Anda di halaman 1dari 5

A.

Pengertian Sistem Lembaga Pendidikan Islam di Indonesia


Menurut KBBI sistem,merupakan perangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang
teratur dari pandangan, teori, asas, dan sebagainya sistem juga diartikan
sebagai metode.1
Sedangkan yang dimaksud dengan lembaga pendidikan Islam
menurut Hasbullah,adalah wadah atau tempat berlangsungnya proses
pendidikan Islam yang bersamaan dengan proses pembudayaan.
Kelembagaan pendidikan Islam merupakan subssistem dari masyarakat
atau bangsa. Dalam operarasionalitasnya selalu mengacu dan tanggap
kepada kebutuhan perkembangan masyarakat. Tanpa bersikap demikian,
lembaga pendidikan Islam dapat menimbulkan kesenjangan sosial dan
kultural. Kesenjangan inilah menjadi salah satu sumber konflik antara
pendidikan dan masyarakat. Dari,sanalah timbul krisis pendidikan yang
instansinya berbeda-beda menurut tingkat atau taraf kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu, lembaga-lembaga,pendidikan Islam haruslah
sesuai dengan tuntutan dan aspirasi masyarakat, sebab tanpa
memperhatikan hal tersebut, barangkali untuk mencapai kemajuan dan
perkembangnya agak sulit.2
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem lembaga
pendidikan Islam merupakan suatu unsur atau bagian tempat
berlangsungnya proses belajar,mengajar untuk mencapai tujuan agar para
pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam
dirinya dalam pengembangan ajaran pendidikan Islam.
Sebenarnya bentuk dan penyebutan lembaga pendidikan di
Indonesia sangat banyak. Namun, secara garis besar salah satunya yang
memiliki siswa terbanyak,adalah lembaga pendidikan yang berbentuk
sekolah, madrasah dan pesantren.3 Menurut Mohammad Ali dalam

1
Muhammad Auli Rahman, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:PT
Intermasa, 2002), h. 69
2
Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1996), cet 1, h. 38-39
3
Sri Haningsih, “Peran Strategis Pesantren, Madrasah, dan Sekolah Islam di Indonesia”, el-
Tarbawi Jurnal Pendidikan Islam No.1 Vol.1 2008, 27-29
bukunya membahas tentang Pendidikan Islam diklasifikasikan ke dalam
tiga bentuk yakni;
1. Pendidikan agama,diselenggarakan dalam bentuk PAI di satuan
pendidikan pada semua jenjang dan jalur pendidikan. Artinya
Pendidikan Islam hanya berwujud alokasi mata pelajaran saja pada
sekolah umum, yang wajib diberikan kepada muridnya.
2. Pendidikan umum,yang berciri khas umum pada satuan pendidik di
semua jenjang dan jalur pendidikan.
3. Pendidikan,Keagamaan Islam pada berbagai satuan pendidikan diniyah
dan pesantren yang diselenggarakan pada semua jalur pendidikan.4
Dari pembahasan diatas, maka dipandang perlu untuk
mendefinisikan mengenai sistem pendidikan agama,Islam di sekolah
umum, madrasah dan pesantren secara lebih konkrit agar terhindar dari
kerancuan atau salah dalam memahami perbandingan sistem tersebut.

B. Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum


Pendidikan sangat penting bagi kehidupan, bahkan tuntutan akan
pentingnya pendidikan semakin besar,mengingat arus perkembangan
dunia yang semakin cepat. Pendidikan merupakan keseluruhan proses
dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk
tingkah laku yang bernilai positif. Umat Islam diwajibkan untuk
mengenyam pendidikan baik yang formal maupun non-formal. Pendidikan
merupakan sarana yang efektif untuk membangun manusia seutuhnya,
salah satu lembaga pendidikan disebut dengan sekolah.5
Kata “sekolah” berarti “bangunan atau lembaga untuk belajar dan
mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran”. Menurut A.R
Tilaar yang dikutip oleh Agus Sholeh dalam sejarahnya, sekolah
merupakan lembaga,pendidikan yang didirikan oleh kolonial Belanda.
Oleh sebab itu wajar bila lembaga sekolah diposisikan secara istimewa,
sehingga tidak memberikan ruang yang profesional bagi umat Islam untuk
mengembangkan potensinya.6

