Profesionalisme Bekerja
Kedokteran
1) Ilmu Komunikasi
Pengetahuan, Sikap dasar (attitude)
Keterampilan
2) Proses berpikir
yang benar
(penerapan
pengetahuan)
Kerjasama antara pasien
dan Dokter
• Komunikasi dokter dan pasien sudah dimulai sejak
awal transaksi terapeutik dan berlangsung terus-
menerus sampai transaksi terapeutik berakhir :
1. Awali dengan salam
2. Komunikasi mengumpulkan data klinik saat
anamnesis dan pemeriksaan jasmani
3. Komunikasi dalam menjelaskan rencana asuhan
medis
4. Komunikasi dalam pelaksanaan rencana
5. Komunikasi selama pemantauan
6. Komunikasi pada hasil akhir/ hasil evaluasi
Kerjasama antara pasien
dan Dokter
• Komunikasi tidak dilakukan secara parsial/ satu
persatu, dibahas dan dilakukan secara keseluruhan.
• Komunikasi berlangsung secara baik, dilakukan
dengan satu keterampilan berkomunikasi yang
efektif secara interpersonal seperti yang
disampaikan selama pendidikan.
• Bahkan ketika pendidikan klinis dilakukan, maka hal
penting yang tidak bisa ditinggalkan adalah belajar
dari pasien dalam hal berkomunikasi, karena
banyak pengalaman telah membuktikan bahwa hal
itu penting.
Kerjasama antara pasien
dan Dokter
• Rumusan yang baku tentang “Who”
adalah pandangan dokter terhadap
pasiennya, merupakan satu kesatuan
biopsikal-religi (biopsikal spiritual).
• Meskipun dalam sumpah dokter tidak
membedakan agama, rumusan
berbasis religi merupakan konsep
dasar yang perlu dipahami.
Kerjasama antara pasien
dan Dokter
• Dalam tim, terdapat empat aspek yang harus
dijangkau :
1. Menyelesaikan
2. Menyembuhkan
3. Mengasuh (mendampingi, memimpin) pasien
agar masalah dapat diselesaikan termasuk
memberi nasihat dan penyuluhan agar penyakit
tidak kambuh serta tindakan pencegahan
4. Menyenangkan atau membuat pasien dan
keluarganya puas.
Kerjasama antara pasien
dan Dokter
• Aspek pertama dan kedua berkaitan
dengan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan,
• Aspek ketiga dan keempat
bersangkutan dengan perilaku
(attitude), komunikasi, serta
kemampuan menimbang-nimbang
(judgement).
Kerjasama antara pasien
dan Dokter
• Berikut perilaku seorang dokter dalam melaksanakan profesinya
adalah :
1) Pemahaman dan kesetiaan dokter pada Kode Etik Kedokteran
Indonesia
2) Kemampuan untuk berempati dalam hal :
a) Psikis pasien
b) Penderitaan pasien
c) Kondisi sosial ekonomi pasien
d) Adat istiadat, budaya dan religi (keagamaan)
3) Kemampuan bekerjasama dalam sistem yang seksama, dengan
dokter maupun profesi lain
4) Kesadaran bahwa pengetahuan dan keterampilan dokter tentulah
terbatas, sehingga sadar benar adanya sistem rujukan
5) Memiliki konsep yang baku dan mapan yang menjadi pedoman
dalam bekerja.
Kerjasama antara pasien dan
Dokter
• Konsep asuhan medik (Medical Care)
merupakan pembaharuan dari konsep terapi
medik (Medical treatment).
• Fungsi utama seorang dokter adalah
penyembuh (healer), bukan berorientasi pada
penulisan resep dan honorarium semata.
• Perlu diperhatikan bahwa proses anamnesis
yang lengkap pemeriksaan yang seksama
serta penyuluhan yang optimal tidak boleh
ditinggalkan/ dilupakan.
Inter Profesional Education
(IPE)
• Untuk meningkatkan kepuasan pasien (patient
satisfaction), maka dibudayakan teamwork antar
disiplin ilmu & profesi bertujuan untuk :
– menurunnya morbiditas (angka kesakitan) dan
mortalitas (angka kematian)
• American Medical Assosiation (AMA), 1994
– “Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan
perawat merencanakan dan praktik bersama
sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batasan-batasan lingkup praktik mereka
dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui
dan menghargai setiap orang yang
berkontribusi untuk merawat individu,
keluarga, dan masyarakat.”
