kepada Kepala BP3TH
5 Kepala BP3TH menandatangani surat
penolakan penerbitan Sertifikat Mutu Benih
2
disampaikan kepada Kepala Tata Usaha
6 Kepala Tata Usaha menyampaikan surat
penolakan penerbitan Sertifikat Mutu Bibit
kepada pemohon dan Kepala Kepala Seksi
Sertifikasi dan Peredaran Benih Tanaman
Hutan untuk diarsipkan
Jumlah hari 7
4. Prosedur Penolakan Penerbitan Surat Keterangan Mutu Bibit Tanaman
Hutan

Unit Penyelesaian

Tim Penilai Mutu Bibit


Pemuliaan Tanaman
Kepala Tata Uasaha
Waktu

Pembenihan dan
No. Tahap Kegiatan (Hari
Kerja)

Kepala BPTH

Kepala Seksi
Pemohon

Hutan
1 Pemohon (pemilik benih) mengajukan
permohonan sertifikasi mutu benih kepada
Dinas Kehutanan Provinsi maka Dinas
Provinsi akan meneruskan permohonan
kepada BP3TH
2 Atas dasar permohonan tersebut, Kepala 1
BP3TH mendisposisikan surat permohonan
kepada Kepala Kepala Seksi Pembenihan dan
Pemuliaan Tanaman Hutan. Kepala Seksi
P2TH menunjuk TIM untuk melaksanakan
penilaian Mutu Bibit Tanaman Hutan
3 TIM atau petugas untuk melaksanakan
penilai an bibit (pemeriksaan terhadap
administrasi bibit dan fisik-fisiologis bibit)
4
dan melaporkan hasil penilaian bibit kepada
Kepala Seksi Serti fikasi dan Peredaran Benih
Tanaman Hutan
4 Kepala Kepala Seksi Pembenihan dan
Pemuliaan Tanaman Hutan membuat konsep
surat penolakan penerbitan Surat Keterangan
Mutu Bibit disampaikan kepada Kepala
BP3TH
5 Kepala BP3TH menandatangani surat penola-
kan penerbitan Surat Keterangan Mutu 2
Bibit disampaikan kepada Kepala Tata Usaha
6 Kepala Tata Usaha menyampaikan surat
penolakan penerbitan Surat Keterangan
Mutu Bibit kepada pemohon dan Kepala
Kepala Seksi Sertifikasi dan Peredaran Benih
untuk diarsipkan
Jumlah hari 7
Keterangan :

: simbul kapsul mendiskripsikan mulai dan berakhir kegiatan

: simbul kotak mendiskripsikan proses atau eksekusi kegiatan

: simbul ketupat mendiskripsikan pengambilan keputusan kegiatan

: simbul panah mendiskripsikan arah kegiatan

: simbul segi lima mendiskripsikan simbul berbeda halaman

Kepala UPTD BP3TH

Ir. Hamsah Sahabuddin, Msi.


Pembina TK I Gol. IV/b
NIP.196311261992031005

Anda mungkin juga menyukai