Anda di halaman 1dari 15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 KONSEP DASAR GASTRITIS

1.1.1 DEFINISI
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa.
(Soeparman Waspaji Sarwono, IPD edisi 3, 2001 )
gastritis dibagi menjadi 2 macam :
1. Gastritis akut
Merupkan lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresik
atau akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.
(Mansjoer Arief M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001)
2. Gastritis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan perjalanan klinik yang
bervariasi .
(Mansjoer Arief M, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, 2001)
1.1.2 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :
1. Gastritis Akut, penyebabnya yaitu :
- Alkohol
- Obat-obatan : aspirin, digitalis, yodium, sulfas feros kortison, obat anti
inflamasi non steroid (AINS)
- Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti : trauma, luka bakar,
sepsis
- Jenis bahan makanan : (zat yang terkandung dalam kopi) bahan rempah-
rempah seperti : merica, cuka, asam)
- Stress
2. Gastritis Kronik
Penyebabnya belum pasti mungkin berhubungan dengan faktor ras, heriditas
psikis dan makanan.
( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 )

1
1.1.3 PATOFISIOLOGI
Mukosa lambung dengan bantuan prostaglandin melindungi muskular seluruh dari Arodigestive
bila pertahanan gagal terjadi Gastritis
Setelah pertahanan syaraf kolioergik, HCl berdifusi kedalam mukosa dan
menyebabkan luka pada pembuluh darah kecil dan menyebabkan oedem. Perdarahan
dan erosi pada dinding gastrik karena perkembangan penyakit, dinding gasrtrik menjadi
tipis dan atrofi
Pada Gastritis kronis superfioli mukosa hiperemik oedem dan rapuh mungkin
terlihat bercak-bercak perdarahan kecil –kecil dan ulserasi
Pada Gastritis kronik hipotropik dan atrofi gaster mukosa tipis dan warna berubah
menjadi abu-abu kehijauan, pembuluh-pembuluh darah tampak jelas di daerah yang
tipis sering ada perdarahan
Pada Gastritis kronik hipertropikans mukosa suram agak membengkak, longgar
dan seperti spons, biasanya dengan modulus yang granuler yang bila besar menyerupai
polip sering terdapat erosi dan uker kecil-kecil
Sebagai pengganti untuk membedakan dengan ulkus peptikum adakah rasa sakit
tidak hilang setelah makan-makanan yang tidak merangsang (Pain Food Fair),
sedangkan pada ulkus peptikum (Pain-food-Rulef)
 Pohon Masalah
Stress makanan

Gastritis

Peningkatan HCl di lambung

Ulcerasi/luka mukosa lambung

nyeri Mual + muntah cemas

Gangguan rasa Gangguan Defisit


nyaman keseimbangan nutrisi pengetahuan

(IPD edisi 3, 2001)

2
1.1.4 GEJALA KLINIS
1. Gatritis akut
 Nyeri epigastrum
 Nausea, muntah-muntah, anorexia
 Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan
2. Gastritis kronik
 Tampak pucat, Hb tidak normal
 Perut terasa panas
 Anorexia, epigstrum terasa tegang
 BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah dapat
diketahui dengan biopsi
( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 )

1.1.5 KOMPLIKASI
1. Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis
dan melena, dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan
SCBA perlu dibedakan dengan tukan peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan
hampir sama, namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah infeksi.
Helicobakteri pulori sebesar 100% pada tukak lambung. Diagnosis pasti dapat
ditegakkan dengan endoskopi
2. Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia karena
gangguan absorbsi vitamin B12
( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 )

1.1.6 PENATALAKSANAAN
1. Diet lunak diberikan sedikit-sedikit tetapi lebih sering
Hindari makanan / bahn-bahan yang merangsang seperti alkohol dan bumbu dapur.
2. Berikan antasida, kecuai Gastritis Hipertrofi dan atrofi gaster. Kini Gastritis
Hipertrofi dan atrofi gaster dihubungkan dengan proses autoimun dan adanya
anemia, pernisiosa, karena itu pada kasus ini diberikan kortikosteroid dan vit B 12.