Inter Profesional Education
(IPE)
• Menurut Shortridge, et al (1986)
– “Hubungan timbal balik di mana [pemberi
pelayanan] memegang tanggung jawab paling
besar untuk perawatan pasien dalam kerangka
kerja bidang respektif mereka “
– Meskipun ada bidang yg tumpang tindih, mayoritas
pelayanan yg diberikan adalah pelengkap dalam
pencapaian kepuasan terhadap pasien.
• Kerjasama Kolaboratif menitik beratkan :
– Tanggung jawab bersama dalam manajemen perawatan
pasien
– Proses pembuatan keputusan didasarkan pada
kompetensi masing-masing pendidikan dan kemampuan
praktisi.
Inter Profesional Education
(IPE)
• WHO (1988) telah membuat sebuah
Grand Design tentang pembetukan
karakter kolaborasi dalam sebuah
bentuk pendidikan formal yaitu
berupa Inter Professional
Education (IPE)
“ Interprofessional education (IPE) adalah suatu
pelaksanaan pembelajaran yang diikuti oleh dua atau
lebih profesi yang berbeda untuk meningkatkan
kolaborasi dan kualitas pelayanan. Pelakasanaanya
dapat dilakukan dalam semua pembelajaran, baik itu
tahap sarjana maupun tahap pendidikan klinik untuk
menciptakan tenaga kesehatan yang profesional (Lee,
Inter Profesional Education
(IPE)
• Beberapa definisi KOLABORASI menurut para ahli, yaitu:
– Siegler dan Whitney (2000), mengutip dari National Joint
Practice Commision (1997), mengatakan bahwa tidak ada
definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan
kompleksnya kolaborasi dalam konteks perawatan kesehatan.
– Shortridge, et al (1986) mendefinisikan kolaborasi sebagai
hubungan timbal balik dimana pemberi pelayanan memegang
tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam
kerangka kerja bidang respektif mereka. Praktik kolaboratif
menekankan tanggung jawab bersama dalam manajemen
perawatan pasien dengan proses pembuatan keputusan bilateral
yang didasarkan pada masing-masing pendidikan dan
kemampuan praktisi.
– Jonathan (2004) mendefinisikan kolaborasi sebagai proses
interaksi diantara beberapa orang yang berkesinambungan.
Inter Profesional Education
(IPE)
• Beberapa definisi KOLABORASI menurut para ahli, yaitu:
– Kamus Heritage Amerika (2000), adalah bekerja bersama
khususnya dalam usaha penggabungan pemikiran.
– Gray (1989), adalah suatu proses berpikir dimana pihak yang
terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah
serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan
keterbatasan pandangan mereka terhadap apa yang dapat
dilakukan.
– American Medical Assosiation (AMA, 1994) adalah sebuah proses
dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktik bersama
sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-
batasan lingkup praktik mereka dengan berbagai nilai-nilai,
saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang
berkontribusi untuk merawat individu, keluarga, dan masyarakat.
Inter Profesional Education
(IPE)
• Beberapa definisi KOLABORASI menurut para ahli,
yaitu:
– ANA (1992) menambahkan, kolaborasi hubungan kerja
diantara tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan
kepada pasien adalah dalam melakukan diskusi tentang
diagnosa, melakukan kerja sama dalam asuhan kesehatan,
saling berkonsultasi dengan masing-masing bertanggung
jawab pada pekerjaannya.
– Lidenke dan Sieckert (2005), adalah proses kompleks yang
membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan
yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama
untuk merawat pasien, dan kadangkala itu terjadi dalam
hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan.
Inter Profesional Education
(IPE)
• Carpenter (1990), 8 karakteristik kolaborasi adalah :
1.Partisipasi tidak dibatasi dan tidak hirarkis.
2.Partisipan bertanggung jawab dalam memastikan
pencapaian kesuksesan.
3.Adanya tujuan yang masuk akal.
4.Ada pendefinisian masalah.
5.Partisipan saling mendidik atau mengajar satu sama lain.
6.Adanya identifikasi dan pengujian terhadap berbagai
pilihan.
7.Implementasi solusi dibagi kepada beberapa partisipan
yang terlibat.
8.Partisipan selalu mengetahui perkembangan situasi.
TIMWORK
• Timwork pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan
sekelompok profesional yang mempunyai aturan yang
jelas, tujuan umum, dan berbeda keahlian.
• Timwork akan berfungsi baik jika terjadi adanya
kontribusi dari anggota tim dalam memberikan
pelayanan kesehatan terbaik.
