Anda di halaman 1dari 120

i

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya ilmiah yang berjudul :


HUBUNGAN KARAKTER UMUR DAN MODAL PARA PETANI SAYURAN
DENGAN KOMPETENSI MEREKA DALAM MENGELOLA USAHA TANI
SAYURAN DI KECAMATAN POASIA KOTA KENDARI SULAWESI
TENGGARA adalah benar karya tulis saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Kendari, Januari 2018

SAMSIDAR.L.M,S.TP
NIP. 19630528 198803 2 007
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Hubungan Faktor Umur dan Modal para Petani Sayuran


dengan Kompetensi Mereka dalam Mengelola Usahatani
Sayuran di Kecamatan Poasia Kota Kendari Sulawesi
Tenggara

Nama : Samsidar.L.M,S.TP

NIP : 19630528 198803 2 007

Menyetujui,

Koordinator Penyuluh Pertanian Kota Kendari

Hj. HATIDJA, SP. MS


NIP. 19640601 198603 2 0 20

Mengetahui,
Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari

Ir. Hj. ST. GANEF, M.Si


NIP. 19630918 199103 2 003
iii

PEMERINTAH KOTA KENDARI


DINAS PERTANIAN

Jl. P. Antasari Kel. Anduonohu Kec. Poasia Kendari 93231

Pernyataan Pengesahan Karya Tulis Ilmiah Pejabat Fungsional Rumpun Ilmu


Hayat Lingkup Pertanian.

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ir. Hj. ST. Ganef, M.Si

NIP : 19630918 199103 2 003

Pangkat/Gol. Ruang : Pembina Utama Muda, IV/c

Jabatan : Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari

Instansi : Dinas Pertanian Kota Kendari

Menyatakan bahwa karya tulis Ilmiah Berjudul ” Hubungan Faktor Umur dan
Modal para Petani Sayuran dengan Kompetensi Mereka dalam
Mengelola Usahatani Sayuran di Kecamatan Poasia Kota Kendari
Sulawesi Tenggara” benar-benar disusun oleh pejabat fungsional di
bawah ini:

Nama : Samsidar.L.M,S.TP

NIP. : 19630528 198803 2 007

Pangkat/Gol. Ruang : Pembina , IV/a

Jabatan : Penyuluh Pertanian Madya

Instansi : Dinas Pertanian Kota Kendari


iv

Demikian Pernyataan ini kami buat untuk digunakan sebagaimana


mestinya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Kendari, 2018

KEPALA DINAS

Ir. Hj. ST. GANEF, M.Si


Pembina Utama Muda, Gol.IV/c
NIP. 19630918 199103 2 003
v

ABSTRAK

SAMSIDAR L.M,S.TP. Hubungan Karakter Umur dan Modal Para


Petani Sayuran Dengan Kompetensi Mereka Dalam Mengelola Usahatani
Sayuran Di Kecamatan Poasia Kota Kendari Sulawesi Tenggara.

Perpaduan antara Pengetahuan, Keterampian, dan nilai sikap petani


dalam penelitian ini adalah kompetensi petani yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak agar dapat mengelola usahatani sayuran
dengan baik. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) meliputi umur dan
modal usahatani. Sedangkan variabel tidak bebasnya (Y) yaitu kompetensi
petani dalam mengelola usahatani sayuran, meliputi: pengetahun,
keterampilan, dan sikap petani sayuran. Tujuan Penelitian adalah
mengetahui: (1) Distribusi faktor umur dan modal usahatani yang diamati, (2)
Kompetensi yang dikuasai oleh para petani itu dalam pengelolaan usahatani
sayuran, dan (3) Hubungan antara fakor umur dan modal usahatani para
petani sayuran dengan kompetensi mereka dalam mengelola usahatani
sayuran. Populasi penelitian adalah petani sayuran dengan komoditi bayam,
kangkung, sawi dan kacang panjang yang merupakan kmoditi
unggulan.Ukuran sampel untuk Kecamatan dan Kelurahan ditentukan secara
proporsional (Proportional Random Sampling) sesuai jumlah petani sayuran
pada lokasi tersebut sebanyak 63 orang. Data dikumpulkan dari bulan
Pebruari hingga Maret 2017 . Hasil penelitian menunjukkan, mayoritas petani
dalam penelitian ini berumur tua dan memiliki cukup modal usahatani. Empat
bidang paling dikuasai petani dalam pengelolaan usahatani sayuran adalah:
(a) Aspek Pengetahuan yaitu: pemasaran hasil, penggunaan teknologi
usahatani sayuran, kendala dan peluang usahatani sayuran, dan pemilihan
komoditas usahatani sayuran dan penanaman, (b) Aspek Keterampilan yaitu:
perlakuan benih/bibit, pemupukan dan pengendalian hama penyakit, aspek
modal, dan pemilihan komoditas usahatani dan penanaman, dan (c) Aspek
Sikap yaitu: Perlakuan benih/bibit, aspek modal, pemasaran hasil, dan
pemupukan dan pengendalian hama penyakit. Karakter umur dan modal
berhubungan nyata dengan kompetensi petani dalam mengelola usahatani
sayuran.
vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahir Rabbil Alamin, atas izin Allah S.w.t karya ilmiah ini
yang berjudul Hubungan Karakter Umur dan Modal Para Petani Sayuran
Dengan Kompetensi Mereka Dalam Mengelola Usahatani Sayuran Di
Kecamatan Poasia Kota Kendari Sulawesi Tenggara telah selesai disusun.

Penulisan karya ilmiah ini dapat diselesaikan tak terlepas dari peran
rekan-rekan penyuluh dan partisipasi petani sayuran se kecamatan poasia
yang selalu siap membantu penulis baik bantuan berupa informasi maupun
tenaga samapai pada pengumpulan data hingga penulisan karya ilmiah ini
dapat selesai sebagaimana yang diharapkan. Untuk itu penulis haturkan
terima kasih yang tak terhingga.

Pada kesempatan ini pula, tak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:

1. Ir. ST. Ganef, M.Si Sebagai Kepala Dinas Pertanian Kota Kendari
yang telah memberikan dukungan dan motivasi hingga penulisan ini
dapat seleasai sebagaiman diharapkan.
2. Rekan-rekan penyuluh KJF Dinas Pertanian Kota Kendari yang telah
memberikan arahan, dukungan moril, baik berupa ide dan saran-saran
dalam diskusi yang sangat bermanfaat bagi penulis hingga
terlaksananya pengumpulan data sampai kepada penyelesaian
penulisan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari


kesempurnaan , mengingat waktu dan keterbatasan penulis, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan
karya ilmiah ini lebih lanjut.

Kendari, April 2018

Samsidar.L.M,S.TP
vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Bone Sulawesi Selatan Pada Tanggal


28 Mei 1963 dari pasangan Bapak H. Ladjide dan Ibu Hj. St. Maryam
Penulis merupakan putri pertama dari lima bersaudara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Sekolah Dasar (SD) Negeri


No. 84. Bulukumba dan lulus pada tahun 1975 , kemudian melanjutkan ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Mare Kab. Bone dan lulus pada
tahun 1975, dan tahun 1982 Penulis lulus dari Sekolah Pertanian
Pembangunan Negeri Gowa . Pada tahun 2008 penulis masuk menjadi
mahasiswa Universitas Sulawesi Tenggara Kendari melalui jalur umum
dengan mengambil program studi Teknologi Hasil Pertanian
dan lulus pada tahun 2012.

Pada tahun 1988 penulis diangkat menjadi PNS dan ditempatkan di


Kabupaten Kolaka sampai tahun 1990. Dan sejak pertengahan tahun 1990
sampai sekarang penulis ditempatkan Kota Kendari sebelumnya masih
menjadi Kabupaten Kendari setelah sebelumnya menjadi tenaga honor
penyuluh pertanian lapangan di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara pada
tahun 1984 hingga tahun 1988.
viii

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN.............................................. i

HALAMAN PENGESAHAN........................................ ii

ABSTRAK.................................................................. v

KATA PENGANTAR................................................ vi

RIWAYAT HIDUP..................................................... vii

DAFTAR ISI................................................................. viii

DAFTAR TABEL ....................................................

DAFTAR LAMPIRAN ............................................

PENDAHULUAN..................................................... 1

Latar Belakang.............................................. 1
Rumusan Masalah........................................ 5
Tujuan Penelitian.......................................... 5
Manfaat Penelitian ..................................... 6
Defenisi Istilah .............................................. 7
TINJAUAN PUSTAKA.............................................. 9
Umur.............................................................. 9
Modal Usahatani............................................. 10
Kompetensi Petani Sayuran............................. 12
Pengelolaan Usahatani Sayuran........... 20
Ringkasan........................................................ 24
Hubungan Faktor Umur dan Modal dengan
Kompetensi Para Petani Sayuran....................... 25
Hubungan Umur dengan Kompetensi........... 25
ix

Hubungan Modal Usahatani dengan Kompetensi.........26


Ringkasan...................................................................... 27
KERANGKA BERPIKIR............................................................
27

METODE PENELITIAN...........................................................
Populasi dan Sampel....................................................
Desain Penelitian.........................................................
Data dan Instrumentasi.................................................
Data.................................................................................
Instrumentasi..................................................................
Pengumpulan Data.........................................................
Analisis Data........................................................

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian..............................................................
Distribusi Karakter Petani Sayuran..................................
Distribui Petani Sayuran Berdasarkan Umur........
Distribusi Petani Sayuran Berdasarkan Modal
Usahatani.
Kompetensi Petani Sayuran................................
Pengetahuan Petani dalam Pengelolaan
Usahatani Sayuran....................................
Keterampilan Petani dalam Pengelolaan
Usahatani Sayuran....................................
Sikap Petani Dalam Pengelolaan
Usahatani Sayuran....................................
Hubungan Karakter dengan Pengetahuan Petani
dalam Pengelolaan Usahatani Sayuran........
x

Hubungan Umur dengan Pengetahuan


Petani dalam Pengelolaan Usahatani
Sayuran...............................................
Hubungan Modal Usahatani dengan
Pengetahuan Petani dalam
Pengelolaan Usahatani
Sayuran..........................
Hubungan Karakter dengan Keterampilan Petani
dalam Pengelolaan Usahatani Sayuran.........
Hubungan Umur dengan Keterampilan
Petani dalam Pengelolaan Usahatani
Sayuran..............................................
Hubungan Modal Usahatani Keterampilan
Petani dalam Pengelolaan Usahatani
Sayuran
Hubungan Karakter dengan Sikap Petani
dalam Pengelolaan Usahatani
Sayuran..........................
Hubungan Umur dengan Sikap Petani
dalam Pengelolaan Usah Sayuran......
Hubungan Modal Usahatani dengan
Sikap Petani dalam Pengelolaan
Usahatani Sayuran.............................
Hubungan Pengetahuan, Keterampilan dan
Sikap Petani dalam Pengelolaan Usahatani
Sayuran...............................................................
Pembahasan........................................................
Karakter Petani Sayuran..........................
Kompetensi Petani dalam Pengelolaan
Usahatani Sayuran.........................
xi

Hubungan Karakter dengan Kompetensi


Para Petani dalam Pengelolaan
Usahatani
Sayuran..........................................
Hubungan Pengetahuan, Keterampilan
dan Sikap Petani dalam Pengelolaan
Usahatani
Sayuran...............................................

KESIMPULAN DAN SARAN.....................................................


Kesimpulan......................................................................
Saran...............................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................

LAMPIRAN................................................................................
xii

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jumlah Populasi dan Sampel


2. Variabel, Indikator, dan Cara Pengukurannya
3. Distribusi Petani Sayuran Berdasarkan Umur
4. Distribusi Petani Berdasarkan Ketersediaan Modal
Usahatani
5. Pengetahuan Petani Dalam Pengelolaan Usahatani
6. Keterampilan Petani dalam Pengelolaan Usahatani
7. Sikap Petani dalam Pengelolaan Usahatani
8. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Petani dalam
pengelolaan Ussahatani Sayuran
9. Hubungan Modal Usahatani dengan Pengetahuan
Petani dalam Pengelolaan Usahatani Sayuan
10. Hubungan Umur dengan Keterampilan Petani dalam
Pengelolaan Usahatani Sayuran
xiii

11. Hubunggan Modal Usahatani dengan Keterampilan


Petani dalam Pengelolaan Usahatani sayuran
12. Hubungan Umur dengan Sikap Petani dalam
Pengelolaan Usahatani Sayuran
13. Hubungan Modal Usahatani dengan Sikap Petani
dalam Pengelolaan Usahatani Sayuran

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Peta Sulawesi Tenggara...................................... .........


2. Peta Kota Kendari..............................................................
3. Peta Kecamatan Poasia....................................................
4. Kuesioner..........................................................................
xiv

Latar Belakang

Kompetensi merupakan kelayakan kemampuan melakukan suatu


tugas. Kompetensi menurut Mulyasa (2002:37), merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak.
Petani yang kompeten adalah petani yang mampu memanfaatkan
faktor-faktor yang berpotensi mendukung keberhasilan dan menghindari
faktor-faktor usaha tani sayuran dapat dicirikan oleh kemampuannya
xv

menguasai beberapa aspek usaha tani dan kebebasan menentukan pilihan


dalam mengelola usaha taninya. Aspek-aspek tersebut adalah pemilihan
komoditas usaha tani dan penanaman, perlakuan benih/bibit, pemupukan
dan pengendalian hama penyaki, pengairan, aspek modal, aspek tenaga
kerja, penggunaan teknologi usaha tani sayuran, kendala dan peluang usaha
tani sayuran, dan pemasaran hasil.
Kompetensi petani dalam usaha tani sayuran menyangkut
pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani agar dapat mengelola
usahatani sayuran dengan baik dan benar.
Kemampuan petani dalam memilih komoditas usahatani yang akan
diusahakan sangat menentukan keberhasilan petani. Pemilihan jenis
komoditas yang akan diusahakan dengan diikuti dengan penentuan besarnya
skala usaha merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan petani agar
dapat menyiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan proses
produksi. Sebagai komoditas musiman, Sayuran dapat melimpah disuatu
saat tapi di saat lain hanya sedikit atau malah tidak ada sama sekali. Situasi
seperti ini menyebabkan fluktuasi harga di pasaran, untuk itu pemilihan waktu
tanam disesuaikan dengan pola konsumsi daerah pemasaran.
Kemampuan petani dalam mengetahui jenis benih atau bibit unggul
juga sangat mendukung keberhasilan petani. Benih atau bibit unggul yang
bermutu tinggi merupakan faktor penentu tinggi rendahnya produksi
pertanian, misalnya: daya tumbuh, kemurnian benih, dan juga harus bebas
dari hama dn penyakit.
Kegiatan usahatani tidak dapat dipisahkan dari aspek modal, karena
aspek modal merupakan kegiatan pengelolaan keuangan dalam suatu usaha,
yang didalamnya termasuk cara mendapatkan dan mengalokasikan dana
untuk suatu rangkaian kegiatan usahatani. Kebutuhan modal berbeda untuk
tiap fase produksi, oleh karena itu petani harus mampu menentukan jumlah
modal yang diperlukan untuk menjamin efisiensi penggunaanya. Untuk itu
xvi

penguasaan terhadap aspek permodalan merupakan hal terpenting bagi


petani.
Sifat alamiah dari sayuran mempengaruhi lamanya perputaran modal.
Semakin capat rusak jenis sayuran itu maka pemasarannyapun perlu cepat,
sehingga modal dapat kembali dalam waktu relatif singkat.Alasan itu juga
dapat dijadikan sebagai suatu ukuran pemilihan jenis sayuran yang akan
diusahakan.
Sumber utama tenaga kerja dalam usahatani adalah tanaga kerja
keluarga. Tenaga kerja yang berasal dari luar keluarga diperlukan apabila
skala usahatani semakinluas dan kebutuhan produksi meningkat. Petani
sebagai pengelola usahatani yang kompoten memiliki kemampuan untuk
mengusai aspek tenaga kerja agar tercapai efisiensi dalam penggunaannya.
Bisanya tenaga kerja pria digunakan untuk mengolah tanah atau pekerjaan
berat, sedangkan tenaga kerja wanita digunakan untuk memelihara,
menanam dan panen. Tenaga kerja anak-anak umumnya membantu
pekerjaan tenaga kerja dewasa. Pembayaran tenaga kerja tergantung
perjanjian antara petani dengan tenaga kerja yang bersangkutan.
Dengan adanya teknologi pertanian dapat membantu petani dalam
mengelola usahataninya, misalnya: menghemat tenaga kerja, mempercepat
proses pengolahan tanah, panen, pasca panen, dan sebagainya, sehingga
petani memiliki kemampuan dalam penggunaan teknologi usahatani sayuran.
Mengetahui kendala dan peluang usahatani sayuran, dan keuntungan
usahatani yang diperoleh berdasarkan kemampuan petani memasarkan hasil
usahataninya.
Setelah berproduksi, keberhasilan petani sangat ditentukan
kemampuannya dalam menganalisa dan mengantisipasi perubahan dan
perkembangan yang akan terjadi, terutama yang menyangkut pemasaran.
Aspek pemasaran merupakan kegiatan untuk mendistribusikan hasil produksi
ke tangan konsumen dengan harga yang layak. Untuk melakukan pemasaran
xvii