3
untuk Gastritis atrofi dapat diberikan asam seperti asam glutamat, HCl, Glulaptin,
enzim-enzim lambung.
3. Bila rasa nyeri tidak hilang dengan antasida berikan oksitosis tablet 15 menit
sebelum makan
4. Berikan obat anti koinergik bila sekresi asam berlebihan
( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 )

1.1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Tiga cara dalam menegakkan pemeriksaan, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi
mukosa akud dimukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada
endoskopis dan gambaran foto / gambaran radiologi dengan kontras tunggal sukar untuk
melihat besi permukaan yang super fisial, karena itu sebaiknya digunakan kontrus
ganda secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan
spesisik untuk diagnosis kelainan akut lambung. ( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 )

4
1.2 KONSEP DASAR KEBUTUHAN NUTRISI

1.2.1 Definisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit termasuk keseluruhan proses dari tubuh manusia untuk
menerima makanan dan bahan-bahan tersebut untuk aktifitas penting dalam
tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. (Tarwono Wartonah, 2003; 22)
1.2.2 Elemen nutrisi
1. Karbohidrat
Merupakan sumber energi utama. Setiap 1 kg karbohidrat menghasilkan kkal.
Karbohidrat yang disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan
jumlah yang sangat sedikit. Glikogen adalah sistensis dari glukosa,
pemecahan energi selama masa puasa atau istirahat. Kelebihan energi
karbohidrat berbentuk asam lemak.
Penyerapan karbohidrat dalam 3 bentuk :
a. Polisakarida
b. Disakarida
c. Monosakarida
Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat mudah larut dalam air,
sehingga dapat diserap melewati dinding usus meliputi dinding usus osmosis
dan tidak memerlukan tenaga serta langsung memasuko pembuluh darah.
Metabolisme karbohidrat mengandung 3 proses :
d. Katabolisme glikogen  ginkosa, karbondioksida dan air disebut
glikgenesis.
e. Anabolisme glukosa ke bentuk glikogen disebut glikogenesis.
f. Perubahan dari asam amino dan gliserol menjadi glukosa disebut
glukoneogenesis.
2. Protein
Protein berfungsi untuk pertumbuhan, mempertahankan dan menggnati
jaringan tubuh, setiap 1 gram protein menghasilkan 4 kkal. Bentuk sederhana
dari protein adalah asam amino. Asam amino disimpan dalam jaringan
berbentuk enzim dan hormon. Asam amino essensial tidak dapat disintesis
dalam tubuh tetapi harus didapat dalam makanan.

5
3. Lemak
Lemak merupakan energi sangat besar, satu gram lemak akan menghasilkan 9
kkal. Lipid adalah lemah yang dapat membeku yang suhu ruangan tertentu,
dimana lipid tersebut tersendiri atas trighserida dan asam lemak. Proses
terbentuknya lemak disebut lipogenesis.
4. Vitamin
Proses penyerapan vitamin dapat dilakukan dengan difusi sederhana. Vitamin
yang larut dalam lemak diserap oleh sistem transportasi aktif yang membawa
lemak ke seluruh tubuh. Sedang vitamin yang larut dalam air mempunyai
beberapa variasi mekanisme transport akti

Jenis Vitamin Fungsi


Vitamin A Membantu dalam pertumbuhan sel tubuh,
penglihatan, rambut kulit yang sehat, integritas
membran epitel, mencegah xerophtaimia
Vitamin B 1 Metabolisme karbohidrat, membantu
(Thiamin) kelancaran sistem persyarafan mencegah beri-
beri
Vitamin B 2 Membantu dalam pembentukan enzim,
(Ribofalvin) pertumbuhan, membantu adaptasi cahaya dalam
mata
Vitamin B 3 Metabolisme karbohidrat, lemak dan protein,
(Niasin) komponen enzim, mencegah menurunnya nafsu
makan
Vitamin B 6 Membantu kesehatna gusi dan gigi,
(Piridoksin) pembentukan sel darah merah, metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein

Vitamin B 12 Kesehatan tulang, gigi dan gusi, kesembuhan


(Sianokobalamin) jaringan dan tulang, memudahkan penyerapan
zat besi dan asam folat
Vitamin D Penyerapan kalsium dan fosfor, mencegah
rakhitis
Vitamin E Pembentukan sel darah merah, melindungi
asam amino utama
Vitamin K Produksi protrombin

