Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Tinitus berasal dari bahasa latin yang artinya nada. Tinitus adalah persepsi
suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar. Suara yang terdengar begitu
nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau kepala. Pada sebagian besar
kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah, namun bila terjadinya makin
sering dan berat maka akan menganggu juga.
Tinitus dapat bersifat subjektif dan objektif. Tetapi hampir sebagian besar
kasus, tinnitus bersifat subjektif. Tinitus yang bersifat subjektif maksudnya hanya
penderita yang dapat mendengarkan suara tinitusnya. Tinitus dapat berlangsung
sementara atupun intermitten.
Tinitus bukanlah suatu diagnosis penyakit tetapi merupakan gejala dari
suatu penyakit. Tinitus mungkin dapat timbul dari penurunan fungsi pendengaran
yang dikaitkan dengan usia dan proses degenerasi, trauma telinga ataupun akibat
dari penyakit vaskular.
Tinitus cukup banyak didapati dalam praktek sehari-hari. Jutaan orang di
duina menderita tinnitus dengan derajat ringan sampai berat. Dari hasi penelitian,
didapatkan satu dari lima orang di antara usia 55 dan 65 tahun dilaporkan
mengalami tinitus. Hal ini menandakan bahwa tinitus adalah keluhan yang sangat
umum yang diterima di kalangan usia lanjut.
Bunyi yang diterima sangat bervariasi. Keluhan tinitus dapat berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis atau berbagai macam bunyi lannya. Biasanya
keluhan tinitus selalu disertai dengan gangguan pendengaran.
Penyebab tinitus sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti,
sebagian besar kasus tidak diketahui penyebabnya. Penatalaksanaan tinitus
bersifat empiris dan sampai saat ini masih menjadi perdebatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1 Apa definisi penyakit tinnitus?