diperlukan pengelolaan yang baik agar petani dapat memperoleh keuntungan


yang diharapkan.
Banyak jenis sayuran yang dibudidayakan dapat dipenen secara rutin,
misalnya setiap hari, setiap minggu, atau setiap bulan, akan tetapi yang
terpenting adalah menentukan jenis sayuran yang akan diusahakan, dan
jumlah jenis sayuran tersebut yang akan dipasok untuk memenuhi kebutuhan
pasar secara rutin. Kemudian petani sayuran yang kompoten,juga harus
mengetahui konsumen yang berminat dengan permintaan potensial, tingkah
laku konsumen (motif membeli dan selera konsumen), keadaan sosial
konsumen, dan daya belinya. Sehingga pada saat dipasarkan, walaupun
banyak saingan yang harus dihadapi sudah diketahui cara mengatasinya.
Besarnya peran dan potensi yang dimiliki petani dalam mengelola
kegiatan ushatani serta kegiatan lainnya yang berhubungan dengan upaya
peningkatan kesejahteraan keluarganya, perlu mendapat perhatian serius.
Oleh sebab itu, pembinaan terhadap petani yang memiliki kompetensi tinggi
perlu terus dikembangkan dan ditingkatkan efektifitasnya agar kemampuan,
keterampilan, dan peranannya lebih meningkat.
Aneka sayuran dapat digolongkan pada jenis sayuran komersial dan
non komersial. Sayuran komersial adalah jenis sayuran yang mempunyai
banyak peminat (masyarakat) meskipun harganya relatif rendah atau sayuran
tersebut diminati kalangan tertentu dengan harga tinggi atau mempunyai
peluang bagus untuk komoditi ekspor.
Idealnya seseorang mengkonsumsi sayuran sekitar 200 gram perhari.
Berarti penduduk Indonesia yang berjumlah 170 juta jiwa memerlukan 34.000
ton sayuran perhari. Katakanlah hanya 50% yang membeli sayuran, jumlah
total kebutuhan sayuran tetap merupakan potensi yang besar bagi pasar
sayuran (Rahardi, 1989:1-3).
Kesadaran masyarakat tentang pentingnya mutu makanan, termasuk
sayuran, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pendidikan dan
pengetahuan masyarakat. Hal ini jelas terlihat pada masyarakat kota yang
xviii

sebagian besar memang mampu mebelinya. Dengan demikian jelas bahwa


mutu dan kesegaran sayuransangat menentukan harganya. Padahal seperti
produk hortikultura sayuran sangat mudah rusak dan membusuk dalam
waktu yang relatif singkat sehingga mutunya menurun atau bahkan tidak
dapat dikonsumsi samasekali.Hal ini berarti pasar harus selalu dipasok
sayuran segar setiap hari. Sehungga dapat ditarik kesimpulan, bahwa
peluang bisnis sayuran cukup besar dan menarik.
Bayam, sawi, kangkung, dan kacang panjang merupakan komoditi
unggulan petani sayuran di Kecamatan Poasia dan sangat potensial untuk
dikembangkan. Akan tetapi pengembangan sayuran pada daerah tersebut
belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini ditunjukkan oleh produksi sayur-
sayuran yang masih rendah (Kota Kendari dalam angka, 2004:127)
menyebutkan bahwa jenis sayuran yang paling tinggi produksinya adalah
sawi yang mnecapai 321.500 kg, kacang panjang 124.000 kg, bayam 84.400
kg, dan kangkung 67.800 kg. Rendahnya produksi tersebut disebabkan oleh
banyak faktor, termasuk petani yang perlu mendapat perhatian. Untuk itu,
kompetensi petani dalam pengelolaan usahatani sayuran dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya sangat penting untuk dikaji. Hasil kajian tersebut
dapat merumuskan upaya-upaya peningkatan usahatani sayuran dan
pembentukan petani yang lebih berkembang dan kompoten terhadap
profesinya
Rumusan Masalah
Kecamatan Poasia merupakan daerah pengembangan sayuran yang
memiliki potensi cukup besar, akan tetapi belum dimanfaatkan secara
optimal. Rendahnya produksi terebut disebabkan oleh banyak faktor,
termasuk petani yang perlu mendapat perhatian. Berdasarkan latar belakang
yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hubungan antara faktor umur petani dengan
kemampuan pengelolaan usahatani sayuran di Kecamatan Poasia
?
xix

2. Bagaimana hubungan antara faktor modal petani dengan


kemampuan pengelolaan usahatani sayuran di Kecamatan Poasia
?
3. Kompetensi apa yang dikuasai oleh petani itu dalam pengelolaan
usahatani sayuran?
4. Sampai seberapa jauh faktor umur dan modal petani itu
berhubungan dengan kompetensi mereka dalam mengelola
usahatani sayuran?

Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah yang diungkapkan, maka secara umum
karya tulus ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh gambaran
yang lebih jelas tentang kompetensi petani dalam pengelolaan usahatani
sayuran serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara lebih spesifik,
tujuan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hubungan faktor umur dengan kemampuan
petani dalam pengelolaan usaha tani sayuran.
2. Untuk mengetahui hubungan faktor modal dengan kemampuan
petani dalam pengelolaan usaha tani sayuran.
3. Kompetensi yang dikuasai oleh para petani itu dalam pengelolaan
usahatani sayuran.
4. Hubungan antara karakter umur dan modal para petani sayuran
dengan kompetensi mereka dalam mengelola usahatani sayuran.

Manfaat Penulisan
Sistem usahatani sayuran yang dikembangkan di Kecamatan Poasia
saat ini meskipun telah mendapat perhatian, namun belum banyak
memberikan perubahan yang mendasar kearah sistem usahatani moderen.
Petani sebagai pelaku usahatani diharapkan dapat memberikan informasi
yang mendalam mengenai unsur kompetensi yang harus mereka miliki dalam
xx

mengelola usahatani sayuran dan faktor lain yang berhubungan dengan


keberhasilan mereka dalam berusahatani.
Secara khusus diharapkan karya ilmiah ini bermanfaat/berguna:
1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dalam mengambil
kebijakan dibidang pengembangan pertanian khususnya
menyangkut usahatani sayuran.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat, khususnya petani
sayuran mengenai kompetensi yang harus mereka miliki dalam
berusahatani sayuran.
3. Menambah perbendaharaan dibidang ilmu pengetahuan dan dapat
memberikan kontribusi yang berarti bagi pengembangan dan
pemberdayaan masyarakat.
Defenisi Istilah
Istilah yang penting untuk diberikan defenisi sesuai dengan tujuan
adalah sebagai berikut:
1. Umur adalah satuan usia yang dihitung sejak lahir sampai pada
pembuatan penulisan ini. Berdasarkan hal tersebut tingkat umur
dibagi dalam tiga kategori yaitu: kelompok muda, dewasa dan tua.
2. Modal usahatani sayuran adalah berupa uang yang dimiliki
responden untuk keperluan usahataninya, dapat berupa milik
sendiri atau pinjaman dari pihak lain. Dalam hal ini dibagi tiga
kategori : kurang tersedia, cukup tersedia,, dan tersedia.
3. Kompetensi petani sayuran adalah perpaduan antara
pengetahuan, keterampilan, dan nilai ikap petani yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak agar dapat mengelola
usahatani sayuran dengan baik. Hal ini meliputi :
a. Pengetahuan petani tentang pengelolaan usahatani sayuran
adalah kemampuan kognitif petani tentang teknis produksi
usahatani sayuran. Indikator yang digunakan yaitu:
- Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
xxi

- Perlakuan benih/bibit
- Pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit
- Pengairan
- Aspek modal
- Aspek Tenaga kerja
- Penggunaan teknologi usahatani sayuran
- Kendala dan peluang usahatani sayuran
- Pemasaran hasil
b. Keterampilan petani dalam pengelolaan usaha tani sayuran
adalah kemampuan psikomotorik petani tentang teknis produksi
usahatani sayuran. Indikator yang digunakan yaitu:
- Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
- Perlakuan benih/bibit
- Pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit
- Pengairan
- Aspek modal
- Aspek Tenaga kerja
- Penggunaan teknologi usahatani sayuran
- Kendala dan peluang usahatani sayuran
- Pemasaran hasil
c. Sikap petani adalah kecenderungan atau kesediaan petani
untuk bertingkah laku dalam menghadapi rangsangan terhadap
cara pengelolaan ushatani sayuran. Indikator yang digunakan
yaitu:
- Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
- Perlakuan benih/bibit
- Pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit
- Pengairan
- Aspek modal
- Aspek Tenaga kerja
xxii

- Penggunaan teknologi usahatani sayuran


- Kendala dan peluang usahatani sayuran dan pemasaran
hasil

TINJAUAN PUSTAKA
Umur
Umur menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga
terdapat keragaman prilaku. Semakin tua (di atas 50 tahun), kemampuan
akan berkurang dan terasa secara nyata, hal ini disebabkan oleh fungsi kerja
otot semakin menurun, semakin lamban untuk mengadopsi inovasi, dan
senderung hanya melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sudah biasa
diterapkan oleh warga masyarakat setempat.
Menurut Padmowiharjo (1994:36) umur bukan merupakan faktor
psikologis, tetapi apa yang diakibatkan oleh umur adalah faktor psikologis.
xxiii

Disebutkan terdapat dua faktor yang menentukan kemampuan seseorang


berhubungan dengan umur. Faktor pertama ialah mekanisme belajar dan
kematangan otak, organ-organ sensual, dan otot organ-organ tertentu. Faktor
kedua adalah akumulasi pengalaman dan bentuk-bentuk proses belajar yang
lain. Sehingga umur merupakan faktor yang penting dalam mempengaruhi
sikap petani untuk menerima hal-hal baru.
Kelompok usia produktif menurut Rochaety et.al. (2005:35), adalah
mereka yang secara potensial memiliki kesiapan dalam menghasilkan
pendapatan untuk mendukung kehidupan dirinya, keluarganya, dan
masyarkatnya. Namun pada kenyataannya tidak sedikit jumlah kelompok usia
produktif yang belum berperan produktif dalam hidupnya. Ketidakmampuan
mereka untuk tampil secara produktif disebabkan oleh faktor internal maupun
eksternal. Faktor internal berkaitan dengan ketidakmampuan akademik dan
keterampilan, klemahan motif berprestasi dan penyesuaian diri. Adapun
faktor eksternal, meliputi: kurangnya pelatihan dan pendidikan yang relevan
dengan kebutuhan dan tuntutan hidup masyarakat. Perhatian trhadap
kelompok ini memiliki nilai ganda, yaitu dapat mendorong mereka untuk
mengaktualisasikan dirinya dan mencegah timbulnya penyimpangan sosial
sebagai akibat dari waktu luang yang tidak dapat mereka manfaatkan untuk
kegiatan yang produktif.
Wiriaatmadja (1986:13) mengemukakan bahwa umur petani akan
mempengaruhi penerimaan petani terhadap hal-hal baru. Pada bagian lain,
Soehardjo dan Patong (1984:45), mengemukakan bahwa kemampuan kerja
petani sangat ditentukan oleh umur petani itu sendir, sehingga
mengkategorikan umur berdasarkan kelompoknya bahwa kisaran umur 0-14
tahun adalah kategori umur non produktif, kisaran umur 15 – 54 tahun adalah
kategori umur produktif, dan kisaran umur 55 tahun keatas adalah kategori
umur kurang produktif.
Jumlah dan komposisi penduduk menurut Triwibowo (Husima,
2005:52), dapat digolongkan jumlah penduduk berdasarkan produktivitas
xxiv

kerja yaitu: (I) Golongan tidak produktif, meliputi: (a) usia muda yaitu: 0 – 14
tahun, dan (b) Usia tua yaitu: 60 tahun keatas, dan (2) Golongan produktif,
yaitu: 15 -59 tahun.
Sedangkan menurut Simon (Husima, 2005:53), menyebutkan
angkatan kerja adalah penduduk yang berusia 15 – 59 tahun. Angkatan kerja
usia 15 – 59 tahun ini kemudian dikelompokka menjadi tigs bagian, yaitu:
- Usia Kerja muda : 15 – 24 tahun
- Angkatan kerja produktif : 25 – 49 tahun
- Angkatan kerja tua : 50 – 59 tahun.

Modal Usahatani
Modal merupakan faktor penunjang utama dalam kegiatan usahatani. Tanpa
adanya modal, petani akan sulit mengembangkan usahatani yang dilakukan.
Dalam pengertian ekonomi, (Hermanto, 1993:94) mengatakan bahwa modal
merupakan barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor produksi
lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru
yakni produksi pertanian. Modal petani dapat berupa barang di luar tanah
adalah ternak beserta kandangnya, cankul, bajak dan alat-alat pertanian lain,
pupuk, bibit, hasil panen yang belum di jual, tanaman yang masih di kebun
dan lain-lain (Mubyarto, 1989:106)
Penciptaan modal oleh petani dilakukan dengan menyisihkan
sebagian hasil pertanian musim lalu untuk tujuan produktif. Modal yang
digunakan oleh petani untuk kegiatan usahatani dapat berasal dari miliknya
sendiri maupun pinjaman keuangan ataupun yang lain (Mosher, 1987:21)
Berdasarkan sumbernya, menurut (Hermanto, 1993:96-98) modal
dapat dibedakan menjadi: (1) Milik sendiri, (2) Pinjaman atau kredit: (a) kredit
bank, dan (b) Dari pelepas uang/tetangga/famili dan lain-lain, (3) Warisan, (4)
Dari usaha lain, dan (5) Kontrak sewa. Modal sendiri, petani bebas
menggunakan. Modal yang berasal dari kredit yang milik orang lain tentunya
ada persyaratan. Persyaratan dapat diartikan pembebanan yang menyangkut
xxv

waktu pengambilan maupun jumlah serta angsurannya. Untuk modal yang


berasal dari warisan, tergantung dari pemberi, sumber modal dari luar
usahatani dimaksudkan bila petani memiliki usaha dari luar usahatani yang
cukup besar. Modal dari kontak sewa diatur menurut jangka waktu tertentu,
sampai peminjam dapat mengembalikan.
Petani harus dapat mengatur biaya produksi dalam usahataninya,
sehingga modal yang dibutuhkan dapat diketahui. Biaya produksi
digolongkan menjadi biaya tetap. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang
tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani harus
tetap membayarnya berapapun jumlah komoditi yang dihasilkan
usahataninya. Biaya tetap menjadi sangat penting apabila petani memikirkan
tambahan investasi, seperti alat pertanian, tenaga kerja, mesin pertanian,
atau bangunan. Biaya tidak tetap adalah biaya yang berubah apabila luas
usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang
diproduksi (Soek
artawi, 1986:12 -13)
Ketersediaan modal mempengaruhi kemampuan petani dalam upaya
mengembangkan usahatani, karena berpengaruh Pada produktivitas hasil
usaha secara optimal. Dengan demikian, ketersediaan modal usahatani
berhubungan dengan kompetensi petani dalam mengelola usahatani
sayuran.
Kompetensi Petani Sayuran
Keterbukaan ekonomi sebagai akibat adanya globalisasi ekonomi
dunia dalam menciptakan kondisi yang lebih menuntut adanya tingkat
efisiensi yang lebih tinggi serta daya saing yang lebih baik di pasar nasional
maupun internasional. Implikasinya adalah kualitas menjadi bagian yang
sangat penting dari komoditas pertanian yang dikembangkan. Keterbukaan
pasar juga akan meningkatkan derajat komersil komoditas pertanian,
meghadapai berbagai tantangan dalam era perdagangan bebas tersebut,
xxvi