5. Mineral
Mineral tidak membutuhkan pencernaan, mineral diserap dengan mudah
melalui dinding usus halus secara difusi pasif maupun transport aktif.
Mekanisme transport aktif terjadi jika kebutuhan tubuh meningkat atau diet
6
yang rendah kadar mineralnya. Mekanisme transport aktif ini diatur oleh
hormon.
6. Air
Air merupakan zat gizi yang paling mendasar. Tubuh manusia terdiri atas
kira-kira 50 – 70%. Asupan air secara teratur sangat penting dibandingkan
asupan nutrisi lain. (Tarwoto Wartonah, 2003; 27 – 32)
1.2.3 Fungsi zat gizi atau nutrisi
1. Menghasilkan energi bagi fungsi organ, gerakan dan kerja fisik.
2. Sebagai bahan dasar untuk pembentukan dan perbaikan jaringan sel-sel dalam
tubuh.
3. Sebagai pelindung dan pengatur suhu tubuh.
(Tarwono Wartonah, 2003; 22)
1.2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi
1. Pengetahuan
Rendahnya pengetahuan tentang manfaat makanan bergizi, dapat
mempengaruhi pola konsumsi makan, sehingga dapat terjadi kesalahan
pemenuhan kebutuhan gizi.
2. Prasangka
Prasangka buruk terhadap beberapa jenis bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi, dapat mempengaruhi status gizi seseorang.
3. Kebiasaan
Adanya kebiasaan yang buruk atau pantangan terhadap makanan tertentu
dapat juga mempengaurhi status gizi.
4. Kesukaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
mengakibatkan kurangnya variasi makanan.
5. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi perubahan status gas, penyediaan
makanan bergizi, membutuhkan dana yang sedikit karena perubahan status
gizi dipengaruhi oleh status ekonomi.
(Musrifatul Uliyah, 2006; 35)

7
1.2.5 Gangguan atau masalah yang berhubungan dengan nutrisi
1. Obesitas
Merupakan peningkatan BB yang melebihi 20% batas normal BB seseorang.
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan asupan kalori dari kebutuhan normal
dan diiringi dengan penurunan penggunaan kalori (kurang aktifitas fisik),
status nutrisinya adalah melebihi kebutuhan metabolisme, karena adanya
kelebihan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan kalori.
2. Malnutrisi
Merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan gizi pada tingkat
seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah asupan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Gejala umumnya adalah BB rendah meskipun asupan
makanannya cukup atau kurang dari kebutuhan tubuh, adanya kelemahan otot
dan penurunan energi. Kulit pucat, konjungtiva dll.
(Musrifatul Uliyah, 2006; 35)
1.2.6 Tindakan untuk mengatasi masalah nutrisi
1. Pemberian nutrisi melalui oral
Merupakan tindakan yang dilakukan jika pasien yang tidak mampu memenuhi
kebutuhan nutrisi secara mandiri. Tindakan yang dilakukan adalah dengan
cara membantu memberikan makan atau nutrisi melalui oral. Tujuannya
adalah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dan membangkitkan selera
makan pasien.
2. Pemberian nutrisi melalui pipa penduga atau lambung
Merupakan tindakan yang dilakukanp ada pasien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan nutrisi seara oral dengan cara memberi makanan
melalui pipa lambung atau pipa penduga. Tujuannya adlaah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi pasien.
(Musrifatul Uliyah, 2006; 36 – 37)

8
1.3 ASUHAN KEPERAWATAN

1.3.1 PENGKAJIAN
a) Anamnese
1. Biodata /identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa,
pekerjaan, kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal MRS, dan diagnosa medis
2. Keluhan Utama
 Adanya rasa perih, nyeri epigastrum
 Adanya perdarahan / muntah darah
 Nyeri setelah / sebelum makan
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan umum mulai dari sebelum ada keluhan sampai terjadi
nyeri perut, pusing, mual, muntah, nafsu makan menurun, kembung.
b. Kebiasaan yang dialami
Dalam hal ini perlu dikaji adanya kebesaran dari penderita seperti :
 Peminum alkohol
 Suka minum kopi, teh panas
 Perokok
 Kebiasaan makan sedikit, terlambat makan pedas, mengandung
gas/asam
 Kebiasaan bekerja keras : penyebab makan tak teratur
 Penggunaan obat-obatan tanpa resep dokter : aspirin, analgesik,
steroid (kolmetaxon) dll
 Menjalankan diet ketat.
c. Pola-pola Fungsi Kesehatan
1. Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat
Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang kurang menjaga
kebersihan serta pemakaian obat yang mengiritasi lambung, intake
makanan yang kurang menjaga kebersihan, tidak dimasak dahulu dan
sering makan yang terkontaminasi dengan bakteri.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada umumnya klien makan tidak teratur