2 Apa saja etiologi tinnitus?

3 Apa saja tanda dan gejala tinnitus?

4 Apa saja komplikasi penyakit tinnitus?

5 Apa saja klasifikasi tinnitus?

6 Bagaimana penatalaksanaan tinnitus?

7 Bagaimana pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tinnitus?

8 Bagaimana asuhan keperawatan teoritis pada penyakit tinnitus?

1.3 TUJUAN MASALAH

1. Agar memahami definisi penyakit tinnitus

2. Agar memahami etiologi tinnitus

3. Agar memahami tanda dan gejala tinnitus

4. Agar mengetahui komplikasi pada penyakit tinnitus

5. Agar mengetahui klasifikasi penyakit tinnitus

6. Agar mengetahui penatalaksanaan tinnitus

7. Memahami pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tinnitus

8. Agar memahami asuhan keperawatan pada penyakit tinnitus


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI TINNITUS


Tinitus merupakan suara berdenging di satu atau kedua telinga. Tinitus dapat
menyertai penimbunan kotoran telinga atau presbikusis. Overdosis aspirin atau
obat lain dapat mencetuskan tinitus. Infeksi telinga tengah, penyakit meniere, atau
otosklerosis (osifikasi ireguler hilangg telinga tengah) dapat juga menyebabkan
tinitus.
Tinnitus merupakan gangguan pendengaran dengan keluhan selalu
mendengar bunyi, namun tanpa ada rangsangan bunyi dari luar. Sumber bunyi
tersebut berasal dari tubuh penderita itu sendiri, meski demikian tinnitus hanya
merupakan gejala, bukan penyakit, sehingga harus di ketahui penyebabnya. (dr.
Antonius HW SpTHT dalam artikel Suara Keras Sebabkan Telinga Mendenging.
Indopos Online).
Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan
mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya bisa berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis, atau berbagai macam bunyi lainnya. Gejalanya
bisa timbul terus menrus atau hilang timbul. (Putri Amalia dalam artikel
Gangguan Pendengaran ”Tinnitus”.FK Universitas Islam Indonesia).
Pada dasarnya telinga berdengung (tinnitus) adalah gangguan pendengaran
yang ditandai dengan keluhan perasaan mendengar bunyi di dalam telinga atau di
dalam kepala yang tidak dihasilkan oleh sumber dari luar. Tinnitus berasal dari
kata “tinnire” yang artinya “membunyikan”.
Tinitus adalah salah satu bentuk gangguan pendengaran berupa sensasi suara
tanpa adanya rangsangan dari luar, dapat berupa sinyal mekanoakustik maupun
listrik. Keluhan suara yang di dengar sangat bervariasi, dapat berupa bunyi
mendenging, menderu, mendesis, mengaum, atau berbagai macam bunyi lainnya.
Suara yang didengar dapat bersifat stabil atau berpulsasi.
2.2 ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tinnitus sangat beragam, beberapa penyebabnya antara lain :
 Kotoran yang ada di lubang telinga, yang apabila sudah di bersihkan rasa
berdenging akan hilang.
 Infeksi telinga tengah dan telinga dalam.
 Gangguan darah.
 Tekanan darah yang tinggi atau rendah, dimana hal tersebut merangsang saraf
pendengaran.
 Penyakit meniere’s Syndrome, dimana tekanan cairan dalam rumah siput
meningkat, menyebabkan pendengaran menurun, vertigo, dan tinnitus.
 Keracunan obat.
 Penggunaan obat golongan aspirin ,dsb.
Tinitus pada pasien lanjut usia biasanya disebabkan oleh kerusakan pada saraf-
saraf pendengaran/ Sedangkan pada pasien muda dapat disebabkan oleh seringnya
mendengar suara keras , seperti music dengan volume suara yang memekakkan
telinga.
Penyebab tinnitus yang paling sederhana adalah menempelnya kotoran telinga
(serumen) di gendang telinga. Biasanya hal ini disebabkan karena kebiasaan
mengorek kotoran telinga dengan cotton bud. Namun hasilnya kotoran keluar
sangat sedikit sebaliknya sisa kotoran yang ada terdorong ke gendang telinga.
Untuk mengatasi hal ini, disarankan untuk jangan mengorek telinga sendiri. Lebih
baik datang kepada dokter di bidang THT secara rutin 6 bulan atau setahun sekali
untuk membersihkan telinga.
Disamping itu tinnitus juga dapat merupakan gejala dari Penyakit Meniere’s
yang memiliki trias gejala yaitu : Tinitus dengan nada rendah atau tinggi, tuli saraf
serta vertigo yang berfluktuasi. Penyakit lain yang terkait dengan tinnitus adalah
Otosklerosis , Infeksi dan peradangan pada telinga , tumor jinak pada saraf
pendengaran, tumor Glomus Jugulare , keracunan obat, tuli saraf, kelainan pada
tuba eustachius, hipertensi, anemia, gangguan endokrin, penyakit autoimun seperti
penyakit Lupus eritematous, cedera kepala.
Tinitus paling banyak disebabkan karena adanya kerusakan dari telinga dalam.
Terutama kerusakan dari koklea. Secara garis besar, penyebab tinitus dapat berupa
kelainan yang bersifat somatik, kerusakan N. Vestibulokoklearis, kelainan
vascular, tinitus karena obat-obatan, dan tinitus yang disebabkan oleh hal lainnya.

1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang


a. Trauma kepala dan Leher
Pasien dengan cedera yang keras pada kepala atau leher mungkin akan
mengalami tinitus yang sangat mengganggu. Tinitus karena cedera leher adalah
tinitus somatik yang paling umum terjadi. Trauma itu dapat berupa Fraktur
tengkorak, Whisplash injury.
b. Artritis pada sendi temporomandibular (TMJ)
Berdasarkan hasil penelitian, 25% dari penderita tinitus di Amerika berasal
dari artritis sendi temporomandibular.4 Biasanya orang dengan artritis TMJ akan
mengalami tinitus yang berat. Hampir semua pasien artritis TMJ mengakui bunyi
yang di dengar adalah bunyi menciut. Tidak diketahui secara pasti hubungan
antara artritis TMJ dengan terjadinya tinitus.

2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis


Tinitus juga dapat muncul dari kerusakan yang terjadi di saraf yang
menghubungkan antara telinga dalam dan kortex serebri bagian pusat
pendengaran. Terdapat beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kerusakan dari
n. Vestibulokoklearis, diantaranya infeksi virus pada n.VIII, tumor yang mengenai
n.VIII, dan Microvascular compression syndrome (MCV). MCV dikenal juga
dengan vestibular paroxysmal. MCV menyebabkan kerusakan n.VIII karena
adanya kompresi dari pembuluh darah. Tapi hal ini sangat jarang terjadi.