perspektif kebijakan pembangunan pertanian dasar peningkatan kualitas


sumber daya manusia yang maju dan tangguh (Mubyarto, 1989:98)
Pembanguan pertanian saat ini menghadapi persaingan bebas dalam
era globalisasi. Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur untuk penyediaan
infut, pemasaran, dan penyuluhan sangat diperlukan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup pertanian individual. Kecenderungan adanya persaingan
yang semakin ketat di pasar dunia menyebabkan hanya petani-petani yang
lebih efisien saja yang mampu bertahan (Van den Ban dan Hawkins,
1999:15). Hal inilah yang menjadikan dasar pentingnya sumberdaya
pertanian yang mempunyai kompetensi tinggi, khususnya petani sebagai
pelaku utama untuk mewujudkan pertanian yang maju dan tangguh.
Kompetensi menurut Mulyasa (2002:37) merupakan perpaduan dari
pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap yang direfleksikan dalam
kebiasaan berfikir dan bertindak. Syah (2002:229) menyatakan bahwa
pengertian dasar kompetensi (competensy) adalah kemampuan atau
kecakapan.
Menurut Puspadi (2003:115) kompetensi merupakan kemampuan
untuk melaksanakan tugas secara efektif. Kompetensi kerja adalah segala
sesuatu pada individu yang menyebabkan kinerja yang prima. Pengetahuan-
pengetahuan khusus yang mencerminkan berbagai kompetensi belum dapat
dikatakan sebagai kompetensi kerja. Secara harafiah, pengetahuan mengacu
kepada kumpulab informasi. Kemampuan menggunakan pengetahuan-
pengetahuan khusus secara efektif merupakan hasil menggunakan
pengetahuan yang lain.
Ramasamy, (2005:1) menyebutkan bahwa kebanyakan cendikiawan
setuju bahwa pad dasarnya kompetensi terdiri dari tiga unsur utama yaitu
pengetahuan (cognitive domaian), kemahiran (psychomotor domain), dan
sikap/kualiti pribadi (behaviour) anggota dan cara mana sesuatu tuagasan
(task). Pemilikan kompetensi yang sewajarnya diandaikan akan
xxvii

menyumbang kepada peningkatan prestasi individu dan seterusnya


meningkatkan prestasi dan kecermelangan organisasi.
Crunkilton (Mulyasa, 2002:38-39) mengartikan kompetensi sebagai
pengeuasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang
diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Sementara itu (Suparno,
2001:14), megartikan kompetensi sebagai kecakapan yang memadai untuk
melakukan suatu tugas atau memiliki keterampilan dan kecakapan yang
disyaratkan. Dalam pengertiannya yang lebih luas ini jelas bahwa setiap cara
yang digunakan dalam pelajaran yang ditujukan untuk mencapai
kompetenasi adalah untuk mengembangkan manusia yang bermutu dengan
memiliki pengetahuan,keterampilan, dan kemampuan sebagaimana
disyaratkan. Kata kompetensi dipilih untuk menunjukkan tekanan pada
kemampuan mendemonstrasikan pengetahuan.
Kompetensi yang satu berbeda dengan kompetensi yang laindalam
hal jumlah bagian-bagiannya. Menurut Suparno (2001:15) makin kompleks,
kreatif, atau profesional suatu kompetensi, makin besar kemungkinan
diterapkan dengan cara berbeda (different fashion) pada setiap kali
dilakukan, bahkan oleh orang yang sama. Hal ini berbeda dengan
kompetensi teknis yang relatif merupakan tindakan mekanis yang setiap kali
diterapkan dengan menggunakan cara yang sama (usually premium for
precision).
Hamel dan Prahalad (Damihartini, 2005:16), mengemukakan bahwa
inti dari kompetensi adalah keterpaduan keterampilanseseorang dalam
menangani berbagai macam pekerjaan maupun situasi sehingga
mengahsilkan sesuatu yang spesifik dan unggul. Sementara itu, menurut
Padmowiharjo (1994:20) kompetensi adalah kemampuan dan rasa tanggung
jawab seseorng terhadap tugas/pekerjaan yang dilaksanakannya agar dapat
dicapai hasil yang sebaik-baiknya. Kompetensi didukung dengan
kemampuan intelektual (kognitif), kemampuan yang berkaitan dengan
kejiwaan (affektif), dan kemampuan gerak fisik (psikomotorik).
xxviii

Salah satu a;lat ukur yang digunakan dalam pendekatan individu pada
pengembangan karir adalah pendekatan kompetensi. Pendekatan
kompetensi menitikberatkan pada pandangan bahwa setiap orang pada
umumnya memiliki keunggulan yang sama (average performance). Akan
tetapi, ada beberpa orang yang memiliki keahlian yang khusus (superior
performance) sehingga harus dibedakan dengan orang lain (Rochaety et.al.,
2005:139).
Menurut Widyarini (Syafruddin, 2006:21) untuk dapat survive dan
meraih keberhasilan dalam hidup, manusia perlu mengembangkan
kompetensi. Lebih dari sekedar membangun keterampilan, kompetensi
mencakup keberhasilan mengatasi tantangan-tantangan, sukses dalam
berinteraksi dengan lingkungan, mampu menyususn tujuan-tujuan, dan
memandang diri sendiri sebagai orang yang cakap (mampu melakukan apa
yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain). Untuk dapat mengembangkan
kompetensi, setiap orang perlu memiliki tiga hal berikut:
(1) Sense of control adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya sendirilah
yang mengendalikan hidupnya atau peristiwa-peristiwa yang ia alami
(bukan ditentukan oleh atau oranasib/takdir atau orang lain yang
berkuasa). Orang yang memiliki sense of control merasa bahwa apa
yang akan terjadi dalam hidupnya dapat diprediksi. Hal ini merupakan
pemenuhan atas kebutuhan survival.
(2) Kebutuhan untuk berprestasi dan penguasaan. Adanya kebutuhan
untuk mencapai tujuan dan menguasai keterampilan tertinggi ini
merupakan dasar yang penting untuk mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan yang memungkinkan kita untuk sukses dalam
berinteraksi dengan lingkungan dan meraih apa yang diharapkan
dalam hidup.
(3) Self sistem. Dalam psikologi, self sistem sering diterjamahkan sebagai
harga diri dan didefenisikan sebagai penilaian seseorang terhadap diri
sendiri, baik positive maupun negative. Mereka yang mempunyai
xxix

keyakinan akan kemampuan-kemampuan yang dimiliki dan merasa


dirinya bernilai adalah orang yang harga dirinya positif. Sebaliknya,
mereka yang harga dirinya negatif akan merasa lemah, tidak berdaya.
Berprilaku efisien berarti berfikir dan bertindak disertai dengan sikap
positif dalam menggunakan sarana secara tepat guna dan berdaya guna.
Perilakuk berdaya saing tinggi, artinya dalam berpikir dan bertindak
senantiasa disertai sikap berkarya dalam hidup yang berorientasi pada mutu
dan kepuasan konsumen atas produk atau jasa yang dihasilkan.
Adapun faktor-faktor yang membentuk kemampuan swadaya adalah
keuletan, kerja keras, dan jiwa kewirausahaan. Jiwa kewirausahaan
merupakan modal dasar bagi para pengusaha untuk menuju kompetensi.
Kwirausahaan bukan sekedar sifat dan sikap gagah berani untuk berdiri
dengan kekuatan sendiri, memecahkan berbagai persoalan hidupnya dengan
kemampuan yang ada pada dirinya, tetapi mampu juga melihat peluang-
peluang bisnis yang ada, kemudian mengelola dan mengembangkan dengan
gagasan-gagasan baru, serta melembagakannya dalam perusahaan untuk
memperoleh nilai tambah dan kesejahteraan (Suparta, 2004:39).
Karakteristik manusia yang berkualitas menurut Nawawi, dkk. (19940
menunjuk pada kemampuan meraih sukses dalam kehidupannya, artinya
manusia yang berkualitas memiliki:
- Jasmani yang sehat, yang memiliki pula sikap dan kemampuan
unutuk mewujudkan kehidupan yang sehat, termasuk memelihara
kesehatan, sehingga memungkinkan berprestasi secara maksimal.
- Kulaitas psikologis, dalam arti memiliki pengetahuan dengan
keleluasaan dan kedalaman yang memadai, sehingga mudah
memahami sesuatu dan cukup tajam dalam berfikir. Keterpaduan
dalam kualitas psikologis dan jasmaniah, sehingga memiliki
keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan pasaran kerja di
masyarakat.
xxx

Sedangkan menurut Rochaety et.al. (2005: 139-140), mengatakan


ada 5 karakteristik kompetensi yang harus dimiliki yaitu:
1. Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai apa yang diinginkan
sehingga menyebabkan suatu kejadian. Motive tingkah laku
seperti mengendalikan, mengarahkan, dan memilih untuk
mengahadapi kejadian tertentu atau tujuanyang berasal dari orang
lain.
2. Trait, karakteristik pisik dan tanggapan yang konsisten terhadap
informasi atau situasi tertentu.
3. Self concept, sikap, nilai, atau imajinasi seseorang.
4. Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Nilai dari
knowledge test sering gagal untuk memprediksi kinerja karena
gagal mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya
yang digunakan dalam pekerjaan.
5. Skill, kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental
tertentu.
Karakteristik kompetensi yang pertama dan kedua disebut hidden
competency karana sulit untuk berkembang dan mengukurnya. Karaktristik
keempat dan kelima disebut visible competency karena cenderung terlihat
dan mudah untuk berkembang. Salah satu untuk mengembangkannya
melalui pelatihan-pelatihan yang diberikan. Adapun karakteristik yang ketiga
berada diantara kedua karakteristik kompetensi tersebut.
Pemanfaatan sumber-sumber daya di dalam negeri secara optimal
serta upaya pencegahan dan penanggulangan atas kebocoran serta efisiensi
penggunaan sumberdaya merupakan langkah-langkah yang dpat dilakukan
untuk memulai menuju ke arah kemandirian (Asngari, 2004:42).
Gordon (Mulyasa, 2002:38-39), menjelaskan beberapa aspek atau
ranah yang terkandung dalam konsep kompetensi sebagai berikut:
1. Pengetauhuan (knowldge); yaitu kesadaran dalam bidang
kongnitif
xxxi

2. Pemahaman (understanding); yaitu kedalam kongnitif, dan afektif


yang di miliki oleh individu
3. Kemampuan (skill); adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu
untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang di bebankan
kepadanya.
4. Nilai (value); adalah suatu standar perilaku yang telah di yakini dan
secara psikologis telah menyatu dalam diri seseorang.
5. Sikap (attitude); yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka tidak-
suka) atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari
luar.
6. Minat (interest); adalah kecendrungan seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan.
Pengetahuan merupakan hirarki paling bawah dalam taksonomi
kongnitif Bloom, didasarkan pada kegiatan-kegiatan untuk mengingat
berbagai informasi ygang belum diketahui, tentang fakta, metode ataupun
tehnik maupun maupun mengingat hal-hal yang bersifat aturan, prinsip-
prinsip atu generalisasi. Proses memusatkan perhatian kepada hal-hal yang
akan dipelajari, belajar mengingat-ingat dan berfikir, oleh brunner di sebut
sebagai “congnitive strategy,” suatu proses untuk memecahkan masalah baru
(suparno, 2001:6)
Menurut van den Ban dan Hawkins (1999:6) sikap adalah perasaan,
pikiran, dan kecendrungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen
mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkunganya. Sikap merupakan
kecondongan evaluatif terhadap suatu obyek atau subyek yag
memilikikinsekuensi yakni bagaimana seseorang berhadapan dengan obyek
sikap. Hal senada di ungkapkan oleh Meyrs (sarwono, 2002) bahwa sikap
adalah suatu reaksi evaluasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
terhadap sesuatu atau seseorang, yang di tunjukkan dalam kepercayaan,
perasaan atau perilaku seeorang.
xxxii

Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasan mendukung


atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung (unfavorable)
pada objek tersebut (Azwar, 1988:5).
Sikap dipandang mempunyai komponen efektif atau emosional, aspek
konatif dan berakibat pada tingkah laku atau behavioral consequenses
(Suparno, 2001:15). Gagne (Suparno, 2001:15) menekankan pada efek sikap
terhadap pilihan-pilihan tingkah laku individu. Keadaan internal yang
mempengaruhi pilihan-pilihan ini mempunyai aspek intelektual maupun aspek
emosional. Hal tersebut diperoleh individu sepanjang hidupnya melalui
pergaulannya baik di rumah, di sekolah maupun di lingkungan ketiga. Tentu
saja, perbuaan yang dipilih seseorang dipengaruhi kejadian-kejadian khusus
pada wktu itu,tetapi kecenderungan-kecenderungan yang bersifat tetap
mengakibatkan tingkah laku yang konsisten dalam situasi tertentu dan itulah
yang dimaksud sikap.
Sikap sosial terbentuk dari adanya interaksi sosial yang dialami oleh
individu (Azwar, 19888:30). Menurut Sarwono (2002:251 -252) sikap
terbentuk dari pengalaman, melalui proses belajar. Untuk dapat menjadi
dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan
yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor
emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama dan berbekas.
Keterampilan menekankan kemampuan motorik dalam kawasan
psikomotor, yaitu bekerja dengan benda-benda atau aktivitas yang
memerlukan koordinasi syaraf dan otot (Suparno, 2001:11). Selanjutnya
dikatakan bahwa seseorang menguasai kecakapan motorik bukan saja
karena ia dapat melakukan hal-hal atau gerakan yang telah ditentukan, tetapi
juga karena mereka melakukannya dalam keseluruhan gerak yang lancar
dan tepat waktu.
xxxiii

Pengetahuan tentang cara-cara menguasai keterampilan tertentu akan


mengubah arah dan intensitas motivasi seseorang. Keterampilan yang
kompleks dapat dipelajari secara bertahap. Analisis tugas yang kompleks
menjadi keterampilan-keterampilan bagian (part-skills), memungkinkan
dikuasainya keterampilan tersebut. Jika penguasaan atas keterampilan
sudah tercapai, maka akan timbul rasa puas, yang pada gilirannya
mendorong orang untuk mengulangi kegiatan tersebut atau melanjutkannya
ke tahap yang lebih kompleks (Suparno, 2001:22)
Kompetensi merupakan indikator yeng menunjuk kepada perbuatan
yang bisa diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaannya
secara utuh. Kompetensi tersebut terbentuk secara transaksional,
bergantung pada kondisi-kondisi dan pihak-pihak yang terlibat secara aktual.
Kompetensi merupakan jawaban atas kebutuhan survival manusia. Dengan
kompetensi manusia akan meraih kesuksesan dalam hidup, serta mendorong
untuk terus mengembangkan tujuan-tujuan. Pengembangan kompetensi
membat manusia survive dan mampu meraih sukses.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka kompetensi
petani sayuran adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan nilai
sikap petani yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak agar
dapat mengelola usaha tani sayuran dengan baik.
Pengelolaan Usahatani Sayuran
Mosher (1987:52) mengemukakan bahwa usahatani (The Farm) pada
dasarnya adalah sebidang tanh di permukaan bumi dimana seorang petani,
sebuah keluarga atau badan usaha lainnya bercocok tanam dan memelihara
ternak. Dari pengertian tersebut, menurut (Hernanto, 1993:88), pengelolaan
usahatani adalah kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, dan
mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasainya sebaik-baiknya
dan mampu memberikan produksi sebagaimana yang diharapkan.
xxxiv

Pernyataan tersebut di atas mengandung arti suatu pengertian bahwa


pengenalan secara utuh dari faktor-faktor produksi yang dimiliki dan dapat
dikuasai akan menentukan keberhasilan pengelolaan. Setiap pengelolaan
terdapat elemen-elemen dan fungsi-fungsi serta kegiatan inti yang
mengambil bagian di dalam proses pengelolaan. Hermanto (1993:88),
mengemukakan: inti dari proses pengelolaan adalah prasarana/sarana yang
merupakan dasar dari setiap pengorganisasian pengelolaan untuk bekerja.
Fungsi pengelolaan yang sangat penting setiap saat dalam segala
aspek tugas seorang pengelola meliputi: (1) analisa masalah, (2)
pengambilan keputusan, (3) komunikasi. Karena, ketiganya menjadi
pengendali dari proses kerja seorang pengelola (Hermanto, 1993:88).
Dari defenisi tersebut di atas, suatu pengelolaan usahatani tidak dapat
dipisahkan dari ketersediaan sarana produksi dan pengetahuan serta
kemampuan petani sebagai pengelola usahatani. Hal ini sejalan dengan
pendapat yang dikemukakan oleh Mosher (1987:35), bahwa apabila
keterampilan bercocok tanam sebagai jurutani pada umumnya adalah
keterampilan tangan, otot, dan mata, maka keterampilan petani sebagai
pengelola mencakupkegiatan pikiran yang didorongoleh kemauan. Tercakup
di dalamnya terutama pengambilan keputusan atau penetapan pilihan dari
alternatif-alternatif yang ada.
Asngari (2001:19), menyatakan bahwa petani sebagai manajer
diharapkan menguasai keterampilan pengelolaan usahatani yang dilakukan.
Keterampilan merupakan inti dari kompetensi seseorang pada pekerjaannya.
Derajat keterampilan seseorang merupakan kombinasi kompleks dari kognitif,
efektif, danpsikomotorik, semakin lengkap semakin sempurna keterampilan
yang dikuasai.
Sebagai seorang manajer, petani diharapkan memiliki keterampilan
khusus dalam manajemen usahatani yang dilakukan. Manajemen merupakan
serangkaian kegiatan tindakan/proses dalam mengelola suatu usaha agar
dapat menghasilkan produk sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
xxxv