9
3. Pola aktivitas
Pada klien gastritis akan mengalami gangguan karena selalu terdapat rasa
nyeri pada daerah lambung.
4. Pola eliminasi
Pada umumnya pada klien gastritis tidak ada gangguan atau masalah pada
pola eliminasi baik eliminasi alvi atau uri
5. Pola istirahat dan tidur
Rasa mual, nyeri, yang sering menyerang epigastrium akan mengurangi
waktu dan menjadi gangguan tidur klien
6. Pola sensori dan kognitif
Pada klien gastritis biasanya tidak ada gangguan pada panca indera
7. Pola persepsi diri
Klien mengalami kecemasan sebab sering merasa nyeri, mual, muntah
8. Pola hubungan dan peran
Klien masih tetap berinteraksi dengan orang lain dan hanya perannya yang
terganggu karena klien harus banyak istirahat akibat nyeri yang sering
dirasakan
9. Pola reproduksi dan seksual
Pada umumnya klien tidak mengalami gangguan baik organ maupun
kebiasaan sexualitas
10. Pola penanggulangan stres
Cara klien menanggulangi stress biasanya menggunakan mekanisme
koping yang baik jika dimotivasi oleh keluarga atau perawat
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Kebiasaan agama yang dianut, kebiasaan beribadah baik di rumah ataupun
di rumah sakit.

b) Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Keadaan umum lemah, nyeri epigastrium, RR meningkat, suhu meningkat, nadi
meningkat.
2. Kepala dan leher
Wajah pucat, mata cekung, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan wajah
menyeringai kesakitan.
10
3. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, tekstur kulit kasar dan kadang sianosis.
4. Sistem respirasi
Tidak ada kelainan pada sistem respirasi.
5. Sistem kardi vaskuler
terjadi penurunan tekanan darah, peningkatan nadi dan adanya suara jantung yang
irreguler.
6. Sistem gastrointestinal
Terjadi mual, muntah, dan peningkatan fisik usus/gaster.
7. Sistem genito urinaria
Tidak terdapat disuria, retensi urine dan inkontinensia
8. Sistem muskuloskeletal
Adanya kelemahan otot karena kurangnya cairan dan nyeri pada persendian.
9. Sistem endokrin
Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya gastritis dari sistem endokrin.
10. Sistem persyarafan
Motorik dan sensorik tidak ada gangguan pada umumnya.
c) Pemerisaan Penunjang
Diagnosis dapat ditegakkan dengan DL, BJ Plasma, kultur
Analisa lambung sekresi : hambatan HCL / peningkatan HCL
Endoskopi : terdapat luka pada mukosa gaster
Sinar-sinar barium : terdapat luka pada gaster / intestinal.

1.3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN (Lynda Juall, 2001)


1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung
akibat peningkatan atau penurunan HCL.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
adekuat.
3. Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada daerah epigastrium.
4. Gangguan aktivitas berhubungan dengan nyeri.
5. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang
diderita.

11
1.3.3 RENCANA TINDAKAN
 Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan peradangan mukosa lambung akibat
peningkatan/penurunan HCl
Tujuan :
- Nyeri dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
- Pasien tampak tenang
- Nyeri perut hilang
- Expresi wajah rilex, ceria
Intervensi :
1. Lakukan pendekatan therapeutik pada klien
2. Berikan penjelasan sebab-sebab dan akibat terjadinya nyeri
3. Beri kompres air hangat pada daerah perut yang nyeri
4. Beri motivasi klien untuk makan teratur
5. Berikan teknik relaxasi pada klien
6. Kaji tingkat nyeri
7. Observasi TTV pada klien
8. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antasida
Rasional :
1. Agar lebih mudah melakukan tindakan keperawatan
2. Agar pasien mengerti dan dapat menghindari penyebab
3. Terjadi relaksasi dan mengurangi ketegangan otot-otot
4. Diet teratur bisa menghindari kerusakan mukosa lambung
5. Agar klien merasa lebih nyaman
6. Deteksi dini untuk tindakan selanjutnya
7. Untuk mengetahui perkembangan pasien
8. Antasida memberikan keseimbangan asam lambung yang dapat mencegah
terjadinya kerusakan mukosa
 Diagnosa 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
adekuat.
Tujuan :