3. Tinitus karena kelainan vaskular


Tinitus yang di dengar biasanya bersifat tinitus yang pulsatil. Akan didengar
bunyi yang simetris dengan denyut nadi dan detak jantung. Kelainan vaskular
yang dapat menyebabkan tinitus diantaranya:
a. Atherosklerosis
Dengan bertambahnya usia, penumpukan kolesterol dan bentuk-bentuk deposit
lemak lainnya, pembuluh darah mayor ke telinga tengah kehilangan sebagian
elastisitasnya. Hal ini mengakibatkan aliran darah menjadi semakin sulit dan
kadang-kadang mengalami turbulensi sehingga memudahkan telinga untuk
mendeteksi iramanya.
b. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan gangguan vaskuler pada
pembuluh darah koklea terminal.
c. Malformasi kapiler
Sebuah kondisi yang disebut AV malformation yang terjadi antara koneksi
arteri dan vena dapat menimbulkan tinitus.
d. Tumor pembuluh darah
Tumor pembuluh darah yang berada di daerah leher dan kepala juga dapat
menyebabkan tinitus. Misalnya adalah tumor karotis dan tumor glomus jugulare
dengan ciri khasnya yaitu tinitus dengan nada rendah yang berpulsasi tanpa
adanya gangguan pendengaran. Ini merupakan gejala yang penting pada tumor
glomus jugulare.

4. Tinitus karena kelainan metabolik


Kelainan metabolik juga dapat menyebabkan tinitus. Seperti keadaan
hipertiroid dan anemia (keadaan dimana viskositas darah sangat rendah) dapat
meningkatkan aliran darah dan terjadi turbulensi. Sehingga memudahkan telinga
untuk mendeteksi irama, atau yang kita kenal dengan tinitus pulsatil. Kelainan
metabolik lainnya yang bisa menyebabkan tinitus adalah defisiensi vitamin B12,
begitu juga dengan kehamilan dan keadaan hiperlipidemia.

5. Tinitus akibat kelainan neurologis


Yang paling umum terjadi adalah akibat multiple sclerosis. multiple sclerosis
adalah proses inflamasi kronik dan demyelinisasi yang mempengaruhi system
saraf pusat. Multiple sclerosis dapat menimbulkan berbagai macam gejala, di
antaranya kelemahan otot, indra penglihatan yang terganggu, perubahan pada
sensasi, kesulitan koordinasi dan bicara, depresi, gangguan kognitif, gangguan
keseimbangan dan nyeri, dan pada telinga akan timbul gejala tinitus.
6. Tinitus akibat kelainan psikogenik
Keadaan gangguan psikogenik dapat menimbulkan tinitus yang bersifat
sementara. Tinitus akan hilang bila kelainan psikogeniknya hilang. Depresi,
anxietas dan stress adalah keadaan psikogenik yang memungkinkan tinitus untuk
muncul.

7. Tinitus akibat obat-obatan


Obat-obatan yang dapat menyebabkan tinitus umumnya adalah obat-obatan
yang bersifat ototoksik. Diantaranya :
a. Analgetik, seperti aspirin dan AINS lainnya.
b. Antibiotik, seperti golongan aminoglikosid (mycin), kloramfenikol,
tetrasiklin, minosiklin.
c. Obat-obatan kemoterapi, seperti Belomisisn, Cisplatin, Mechlorethamine,
methotrexate,vinkristin.
d. Diuretik, seperti Bumatenide, Ethacrynic acid, Furosemide.
e. lain-lain, seperti Kloroquin, quinine, Merkuri, Timah

8. Tinitus akibat gangguan mekanik


Gangguan mekanik juga dapat menyebabkan tinitus objektif, misalnya pada
tuba eustachius yang terbuka sehingga ketika kita bernafas akan menggerakkan
membran timpani dan menjadi tinitus. Kejang klonus muskulus tensor timpani
dan muskulus stapedius serta otot-otot palatum juga akan menimbulkan tinitus.

9. Tinitus akibat gangguan konduksi


Gangguan konduksi suara seperti infeksi telinga luar (sekret dan oedem),
serumen impaksi, efusi telinga tengah dan otosklerosis juga dapat menyebabkan
tinitus. Biasanya suara tinitusnya bersifat suara dengan nada rendah.

10. Tinitus akibat sebab lainnya


a. Tuli akibat bising
Disebabkan terpajan oleh bising yang cukup keras dan dalam jangka waktu yang
cukup lama. Biasanya diakibatkan oleh bising lingkungan kerja. Umumnya terjadi
pada kedua telinga. Terutama bila intensitas bising melebihi 85db, dapat
mengakibatkan kerusakan pada reseptor pendengaran korti di telinga dalam. Yang
sering mengalami kerusakan adalah alat korti untuk reseptor bunyi yang
berfrekuensi 3000Hz sampai dengan 6000Hz. Yang terberat kerusakan alat korti
untuk reseptor bunyi yang berfrekuensi 4000Hz.
b. Presbikusis
Tuli saraf sensorineural tinggi, umumnya terjadi mulai usia 65 tahun, simetris
kanan dan kiri, presbikusis dapat mulai pada frekuensi 1000Hz atau lebih.
Umumnya merupakan akibat dari proses degenerasi. Diduga berhubungan dengan
faktor-faktor herediter, pola makanan, metabolisme, aterosklerosis, infeksi, bising,
gaya hidup atau bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran berangsur
dan kumulatif. Progresivitas penurunan pendengaran lebih cepat pada laki-laki
disbanding perempuan.
c. Sindrom Meniere
Penyakit ini gejalanya terdiri dari tinitus, vertigo dan tuli sensorineural.
Etiologi dari penyakit ini adalah karena adanya hidrops endolimf, yaitu
penambahan volume endolimfa, karena gangguan biokimia cairan endolimfa dan
gangguan klinik pada membrane labirin.
Diagram singkat yang menjelaskan mengenai etiologi tinitus
Sumber : http://www.wrongdiagnosis.com/bookimages/4/fig204.jpg

2.3 TANDA DAN GEJALA


Keluhan tinitus dapat dirasakan unilateral dan bilateral. Serangan tinitus dapat
bersifat periodik ataupun menetap. Kita sebut periodik jika serangan yang datang
hilang timbul. Episode periodik lebih berbahaya dan mengganggu dibandingkan
dengan yang berifat menetap. Hal ini disebabkan karena otak tidak terbiasa atau
tidak dapat mensupresi bising ini. Tinitus pada beberapa orang dapat sangat
mengganggu kegiatan sehari- harinya. Terkadang dapat menyebabkan timbulnya
keinginan untuk bunuh diri. Tinitus dapat dibagi atas tinnitus objektif dan tinnitus
subjektif. Dikatakan tinnitus objektif jika suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dan dikatakan tinnitus subjektif jika tinnitus hanya dapat didengar oleh
penderita.
Pendengaran yang terganggu biasanya di tandai dengan mudah marah,
pusing, mual dan mudah lelah. Kemudian pada kasus tinnitus sendiri terdapat
gejala berupa telinga berdenging yang dapat terus menerus terjadi atau bahkan
hilang timbul. Denging tersebut dapat terjadi sebagai tinnitus bernada rendah atau
tinggi. Sumber bunyi di ataranya berasal dari denyut nadi, otot-otot dala rongga
tellinga yang berkontraksi, dan juga akibat gangguan saraf pendengaran.

2.4 KOMPLIKASI
Tinnitus secara signifikan dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang, dimana
dampak dari tinnitus untuk setiap orang berbeda-beda tetapi berkaitan erat dengan
hal-hal dibawah ini :
1. Fatique (Kelelahan Kronis).
2. Stress (stres).
3. Sleepproblems (insomnia/susah tidur).
4. Troubleconcentrating (susah berkonsentrasi).
5. Memoryproblems (menurunnya daya ingat).
6. Depression (depresi).
7. Anxietyandirritability (Kekuatiran yang berlebihan).

