STANDAR PROSEDUR Halaman: OPERASIONAL Nomer : SWAMEDIKASI Tanggal Berlaku : 1. TUJUAN Prosedur ini dibuat untuk pelaksaan kegiatan pelayanan obat kepada pasien yang ingin melakukan swamedikasi
2. PENANGGUNG JAWAB Apoteker pengelolah Apotek
3. PROSEDUR (dilakukan oleh Apoteker)
3.1. Mendengarkan keluhan dan permintaan obat dari pasien 3.2. Mengamati informasi dari pasien, meliputi : a. Untuk siapa obat tersebut b. Tempat timbulnya gejala penyakit c. Seperti apa rasanya gejala penyakit d. Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya e. Sudah berapa lama sakityang dirasakan f. Ada atau tidaknya gejala penyerta g. Pengobatan yang sebelumnya pernah digunakan h. Obat lain yang dikonsumsi untuk pengobatan penyakit lain i. Informasi lain sesuai kebutuhan 3.3. Buatlah keputusan profesional : Merujuk pasien ke dokter atau memberikan terapi obat kepada pasien. 3.4. Memilih obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek. 3.5. Memberikan informasi tentang obat kepada pasien, meliputi : a. Khasiat obat: apoteker perlu menerangkan denga jelas apa khasiat obat yang bersangkutan, sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami oleh pasien. b. Kontraindikasi: Pasien juga perlu diberitahukan dengan jelas kontra indikasi dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya apabila terjadi kontraindikasi yang dimaksud. c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada) pasien jugaperlu diberikan informasi efek samping ynag mungkin muncul serta apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.
Swamedikasi kasus diare non spesifik Pengobatan ini meliputi terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi yaitu dengan pemberian Oral Rehydration Therapi (ORT) atau oralit yang diimbangi dengan menganjurkan pasien untuk tidak memakan makanan tertentu yang dapat memicu tambah parahnya diare, untuk kasus diare ringan dan sedang. ORT memiliki keefektifan sebanding dengan terapi larutan elektrolit intvena pada pengatasan dehidrasi ringan sampai sedang. Pada terapi ini diare juga dapat diatasi sebelum 48 jam terapi sudah bisa dihentikan, namun jika setelah 48 jam diare belum juga tertasi maka perlu rujukan medis. Pada terapi farmakologi obat yang direkomendasikan untuk mengatasi diare akut yaitu leoparmid dan adsorben. Leoparmid merupakan obat yang populer, efektif dan aman digunakan pada diare akut non spesifik. Efek terapinya yaitu meredukasi volume fecal harian dan meningkatkan viskositas. Leoparmid tidak direkomendasikan untuk anak dibawah 6 tahun, karena efeknya pada ileus dan toxic megacolon. Adsorben yang sering digunakan adalah Attapulgite, kolain, dan Pectin yaitu pada kasus diare non spesifik ringan (Cohn dkk, 2004). Swamedikasi kasus Maag Terapi penyakit maag dikelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu modifikasi gaya hidup dan terapi dengan antasida, antagonis reseptor H2 dan atau inhibitor pompa proton, pemberian terapi farmakologi dengan mengurangi kekuatan asam, dan terapi intervensi (pembedahan antirefluks dan endoskopi) (Dipiro, 2008). Obat antiasam ini ada yang sifatnya ringan dan berat tergantung penyebab maag. Selain itu ada kelompok obat prokinetik, untuk memperbaiki motilitas (pergerakan) lambung. Sakit maag pada awalnya diobati secara simptomatik dengan pemberian obat yang menetralisasi atau menghambat produksi asam lambung berlebihan (jenis antasida) atau obat penghambat produksi asam yang memperbaiki motilitas usus (sistem gerakan usus). Apabila setelah dua minggu obat tidak memberikan reaksi yang berarti, dokter akan memeriksa dengan bantuan peralatan khusus seperti USG, endoskopi, dan lain-lain. Jika penyebabnya adalah infeksi oleh Helicobacter pylori, maka diberikan bismuth, antibiotik misalnya obat anti tukak (omeprazole) 924/MENKES/PER/X/1993 OBAT WAJIB APOTIK NO. 2 (hal 6) Swamedikasi kasus penyakit kulit