4
Mohammad Ali, Pengembangan Pendidikan Islam di Sekolah,
5

6
Agus Sholeh, Posisi Madrasah di Tengah Tuntutan Kualitas, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 243
Sekolah dalam pendidikan Islam memiliki kewajiban untuk
membimbing peserta didiknya dalam mendalami Pendidikan Agama
Islam. menurut Haidar Putra Daulay dalam bukunya memaparkan bahwa
peran trilogi,pendidikan yaitu; keluarga, sekolah dan masyarakat. Di mana
pendidikan agama Islam di,sekolah hanya sebagian dari upaya pendidikan.
Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan agama harus ada jaringan
kerja sama antara sekolah dengan keluarga7.
Aplikasi pendidikan agama Islam di sekolah kurang maksimal. Hal
ini terjadi karena beberapa faktor eksternal dan internal. Faktoe eksternal
yang mempengaruhi minimnya praktik pendidikan agama Islam di sekolah
umum dapat berupa:
1. Timbulnya sikap orang,tua di beberapa lingkungan sekitar sekolah
yang kurang menyadari pentingnya pendidikan agama.
2. Situasi lingkungan sekitar,sekolah dipengaruhi godaan-godaan setan
dalam berbagai macam bentuknya, seperti: judi dan tontonan yang
menyangkut nafsu.
3. Dampak dari kemajuan ilmu dan teknologi yang semakin melenturkan
perasaan,religius dan melebarkan kesenjangan antara nilai tradisional
dengan nilai rasional teknologis.
Sementara itu faktor internal yang menyebabkan pendidikan agama
kurang maksimal di sekolah umum antara lain:
1. Guru kurang kompoten untuk menjadi tenaga profesional pendidikan,
atau jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan
alternatif terakhir, tampa ada rasa dedikasi sesui tuntutan pendidikan.
2. Hubungan guru agama dengan murid hanya bersifat formal, tanpa
berlanjut dalam situasi informal di luar kelas.
3. Pendekatan metodologi guru masih terpaku pada orientasi tradisonal
sehingga tidak mampu menarik minat muris pada pelajaran agama
4. Belum mantapnya landasan perundangan yang menjadi dasar pijakan
pengelolaan pendidikan agama dalam sistem pendidikan nasional,
termasuk pengelolaan lembaga-lembaga pendidikan Islam.
Pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah belum
seluruhnya memenuhi harapan umat Islam, terutama PAI di sekolah-
7
Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta: Kencana, 2006), h.44
sekolah umum. Mengingat kondisi dan kendala yang dihadapi, maka
diperlukan pedoman dan pegangan dalam membina pendidikan agama
Islam. semua ini mengacu pada usaha strategis pada rencana strategis
kebijakan umum Direktorat Jendral Pendidikan Agama Islam Dapartemen
Agama, yaitu peningkatan mutu khusus mengenai pendidikan agama Islam
di sekolah umum. Peningkatan mutu itu sendiri terkait dengan bagaimana
kualitas hasil pembelajaran pendidikan agama Islam pada peserta didik
yang mengikuti pendidikan di sekolah. Mutu itu sendiri sebenarnya
sesuatu yang diharapkan dapat memenuhi harapan-harapan umat Islam.
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah umum penuh
tantangan, karena secara formal penyelenggaraan pendidikan Islam di
sekolah hanya 2 jam pelajaran per minggu. Jika sebatas hanya memberikan
pengajaran agama Islam yang lebih menekankan aspek kognitif, mungkin
guru bisa menerapkannya, tetapi kalau memberikan pendidikan yang
meliputi tidak hanya kognitif tetapi juga sikap dan keterampilan, guru akan
mengalami kesulitan. Padahal dalam materi pendidikan agama Islam
banyak yang harus dikuasai oleh peserta didik, seperti berkaitan dengan
pengetahuan agama, penanaman aqidah, praktik ibadah, pembinaan
perilaku atau yang dalam Undang-undnag disebut dengan pembinaan
akhlak mulia. Kendala dan tantangan dalam pelaksanaan pembelajraan
agama Islam di sekolah antara lain karena wkatunya sangat terbatas, yaitu
hanya 2 jam pelajaran per dalam satu minggu. Menghadapi kendala dan
tantangan ini, maka guru yang menjadi ujung tombak pembelajaran di
lapangan ataupun sekolah, perlu merumuskan model pembelajaran sebagai
implementasi kurikulumnya, khususnya kurikulum mikro pada kurikulum
agama Islam di sekolah. Cara yang bisa ditempuh guru dalam menambah
pembelajaran pendidikan agama Islam adalah melalui pembelajaran ekstra
kurikuler dan tidak hanya pembelajaran formal di sekolah. Pembelajaran
ekstra kurikuler dapat dilaksanakn di sekolah, di kelas ataupun di mushala.
Bisa pula di rumah atau tempat yang disetujui. Mengenai waktu belajarnya
tentu di luar jam pelajaran formal.
Pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan agama Islam
berorientasi pada penerapan Standar Nasional Pendidikan. Untuk itu
idealnya dilakukan kegiatan-kegiatan seperti pengembangan metode
pembelajaran pendidikan agama Islam, pengembangan kurikulum budaya
Islami dalam proses pembelajaran, dan pengembangan kegiatan-kegiatan
keruhaniaan Islam melalui kegiatan ekstra kurikuler. Adapun sistem
pendidikan agama Islam yang diterapkan di sekolah yaitu pendidik
memberikan pendidikan dengan pendekatan agama ketika menghadapi
sikap atau perilaku peserta didik. Kemudian pendidikan agama merupakan
tugas dan tanggung jawab setiap guru, artinya bukan hanya tugas dan
tanggung jawab guru agama saja melainkan juga guru-guru bidang studi
lainnya. guru-guru bidang studi lainnya bisa menyisipkan materi
pendidikan agama ketika memberikan pelajaran bidang studi umum. Dari
hasil pendidikan agama yang dilakukan secara bersama-sama dapat
membentuk pengetahuan, sikap, perilaku, dan pengalaman keagamaan
yang baik dan bener. Peserta didik akan mempunyai akhlak mulia, jujur,
displin, dan semangat keagaam sehingga menjadi dasar untuk
meningkatkan kualitas dirinya.8

8
Abd. Rouf, Potret Pendiidkan Agama Islam di Sekolah Umum, Jurnal Pendiidkan Agama
Islam Volume 03, No. 01, Mei 2015 h. 195-202

Anda mungkin juga menyukai