12
- kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 3 hari
Kriteria Hasil :
- Mual menurun, tidak muntah
- Turgor baik
- Kulit lembab, wajah ceria
- Porsi makan sesuai porsi
- Klien dapat mempertahankan berat badannya
Intervensi :
1. Beri penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan
2. Berikan makanan yang menarik dan merangsang selera makan
3. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
4. Berikan diit tkrp rendah lemak
5. Timbang berat badan tiap 2-3 hari
6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parenteral dan robaransia
Rasional :
1. Pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan perilaku hidup sehat
2. Untuk meningkatkan selera makan sehingga meningkatkan intake bagi tubuh
3. Makanan dalam porsi besar lebih sulit dikonsumsi pasien saat anorexia
4. Meningkatkan asupan gizi yang adekuat mempercepat proses penyembuhan
5. Megetahui perkembangan tubuh
6. Dibutuhkan bila intake PO tidak mencukupi dan efek farmakologis roboransia
untuk meningkatkan nafsu makan
 Diagnosa 3
Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada daerah epigastrium.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan tidur terpenuhi sesuai
kebutuhan
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi :
1. Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
3. Bantu klien untuk melakukan kebiasaannya menjelang tidur.
4. Tingkat relaksasi menjelang tidur.

13
5. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik
Rasional :
1. Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk memenuhi kebutuhan istirahat sesuai
dengan kebutuhan.
2. Lingkungan yang nyaman menstimulasi pengurangan nyeri.
3. Dengan tetap tidak mengubah pola kebiasaan klien.
4. Diharapkan dapat mengurangi ketegangan otot dan pikiran lebih tenang.
5. Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri sehingga klien dapat istirahat.
 Diagnosa 4
Gangguan aktivitas berhubungan dengan nyeri.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat melakukan
aktivitas dengan bebas.
Kriteria Hasil :
Klien dapat memenuhi kebutuhannya sendiri
Intervensi
1. Bimbing klien melakukan mobilisasi secara bertahap.
2. Latih klien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
3. Ajarkan pada klien menggunakan teknik relaksasi yang merupakan salah satu
teknik pengurangan nyeri.
4. Jelaskan tujuan aktifitas ringan.
5. Observasi reaksi nyeri saat melakukan aktivitas.
6. Anjurkan pada klien untuk mentaati terapi yang diberikan.
Rasional
1. Dengan latihan secara bertahap klien dapat melakukan aktifitas sesuai
kemampuan.
2. Diharapkan ada upaya menuju mandiri.
3. Pengendalian nyeri merupakan pertahanan otot dan persendian dengan optimal.
4. Dengan penjelasan diharapkan klienn kooperatif.
5. Dengan mobilisasi terjadi penarikan otot, hal ini dapat meningkatkan rasa nyeri.
6. Diharapkan klien kooperatif.
 Diagnosa 5
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita.
Tujuan :
Setelah dilakukan pendekatan klien tidak cemas lagi.

14
Kriteria Hasil :
Klien tenang, klien mampu bersosialisasi.
Intervensi
1. Berikan dorongan pada klien untuk mendiskusikan perasaanya mengemukakan
persepsinya tentang kecemasan.
2. Jelaskan pada klien setiap prosedur baik keperawatan maupun tindakan medis.
3. Kolaborasi dengan dokter untuk penjelasan tentang penyakitnya.
Rasional
1. Membantu klien dalam memperoleh kesadaran dan memahami keadaan diri
yang sebenarnya.
2. Dengan penjelasan diharapkan klien kooperatif dan mengurangi kecemasan
klien.
3. Dengan penjelasan dari petugas kesehatan akan menambah kepercayaan
terhadap apa yang dijelaskan sehingga cemas klien berkurang.

15

Anda mungkin juga menyukai