• Anggota Timwork kesehatan meliputi pasien, perawat,
dokter, fisioterapis, pekerja sosial, ahli gizi, manager,
dan apoteker.
• Timwork hendaknya memiliki komunikasi yang efektif,
bertanggung jawab, dan saling menghargai antar
sesama anggota tim
TIMWORK
• Pasien secara integral adalah anggota tim
yang penting.
• Partisipasi pasien dalam pengambilan
keputusan akan menambah kemungkinan suatu
rencana menjadi efektif.
• Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang
optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim.
• Keluarga serta orang-orang lain yang
berpengaruh bagi pasien juga termasuk pihak-
pihak yang terlibat dalam kolaborasi
Inter Profesional Education
• Menurut data DIKTI (2006) terdapat 12 Universitas Negeri di
Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan formal profesi
kesehatan yang didalamnya terdapat program pendidikan
dokter dan pendidikan keperawatan.
• Pengaplikasian IPE dapat berupa kuliah pakar dari beberapa
latar belakang pendidikan seperti dokter, perawat dan ahli
gizi, serta diskusi dalam pemecahan kasus dengan
pendekatan dari beberapa aspek kesehatan
• Integrasi ini dapat diwujudkan dalam pengalaman belajar di
kampus dan di tempat praktik. Pengalaman belajar di
kampus seperti diskusi kelompok tutorial, penyediaan materi,
kuliah pakar, pengajaran dibantu komputer, lab kompetensi)
dapat menekankan peran dan kerja sama antar profesi
tersebut.
Inter Profesional Education
• Untuk pengalaman belajar ditempat praktik (rumah
sakit, Puskesmas, praktik swasta, apotek, laboratorium,
tempat-tempat umum, pemukiman penduduk, sekolah,
dan tempat kerja) pihak fakultas sebaiknya menjalin
kerja sama dengan pengelola-pengelola tempat praktik
yang memahami dan menerapkan kerja sama (seperti
kimunikasi, koordinasi, dan kolaborasi) antar profesi
kesehatan.
• Modul-modul pendidikan di kampus yang bertemakan
gejala atau tanda dan penyakit bukan monopoli dari
profesi kedokteran.
• Tujuan barsama dari semua profesi kesehatan dan non-
kesehatan terkait adalah pengendalian penyakit.
Dokter - PERAWAT
INTERAKSI dan
KOLABORASI
• Perawat memfasilitasi dan
membantu pasien untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan
dari praktik profesi kesehatan lain.
• Perawat berperan sebagai
penghubung penting antara pasien
dan pemberi pelayanan kesehatan.
INTERAKSI dan
KOLABORASI
• Dokter memiliki peran utama dalam
mendiagnosis, mengobati, dan
mencegah penyakit.
• Pada situasi ini dokter menggunakan
modalitas pengobatan seperti
pemberian obat dan pembedahan.
• Dokter sering berkonsultasi dengan
anggota tim lainnya sebagaimana
membuat referal pemberian
pengobatan.
INTERAKSI dan
KOLABORASI
• Hubungan Dokter Pasien :
– Dulu : PATERNALIS
– Sekarang : KEMITRAAN
• Sebelum ada model Kolaborasi,
hubungan yang ada adalah Model
PRAKTIK HIRARKIS.
– Praktik Hirarkis merupakan salah satu
pendekatan yang dilakukan sebelum
profesi perawat semakin berkembang.
• Selanjutnya dikenal ada 2 (dua)
Pendekatan Praktik
Hirarkis
Pendekatan ini sekarang masih dominan
dalam Praktik dokter di Indonesia.
DOKTE
R • Menekankan
Komunikasi satu arah
Perawat • Kontak Dokter dengan
Pasien terbatas
• Dokter merupakan
Pemberi Tokoh yang dominan
Pelayanan Lain
• Cocok untuk
diterapkan di keadaan
tertentu, spt IGD
PASIEN
Model Kolaboratif Tipe I
• Menekankan
DOKTE Komunikasi Dua
R Arah
• Masih
Perawat Pemberi menempatkan
Pelayanan Dokter pada posisi
Lain
utama
• Masih membatasi
PASIEN Hubungan Dokter
dengan Pasien
Model Kolaboratif Tipe II
• Lebih berpusat pada
Pasien
Perawat • Semua Pemberi
DOKTER Pelayanan harus
bekerja sama
• Ada kerja sama
PASIEN dengan Pasien
• Tidak ada pemberi
pelayanan yang
mendominasi secara
Pemberi
Pelayanan terus-menerus
Lain
INTERAKSI dan
KOLABORASI
• Tidak semua interaksi Dokter-Pemberi
Layanan Kesehatan Lain bersifat Kolaboratif.
