c. Pegang paha bagian atas sebelah kiri domba dengan tangan kanan,
d. Pegang paha bagian bawah sebelah kanan domba dengan tangan kiri,
b. Lalu pegang paha bagian atas kaki depan sebelah kiri domba dengan
c. Tangan kanan kita memegang paha bagian atas kaki belakang domba,
kemudian jepit tubuh domba dengan lutut kita, jangan terlalu keras.
b. Masukkan tali untuk tying out pada kaki domba bagian bawah / belakang.
pangkal paha
b. Kemudian mulut domba di buka dengan jari seperti memegang pistol yaitu
jempol di simpan di bibir atas domba, telunjuk di bibir bawah domba dan
4.2 Pembahasan
jika domba tersebut mengenakan tali dilehernya harus diperhatikan posisinya agar
domba tersebut tidak tercekik. Adapun cara agar domba tidak tercekik yaitu
dengan mengaitkan tali simpul dekat leher ke tanduk sehingga tali disekitar
tenggorokan longgar. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Sudarmono dan
Bambang (2011) bahwa saat menggiring domba diusahakan memegang tali tidak
terlalu jauh dengan tali dileher dan untuk domba jantan yang bertanduk kaitkan
tali pada tanduk, jika ingin berbelok usahakan berbelok perlahan agar domba tidak
tercekik.
Kegiatan mendudukan domba merupakan salah satu bagian dari tying up.
diri di belakang domba, lalu tangan kiri melewati perut dan dada memegang paha
kanan atas bagian depan. Apabila pegangan sudah kuat maka domba diangkat
belakang dan menahan paha belakang dengan lengan. Setelah itu, domba
kemudian diangkat dan turunkan perlahan ke tanah sehingga domba dapat duduk.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomoadi (2003) bahwa cara mendudukkan
domba yang baik yaitu meletakkan tangan kanan/kiri berada di kaki depan domba,
lalu domba di angkat. Setelah itu salah satu kaki kita mundur selangkah.
kemudian ambil salah satu kaki domba dari belakang dengan syarat kaki
bersilangan dengan kaki depan domba. Angkat domba dengan lutut terlebih
Mengangkat Domba
Pada saat mengangkat domba dapat dilakukan dengan cara lengan harus
menahan dada domba, sedangkan lengan yang lainnya menahan paha atas bagian
domba agar tidak jatuh kemudian domba diangkat. Apabila domba diam dan
sudah tepat sehingga membuat domba merasa nyaman ataupun tidak merasa
tersakiti. Hal ini sesuai dengan pendapat Purnomoadi (2003) cara yang benar
mendudukkan domba yaitu tangan kanan/kiri kita berada di kaki depan domba, di
pangkal paha, domba di angkat. Kemudian salah satu kaki peternak mundur
selangkah. Lalu ambil salah satu kaki domba dari belakang dengan syarat kaki
bersilangan dengan kaki depan domba. Selanjutnya angkat domba dengan lutut
Pada praktikum saat merebahkan domba, posisi ditempatkan pada sisi kiri
domba tersebut. Tangan kiri memegang paha kiri atas bagian depan domba dari
atas melewati dada, sedangkan tangan kanan memegang paha kiri atas bagian
belakang melewati skrotum, sehingga posisi tangan kanan harus diperhatikan agar
tidak menyakiti skrotum domba tersebut. Setelah itu domba diangkat dan ditahan
menggunakan lutut lalu diturunkan perlahan ketanah. Apabila domba sudah dalam
posisi rebah, maka harus segera menahan tubuh domba tersebut dengan kedua
lutut agar domba tidak bangun kembali baru kemudian keempat kaki domba
disilangkan untuk diika. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purnomoadi (2003)
yaitu cara yang benar menidurkan domba agar tidak stress yaitu pertama harus
menenangkan dombalalu ambil pangkal paha depan domba dan belakang bagian
Selanjutnya turunkan paha dan turunkan domba secara perlahan. Lalu angkat
kedua lutut untuk menahan badan domba. Kemudian silangkan ke empat kaki
domba.
4.2.5 Tying Up
sepanjang dua kali panjang tubuh (dari pundak sampai pangkal ekor). Selanjutnya
tali tersebut dilebihkan sedikit agar dapat dibuat simpul mati. Setelah itu
dilakukan kegiatan mendudukkan domba seperti yang telah dijelaskan pada sub
bab sebelumnya. Masukkan tali yang telah diikat ke kedua pangkal paha bagian
belakang lalu angkat tali bagian bawah ke atas dan masukkan kepala domba pada
lubang tali tersebut. Cara tying up tersebut sesuai dengan pernyataan Purnomoadi
(2003) bahwa cara tying up yang benar yaitu mengukur panjang tali (dengan
untuk mengikat). Selanjutnya lakukan cara mendudukan domba dan masukan tali
yang telah di ikat ke kaki bagian belakang domba. Kemudian tali bawah di angkat
tidak boleh menangkapnya dengan menarik talinya karena akan mencekik domba
dan sulit untuk mengendalikannya, maka saat menangkap domba yang sedang
kabur dengan menangkap kali bagian pangkal paha dengan kuat, domba pun akan
domba dengan satu tangan didepan leher sedangkan tangan lain dibelakang ekor
tanduk dari domba tersebut. Hasil pengamatan menunjukan bahwa domba yang
diamati memiliki gigi seri yang jarang (jaraknya berjauhan) serta belum muncul
gigi baru, sehingga dapat diperkirakan bahwa domba tersebut hampir berumur
satu tahun. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Heath dan Olusanya
(1988) bahwa gigi ternak mengalami erupsi secara kontinyu sehingga dapat
digunakan untuk menduga umur ternak karena gerakan mengunyah makanan yang
diperlukan teknik khusus agar bibir domba dapat terbuka dan tidak stres yaitu
dengan cara leher domba diangkat kemudian jari telunjuk dan jempol membentuk
pistol. Selanjutnya jari telunjuk membuka bibir bawah dan jempolmenahan bibir
atas, sehingga gigi dapat terlihat. Sesuai dengan pernyataan Purnomoadi (2003)
bahwa untuk mengecek gigi domba yang harus dilakukan adalah leher domba di
angkat kemudian mulut domba di buka dengan jari seperti memegang pistol yaitu
jempol di simpan di bibir atas domba, telunjuk di bibir bawah domba dan ketiga
jari lain berada di bawah dagu. Memperkirakan umur berdasarkan tanduk domba
domba tersebut memiliki tanduk yang pendek serta tidak memiliki lengkungan
seperti cincin sehingga dapat dikatakan domba tersebut masih tergolong muda
Daftar pustaka
Purnomoadi, Agung. 2003. Ilmu Ternak Potong dan kerja. Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro