2016.1
Setidaknya ada tiga pandangan yang mengungkapkan proses pemerolehan
bahasa pertama.
1. Pandangan Naviatis
2. Pandangan Behavoris
3. Pandangan Kognitif
1. Faktor Biologis
Sebagaimana dikemukakan dimuka, setiap anak telah dilengkapi dengan
kemampuan kodrati atau bawaan yang memungkinkan mampu berbahasa. Perangkat
biologis yang menentukanpenguasaan bahasa anak adalah otak, alat dengar, dan alat
ucap. Ketergantungan pada salah satu ini atau ketiganya akan menghambat
kemampuan berbahasa anak.
2016.1
Intelegensi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir dan bernalar,
termasuk memecahkan suatu masalah. Intelegensi bersifat abstrak dan tak dapat
diamati langsung, kecuali melalui perilaku. Dalam kaitannya dengan pemerolehan
bahasa, anak-anak yang bernalar tinggi tingkat pencapaiannya cenderung lebih cepat,
lebih kaya, dan lebih bervariasi khasanah bahasanya, daripada anak yang bernalar
sedang atau rendah.
4. Faktor Motivasi
Anak belajar bahasa karena adanya kebutuhan dasar yang bersifat praktis,
seperti lapar, haus, sakit, serta perhatian, dan kasih sayang. Inilah yang disebut
motivasi intrinsik yang berasal dari diri anak itu sendiri. Dalam perkembangan
selanjutnya, anak merasa bahwa tindak berbahasa yang dilakukannya membuat orang
lain memberikan respons positif:pujian, serta ekspresi rasa senang, gembira, dan
ceria. Dorongan belajar bahasa dari luar dirinya disebut motivasi ekstrinsik.
Tanpa sadar ternyata anak melakukan strategi dalam belajar satu bahasa di
antaranya adalah (1) Mengingat. Mengingat memainkan peranan yang cukup penting
dalam belajar bahasa atau belajar apa pun. Setiap pengalaman indrawi yang dilalui
anak, dicatat dalam benaknya. Ketika dia menyentuh, menyerap, mencium,
mendengar, dan melihat sesuatu, memori anak merekamnya. (2) Meniru. Dalam
belajar bahasa anak menggunakan strategi peniruan. Peniruan di sini bisa berarti
mencontoh secara kreatif arau menginspirasi. (3) Mengalami Langsung. Strategi lain
yang mempercepat anak menguasai bahasa pertamanya adalah mengalami langsung
kegiatan berbahasa dalam konteks yang nyata. (4) Bermain. Kegiatan bermain sangat
penting untuk mendorong pengembangan kemampuan berbahasa anak. Dalam
bermain kadang si anak berperan sebagai orang dewasa; sebagai penjual atau pembeli
dalam bermain dagang-dagangan. Tanpa disadari, mereka sedang bermain drama,
sekaligus berlatih berbicara dan menyimak.
2016.1
papa ikut, mama main. Hanya kata-kata pokok yang diucapkan anak, seperti kata kerja
dan kata benda, dan/atau kata sifat. Tak ada kata tugas seperti kata depan atau kata
penghubung.(4) Tahap Telegrafis. Antara anak usia 2-3 tahun anak telah
menghhasilkan ujaran dalam kalimat-kalimat pendek. Pada fase ini anak belum
menggunakan kata tugas dalam bertutur.
2016.1
2016.1