Selanjutnya, Downey dan Erikcson (Damihartini, 2005:20-21)


mengemukakan, bahwakonsep manajemen merupakan “5P” (perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, dan pengkoordinasian) yaitu:
- Perencanaan menguraikan tentang penetapan program khusus
untuk mencapai hasil yang diinginkan.
- Pengorganisasian mencakup pemaduan bagian-bagian organisasi
agar cocok satu sama lain.
- Pengarahan merupakan daya upaya untuk menunjukkan jalan
terbaik.
- Pengendalian berarti pemeriksaan atas tercapai tidaknya suatu
tujuan.
- Pengkoordinasian merupakan kegiatan memadukan atau
menyamakan berbagai arahan untuk dijadikan satu tujuan yang
sama dan menyelaraskan keinginan
masing-masing pihak terkait.
Peran petani sebagai pengelola usahatani adalah mampu menyusun
perencanaan usahatani agar proses produksi yang dilaksanakannya dapat
optimal. Rencana usahatani adalah suatu asas yang didalamnya terkandung
hal-hal berikut:
Jenis dan nilai masukan, jumlah dan harga masukan yang akan
dipergunakan dan dibeli, jumlah uang/kredit yang diperlukan, jumlah produksi
dan keuntungan bersih diterima (Tohir, 1983:144-145).
Perencanaan usahatani dengan disertai anggaran belanja dan
pendapatan, merupakan cerminan, petunjuk dan pegangan bagi petani untuk
melakukan perbandingan dan pemilihan antara cara pengelolaan yang lama
dengan cara pengelolaan atas dasar pengelolaan yang baru. Dari rencana
kegiatan dan anggaran belanja maka petani akan dapat mengetahui (Tohir,
1983:145):
- Membuka pikiran petani untuk melaksanakan usahatani dengan
lebih baik dari dengan rencana baru.
xxxvi

- Kondisi usaha tani sekarang


- Mengetahui pengeluaran dan pendapatan
- Mengetayui biaya tambahan dan pendapatan tambahan dengan
adanya rencana baru.
- Cara terbaik untuk menganalisa guna mengambil suatu keputusan
Perencanaan merupakan persiapan yang harus dilakukan sebelum
suatu usaha dilaksanakan. Suatu usaha tanpa rencana, peleaksaaannnya
akan menghasilkan ketidak teraturan dan tidak terarah. Mardikanto
(1993:281) mengemukakan bahwa perencanaan adalah suatu proses
pngambilan keputusan yang berdasarkan fakta, mengenai kegiatan yang
harus dilaksanakan demi tercapainya tujuan yang diharapkan atau ya ng
dikehendaki.
Tjakrawiraksana (1996:119), mengemukakan bahwa perencanaan
pada dasarnya adalah suatu kegiatan penyusunan yang meliputi penentuan:
apa, bagaimana, kapan, dan berapa banyaknya, atau kombinasi cabang-
cabang usahatani yang akan diselenggarakan, serta penentuan unsur-unsur
produksi yang akan dipakai.
Suatu rencana usahatani dalam asasnya harus mengandung hal-hal
berikut: jenis dan nilai (jumlah) masukan (infut), jumlah dan harga masukan
(infut) yang akan dipergunakan dan dibeli, jumlah uang/kredit yang dioerlukan
untuk pembiayaan pelaksanaan rencana, jumlah produksi yang akan
diperoleh da pula yang disediakan untuk dijual guna pengembalian utang dan
keuntungaan bersih yang diharapkan (Tohir, 1983:144).
Pengorganisasian merupakan kelanjutan dari perencanaan, yaitu
mengadakan pengelompokan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan.
Maksud pengorganisasian ini agar semua pekerjaan dapat berjalan pada
waktunya, menurut saluran-saluran yang tepat sehingga pekerjaan dapat
terlaksana dengan lancar.
xxxvii

Menurut Tohir (1983: 163-164), bahwa perencanaan usahatani


memiliki arti penting bagi keberhasilan proses produksi dan hasil produksi
yang diinginkan karena:
1. Membantu petani dalam mengorganisasikan dan mengoperasikan
usahatani dengan maksud untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan.
2. Membantu petani dalam perencanaan pemanfaatan sumber-
sumber produksi dan metodenya.
3. Membantu petani dalam menaksir jumlah produksi dan
pendapatan.
4. Membantu petani dalam mengetahui kemampuan usahatani
memikul kredit.

Ringkasan
Kompetensi adalah perwujudan kemampuan petani untuk
memanfaatkan potensi yang ada dalam dirinya sendiri untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya yang dicirikan oleh kemampuan untuk mencapai kinerja
yang superior. Unsur-unsur kompetensi yang akan dikaji dalam penulisan ini
adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani dalam mengelola
usahatani sayuran.
Petani merupakan pelaku intidalam pelaksanaan kegiatan usahatani.
Selain sebagai manusia dan juru tani, seorang petani juga umumnya juga
pengelola atau “manager” dari usahataninya. Hal ini berarti bahwa petani
adalah orang yang memiliki wewenang untuk mengambil keputusan sendiri
tantang usahatani yang dikelolanya, serta terbiasa mempertanggung
jawabkan hasil pengelolaannya itu kepada keluarga dan masyarakat
lingkungannya (Mardikanto, 1993:42).
Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani dalam menentukan,
mengorganisir, dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang
xxxviii

dikuasainya sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi sebagaimana


yang diharapkan.
Jenis kompetensi yang perlu dikembangkan petani dalam pengelolaan
usahatani sayuran yaitu: pemilihan komoditas usahatani dan penanaman,
perlakuan benih/bibit, pemupukan dan pengendalian hama penyakit,
pengairan, aspek modal, aspek tenaga kerja, penggunaan teknologi
usahatani sayuran, kendala dan peluang usahatani sayuran, dan pemasaran
hasil.

Hubungan Faktor Umur dan Modal dengan Kompetensi Para Petani


Sayuran
Hubungan Umur dengan Kompetensi Petani
Umur merupakan faktor yang penting yang mempengaruhi sikap
petani untuk menerima hal-hal baru. Disamping itu juga umur seseorang
akan menentukan prestasi kerjanya, juga dalam penerimaan resiko atau
kegagalan dalam berusahatani akan berbeda antara umur ang tua dan umur
yang muda, jumlah jam kerja yang dicurahkan pada tingkatan umur yang
muda berbeda dengan umur yang tua sehingga aktivitas dari perbedaan
umurtersebut akan memberikan hasil ysng berbeda pula. Soeharjo dan
Patong (1984:41), mengemukakan bahwa kemampuan kerja petani sangat
ditentukan oleh mur petani itu sendiri. Pada bagian lain, Wiriaatmadja (1986:
67) mengemukakan bahwa unsur-unsur petani akan mempengaruhi
penerimaan petani terhadap hal-hal baru.
Mulyasa (2002: 125) mengemukakan bahwa perkembangan
kemampuan berpikir terjadi seiring dengan bertambahnya umur.
Padmowihardjo (1994: 36) mengungkapkan kemampuan umum untuk belajar
berkembang secara gradual semenjak dilahirkan sampai saat kedewasaan.
Dari asumsi ini dapat diketahui bahwa pada umur lebih lanjut orang akan
belajar lebih cepat dan berhasil mempertahankan retensi dalam jumlah besar
daripada usia lebih muda, akan tetapi setelah mencapai umur tertentu,
xxxix

ekampuan belajar akan berkurang secara gradual dan terasa nyata setelah
mencapai umur 55 ataupun 60 tahun, setelah itu penurunan akan lebih cepat
lagi.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa umur berpengaruh terhadap
kompetensi para petani dalam mengelola usahataninya terutama usahatani
sayuran.
Hubungan Modal Usahatani Dengan Kompetensi Petani
Setiap orang atau perusahaan yang bergerak dalam suatu bisnis
pastilah berharap untuk mendapatkan laba atau keuntungan yang memadai,
apalagi keuntungan itu dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan
usahanya, untuk itu pengetahuan tentang usahatani sayuran dan keberanian
memulai usaha saja tidak cukup mendukung kegiatan usaha ini, untuk itu
diperlukan modal dan pengelolaan agar usahatani dapat berkembang seperti
yang diharapkan (Rahardi, dkk, 1989:40).
Modal merupakan faktor penunjang utama dalam kegiatan produksi
usahatani sayuran. Tanpa modal yang memadai akan sulit untuk
mengembangkan usahatani untuk mencapi produksi yang optimal dan
keuntungan yang maksimal. Modal diartikan sebagi penyediaan (stock)
barang-barang dan jasa-jasa yang tidak segera digunakan untuk
meningkatkan usahatani di masa mendatang melalui proses produksi.
Ketersediaan modal usahatani bagi petani berhubungan erat dengan
tingkat keberhasilan pengelolaan usahatani mereka. Hal ini disebabkan,
ketersdiaan modal usahatani (terlebih kredit kecil bagi petani yang
membutuhkan), merupakan sumber kekuatan utama bagi terlaksananya
proses produksi yang diusahakan (Mardikanto, 1993:33).
Kemajuan dalam usahatani sayuran tidak terlepas dari besar kecilnya
modal usahatani yang dimiliki petani. Oleh sebab itu, ketersidaan modal
usahatani berhubungan dengan tingkat kedinamisan petani maju maupun
petani berkembang (Agussabti, 2002:174-175).
xl

Ringkasan
Perbedaan umur petani menyebabkan kemampuan yang berbeda
untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki. Hubungan umur dengan
kompetensi petani sangat terkait, karena umur merupakan faktor terpenting
yang mempengaruhi sikap petani untuk menerima hal-hal baru juga terhadap
prestasi kerjanya.
Usahatani dalam operasionalnya bertujuan untuk memperoleh
pendapatan. Pendapatan usahatani tersebut digunakan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga serta dana untuk kegiatan luar usahatani.

KERANGKA BERPIKIR
Kehidupan petani kecil, selalu dijumpai adanya kenyataan bahwa
kegiatan usahatani merupakan bagian dari kegiatan rumah tangga secara
keseluruhan. Petani yang memiliki kompetansi tinggi senantiasa berusaha
mencari peluang-peluang dalam meningkatkan taraf hidup keluarganya
melalui kegiatan usahatani. Petani-petani kecil merupakan pelaksana utam
pembangunan pertanian yang belum dapat memisahkan secara tegas antara
pengelolaan usahatani dengan pengelolaan rumah tangga.
Pada dasarnya petani telah mencari peluang-peluang dalam
meningkatkan kesejahteraannya, sehingga petni dan keluarganya kompeten
dalam berusahatani. Ini diharapkan agar petani dalam melakukan proses
produksi dapat meningkatkan hasil usahataninya secara optimal karena
kompetensi merupakan perwujudan kemampuan seseorang untuk
memanfaatkan potensi dirinya sendiri dalam memenihi kebutuhan hidupnya.
Didalam sistem agribisnis, berbagai kompetensi (keahlian dan potensi
yang sulit ditiru orang lain), mulai dari pemilik modal, petani, pengusaha,
pemerintah, industri, dan para profesional di berbagai bidang yang diperlukan
untuk memperkuat sistem agribisnis kita termasuk ahli teknologi
informasinya, harus bersinergi. Hanya dengan menyinergikan semua
xli

kompetensi itulah agribsnis kita akan mampu bersaing di pasar global


(Kusdiana, 2000:4).

Umur dan Modal


Kompetansi Petani
Petani Sayuran (X)
Sayuran (Y)
X1 Umur
1. Pengetahuan
X2 Modal Usahatani 2. Keterampilan
3. Sikap

Gambar 1. Kerangka berpikir mengenai hubungan antara faktor umur dan


modal usahatanidengan kompetensi para petani dalam
mengelola usahatani sayuran.
Gambar 1 di atas menunjukkan, bahwa umur dan modal usahatani
dalam hal ini variabel bebas (X), berhubungan dengan kompetensi para
petani dalam pengelolaan usahatani sayuran dalam hal ini variabel terikat
(Y).

METODE PENELITIAN
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah petani sayuran dengan komoditi
bayam, kangkung, sawi dan kacang panjang yang merupakan komoditi
unggulan dilakasanakan di Kecamatan Poasia Kota Kendari Provinsi
Sulawesi Tenggara. Keterbatasan dalam pengamatan adalah kemampuan
pengamat, tenaga, waktu dan biaya yang digunakan.
Ukuran sampel untuk Kecamatan ditentukan secara proporsional
(Proportional Random Sampling) sesuai dengan jumlah petani sayuran di
xlii

lokasi tersebut (Arikunto, 1997:116-117). Perinciannya dapat dilihat pada


tabel berikut:
Tabel 1. Jumlah populasi an sampel pengamatan
No. Kelurahan Populasi (orang) Sampel (orang)
1. Anduonohu 104 20

2. Anggoeya 71 14
3. Rahandouna 83 16
4. Matabubu 70 13
Jumlah 328 63

Sumber: BPP Kecamatan Poasia tahun 2016

Desain Penelitian
Penulisan ini merupakan penulisan yang bersifat deskriptif korelasional
yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan antara
variabel yang berbeda dalam suatu populasi.
Penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) meliputi: umur, modal
usahatani sedangkan variabel tidak bebasnya (Y) yaitu kompetensi petani
dalam mengelola usahatani sayuran, meliputi: pengetahuan, keterampilan,
dan sikap petani sayuran.
Data dan Instumentasi Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Data primer yang
dikumpulkan meliputi:
I. Umur dan Modal usahatani petani adalah berhubungan dengan
kompetensinya dalam mengelola usahatani sayuran, selengkapnya
sebagai berikut:
1. Umur adalah satuan usia dalam tahun yang dihitung sejak lahir
sampai penelitian ini dilakukan. Berdasarkan hal tersebut
xliii

tingkat umur dibagi dalam tiga kategori Yaitu: Kelompok muda,


dewasa dan tua.
2. Modal usahatani sayuran adalah berupa uang yang dimiliki
responden untuk keperluan usahataninya, dapat berupa milik
sendiri atau pinjaman dari pihak lain. Dalam hal ini dibagi dalam
tiga kategori: kurang tersedia, cukup tersedia, dan tersedia.
II. Kompetensi petani sayuran adalah perpaduan antara pengetahuan,
keterampilan, dan sikap nilai petani yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak agar dapat mengelola usahatani
sayuran dengan baik. Hal ini meliputi:
1. Pengetahuan petani tentang pengelolaan usahatani sayuran
adalah kemampuan kognitif petani tentang teknis produksi
usahatani sayuran.
Indikator yang digunakan yaitu:
a. Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
b. Perlakuan benih/bibit
c. Pemupukan dan pengendalian hama penyakit
d. Pengairan
e. Aspek modal
f. Aspek tenaga kerja
g. Penggunaan teknologi usahatani sayuran
h. Kendala dan peluang usahatani sayuran
i. Pemasaran hasil
2. Keterampilan petani dalam pengelolaan usahatani sayuran
adalah kemampuan
psikomotorik petani tentang teknis produksi usahatani sayuran.
Indikator yang digunakan yaitu:
a. Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
b. Perlakuan benih/bibit
c. Pemupukan dan pengendalian hama penyakit
xliv

d. Pengairan
e. Aspek modal
f. Aspek tenaga kerja
g. Penggunaan teknologi usahatani sayuran
h. Kendala dan peluang usahatani sayuran
i. Pemasaran hasil
3. Sikap petani adalah kecenderungan atau kesediaan petani
untuk bertingkah laku dalam menghadapi rangsangan terhadap
cara pengelolaan usahatani sayuran.
Indikator yang digunakan yaitu:
a. Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
b. Perlakuan benih/bibit
c. Pemupukan dan pengendalian hama penyakit
d. Pengairan
e. Aspek modal
f. Aspek tenaga kerja
g. Penggunaan teknologi usahatani sayuran
h. Kendala dan peluang usahatani sayuran
i. Pemasaran hasil
Data yang dikumpulkan berupa data ordinal, keterangan mengenai
variabel, indikator, dan cara pengukurannya, ditampilkan dalam tabel 2
berikut:
Tabel 2. Variabel, indikator dan cara pengukurannya
Nama variabel Indikator Pengukuran
1 2 3
Umur Usia petani yang lahir sampai saat
dihitung sejak lahir menjadi responden
sampai saat menjadi
responden
Modal Usahatani Modal yang dimiliki Ketersediaan modal
xlv

Sayuran responden untuk yang dimiliki responden


keperluan usahatani berupa milik sendiri
sayuran atau pinjaman.
Berdasarkan
sebarannya
diklassifikasikan
menjadi kurang
tersedia, cukup
tersedia, dan tersedia.
Pendapatan Yang Nilai rupiah yang Jumlah nilai rupiah
usahatani sayuran diterima responden dari yang diperoleh
hasil usahatani dan luar responden dalam
usahatani sayuran. setiap bulan.
Berdasarkan
sebarannya dibagi
menjadi rendah,
sedang, dan tinggi.

Lanjutan.
1 2 3
Keterampilan Kemampuan psikomotorik Tingkat keterampilan
petani tentang teknis produksi responden dalam
usahatani sayuran, meliputi: pengelolaan usahatani
pemilihan komoditas sayuran, dibagi dalam
usahatani dan penanaman, kategori sangat tidak
perlakuan benih/bibit, terampil, tidak terampil,
pemupukan dan dan sangat terampil.
pengendalian hama dan
xlvi

penyakit, pengairan, aspek


modal, aspek tanaga kerja,
penggunaan teknologi
usahatani sayuran, kendala
dan peluang usahatani
sayuran, dan pemasaran
hasil.
Pengetahuan Kemampuan kognitif petani Tingkat pengetahuan
tentang teknis produksi responden tentang
usahatani sayuran, yang pengelolaan usahatani
meliputi: Pemilihan komoditas sayuran, diukur
usahatani dan penanaman, berdasarkan jenjang
perlakuan benih/bibit, terhadap bidang
pemupukan dan usahatani sayuran
pengendalian hama dan
penyakit, pengairan, aspek
modal, aspek tanaga kerja,
penggunaan teknologi
usahatani sayuran, kendala
dan peluang usahatani
sayuran, dan pemasaran
hasil.

Lanjutan.
1 2 3
xlvii

Sikap Kecenderungan atau Sikap responden


kesediaan petani untuk terhadap pengelolaan
bertingkah laku dalam usahatani sayuran,
menghadapi rangsangan diukur dengan skala
terhadap cara pengelolaan Likert, yaitu: Sangat
usahatani sayuran. Meliputi: tidak setuju, setuju, dan
Pemilihan komoditas sangat setuju.
usahatani dan penanaman,
perlakuan benih/bibit,
pemupukan dan
pengendalian hama dan
penyakit, pengairan, aspek
modal, aspek tanaga kerja,
penggunaan teknologi
usahatani sayuran, kendala
dan peluang usahatani
sayuran, dan pemasaran
hasil.

Instrumentsi
Data primer diperlukan untuk mendapatkan keterangan yang lebih
akurat mengenai faktor umur dan modal petani dan kompetensi mereka
dalam mengelola usahatani sayuran. Dilakukan wawancara dengan
responden berdasarkan kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah
disiapkan untuk memperoleh data yang dimaksud.

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara
langsung dengan responden berdasarkan kuesioner atau daftar pertanyaan
xlviii

yang telah disiapkan. Data sekunder diperoleh dari kantor pemerintah dan
instansi terkait serta studi pustaka. Pengumpulan data dilakukan pada bulan
Februari 2017 sampai dengan Maret 2017 oleh peneliti sendiri yang dibantu
oleh enumerator PPL yang bertugas pada masing-masing Kelurahan.

Analisis Data
Analisis data dilakukan baik secara deskriftif kualitatif maupun secara
deskriftif kuantitatif. Uji statistik yang digunakan untuk melihat hubungan
antara variabel bebas dengan tidak bebas (terikat) adalah dengan
menggunakan analisis uji konkordansi Kendall (Siegel, 1997:283), dan untuk
memudahkan pengolhan data digunakan program SPSS versi 13.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai Maret 2017,
dengan tujuan untuk mengetahui: Hubungan faktor umur dan modal
usahatani para petani sayuran dengan kompetensi mereka dalam mengelola
usahatani sayuran.
Sampel dalam penelitian ini ebanyak 99 orang petani sayuran dengan
komoditi bayam, sawi, kangkung dan kacang panjang di Kecamatan Poasia
Kota Kendari,Sulawesi Tenggara yang diambil secara proporsional
xlix

(Proportional Random Sampling). Data dari 99 orang petani tersebut


digunakan untuk mencapai tujuan penelitian di atas.
Distribusi Petani Sayuran Berdasarkan Umur
Umur petani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia petani
sejak lahir hingga penelitian ini dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.
Pada bagian ini, umur petani dibagi menjadi 3 Ketegori yaitu: (1)
Muda, (2) Dewasa, dan (3) Tua. Adapun kateri muda berkisar 20 hingga 33
tahun, kategori umur dewasa berkisar dari 34 sampai 39 tahun, dan kategori
umur tua berkisar dari 40 sampai 56 tahun.
Hasil penelitian tentang distribusi petani sayuran berdasarkan umur
disajikan dalam tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Distribusi petani sayuran berdasarkan umur


No. Umur Jumlah Persentase
1. Muda 15 27
2. Dewasa 18 33
3. Tua 30 40
Total 63 100,00
Keterangan: - Minimum : 24 tahun
- Maksimum : 60 tahun
- Rata-rata : 53,25 tahun
Tabel 3 diatas menunjukkan, bahwa dari 63 petani yang
diinterview, hampir sepertiga petani memiliki umur muda, sepertiga lainnya
berumur dewasa, dan selebihnya berumur tua.
Dengan demikian pada tabel 3 mengungkapkan, bahwa mayoritas
petani sayuran yang dilibatkan dalam penelitian ini berumur tua.
Distribusi Petani Sayuran Berdasarkan Modal Usahatani
l

Modal usahatani yang dimaksud dalam penelitian ini adalah


berupa uang yang dimiliki responden untuk keperluan usahataninya, dapat
berupa milik sendiri atau pinjamandari pihak lain.
Modal usahatani dibagi menjadi 3 kategori yaitu: (1) Kurang
tersedia, (2) Cukup tersedia, dan (3) Tersedia. Kategori kurang tersedia
berkisar dari skor 9 sampai 11, kategori cukup tersedia berkisar dari skor 12
ampai 13, dan kategori tersedia berkisar dari skor 14 sampai 15.
Hasil penelitian tentang distribusi petani sayuran berdasarkan
modal usahatani dapat dilihat pada tabel 4 berikut.
Tabel 4. Distribusi Petani sayuran Berdasarkan Ketersdiaan Modal Usahatani
No. Modal Usahatani Jumlah Persentase
1. Kurang tersedia 14 22,22
2. Cukup Tersedia 31 49,21
3. Tersedia 18 28,57
Jumlah 63 100

Keterangan: - Minimum :9
- Maksimum : 19
- Rata-rata : 12,55

Tabel 4 di atas menunjukkan, bahwa dari 63 petani yang diinterview,


sepertiga diantaranya kurang teredia, dan kurang dari sepertiga lagi tersedia
banyak modal uahataninya. Dengan demikian, tabel 4 di atas
mengungkapkan bahwa mayoritas petani sayuran dalam penelitian ini
memiliki ketersediaan modal usahatani yang cukup untuk mengelola
usahatani sayuran.
Kompetensi Petani Sayuran
Kompetensi petani sayuran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
perpaduan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan petani agar dapat
mengelola usahatani sayuran dengan baik.
li

Tiga unsur petani dalam pengelolaan usahatani sayuran yang harus


dikuasai petani, yaitu: (1) Pengetahuan petani dalam pengelolaan usahatani
sayuran, (2) Keterampilan petani tentang pengelolaan usahatani sayuran,
dan (3) Sikap petani terhadap pengelolaan usahatani sayuran.
Pengetahuan petani dalam pengelolaan usahatani sayuran
Pengetahuan petani dalam pengelolaan usahatani ayuran yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif petani tentang
teknis produksi usahatani sayuran.
Pengetahuan petani dalam pengelolaan usahatani sayuran dibagi
menjadi sembilan bidang yang harus dikuasai petani agar mampu mengelola
usahatani sayuran dengan baik. Kesembilan bidang pengetahuan tersebut
adalah:
1. Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
2. Perlakuan benih/bibit
3. Pemupukan dan pengendalian hama/penyakit
4. Pengairan
5. Aspek modal
6. Aspek tenaga kerja
7. Penggunaan teknologi usahatani sayuran
8. Kendala dan peluang usahatani sayuran
9. Pemasaran hasil
Hasil penelitian tentang pengetahuan petani dalam pengelolaan
usahatani sayuran dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5. Pengetahuan Petani dalam pengelolaan usahatani sayuran
Bidang Pengetahuan Dalam Skor
No. Jenjang
Pengelolaan Usahatani Sayuran Tertimbang
1. Pemasaran Hasil 89,77 1
2. Penggunaan teknologi usahatani 88,89 2,5
Kendala dan peluang usahatani
3. 88,89 2,5
sayuran
lii

Pemilihan komoditas usahatani


4. 80,43 4
dan penanaman
5. Perlakuan benih/bibit 73,11 5
6. Pengairan 70,08 6
7. Aspek tenaga kerja 65,66 7
8. Aspek modal 63,51 8
Pemupukan dan pengendalian
9. 62,63 9
hama penyakit
Rata-rata 75,89

Tabel 5 di atas memberikan gambaran, bahwa empat bidang


pengetahuan yang dianggap penting oleh petani berdasarkan skor tertimbang
dan jenjang adalah: (1) Pemasaran hasil, (2) Penggunaan teknologi
usahatani sayuran, (3) Kendala dan Peluang usahatani sayuran, dan (4)
Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman.
Lima bidang yang menempati jenjang yang lebih rendah adalah: (1)
perlakuan benih/bibit, (2) Pengairan, (3) Aspek tenaga kerja, dan (4) Aspek
modal, dan (5) pemupukan dan pengendalian hama dan penyakit.
Tabel 5 di atas selanjutnya memberikan gambaran, bahwa secara
keseluruhan pengetahuan petani tentang pengelolaan usahatani sayuran
relatif baik. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata skor tertimbang yang dioeroleh
dari sembilan bidang pengetahuan usahatani sayuran mencapai 75,89.
Keterampilan petani tentang pengelolaan Usahatani Sayuran
Keterampilan petani tentang pengelolaan usahatani yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kemampuan psikomotorik petani tentang teknis
produksi usahatani sayuran. Keterampilan yang perlu dikuasai petani dalam
pengelolaan usahatani sayuran meliputi sembilan bidang, yaitu:
1. Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
2. Perlakuan benih/bibit
3. Pemupukan dan pengendalian hama/penyakit
liii

4. Pengairan
5. Aspek modal
6. Aspek tenaga kerja
7. Penggunaan teknologi usahatani sayuran
8. Kendala dan peluang usahatani sayuran
9. Pemasaran hasil
Hasil penelitian tentang keterampilan petani dalam melakukan
pengelolaan usahatani sayuran dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6. Keterampilan Petani tentang Pengelolaan Usahatani Sayuran
Bidang Keterampilan Tentang
No. Pengelolaan Usahatani Skor Tertimbang Jenjang
Sayuran
1. Perlakuan benih/bibit 3,32 1
Pemupukan dan Pengendalian
2. 3,19 2
Hama Penyakit
3. Aspek modal 3,15 3
Pemilihan komoditas usahatani
4. 3,14 4
dan penanaman
Kendala dan peluang
5. 3,12 5
usahatani sayuran
Penggunaan teknologi
6. 3,01 6
usahatani sayuran
7. Pemasaran hasil 2,97 7
8. Aspek tenaga kerja 2,92 8
9. Pengairan 2,83 9
Rata-rata 3,07

Tabel 6 memberikan informasi, bahwa bidang keterampilan yang


tergolong tinggi adalah: (1) Perlakuan benih/bibit, (2) pemupukan dan
pengendalian hama/penyakit, (3) Aspek modal, (4) Pemilihan komoditas
liv

usahatani dan penanaman, dan (5) Kendala dan peluang usahatani sayuran.
Bidang keterampilan yang tergolong rendah meliputi: (1) Penggunaan
teknologi usahatani sayuran, (2) Pemasaran hasil, (3) Aspek tenaga kerja,
dan (4) Pengairan.
Tabel 6 menjelaskan secara keseluruhan keterampilan petani dalam
pengelolaan usahatani sayuran relatif baik. Hal ini ditunjukkan oleh rata-rata
skor tertimbang sembilan bidang keterampilan yang mencapai 3,07.
Sikap Petani Terhadap Pengelolaan Usahatani Sayuran
Sikap petani terhadap pengelolaan usahatani sayuran yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah kecenderungan atau kesediaan petani untuk
bertingkah laku dalam menghadapi rangsangan terhadap cara pengelolaan
usahatani sayuran.
Sikap petani terhadap bidang-bidang dalam pengelolaan usahatani
sayuran yang harus disikapi dengan baik, yaitu:
1. Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman
2. Perlakuan benih/bibit
3. Pemupukan dan pengendalian hama/penyakit
4. Pengairan
5. Aspek modal
6. Aspek tenaga kerja
7. Penggunaan teknologi usahatani sayuran
8. Kendala dan peluang usahatani sayuran
9. Pemasaran hasil
Hasil penelitian Pada aspek sikap petani terhadap bidang-
bidang pengelolaan usahatani sayuran yang dapat menunjang kompetensi
petani, dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Sikap Petani Terhadap Pengelolaan Usahatani
Sayuran

No. Bidang Sikap Tentang Pengelolaan Skor Jenjang


lv

Usahatani Sayuran Tertimbang


1. Perlakuan benih/bibit 3,28 1
Pemupukan dan Pengendalian Hama 3,26 2,5
2.
Penyakit
3. Aspek modal 3,26 2,5
Pemilihan komoditas usahatani dan 3,19 4
4.
penanaman
Kendala dan peluang usahatani 3,18 5
5.
sayuran
Penggunaan teknologi usahatani 3,17 6
6.
sayuran
7. Pemasaran hasil 3,16 7
8. Aspek tenaga kerja 3,14 8
9. Pengairan 2,84 9
Rata-rata 3,16

Tabel 7 di atas menunjukkan, bahwa petani dalam penelitian ini


menganggap penting bidang-bidang kegiatan yaitu: (1) Perlakuan benih/bibit,
(2) Aspek modal, (3) Pemasaran hasil, (4) Pemupukan dan pengendalian
hama penyakit, (5) Kendala dan peluang usahatani sayuran, (6) penggunaan
teknologi usahatani sayuran, dan (7) Aspek tenaga kerja. Dua bidang yang
dianggap penting oleh petani yaitu: (1) Pemilihan komoditas usahatani dan
penanaman, dan (2) pengairan.
Dengan demikan tabel 7 memberikan informasi bahwa secara
keseluruhan sikap petani terhadap berbagai bidang pengelolaan usahatani
sayuran relatif baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rata-rata skor tertimbang
dari kesembilan bidang tersebut yang mencapai 3,16.
Hubungan Faktor Umur Dengan Pengetahuan Petani dalam
Pengelolaan Usahatani Sayuran
lvi

Hasil penelitian tentang hubungan umur dengan pengetahuan


petani dalam pengelolaan usahatani sayuran dapat dilihat pada tabel 8 di
bawah ini.
Tabel 8, menunjukkan, bahwa petani yang berumur muda
menganggap lima bidang pengetahuan usahatani yang paling penting yaitu:
(1) Pemasaran hasil, (2) Kendala dan peluang usahatani sayuran, (3)
Penggunaan teknologi usahatani sayuran, (4) Pemilihan komoditas usahatani
dan penanaman, (5) Pengairan. Empat bidang pengetahuan usahatani lain
yang dianggap kurang penting yaitu: (1) Perlakuan benih/bibit, (2) Pengairan,
(3) Aspek tenaga kerja, (4) Aspek modal, (5) Pemupukan dan Pengendalian
hama penyakit.
Tabel 8. Hubungan Umur dengan Pengetahuan Petani dalam
Pengelolaan Usahatani Sayuran

No Bidang Pengetahuan Muda (n Dewasa Tua


. Usahatani Sayuran = 30) (n = 30) (n = 30)
ST JJ ST JJ ST J
J
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pemaaran Hasil 91,25 1 90,83 1 87,82 2
2. Kendala dan Peluang 90,83 2 89,17 2 87,18 3
Usahatani Sayuran
3. Penggunaan teknologi 89,58 3 88,33 3 88,78 1
usahatani sayuran
4. Pemilihan komoditas 80,83 4 78,75 4 81,41 4
usahatani dan
penanaman
1 2 3 4 5 6 7 8
5. Pengairan 75,42 5 68,33 6 67,31 6
6. Perlakuan benih/bibit 73,33 6 72,92 5 73,08 5
lvii

