Anda di halaman 1dari 3

Topik 8 swamedikasi

A. SPO acuan dari (PERMENKES NO. 73 Tahun 2016


STANDAR PROSEDUR Halaman:
OPERASIONAL
Nomer :
SWAMEDIKASI Tanggal Berlaku :
1. TUJUAN
Prosedur ini dibuat untuk pelaksaan kegiatan pelayanan obat kepada pasien yang ingin
melakukan swamedikasi

2. PENANGGUNG JAWAB
Apoteker pengelolah Apotek

3. PROSEDUR (dilakukan oleh Apoteker)


3.1. Mendengarkan keluhan dan permintaan obat dari pasien
3.2. Mengamati informasi dari pasien, meliputi :
a. Untuk siapa obat tersebut
b. Tempat timbulnya gejala penyakit
c. Seperti apa rasanya gejala penyakit
d. Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya
e. Sudah berapa lama sakityang dirasakan
f. Ada atau tidaknya gejala penyerta
g. Pengobatan yang sebelumnya pernah digunakan
h. Obat lain yang dikonsumsi untuk pengobatan penyakit lain
i. Informasi lain sesuai kebutuhan
3.3. Buatlah keputusan profesional : Merujuk pasien ke dokter atau memberikan terapi
obat kepada pasien.
3.4. Memilih obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan
menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek.
3.5. Memberikan informasi tentang obat kepada pasien, meliputi :
a. Khasiat obat: apoteker perlu menerangkan denga jelas apa khasiat obat yang
bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang
dialami oleh pasien.
b. Kontraindikasi: Pasien juga perlu diberitahukan dengan jelas kontra indikasi
dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya apabila terjadi
kontraindikasi yang dimaksud.
c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada) pasien jugaperlu diberikan
informasi efek samping ynag mungkin muncul serta apa yang harus dilakukan
untuk menghindari atau mengatasinya.

Dilaksanakan Oleh: Diperiksa Oleh: Disetuji Oleh:

(Apoteker Penganggung Jawab) (Apoteker Pendamping) (Apoteker Penganggung Jawab)


B. PIO (PERMENKES NO. 73 Tahun 2016 (halaman 36)

C. SWAMEDIKASI PADA KASUS


 Swamedikasi kasus diare non spesifik
Pengobatan ini meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non
farmakologi yaitu dengan pemberian Oral Rehydration Therapi (ORT) atau oralit
yang diimbangi dengan menganjurkan pasien untuk tidak memakan makanan
tertentu yang dapat memicu tambah parahnya diare, untuk kasus diare ringan dan
sedang. ORT memiliki keefektifan sebanding dengan terapi larutan elektrolit
intvena pada pengatasan dehidrasi ringan sampai sedang. Pada terapi ini diare juga
dapat diatasi sebelum 48 jam terapi sudah bisa dihentikan, namun jika setelah 48
jam diare belum juga tertasi maka perlu rujukan medis. Pada terapi farmakologi
obat yang direkomendasikan untuk mengatasi diare akut yaitu leoparmid dan
adsorben. Leoparmid merupakan obat yang populer, efektif dan aman digunakan
pada diare akut non spesifik. Efek terapinya yaitu meredukasi volume fecal harian
dan meningkatkan viskositas. Leoparmid tidak direkomendasikan untuk anak
dibawah 6 tahun, karena efeknya pada ileus dan toxic megacolon. Adsorben yang
sering digunakan adalah Attapulgite, kolain, dan Pectin yaitu pada kasus diare non
spesifik ringan (Cohn dkk, 2004).
 Swamedikasi kasus Maag
Terapi penyakit maag dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu modifikasi gaya
hidup dan terapi dengan antasida, antagonis reseptor H2 dan atau inhibitor pompa proton,
pemberian terapi farmakologi dengan mengurangi kekuatan asam, dan terapi intervensi
(pembedahan antirefluks dan endoskopi) (Dipiro, 2008). Obat antiasam ini ada yang
sifatnya ringan dan berat tergantung penyebab maag. Selain itu ada kelompok obat
prokinetik, untuk memperbaiki motilitas (pergerakan) lambung. Sakit maag pada awalnya
diobati secara simptomatik dengan pemberian obat yang menetralisasi atau menghambat
produksi asam lambung berlebihan (jenis antasida) atau obat penghambat produksi asam
yang memperbaiki motilitas usus (sistem gerakan usus). Apabila setelah dua minggu obat
tidak memberikan reaksi yang berarti, dokter akan memeriksa dengan bantuan peralatan
khusus seperti USG, endoskopi, dan lain-lain. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh
Helicobacter pylori, maka diberikan bismuth, antibiotik misalnya obat anti tukak
(omeprazole) 924/MENKES/PER/X/1993 OBAT WAJIB APOTIK NO. 2 (hal 6)
 Swamedikasi kasus penyakit kulit

Anda mungkin juga menyukai