2.5 KLASIFIKASI TINITUS


Tinitus terjadi akibat adanya kerusakan ataupun perubahan pada telinga luar,
tengah, telinga dalam ataupun dari luar telinga. Berdasarkan letak dari sumber
masalah, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus otik dan tinitus somatik. Jika
kelainan terjadi pada telinga atau saraf auditoris, kita sebut tinitus otik, sedangkan
kita sebut tinitus somatik jika kelainan terjadi di luar telinga dan saraf tetapi masih
di dalam area kepala atau leher.
Menurut frekuensi getarannya, tinnitus terbagi menjadi dua macam, yaitu :
 Tinnitus Frekuensi rendah (low tone) seperti bergemuruh
 Tinnitus frekuensi tinggi (high tone)seperti berdenging
Berdasarkan objek yang mendengar, tinitus dapat dibagi menjadi tinitus
objektif dan tinitus subjektif.
a. Tinitus Objektif
Tinitus objektif adalah tinitus yang suaranya juga dapat di dengar oleh
pemeriksa dengan auskultasi di sekitar telinga. Tinitus objektif biasanya bersifat
vibratorik, berasal dari transmisi vibrasi sistem muskuler atau kardiovaskuler di
sekitar telinga. Umumnya tinitus objektif disebabkan karena kelainan vaskular,
sehingga tinitusnya berdenyut mengikuti denyut jantung. Tinitus berdenyut ini
dapat dijumpai pada pasien dengan malformasi arteriovena, tumor glomus jugular
dan aneurisma. Tinitus objektif juga dapat dijumpai sebagai suara klik yang
berhubungan dengan penyakit sendi temporomandibular dan karena kontraksi
spontan dari otot telinga tengah atau mioklonus palatal. Tuba Eustachius paten
juga dapat menyebabkan timbulnya tinitus akibat hantaran suara dari nasofaring
ke rongga tengah.
b. Tinitus Subjektif
Tinnitus objektif adalah tinnitus yang suaranya hanya dapat didengar oleh
penderita saja. Jenis ini sering sekali terjadi.tinitus subjektif bersifat
nonvibratorik, disebabkan oleh proses iritatif dan perubahan degeneratif traktus
auditoris mulai sel-sel rambut getar sampai pusat pendengaran. Tinitus subjektif
bervariasi dalam intensitas dan frekuensi kejadiannya. Beberapa pasien dapat
mengeluh mengenai sensasi pendengaran dengan intensitas yang rendah,
sementara pada orang yang lain intensitas suaranya mungkin lebih tinggi.

2.6 PENATALAKSANAAN TINITUS

Berdasarkan penyebabnya, tinnitus dapat diobati dengan:

 Menghilangkan kotoran telinga.


 Mengobati kondisi pembuluh darah yang menyebabkan tinnitus.
 Mengubah obat Anda yang menjadi penyebab tinnitus.
 Menggunakan mesin whitenoise: untuk menutupi suara internal di malam
hari.
 Menggunakan alat bantu dengar.
 Menggunakan perangkat pelindung.
 Tinnitusretrainingtherapy,yaitu suatu terapi yang bertujuan untuk
membiasakan diri dalam mengatasi tinnitus.
 Obat-obatan, misalnya: Anti depresan trisiklik, seperti amitriptyline
dan nortriptyline, atau Alprazolam (niravam, xanax)

Berikut gaya hidup dan pengobatan rumah yang dapat membantu mengatasi
tinnitus:

o Hindari atau kurangi paparan terhadap hal-hal yang dapat membuat tinnitus
Anda memburuk, seperti, suara keras, kafein dan nikotin.
o Lindungi dari kebisingan.
o Mengelola stres.
o Kurangi konsumsi alkohol Anda.

2.7 PEMERIKSAAN FISIK DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik, diharapkan sesuai dengan
diagram berikut :
Pemeriksaan fisik pada pasien dengan tinitus dimulai dari pemeriksaan
auskultasi dengan menggunakan stetoskop pada kedua telinga pasien. Hal ini
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah tinitus yang didengar pasien
bersifat subjektif atau objektif. Jika suara tinitus juga dapat didengar oleh
pemeriksa, artinya bersifat subjektif, maka harus ditentukan sifat dari suara
tersebut. jika suara yang didengar serasi dengan pernapasan, maka kemungkinan
besar tinitus terjadi karena tuba eustachius yang paten. Jika suara yang di dengar
sesuai dengan denyut nadi dan detak jantung, maka kemungkinan besar tinitus
timbul karena aneurisma, tumor vaskular, vascular malformation, dan venous
hum. Jika suara yang di dengar bersifat kontinua, maka kemungkinan tinitus
terjadi karena venous hum atau emisi akustik yang terganggu.
Pada tinitus subjektif, yang mana suara tinitus tidak dapat didengar oleh
pemeriksa saat auskultasi, maka pemeriksa harus melakukan pemeriksaan
audiometri. Hasilnya dapat beragam, di antaranya :
 Normal, tinitus bersifat idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya.
 Tuli konduktif, tinitus disebabkan karena serumen impak, otosklerosis ataupun
otitis kronik.
 Tuli sensorineural, pemeriksaan harus dilanjutkan dengan BERA (Brainstem
Evoked ResponseAudiometri). Hasil tes BERA, bisa normal ataupun
abnormal. Jika normal, maka tinitus mungkin disebabkan karena terpajan
bising, intoksikasi obat ototoksik, labirinitis, meniere, fistula perilimfe atau
presbikusis. Jika hasil tes BERA abnormal, maka tinitus disebabkan karena
neuroma akustik, tumor atau kompresi vaskular.
Jika tidak ada kesimpulan dari rentetan pemeriksaan fisik dan penunjang di
atas, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan berupa CT scan ataupun MRI.
Dengan pemeriksaan tersebut, pemeriksa dapat menilai ada tidaknya kelainan
pada saraf pusat. Kelainannya dapat berupa multipel sklerosis, infark dan tumor.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

3.1 PENGKAJIAN
 Keluhan Utama: sensasi atau persepsi bunyi yang mengganggu
 Riwaat Kesehatan: identifikasi riwayat kesehatan, riwayat penggunaan obat,
riwayat penyakit sebelumnya, dan riwayat hospitalisasi sebagai faktor
pendukung terjadinya tinitus
 Sirkulasi darah: hipertensi, hipotensi, viskositas darah menurun, wajah pucat
 Nutrisi dan cairan: mual dan nafsu makan menurun, sehingga kekurangan
nutrisi dan berat badan menurun
 Aktivitas: sulit beristirahat, mudah lelah, dan keseimbangan tubuh terganggu
 Psikologis: mudah emosi hingga depresi

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Ansietas b/d kurangnya informasi tentang gangguan pendengaran (tinnitus).
b. Gangguan pola tidur b/d gangguan pendengaran.
c. Hambatan interaksi sosial b/d hambatan komunikasi.

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


No Tujuan/kriteria hasil Intervensi Rasional
1. Setelah dilakukan Kaji tingkat mengetahui tingkat
tindakan selama 2x24 kecemasan/ rasa takut. kecemasan/ rasa takut
jam diharapkan : pasien dalam menentukan
Tidak terjadi tindakan selanjutnya.
kecemasan. Kaji tingkat mengetahui seberapa
pengetahuan pengetahuan klien jauh pengetahuan dan
klien terhadap tentang gangguan yang pengalaman pasien serta
penyakit meningkat. di alaminya. pemahanaman tentang
penyakit yang di derita.
Berikan penyuluhan pasien mengetahui
tentang tinnitus. tentang penyakit yang
dideritanya
Yakinkan klien pasien akan merasa
bahwa penyakitnya tenang dan rasa takut
dapat di sembuhkan. berkurang dengan
penyakit yang di derita.
Anjurkan klien mengurangi
untuk rileks, dan ketegangan dan membuat
menghindari stress. perasaan pasien lebih
nyaman dan tenang

2. Setelah dilakukan Kaji tingkat mengetahui tingkat


tindakan selama 2x24 kesulitan tidur. dan kualitas tidur pasien.
jam diharapkan Kolaborasi dalam dapat memperbaiki
pasien: Gangguan pemberian obat dan meningkatkan
pola tidur dapat penenang/ obat tidur. kualitas tidur pasien.
teratasi atau Anjurkan klien membantu pasien
teradaptasi. untuk beradaptasi beradaptasi dan
dengan gangguan menentukan solusi untuk
tersebut. gangguan tersebut.