7. Aspek tenaga kerja 64,58 7 65,83 7 66,35 7


8. Pemupukan dan 63,33 8 61,67 9 62,82 9
Pengendalian Hama
penyakit
9. Aspek modal 60,83 9 64,17 8 65,08 8

W = 0,96 sangat nyata pada α = 0,01

Keterangan: ST = Skor tertimbang


JJ = Jenjang
Bidang pengetahuan usahatani yang paling pentingbagi petani
yang berumur tua adalah: (1) Penggunaan teknologi usahatani sayuran, (2)
Pemasaran hasil, (3) Kendala dan peluang usahatani sayuran, dan (4)
Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman. Lima bidang usahatani yang
dianggap kurang penting yaitu: (1) Perlakuan benih/bibit, (2) Pengairan, (3)
Aspek tenaga kerja, (4) Aspek modal, dan (5) Pemupukan dan pengendalian
hama penyakit.
Hasil analisis menyatakan, meskipun ketiga kelompok tersebut
memberi jenjang yang beragam pada sembilan bidang pengetahuan
usahatani sayuran, koefisien Konkordansi Kendall W sebesar 0,96 yang
sangat nyata pada α = 0,01 menunjukkan bahwa petani memiliki tingkat
kesepakatan yang tinggi dalam hal penjenjangan sembilan bidang
pengetahuan dalam pengelolaan usahatani sayuran.
Hubungan Modal Usahatani Sayuran Dengan Pengetahuan Petani
Dalam Pengelolaan Usahatani Sayuran

Hasil penelitian tentang hubungan modal sahatani dengan


pengetahuan
Petani dalam pengelolaan usahatani sayuran dapat dilihat pada tabel 9
berikut ini.
lviii

Tabel 9. Hubungan Modal Usahatani dengan Pengetahuan Petani


dalam Pengelolaan Uaahatani Sayuran
No Bidang Sedikit (n Cukup (n = Banyak (n
. Pengetahuan = 24) 48) = 27)
Usahatani Sayuran ST JJ ST JJ ST JJ
1. Penggunaan 89,06 1 88,80 1 88,89 3
teknologi usahatani
sayuran
2. Kendala dan 87,50 2 88,02 2 91,67 1
Peluang Usahatani
Sayuran
3. Pemaaran Hasil 86,46 3 91,41 3 89,81 2
4. Pemilihan 78,13 4 82,03 4 79,63 4
komoditas
usahatani dan
penanaman
5. Perlakuan 71,35 5 72,66 6 75,46 5
benih/bibit
6. Pengairan 70,83 6 71,09 5 67,59 7
7. Aspek modal 65,10 7 61,98 7 64,81 8
8. Aspek tenaga kerja 64,06 8,5 65,10 9 68,02 6
9. Pemupukan dan 60,83 8,5 62,50 8 61,57 9
Pengendalian Hama
penyakit

W = 0,93 Sangat nyata pada α = 0,01


Keterangan: ST = Skor tertimbang
JJ = Jenjang
lix

Tabel 9 di atas menggambarkan, bahwa petani yang memiliki sedikit


modal usahatani menganggap empat bidang yang paling penting terhadap
pengetahuan usahatani sayuran yaitu: (1) Penggunaan teknologi usahatani
sayuran, (2) Kendala dan peluang usahatani sayuran, (3) Pemasaran hasil,
(4) Pemilihan komoditas usahatani d(5) pemupukan dan pengendalian hama
penyakit.
Petani yang memiliki cukup modal usahatani menganggap empat
bidang yang paling penting terhadap pengetahuan usahatani sayuran yaitu:
(1) Pemasaran hasil, (2) Penggunaan teknologi usahatani sayuran, (4)
Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman, dan (5) Perlakuan
benih/bibit. Empat bidang yang dianggap kurang penting yaitu: (10 Aspek
tenaga kerja, (2) Pengairan, (3) Aspek modal, dan (4) Pemupukan dan
pengendalian hama penyakit.
Hasil analisis mengatakan, bahwa walaupun ketiga kelompok tersebut
memberi jenjang yang beragam pada sembilan bidang pengetahuan
terhadap pengelolaan usahatani sayuran, namun koefisien konkordansi
Kendall W sebesar 0,93 yang sangat nyata pada α = 0,01 menunjukkan
bahwa petani tersebut memiliki tingkat kesepakatan yang tinggi dalam hal
penjenjangan kesembilan bidang pengetahuan usahatani aayuran.

Hubungan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap Petani dalam


Pengelolaan Usahatani aayuran

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh nilai koefisien konkordansi


Kendall W sebesar 0,42 dan tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa
pengetahuan, keterampilan, dan sikap petani relatif indepnden satu sama
lain, artinya apa yang diketahui petani tidak selalu tercermin pada
keterampilan dan sikap petani pada suatu aspek yang diamati. Dengan kata
lain, ketiga aspek tersebut saling bebas dalam memberikan penilaian
lx

terhadap berbagai bidang pengelolaan usahatani sayuran yang harus


dikuasai petani.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Gonzales (Jahi,
1993:17), yang menyatakan bahwa meskipun dimensi efek kognitif, efektif,
dan konatif berhubungan satu sama lain, namun ketiganya juga independen
atu sama lain. Perubahan satu dimensi tidak selalu diikuti dengan perubahan
pada dimensi –dimensi lain. Hal ini terjadi pada penelitian ini, perubahan
pengetahuan petani tentang pengelolaan usahatani sayuran, tidak selalu
diikuti oleh adanya perubahan sikap tertentu terhadap pengelolaan usahatani
sayuran, tidak selalu diikuti oleh adanya perubahan sikap tertentu terhadap
pengelolaan usahatani sayuran tersebut, dan tidak selalu diikuti dengan
perubahan tingkat keterampilan pengelolaan usahatani sayuran.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat dikemukakan
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Mayoritas petani dalam penelitian ini berumur tua dan memiliki cukup
modal usahatani.
2. Empat bidang paling dikuasai petani dalam pengelolaan usahatani
sayuran adalah:
a. Aspek pengetahuan yaitu: (1) Pemasaran hasil, (2) Penggunaan
teknologi usahatani sayuran, (3) Kendala dan peluang usahatani
sayuran, dan (4) Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman.
b. Aspek keterampilan yaitu: (1) Perlakuan benih/bibit, (2) Pemupukan
dan pengendalian hama penyakit, (3) Aspek modal, dan (4)
Pemilihan komoditas usahatani dan penanaman.
lxi

c. Aspek sikap yaitu: (1) Perlakuan benih/bibit, (2) Aspek modal, (3)
Pemasaran hasill, dan (4) Pemupukan dan pengendalian hama
penyakit.
3. Faktor umur dan modal usahatani petani sayuran berhubungan nyata
dengan kompetensi petani dalam mengelola usahatani sayuran
Saran
Sebagaimana kesimpulan di atas, maka dapat dikemukakan saran
sebagai berikut:
1. Pemerintah atau pihak yang berwenang perlu memfasilitasi para
petani untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam mengelola
usahatani sayuran di Kecamatan Poasia Kota Kendari.
2. Sejalan dengan saran di atas, maka perlu ada pelatihan-pelatihan
yang diorganisasikan oleh lembaga-lembaga penyuluhan setempat.
3. Para petani sayuran perlu dilibatkan dalam perencanaan persiapan
pelaksanaan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi para petani
itu.
4. Perlu ada kebijakan untuk memperbaiki tata-niaga sayur mayur di
Kecamatan Poasia dan sekitarnya.
5. Perlu penelitian lebih lanjut pada beberapa karakteristik lain yang
diduga berhubungan dengan kompetensi petani dalam pengelolaan
usahatani sayuran.
lxii

DAFTAR PUSTAKA
Agussabti. 2002. “Kemandirian Petani dalam Pengembilan Keputusan Adopsi
Inivasi. Kasus Petani Sayuran di Jawa Barat.” Disertasi Doktor,
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Arikunto, S. 1997. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Edisi


Revisi V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Asngari, P.S. 2001. Peranan Agen Pembaharuan/Penyuluh dalam Usaha


Memberdayakan (“empowerment) Sumberdaya Manusia Pengelola
Agribisnis. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Sosial Ekonomi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.

_______ . 2004. Pentingnya Memahami Falsafah Penyuluhan Pembangunan


Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat. Bogor: IPB Press.

Azwar, S. 1988. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Edisi ke 2.


Yokyakarta. Pustaka Pelajar Offset.

Bishop, C. E. Dan W. D. Toussaint. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi


Pertanian. Penerjemah: Wisnuadji, Harsojono, dan Suparmoko.
Jakarta: Penerbit Mutiara.

BPS Kota Kendari. 2004. Kota Kendari Dalam Angka. Kendari: C. V. Eka
Hasta Jaya.

Damihartini, R. S. 2005. “Hubungan Karakteristik Petani dengan Kompetensi


Agribisnis Pada Usahatani Sayuran.” Tesis Megister Sains, Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
lxiii

Darmin, A. P. 2005. Istilah-istilah Penting Pelatihan dan SDM – re Apa


Bedanya Aspek psikologis dengan Kompetensi. Diperoleh dari
http:www.mail-archive.co
Megisterm/buni@yahoogroups.com/msg00014.htm; Internet; diakses
16 Juni 2006.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Kurikulum berbasis Kompetensi:


Pelayanan Profesional Kurikulum 2004. Diperoleh dari
http:ww.puskur.or.id/data/2004/pelayanan/profesional/Kurikulum
berbasis kompetansi.

F. X. Soebiyanto, 1998.”Peranan Kelompok dalam Mengembangkan


Kemandirian Petani dan Ketangguhan Berusahatani.” Disertasi
Doktor, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Halim, N. R. 1992. “Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Dengan Prilaku


Komunikasi Anggota Kelompok Simpan Pinjam KUD dan
Pemanfaatan Kredit Pedesaan di Kabupaten Cianjur Jawa Barat.”
Tesis Megister Sains, Sekolah Pasca Sarjanan, Institut Pertanian
Bogor.
Hanafi, A. 1987. Memasyarakatkan Ide-Ide Baru. Surabaya: Penerbit Usaha
Nasional.

Hernanto, F. 1993. Ilmu Usahatani. Jakarta: P.S. Penebar Swadaya.

Husima, L. D. 2005. “Perencanaan Pembangunan Hutan Jati di BKPH Muna


Utara I, Dinas Kehutanan Kabupaten Muna.” Tesis Megister Sains,
Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Gajah Mada.
lxiv

Jahi, Amri. 1988. Komunikasi Massa dan Pembangunan Pedesaan di


Negara-Negara dunia Ketiga. Suatu pengantar. Jakarta: P. T.
Gramedia.

Ketut Puspadi. 2003. “Kualitas SDM Penyuluh Pertanian dan Pertanian Masa
depan di Indonesia dalam membentuk Pola Prilaku pembangunan.”
Editor Adjad Sudrajad dan Ida Yustina. Bogor: IPB Press.

Kotler, P. 1993. Manajemen Pemasaran: Analisis Perencanaan Implementasi


dan Pengendalian. Volume II. Edisi ketujuh. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kusdiana, D. 2000. Agrobisnis sebagai Solusi Bisnis. Diperoleh dari:


http:www.pikiran-rakyat.com/cetak/0902/20/0802.htm` Internet.
Diakses 16 juni 2006.

Soehardjo dan Patong, D. 1984. Sendi-sendi Pokok Ilmu Usahatani.


Makassar: Universitas Hasanuddin.

Soekanto, S. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta:


Rajawali Press.

Soekartawi. 1986. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.
Subagyo. 2000. Pembunuhan dan Pengembangan Kelembagaan Petani
Mendukung Program Corporate Farming. Jakarta: Pusat
Pengembangan Penyuluhan Pertanian.

Suryabrata, S. 1984. Psikologi Pendidikan dengan pendekatan Baru. Editor:


Wardam, A. S. Bandung: Remaja Rosdakarya.
lxv

Sukmawati, 2006. Hubungan Sejumlah Karakteristik Sosio-Demografi Para


Petani Sayuran Dengan Kompetensi Mereka Dalam Mengelola
Usahatani Sayuran Di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.
lxvi

KUESIONER

Petunjuk Pengisian
(1) Pilihlah jawaban yang menurut Bapak/Ibu/Saudara yang dianggap benar
dengan cara melingkari jawaban yang telah disediakan.
(2) Mohon diisi dengan penjelasan singkat jika terdapat titik-titik untuk tempat
jawaban.
(3) Kami mohon semua pertanyaan dapat diisi sehingga tidak ada yang
terlewatkan.

IDENTITAS RESPONDEN
(1) Nama : ......................................................
(2) Jenis Kelamin :........................................................
(3) Alamat : Desa/Kelurahan.............................
Kecamatan.....................................
Kabupaten.......................................
lxvii

KARAKTERISTIK RESPONDEN
Umur

1. Berapa umur Bapak/Ibu saat in


..........Tahun

Pemilikan Modal

2. Yang dimaksud dengan modal adalah


a. Uang Tunai
b. Tenaga Kerja
c. Lahan
d. Uang tunai, tenaga kerja, dan barang lain yang
digunakan untuk produksi
3. Berapa modal awal yang Bapak/Ibu perlukan untuk
memulai usahatani sayuran ini ? Rp
=.................................................
Dipergunakan apa saja modal
tersebut....................................
a. .........................................................................................
...
b. .........................................................................................
..........
lxviii

c. .........................................................................................
..........
d. .........................................................................................
4. Bapak/Ibu memperoleh modal usahatani sayur
dari:......................
a. Modal Sendiri
b. Pinjaman dari Keluarga
c. Pinjaman dari Bank
d. Lainnya,
sebutkan.........................................................................
Jika jawabannya modal sendiri
5. Bagaimana ketersediaan modal usahatani tersebut pada
saat Bapak/Ibu butuhkan untuk kegiatan usahatani sayuran
ini ?..........
a. Sangat tidak tersedia
b. Tidak tersedia
c. Tersedia
d. Sangat Tersedia
6. Bagaimana pengumpulan modal usahatani Bapak/Ibu
selama ini ?
a. Sangat tidak lancar
b. Tidak lancar
c. Lancar
d. Sangat Lancar

Jika jawabannya dari pinjaman


lxix

7. Bagaimana ketersediaan modal usahatani pinjaman


tersebut pada saat Bapak/Ibu butuhkan
?.......................................................................................
a. Sangat tidak tersedia
b. Tidak tersedia
c. Lancar
d. Sangat Lancar
 Berapa lama waktu pencairan kredit?
Sebutkan:......................................................
(hari/bulan)

 Berapa kali Bapak/Ibu mengajukan kredit modal


usahatani sayuran...................................................
kali

 Cara pengembalian pinjaman modal


berupa:.........................................................
(sebutkan)

8. Bagaimana pengembalin pinjaman Bapak/Ibu selama ini ?


a. Sangat tidak lancar
b. Tidak lancar
c. Lancar
d. Sangat Lancar
lxx

KOMPETENSI PETANI DALAM MENGELOLA


USAHATANI SAYURAN

Pengetahuan Usahatani Sayuran

Pilihlah salah satu jawaban yang menurut Bapak/Ibu anggap paling


benar.

I. Pemilihan Komoditas Usahatani dan Penanaman

1. Alat yang digunakan untuk menggemburkan tanah disebur...........


a. Parang
b. Sabit
c. Traktor
d. Bajak

2. Kedalaman tanah yang telah diolah adalah...................................


a. Maksimum
b. Antara 30 – 50 cm
c. Minimum 30 cm
d. Dibawah 30 cm

3. Yang bukan termasuk kegiatan pengolahan tanah adalah..................


a. Membuat bedengan
b. Jarak tanam 30 x 50 cm
c. Bedengan disirami dan dibiarkan selama 6 hari sebelum siap tanam
d. Lahan dicangkul supaya menjadi gembur
lxxi

4. Sebelum ditanam, lokasi penanaman harus diolah dulu agar............


a. Supaya lahan mudah disiram
b. Supaya lahan mudah dipupuk
c. Supaya lahan tidak mudah erosi
d. Supayalahan menjadi gembur

5. Tujuan pengolahan tanah adalah..................................


a. Agar dapat meningkatkan produksi tanaman
b. Agara tanah lebih mudah mengedarkan udara dan air ke
seluruh ujung akar tanaman
c. Agar tanaman menjadi subur
d. Agar tanaman bebas dari hama dan penyakit

6. Lahan yang baik dan siap tanam dapat meningkatkan..............


a. Jumlah tanaman
b. Kualitas hasil panen
c. Usahatani
d. Kualitas bibit/benih

7. Pemilihan jenis sayuran yang diusahakan, sebaiknya


disesuaikan dengan ............................................
a. Kondisi petani
b. Prospek (peluang) dalam pemasarannya
c. Banyak petani yang menanam
d. Cara menanamnya mudah
lxxii

8. Sebelum melakukan penanaman sayuran, sebaiknya


dilakukan beberapa persiapan antara lain ................
a. Pemilihan lokasi, persiapan lahan, dan penyiapan
bahan tanaman
b. Persiapan bahan tanaman, pemilihan lokasi dan
persiapan lahan
c. Pemeliharaan sayuran
d. Pesiapan lahan, pemilihan lokasi, penyiapan
tanaman, dan pemeliharaan sayuran.