– Pasien rawat jalan mungkin hanya
membutuhkan kolaborasi secara berkala.
– Gawat darurat dan perawatan pasien lemah
lebih perlu kolaborasi.
– Secara “naluri” profesional tahu kapan harus
dengan kolaborasi, kapan tidak.
• Praktik Kolaborasi yg ideal profesional
mudah beralih gaya, tergantung dari
kondisi klinis dan kebutuhan pasien.
INTERAKSI dan
KOLABORASI
• Praktik Kolaborasi perlu
mempertimbangkan beberapa aspek kerja
sama antar anggota Teamwork, termasuk:
– Siapa yg akan dilibatkan (disiplin apa yg
dibutuhkan)
– Kebutuhan fisik pelaksanaannya (ruangan,
peralatan)
– Keuangan
– Kebutuhan komunikasi
• Pertemuan
• Pencatatan
• Korespondensi, dll
INTERAKSI dan KOLABORASI
• Beberapa kendala yang sering dijumpai :
Perbedaan bahasa dan sosial antara Dokter
dan Pemberi Layanan Kesehatan (Linaugh, et al
Dalam Siegler dan Whitney, 1996)
– Dokter cenderung mempertahankan aura
omnipotensi sebagai pengambil keputusan.
– Perawat secara tunduk berusaha mencapai apa
yg diharapkan pasien.
Menurunnya minat melakukan praktik
bersama.
Belum jelasnya aspek hukum dan ekonomi.
Dokter - Apoteker
INTERAKSI dan
KOLABORASI
• Untuk dapat berkomunikasi dengan baik,
dokter perlu mengetahui apa yang
menjadi tanggung jawab profesi apoteker
dalam pelayanan farmasi
• Pelayanan farmasi dapat dilakukan di
berbagai tempat seperti rumah sakit,
Puskesmas, Poliklinik, Apotek, dll
• Adanya pemahaman masing-masing pada
profesi mitra kerjanya akan memudahkan
terjadinya komunikasi yang baik antar
profesi
Empat unsur Pelayanan
Farmasi
• Empat unsur Pelayanan Farmasi
1.Pelayanan Farmasi yang baik.
2.Pelayanan profesi apoteker dalam
penggunaan obat.
3.Praktik dispensing yang baik.
4.Pelayanan profesional apoteker yg
proaktif dalam berbagai kegiatan yg
bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kepada pasien.
Syarat Pelayanan Farmasi yang
baik
• Syarat Pelayanan Farmasi yang baik (WHO)
1) Keselamatan dan kesejahteraan pasien mrp
perhatian utama
2) Penyediaan obat dan bahan lain dengan
• Mutu terjamin
• Informasi dan nasehat yang tepat bagi pasien, dan
• Pemantauan efek pemakaian
3) Berkontribusi pada penulisan resep yg rasional
dan ekonomis, serta tepat dalam penggunaan
obat.
4) Tujuan tiap unsur Pelayanan farmasi
• Harus relevan dengan individu
• Ditetapkan secara jelas, dan
• Dikomunikasikan secara efektif kepada semua yang terlibat
Syarat Pelayanan Farmasi yang
baik
• Profesionalisme adalah filasofi utama yg
mendasari praktik, disamping faktor ekonomi
• Untuk penggunaan obat dokter perlu masukan
dari apoteker (secara normatif)
• Hubungan kemitraan berdasarkan saling percaya
dan yakin dalam berbagai hal yg berkaitan
dengan farmakoterapi
• Apoteker perlu informasi yg independen,
komprehensif dan mutakhir tentang terapi dan
obat yg digunakan
• Melakukan asesmen profesional thd materi
promosi obat, serta penyebaran informasi yg
telah dievaluasi
• Apoteker sesuai profesi (seharusnya) akan
terlibat dalam semua tahap percobaan klinik
Tujuan Pelayanan Profesi
Apoteker dalam penggunaan obat
1) Melindungi pasien dari terjadinya kembali
penyakit yang berkaitan dengan obat,
misalnya alergi atau reaksi obat yg
merugikan
2) Mendeteksi dan memperbaiki
ketidaktepatan atau bahaya terapi yg
diberikan secara bersama-sama
3) Meramalkan dan mencegah toksisitas obat
4) Meningkatkan kepatuhan pasien melalui
fungsi farmasi klinis
Tahap-tahap Utama dalam proses penggunaan
Obat