3. Setelah dilakukan Anjurkan klien mengetahui tingkat


tindakan keperawatan menggunakan alat pendengaran pasien untuk
selama 2x24 jam bantu dengar setiap di menentukan tindakan
diharapkan: perlukan selanjutnya.
o Mendapatkan/ Kaji seberapa menentukan tingkat
meningkatkan parah gangguan gangguan yang dialami
keterampilan interaksi pendengaran yang di pasien.
sosial, kerjasama dan alami klien.
saling memahami Jika mungkin pesan/ anjuran yang
o Dapat bantu klien memahami disampaikan oleh perawat
berkomunikasi secara komunikasi non verbal. kepada pasien dapat
non verbal diterima dengan baik oleh
pasien.
Kaji kesulitan memudahkan pasien
mendengar. berkomunikasi dengan
keluarga atau perawat.
3.4 IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1
- Mengkaji tingkat kecemasaan / rasa takut
- Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang gangguan yang dialaminya
- Memberikan penyuluhan tentang tinnitus
- Menyakinkan klien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan
- Menganjurkan klien untuk rileks dan menghindari stress

DIAGNOSA 2
- Mengkaji tingkat kesulitan tidur
- Mengkolaborasi dalam pemberian obat penenang / obat tidur
- Menganjurkan klien untuk beradaptasi dengan gangguan tersebut

DIAGNOSA 3
- Mengkaji kesulitan mendengar
- Mengkaji seberapa parah gangguan pendengaran yang dialami klien
- Membantu klien memahami komunikasi non verbal
- Menganjurkan klien menggunakan alat Bantu dengar setiap diperlukan jika
tersedia

3.5 EVALUASI
- Tidak terjadi kecemasan,
- pengetahuan klien terhadap penyakit meningkat.
- Gangguan tidur dapat teratasi atau teradaptasi
- Resiko kerusakan interaksi sosial dapat di minimalkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Tinitus adalah persepsi suara yang bukan merupakan rangsangan dari luar.
Suara yang terdengar begitu nyata dan serasa berasal dari dalam telinga atau
kepala. Pada sebagian besar kasus, gangguan ini tidak begitu menjadi masalah,
namun bila terjadinya makin sering dan berat maka akan menganggu juga.
Hingga sekarang, penyebab dari tinitus masih banyak dibicarakan. Tetapi
banyak sekali pendapat mengenai etiologi tinitus diantaranya:
1. Tinitus karena kelainan somatik daerah leher dan rahang, seperti trauma
kepala dan Leher dan artritis pada sendi temporomandibular (TMJ).
2. Tinitus akibat kerusakan n. Vestibulokoklearis.
3.Tinitus karena kelainan vaskular, seperti atherosclerosis, hipertensi,
malformasi kapiler dan tumor pembuluh darah.
4. Tinitus karena kelainan metabolik.
5. Tinitus akibat kelainan neurologis.
6. Tinitus akibat kelainan psikogenik.
7. Tinitus akibat obat-obatan, seperti obat golongan analgetik, antibiotik,
obat-obatan kemoterapi dan duretik.
8. Tinitus akibat gangguan mekanik.
9. Tinitus akibat gangguan konduksi, seperti saat infeksi telinga.
10. Tinitus akibat sebab lainnya seperti tuli akibat bising, presbikusis, dan
penyakit meniere.
Dalam mendiagnosis tinitus diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang efektif dan lengkap. Dengan melakukan anamnesis
yang efektif, maka diharapkan dapat mengetahui garis besar etiologi dari tinitus
yang dialami pasien. Karena penatalaksanaan yang baik dari tinitus akan dapat
berlangsung jika etiologinya dapat diketahui dengan baik.
Secara garis besar, penatalaksanaan tinitus terdiri dari :
1. Elektrofisiologik.
2. Psikologik.
3. Terapi medikamentosa.
4. Tindakan bedah.
Terapi yang tak kalah pentingnya adalah terapi edukasi. Edukasi yang
diberikan mencakup masalah diet, olah raga, menghindarkan obat-obatan
ototoksik, dan lainnya. Dengan begitu, diharapkan tinitus pada pasien dapat
berkurang bahkan menghilang.

4.2 SARAN
Berikut ini adalah beberapa tips untuk menghindari timbulnya tinnitus
ataupun mengurangi gejala tinnitus. Semoga berguna bagi anda!
 Hindari suara keras & suasana berisik.
 Ukur tekanan darah secara rutin.
 Kurangi asupan garam.
 Hindari hal-hal yang menstimulasi tinitus.
 Hindari obat-obat yang menimbulkan tinitus.
 Olahraga teratur.
 Istirahat cukup.
 Abaikan bunyi-bunyi yang timbul.
 Hindari stres.

Anda mungkin juga menyukai