II. Perlakuan Benih/Bibit

9. Benih/bibit yang digunakan untuk meningkatkan produksi


disebut.......................
a. Benih/bibit lokal
b. Benih/bibit unggul
c. Benih/bibit genjah
d. Benih/bibit langka

10. Persiapan benih sayuran sebelum siap tanam


adalah.................................
a. Membeli bibit unggul siap tanam
b. Membuat pupuk kompos
c. Membuat persemaian
d. Menyirami bibit supaya cepat besar

11. Pertimbangan Bapak/Ibu memilih benih sayuran yang


diusahakan adalah..................
lxxiii

a. Harga bibit/benihnya murah


b. Daya kecambah bibit/benihnya cepat tumbuh
c. Benih/bibitnya adalah pemberian dari sesama petani
d. Benih/bibitnya mudah disiram

12. Persiapan benih selanjutnya adalah ...............................


a. Membeli bibit unggul siap tanam
b. Menentukan jadwal waktu tanam
c. Membuat persemaian
d. Menyirami bibit supaya cepat besar

13. Ciri benih sayuran yang berkualitas


adalah..........................
a. Benih bersih dari hama dan penyakit
b. Benih mudah disiram
c. Membuat persemaian
d. Menyiram bibit supaya cepat besar

14. Kualitas benih sayuran dapt diketahui dengan cara


...........................
a. Direndam sehari semalam
b. Dijemur sehari semalam
c. Dijemur dibawah sianr matahari langsung
d. Diangin-anginkan sehari semalam

15. Untuk mendapatkan kualitas hasil produksi, maka


benih/bibit harus............
a. Terhindar dari pencuri
b. Bebas dari hama
c. Bebas dari penyakit
lxxiv

d. Bebas dari hama dan penyakit

III. Pemupukan dan Pengendalian Hama dan Penyakit

16. Bahan kimia yang digunakan untuk menyuburkan


tanaman disebut.........
a. Pupuk
b. Pestisida
c. Bajak
d. Pacul

17. Alat untuk menyemprotkan pupuk atau pestisida


disebut.......................
a. Sprayer
b. Traktor
c. Generator
d. Bajak

18. Tujuan dilakukan pemupukan dasar adalah....................


a. Kualitas hasil produksi
b. Upah tenaga kerja bertambah
c. Peningkatan kesuburan lahan
d. Kesuburan hama tanaman

19. Pemupukan dapat menyebabkan tanaman


menjadi.....................
a. Gembur
b. Berkembang
c. Subur
d. Tumbuh
lxxv

20. Tujuan pemupukan tanaman adalah..............................


a. Supaya tanaman subur
b. Tanaman membutuhkan banyak pupuk
c. Meningkatkan erosi lahan
d. Meningkatkan kesuburan lahan

21. Pemupukan harus memperhatikan ...................................


a. Dosis, waktu dan cara yang tepat bagi tanaman
b. Gulma yang ada
c. Kondisi tanah yang akan ditanami sayur-sayuran
d. Ketersidiaan unsur hara

22. Cara pemupukan yang biasa dilakukan adalah sebagai


berikut, kecuali..................
a. Menabur di permukaan tanah
b. Menebar disepanjang barisan tanaman
c. Menyemprot tanaman
d. Menyayat batang tanaman

23. Waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan tanaman


adalah..................
a. Waktu musim kemarau
b. Waktu tanaman membutuhkan
c. Waktu musim hujan
d. Waktu panen
lxxvi

24. Bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama,


penyakit, dan gulma disebut...............
a. Pupuk
b. Pestisida
c. Bajak
d. Pacul

25. Yang dimaksud denga teknik pengendalian hama dan


penyakit secara mekanis adalah ...........................
a. Membunuh hama dengan cara membakar
b. Membunuh hama yang ditemukan menyerang
tanaman dengan menggunakan kayu atau alat lain
c. Membunuh hama dengan menggunakan racun
d. Membunuh hama dengan menggunakan binatang lain

26. Yang dimaksud pengendalian hama dengan cara kimia


adalah....................
a. Membunuh hama dengan cara membakar
b. Membunuh hama yang ditemukan menyerang
tanaman dengan menggunakan kayu atau lat lain
c. Membunuh hama dengan menggunakan racun
d. Membunuh hama dengan menggunakan binatang lain

27. Yang dimaksud dengan mengendalikan secara biologi


adalah.......................................
a. Membunuh hama dengan menggunakan makhluk
hidup lain yang merupakan musuh alaminya
b. Membunuh hama yang ditemukan menyerang
tanaman dengan menggunakan kayu atau alat lain
lxxvii

c. Membunuh hama dengan menggunakan racun


d. Membunuh hama dengan cara membakar

28. Yang dimaksud dengan pengendalan hama secara


terpadu adalah...............
a. Mengendalikan hama dengan menggunakan tenaga
manusia
b. Mengendalikan hama dengan menggunakan tenaga
mesin
c. Mengendalikan hama dengan memadukan beberapa
teknik pengendalian seperti pengendalian secara
mekanis, biologis, dan kimiawi
d. Membunuh hama dengan cara membakar

29. Tujuan pengendalian hama dan penyakit adalah sebagai


berikut, kecuali......
a. Supaya kualitas produksi tanaman bagus
b. Supaya tanaman sehat
c. Supaya tanaman produksinya melimpah
d. Supaya tanaman tidak kering dan layu

30. Pegendalian hama dan penyakit dapat


meningkatkan.................
a. Produksi tanaman
b. Kualitas produksi tanaman
lxxviii

c. Hasil Panen
d. Kesuburan tanah

31. Pengendalian hama dan penyakit yang terbaik adalah


dengan ........
a. Bahan alami tanpa pengawet
b. Bahan organik dan an organik
c. Bahan organik dan musuh alami atau predator
d. Bahan kimawi

32. Apa yang Bapak/Ibu perhatikan dalam mengendalikan


hama dan penyakit tanaman.....................
a. Selalu menggunakan pestisida
b. Ciri-ciri hama penyakit yang mnyerang
c. Tenaga kerja yang melakukan penyemprotan
d. Harga obat-obatan yang digunakan

IV. Pengairan

33. Jenis-jenis cara pengairan adalah


a. Pengairan tadah hujan
b. Pengairan malam hari
c. Pengairan sesuai jadwal
d. Pengairan pagi hari
34. Tujuan pengairan adalah.......
a. Supaya tanaman cepat panen
b. Tanaman membutuhkan air untuk penyerapan unsur
hara
lxxix

c. Menjaga kesuburan tanaman pengganggu


d. Mencegah erosi tanaman

35. Tanaman membutuhkan air untuk.......................


a. Memberantas hama dan penyakit
b. Penyerapan unsur hara
c. Menyuburksn tanaman
d. Mengikat oksigen dari tanah

36. Waktu yang paling tepat untuk pengairan


adalah..................
a. Waktu tanaman kering
b. Waktu siang hari
c. Waktu sebelum tanam
d. Waktu panen

V. Aspek Modal

37. Yang dimaksud modal adalah....................


a. Uang tunai
b. Tenaga kerja
c. Lahan
d. Uang tunai, tenaga kerja, dan barang lain yang
digunakan untuk produksi

38. Salah satu sumber modal yang baik untuk meminjam


modal usahatani adalah...........................
a. Rentenir
b. Bank
c. Tengkulak ijon
lxxx

d. Tukang rente
e.

39. Modal operasional adalah.................


a. Modal yang berbentuk uang tunai
b. Modal yang berbentuk lahan
c. Modal yang berbentuk tenaga kerja
d. Modal yang digunakan untuk biaya operasional

40. Biaya produksi usahatani adalah.......................


a. Biaya yang digunakan untuk usahatani
b. Biaya untuk pengeluaran rumah tangga petani
c. Biaya untuk mencari informasi usahatani
d. Biaya untuk pengembalian pinjaman usahatani

41. Salah satu cara untuk mengetahui jumlah modal yang


dibutuhkan dalam usahatani adalah.................................
a. Mengatur semua biaya produksi
b. Menghitung pendapatan
c. Menghitung pengeluaran
d. Menghitung pengeluaran

42. Kebutuhan modal usahatani digunakan


untuk...........................
a. Budidaya, pengolahan hasil, tenaga kerja, dan
pemasaran hasil
b. Kebutuhan Keluarga
c. Rekreasi
d. Tabungan
lxxxi

43. Salah satu cara untuk memperoleh modal usahatani


adalah........
a. Menjual lahan usahatani
b. Mengajukan kredit ke Bank
c. Meminjam modal kepada tukang rente
d. Menjual ternak

44. Salah satu syarat penting untuk memperoleh pinjaman


dari Bank adalah............
a. Mengajukan usulan pinjaman ke pihak Bank
b. Mengajukan pinjaman kepada Kepala Desa
c. Menunggu pihak Bank datang mengantarkan uang
d. Menggadaikan lahan

45. Masalah penting bagi petani terkait dengan modal


adalah..........
a. Menghitung keuntungan
b. Menghitung pengeluaran
c. Menghitung pemasukan
d. Mendapatkan dan mempergunakan modal

VI. Aspek Tenaga Kerja


46. Sumber utama tenaga kerja dalam usahatni
adalah..................
a. Dari keluarga
b. Upahan
c. Dari luar daerah
d. Dari luar Negeri
lxxxii

47. Berdasarkan keterampilannya bekerja,tenaga kerja dapat


dikelompokka menjadi 3 yaitu: .......................
a. (1) Tenaga kerja harian, (2) Tenaga kerja mingguan,
(3) Tenaga kerja bulanan
b. (1) Tenaga kerja upahan, (2) Tenaga kerja Sukarela,
(3) Tenaga kerja kontrakkan
c. (1) Tenaga kerja tidak terdidik, (2) Tenaga kerja
terlatih, (3) Tenaga kerja terdidik
d. (1) Tenaga kerja murah, (2) Tenaga kerja mahal, (3)
Tenaga kerja sukarela

48. Berdasarkan jenisnya, tenaga kerja dibedakan menjadi 3


yaitu:
a. (1) Tenaga kerja harian, (2) Tenaga kerja mingguan,
(3) Tenaga kerja bulanan
b. (1) Tenaga kerja upahan, (2) Tenaga kerja Sukarela,
(3) Tenaga kerja kontrakkan
c. (1)Tenaga kerja manusia, (2) Tenaga kerja ternak,
(3) Tenaga kerja mekanik
e. (1) Tenaga kerja murah, (2) Tenaga kerja mahal, (3)
Tenaga kerja sukarela

49. Tenaga kerja tambahan dari luar keluarga diperlukan


apabila.......................
a. Pendapatan usaha meningkat
b. Harga penjualan hasil meningkat
c. Intensitas pengelolaan usahatani meningkat
d. Utang usaha meningkat
lxxxiii

50. Kebutuhan tenaga kerja berbeda untuk setiap cabang


usaha karena...................
a. Bebeda jenis kegiatan, komoditas, faktor produksi,
dan waktu
b. Berbeda besarnya modal
c. Berbeda jumlah tenaga kerja
d. Berbeda luas lahan

51. Pemilihan jenis tenaga kerja didasarkan


pada....................
a. Kebutuhan produksi
b. Pemasaran
c. Luas lahan
d. Jumlah ternak.

52. .Tenaga kerja yang baik adalah.....................................


a. Tenaga kerja yang upahnya tinggi
b. Tenaga kerja yang memiliki tenaga besar
c. Tenaga kerja yang produktivitasnya tinggi
d. Tenaga kerja yang upahnya murah

53. Tenaga kerja yang produktivitasnya tinggi adalah


...................
a. Tenaga kerja yang upahnya tinggi
b. Tenaga kerja yang memiliki tenaga besar
c. Tenaga kerja yang upahnya murah
d. Tenaga kerja yang memberikan produksi maksimal

54. Pelaksanaan jumlah produksi yang diinginkan, harus


sesuai dengan ..........
lxxxiv

a. Tingkat kesuburan tanah dengan dan luas lahan


garapan
b. Kebutuhan petani
c. Kemampuan petani
d. Sarana yang digunakan

55. Pelaksanaan luas tanam harus sesuai dengan jumlah


........................
a. Jumlah produksi
b. Kebutuhan petani
c. Kemampuan petani
d. Sarana yang diinginkan

VII. Penggunaan Teknologi Usaha Tani Sayuran

56. Penggunaan teknologi pertanian harus..................


a. Hemat tenaga
b. Hemat biaya
c. Hemat energi
d. Hemat sarana Produksi

57. Tujuan kombinasi teknologi adalah....................


a. Hemat tenaga.
b. Agar hemat biaya
c. Hemat energi
d. Hemat sarana produksi

VIII. Kendala dan Peluang Usahatani Sayuran


lxxxv

58. Kendala usahatani menyebabkan usahatani........................


a. Sangat berhasil
b. Berhasil
c. Tidak berhasil
d. Menguntungkan

59. Kendala utama dalam usahatani sayur....................


a. Tenaga
b. Modal
c. Sarana produksi
d. Trnasportasi

60. Peluang usahatani menyebabkan usahatani........


a. Sangat tidak berhasil
b. Tidak berhasil
c. Berhasil
d. Menguntungkan

61. Cara pemanenan menghasilkan produkasi yang


berkualitas tinggi, hal ini tergantung pada,............
a. Car mengelolanya
b. Tenaga kerja yang digunakan
c. Ketepatan waktu dan kematangan buah
d. Kemampuan petani
62. Pengolahan hasil menjadikan hasil panen..............................
a. Lebih baik
b. Lebih menguntungkan
c. Lebih berharga dan berkualitas
d. Lebih nyaman dalam mengelolanya
lxxxvi

IX. Pemasaran Hasil

63. Semakin tinggi harga jual, maka keuntungan semakin.........................


a. Turun
b. Baik
c. Tinggi
d. Rendah

64. Semakin tinggi keuntungan, maka kesejahteraan................................


a. Semakin meningkat
b. Semakin lebih baik
c. Produksi meningkat
d. Hidup lebih baik

65. Tempat untuk melakukan transaksi jual beli disebut...........................


a. Kebun
b. Lahan
c. Pasar
d. Ladang

66. Hasil yang diperoleh dari usahatani sayur-sayuran adalah................


a. Batang sayuran
b. Akar sayuran
c. Sayuran yang kualitasnya tinggi
d. Sayuran yang memiliki kualitas rendah

67. Waktu yang tepat untuk menjual hasil usahatani adalah.....................


a. Saat harga meningkat
b. Saat kebutuhan mendesak
lxxxvii

c. Saat akhir panen


d. Pada awal musim panen

68. Harga satuan produksi usahatani sayuran tergantung pada.................


a. Jarak pembeli dengan penjual
b. Kualitas produk sayuran
c. Kehendak penjual
d. Luas lahan sayuran

69. Manakah produk di bawah ini yang lebih menguntungkan bila dijual?
a. Barang mentah
b. Barang setengah jadi
c. Barang jadi (setelah diproses)
d. Barang yang belum diproses

70. Keputusan untuk menjual produk usahatani didasarkan


pada.....................
a. Harga produk
b. Tempat produksi
c. Jumlah produksi
d. Sarana Produksi

71. Terjadinya perbedaan harga satuan pada suatu produk


disebabkan oleh................
a. Jumlah produk
b. Kualitas produk
c. Banyaknya produk
d. Sarana transportasi
lxxxviii

SIKAP PETANI SAYURAN

Pilihlah jawaban sesuai dengan pendapat Bapak/Ibu mengenai pernyataan-


pernyataan di bawah ini.

I. PemilihanKomoditas Usahatani dan Penanaman

(1) Alat yang digunakan untuk menggemburkan tanah disebut


traktor
lxxxix

a. Sangat tidak setuju


b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(2) Kedalaman tanah yang telah diolah adalah minimum 30


cm
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(3) Yang bukan termasuk kegiatan pengolahan lahan adalah


membuat jarak tanam 30 x 50 cm.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(4) Sebelum ditanam, lokasi penanaman harus diolah dulu


agar supaya lahan menjadi gembur.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(5) Tujuan pengolahan tanah adalah agar tanah akan lebih


mudah mengedarkan udara dan air ke seluruh ujung akar
tanaman.
a. Sangat tidak setuju
xc

b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(6) Lahan yang baik dan siap tanam dapat meningkatkan


kualitas hasil panen.
a. a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(7) Pemilihan jenis sayuran yang diusahakan harus sesuai


dengan prospek (peluang) dalam pemasarannya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(8) Sebelum melakukan penanaman sayuran, sebaiknya


dilakukan beberapa persiapan antara lain pemilihan lokasi,
persiapan lahan, dan penyiapan bahan tanaman.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

II. Perlakuan Benih Bibit


xci

(9) Benih/biit yang digunakan untuk meningkatkan produksi


disebut benih/bibit unggul.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(10) Persiapan benih sayuran sebelum siap tanam adalah


membuat persemaian.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(11) Pertimbangan Bapak/Ibu memilih benih sayuran yang


diusahakan adalah daya kecambah bibit/benihnya cepat
tumbuh.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(12) Persiapan benih sayuran selanjutnya adalah menentukan


jadwal waktu tanam.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
xcii

d. Sangat setuju

(13) Ciri benih sayuran yang berkualitas adalah benih bersih


dari hama dan penyakit.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(14) Kualitas benih dapat diketahui dengan cara dirndam sehari


semalam.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(15) Untuk mendapatkan kualitas hasil produksi, maka


benih/bibit harus bebas dari hama dan penyakit.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

III. Pemupukan dan Pengendalian Hama dan Penyakit


(16) Bahan kimia yang digunakan untuk menyuburkan tanaman
disebut pupuk.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
xciii

(17) Alat untuk menyemprotkan pupuk atau pestisida disebut


sprayer.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(18) Tujuan dilakukan pemupukan dasar adalah peningkatan


kesuburan lahan.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(19) Pemupukan dapat menyebabkan tanaman menjadi subur


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(20) Tujuan pemupukan tanaman adalah meningkatkan


kesuburan lahan.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(21) Pemupukan harus memperhatikan dosis, waktu, dan cara


yang tepat bagi tanaman.
xciv

a. Sangat tidak setuju


b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(22) Cara pemupukan yang biasa dilakukan adalah menabur


dipermukaan tanah, menebar disepanjang jalur barisan
tanaman, dan menyemprot tanaman.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(23) Waktu yang tepat untuk melakukan pemupukan tanaman


adalah waktu tanaman membutuhkan.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(24) Bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama,


penyakit, dan gulma disebut pestisida.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(25) Yang dimaksud dengan teknik mengendalikan hama


secara mekanis adalah membunuh hama yang ditemukan
xcv

menyerang tanaman dengan menggunakan kayu atau alat


lain.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(26) Yang dimaksud dengan mengendalikan hama secara


kimiawi adalah membunuh hama dengan menggunakan
peralatan seperti kayu dan alat lain.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
.
(27) Yang dimaksud dengan mengendalikan hama secara
biologis adalah membunuh hama dengan menggunakan
makhluk hidup lain yang merupakan musuh alaminya.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(28) Yang dimaksud pengendalian hama secara terpadu


adalah mengendalikan hama dengan memadukan
xcvi

beberpa teknik pengendalian secara mekanis, biologi, dan


kimiawi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(29) Tujuan pengendalian hama dan penyakit adalah supaya


kualitas produksi bagus, tanaman sehat, dan tanaman
produksinya melimpah.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
.
(30) Pengendalian hama dan penyakit dapat meningkatkan
kualitas produksi tanaman.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(31) Pengendalian hama dan penyakit yang terbaik adalah


dengan bahan organik dan musuh alami atau predator.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
xcvii

(32) Bapak/Ibu perhatikan dalam mengendalikan hama dan


penyakit tanaman adalah ciri-ciri hama penyakit yang
menyerang.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

IV. Pengairan

(33) Jenis-jenis cara pengairan adalah pengairan tadah hujan


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(34) Tujuan pengairan adalah mencegah erosi tanaman.


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(35) Tanaman membutuhkan air untuk prnyerapan unsur hara.


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
xcviii

d. Sangat setuju

(36) Waktu yang paling tepat untuk pengairan adalah sore hari.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

V. Aspek Modal

(37) Yang dimaksud dengan modal adalah uang tunai, tenaga


kerja, dan barang lain yang digunakan untuk produksi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(38) Salah satu sumber modal yang baik untuk meminjam


modal usahatani adalah Bank.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(39) Modal operasional adalah modal yang digunakan untuk


biaya operasional usahatani.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
xcix

(40) Biaya produksi usahatani adalah biaya yang digunakan


untuk berusahatani.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(41) Salah satu cara untuk mengetahui jumlah modal yang


dibutuhkan dalam usahatani adalah mengatur semua
biaya produksi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
.
(42) Kebutuhan modal usahatani digunakan untuk budidaya,
pengolahan hasil, tenaga kerja dan pemasaran hasil.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(43) Salah satu cara untuk memperoleh modal usahatani


adalah mengajukan kredit ke Bank.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
.
c

(44) Salah satu syarat penting untuk memperoleh pinjaman dari


Bank adalah mengajukan usulan pinjaman ke pihak Bank.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(45) Masalah penting bagi petani terkait dengan modal adalah


mendapatkan dan menggunakan modal .
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

VI. Aspek Tenaga Kerja

(46) Sumber utama tenaga kerja dalam usahatani adalah dari


keluarga.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(47) Berdasarkan keterampilannya bekerja, tenaga kerja dapat


dikelompokkan menjadi tiga yaitu: (1) tenaga kerja
manusia, (2) tenaga kerja ternak, (3) tenaga kerja
mekanik.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
ci

d. Sangat setuju

(48) Berdasarkan jenisnya, tenaga kerja dibedakan menjadi


tiga yaitu: (1) tenaga kerja manusia, (2) tenaga kerja
ternak, (3) tenaga kerja mekanik.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(49) Tenaga kerja tamabahan dari luar keluarga diperlukan


apabila intensitas pengelolaan usahatani meningkat.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(50) Kebutuhan tenaga kerja berbeda untuk setiap cabang


usaha karena berbeda jenis kegiatan, komoditas, faktor
produksi, dan waktu.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(51) Pemilihan jenis tenaga kerja didasarkan pada kebutuhan


produksi.
cii

a. Sangat tidak setuju


b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(52) Tenaga kerja yang baik adalah tenaga kerja yang


produkstivitasnya tinggi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
..
(53) Tenaga kerja yang produktivitasnya tinggi adalah tenaga
kerja yang memberikan produksi maksimal.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(54) Pelaksanaan jumlah produksi yang diinginkan, harus


sesuai denga tingkat kesuburantanah dengan luas lahan
garapan.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(55) Pelaksanaan luas tanam harus sesuai dengan jumlah


produksi yang ingin dicapai.
a. Sangat tidak setuju
ciii

b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

VII. Penggunaan Teknologi Usahatani Sayuran

(56) Penggunaan teknologi pertanian harus hemat biaya


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(57) Tujuan kombinasi biaya adalah agar hemat biaya


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

VIII. Kendala dan Peluang Usahatani Sayuran

(58) Kendala usahatani menyebabkan usahatani tidak berhasil


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(59) Modal merupakan kendala utama dalam usahatani sayur.


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
civ

d. Sangat setuju

(60) Peluang ushatani menyebabkan usahatani berhasil.


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. S setuju

(61) Ketepatan waktu dan kematangan buah dalam cara


pemanenan menghasilkan produksi yang berkualitas
tinggi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

IX. Pemasaran Hasil

(62) Pengolahan hasil menjadikan hasil panen leih berharga


dan berkualitas.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(63) Semakin tinggi harga jual, maka keuntungan semakin


tinggi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
cv

d. Sangat setuju

(64) Semakin tinggi keuntungan, maka kesejahteraan semakin


menigkat.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(65) Tempat untuk melakukan transaksi jual be;i disebut pasar.


a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(66) Hasil yang diperolwh dari usahatani adalah sayur-sayuran


yang memiliki kualitas tinggi.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(67) Waktu yang tepat untuk menjual hasil usahatani adalah


saat harga meningkat.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
cvi

(68) Harga satuan produk usahatani sayuran tergantung pada


kualitas produk sayuran.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(69) Barang jadi (sudah proses) lebih menguntungkan bila


dijual.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(70) Keputusan untuk menjual produk usahatani didasarkan


pada harga produk.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju

(71) Terjadinya perbedaanharga satuan pada suatu produk


disebabkan oleh kualitas produk.
a. Sangat tidak setuju
b. Tidak setuju
c. Setuju
d. Sangat setuju
cvii

KETERAMPILAN PETANI SAYURAN

Berilah tanggapan terhadap pernyataan di bawah ini, dengan tanda centang


(√) pada pilihan jawaban yang sesuai dengan tindakan Bapak/Ibu dalam
mengelola usahatani sayur.

Tanggapan
No Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
. tidak Terampil
Terampil Terampil
Terampil
I. Pemilihan Komoditas Usahatani dan Penanaman
1. Menggunakan traktor
untuk
menggemburkan
tanah
2. Menentukan
kedalaman tanah
cviii

yang telah diolah


minimum 30 cm
3. Menggunakan jarak
tanam 30 x 50 cm
pada kegiatan
pengolahan lahan.
4. Mengoah tanah
supaya gembur
5. Mengedarkan udara
dan air ke seluruh
ujung akar tanaman
dalam kegiatan
pengolahan tanah.
6. Meningkatkan
kualitas hasil panen
pada lahan yang baik
dan siap tanam.
7. Memilih jenis sayuran
yang sesuai dengan
peluangnya yang
baik dalam
pemasaran.

Lanjutan.

Tanggapan
No Sangat
Tidak Sangat
. tidak Terampil
Pernyataan Terampil Terampil
Terampil
cix

8. Memilih lokasi,
persiapan lahan, dan
penyiapan bahan
tanaman.
II. Perlakuan Benih/Bibit
9. Menentukan
benih/bibit yang
berkualitas agar
produksi meningkat.
10. Mempersiapkan
benih sayuran
sebelum siap tanam
saat membuat
persemaian
11. Memilih benih
sayuran pada dya
kecambah benih/bibit
yang cepat tumbuh.
12. Menentukan jadwal
waktu tanam
13. Menentukan ciri
benih sayuran yang
berkualitas dari yang
bebas hama dan
penyakit.
14. Menentukan kualitas
benih dengan cara
direndam sehari
semalam.
15. Mendapatkan
cx

kualitas hasil
produksi benih/bibit
harus bebas dari
hama dan penyakit.

Lanjutan

Tanggapan
No Sangat
Tidak Sangat
. tidak Terampil
Pernyataan Terampil Terampil
Terampil
I. Pemupukan dan Pengendalian Hama Penyakit
16. Menentukan produk
yang harus dijual
17. Menggunakan alat
sprayer untuk
menyemprot pupuk
atau pestisida
18. Meningkatkan
kesuburan lahan
tujuan dilakukan
pemupukan dasar.
19. Menggunakan pupuk
dapat menyebabkan
tanaman menjadi
subur.
20. Meningkatkan
kesuburan lahan
pada tujuan
pemupukan tanaman.
cxi

21. Memperhatikan
dosis, waktu, dan
cara pemupukan bagi
tanaman.
22. Menentukan cara
pemupukan dengan
cara menabur
dipermukaan tanah,
menebar disepanjang
jalur barisan
tanaman, dan
menyemprot
tanaman.

Lanjutan

Tanggapan
No Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
. tidak Terampil
Terampil Terampil
Terampil
23. Menentukan waktu
yang tepat dalam
melakukan
pemupukan tanaman.
24. Menggunakan bahan
kimia (pestisida)
untuk memberntas
cxii

hama, penyakit, dan


gulma.
25. Mengendalikan hama
secara mekanis
untuk membunuh
hama yang
menyerang tanaman
dengan kayu atau
alat lain.
26. Mengendalikan hama
secara kimiawi untuk
membunuh hama
dengan lat seperti
kayu dan alat lain.
27. Mengendalikan hama
secara biologi untuk
membunuh hama
dengan makhluk
hidup lain yang
merupakan musuh
alaminya.
28. Mengendalikan hama
secara terpadu
dengan cara
mekanis, biologi dan
kimiawi.

Lanjutan.
cxiii

Tanggapan
No Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
. tidak Terampil
Terampil Terampil
Terampil
29. Mengendalikan hama
dan penyakit agar
meningkat kualitas
produksi tanaman.
30. Mengendalikan hama
dan penyakit agar
kualitas produksi
bagus, sehat dan
melimpah.
31. Mnegendalikan hama
dan penyakit agar
meningkat kualitas
produksi tanaman.
32. Mengendalikan hama
dan penyakit
tanaman dilihat dari
ciri-ciri hama penyakit
yang menyerang.
II. Pengairan
33. Menentukan jenis
cara penagiran tadah
hujan.
34. Mencegah erosi
tanaman pada tujuan
pengairan.
cxiv

35. Menentukan waktu


tanaman saat butuh
air untuk menyerap
unsur hara.
36. Waktu yang paling
tepat untuk pengairan
adalah sore hari.

Lanjutan.

Tanggapan
No Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
. tidak Terampil
Terampil Terampil
Terampil
III. Aspek Modal
37. Memberikan
pengertian modal
usahatani sayuran
38. Menentukan sumber
modal usahatani
melalui pinjaman
modal dari Bank.
39. Menggunakan modal
untuk keperluan
operasional
usahatani.
40. Menentukan biaya
cxv

produksi untuk
usahatani.
41. Mengayur semua
biaya produksi.
42. Menggunakan modal
untuk budidaya,
pengolahan hasil,
tenaga kerja, dan
pemasaran hasil.
43. Mengajukan kredit ke
Bank agar
memperoleh modal
usahatani.
44. Mengajukan usulan
pinjaman ke pihak
Bank sebagai syarat
penting dalam
memperoleh
pinjaman.

Lanjutan

Tanggapan
No Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
. tidak Terampil
Terampil Terampil
Terampil
45. Mendapatkan dan
cxvi

mempergunakan
modal dengan baik
IV. Aspek Tenaga Kerja
46. Memanfaatkan
tenaga kerja keluarga
dalam meningkatkan
produksi usahatani.
47. Menggunakan tenaga
kerja ternak ntuk
meningkatkan hasil
usahatani.
Menggunakan tenaga
kerja mesin untuk
48.
meningkatkan hasil
usahatani.
Menentukan saat
yang tepat untuk
49.
mencurahkan tenaga
kerja.
Menentukan
keperluan tenaga
50.
kerja untuk tisp
cabang usahatani.
Menentukan
kebutuhan tenaga
51.
kerja untuk tiap tahap
produksi.
Memanfaatkan
52. tenaga kerja yang
memiliki produktivitas
cxvii

tinggi.

Lanjutan

Tanggapan
No Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
. tidak Terampil
Terampil Terampil
Terampil
Menentukan saat
yang tepat untuk
53.
menggunakan tenaga
kerja sewaan
Melaksanakan jumlah
produksi sesuai
dengan tingkat
54.
kesuburan tanah
dengan luas lahan
garapan.
Menentukan luas
tanam sesuai dengan
55.
jumlah produksi yang
ingin dicapai
V. Penggunaan Teknologi Usahatani Sayuran
Menggunakan
56. teknologi yang hemat
biaya.
57. Menentukan
cxviii

kombinasi teknologi
adalah agar hemat
biaya.
VI. Kendala dan Peluang Usahatani Sayuran
Menyebabkan
usahatani tidak
58.
berhasil merupakan
kendala usahatani.
59. Menentukan kendala
utama dalam
usahatani sayur yaitu
modal.
60. Menentukan peluang
usahatani yang dapat
menyebabkan
usahatani berhasil.

Lanjutan

Tanggapan
No Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
. tidak Terampil
Terampil Terampil
Terampil
61. Menentukan
ketepatan waktu dan
kematangan buah
dalam cara
pemanenan
menghasilkan
produksi yang
cxix

berkualitas tinggi.
VII. Pemasaran Hasil
62. Meningkatkan
pengolahan hasil
manjdikan hasil
panen lebih berharga
dan berkualitas.
63. Menentukan harga
jual, maka
keuntungan semakin
tinggi.
64. Meningkatkan
keuntungan, maka
kesejahteraan
semakin meningkat.
65. Menentukan dimana
produk usahatani di
jual.
66. Menentukan produk
yang harus dijual.
67. Menjual produk
usahatani langsung
ke konsumen.
68. Menjual hasil
usahatani dengan
hasil tertinggi.
cxx

Lanjutan

Tanggapan
No Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
. tidak Terampil
Terampil Terampil
Terampil
Menentukan saat
yang tepat untuk
69.
menjual hasil
usahatani.
70. Menentukan berapa
banyak hasil
usahatani yang akan
dijual.
71. Menentukan kepada
siapa hasil usaha tani
di jual

Anda mungkin juga menyukai