Anda di halaman 1dari 7

ANEMIA

DEFINISI

Anemia merupakan keadaan di mana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang
beredar tidak memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laboratories, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin, hitung eritrosit, dan
hematokrit di bawah normal. Untuk memenuhi definisi anemia, maka perlu ditetapkan
batas hemoglobin atau hematokrit yang dianggap sudah terjadi anemia. Batas tersebut
sangat dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan
laut. Batasan umum yang digunakan adalah kriteria WHO. Dinyatakan sebagai anemia bila
terdapat nilai dengan kriteria sebagai berikut :

Laki – laki dewasa : Hb <13 gr/dL

Perempuan dewasa tidak hamil : Hb <12 gr/dL

Perempuan hamil : Hb <11 gr/dL

Anak usia 6-14 tahun : Hb <12 gr/dL

Anak usia 6 bulan – 6 tahun : Hb <11 gr/dL

Menurut Handayani & Haribowo (2008), untuk kriteria anemia diklinik, rumah sakit,
atau praktik klinik pada umumya dinyatakan anemia bila terdapat nilai, sebagai berikut :

Hb <10 gr/dL

Hematokrit <30%

Eritrosit <2,8 juta/mm3

KLASIFIKASI
Derajat pada anemia ditentukan oleh kadar Hb. Menurut Handayani & Haribowo
(2008), klasifikasi derajat anemia yang umum dipakai, adalah sebagai berikut :

Ringan sekali : Hb 10 gr/dL – 13 gr/dL

Ringan : Hb 8 gr/dL – 9,9 gr/dL

Sedang : Hb 6 gr/dL – 7,9 gr/dL

Berat : Hb <6 gr/Dl

ETIOLOGI

Gejala umum

Gejala umum disebut juga sebagai sindrom anemia. Gejala umum sindrom anemia
adalah gejala yang timbul pada semua jenis anemia pada kadar hemoglobin yang
sudah menurun sedemikian rupa dibawah titik tertentu. Gejala ini timbul karena
anoksia organ target dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap penurunan
hemoglobin. Gejala – gejala tersebut apabila diklasifikasikan menurut organ yang
terkena, yaitu sebagai berikut :

Sistem kardiovaskuler

Lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardi, sesak napas saat beraktifitas, angina
pectoris, dan gagal jantung.

Sistem saraf

Sakit kepala, pusing, telinga mendengung, mata berkunang – kunang,


kelemahan otot, iritabilitas, lesu, dan perasaan dingin pada ekstermitas.

Sistem urogenital

Gangguan haid dan libido menurun.

Epitel
Warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, dan rambut
semakin menipis.

Gejala khas masing – masing anemia

Anemia defisiensi besi : disfagia, atropi papil lidah, dan stomatitis


angularis.

Anemia difisiensi as.folat : lidah merah atau buffy tongue.

Anemia hemolitik : ikterus dan hepatospenomegali.

Anemia aplastik : perdarahan kulit, mukosa, dan tanda – tanda


infeksi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut Handayani & Haribowo (2008), terdapat beberapa pemeriksaan penunjang,


yaitu :

Pemeriksaaan laboratorium hematologis

Tes penyaring

Tes ini dilakukan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan
pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia
tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada komponen – komponen,
yaitu kadar hemoglobin, indeks eritrosit, dan apusan darah tepi.

Pemeriksaan rutin

Yaitu pemeriksaan untuk mengetahui kelainan pada sistem leukosit dan


trombosit. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi laju endap darah (LED), hitung
diferensial, dan hitung retikulosit.

Pemeriksaan sumsum tulang belakang


Pemeriksaan ini harus dilakukan pada sebagian besar kasus anemia untuk
mendapatkan diagnosis definitive meskipun ada beberapa kasus yang
diagnosisnya tidak memerlukan pemeriksaan sumsum tulang.

Pemeriksaan atas indikasi khusus

Pemeriksaan ini akan dikerjakan jika telah mempunyai dugaan diagnosis awal
sehingga fungsinya adalah untuk mengonfirmasi dugaan diagnosis tersebut.
Pemeriksaan tersebut meliputi komponen, sebagai beikut anemia defisiensi besi
(serum iron, TIBC, saturasi transferin, dan feritin serum), anemia megaloblastik
(asam folat darah atau eritrosit dan vitamin B12), anemia hemolitik (hitung
retikulosit, tes Coombs, dan elektroforesis Hb), dan anemia pada leukemia akut
biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.

Pemeriksaan lanoratorium non-hematologis

Faal ginjal

Faan endokrin

Faal hati

Asam urat

Biakan kuman

Pemeriksaan biopsy kelenjar yang dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi

Pemeriksaa radiologi

Pemeriksaan biologi molekuler

PENATALAKSANAAN MEDIS

Terapi gawat darurat


Pada kasus anemia dengan lemah jantung atau ancaman lemah jantung, maka harus
segera diberikan terapi darurat dengan tranfusi sel darah merah yang dimampatkan
untuk mencegah perburukan lemah jantung tersebut.

Terapi khas untuk masing – masing anemia

Menurut Handayani & Haribowo (2008), penatalaksanaan terapi khas untuk


masing – masing anemia, adalah sebagai berikut :

Anemia defisiensi besi

Mengatasi penyebab perdarahan kronik, misalnya pada ankilostomiasis


diberikan antelmintik yang sesuai.

Pemberian preparat Fe.

Pengobatan anemia defisiensi zat besi biasanya terdiri dari suplemen


makanan dan terapi zat besi. Kekurangan zat besi dapat diserap dari
sayuran, produk biji – bijian, produk susu, dan telur.

Anemia pernisosa

Pemberian vitamin B12 1.000 mg/hari secara intramuscular selama 5 – 7 hari,


1 kali tiap bulan.

Anemia defisiensi asam folat

Pengobatan terhadap penyebabnya dan dapat dilakukan pula dengan


pemberian atau suplementasi asam folat oral 1 mg per hari.

Anemia pada penyakit kronik

Pada anemia yang mengancam nyawa, dapat diberikan transfusi darah merah
seperlunya. Pengobatan dengan suplementasi besi tidak diindikasikan.
Pemberian kobalt dan eritropoeitin dikatakan dapat memperbaiki anemia
pada penyakit kronik.

Anemia aplastik
Sebaiknya diberikan transfusi darah merah. Bila diperlukan trombosit,
berikan darah segar atau platelet concentrate.

Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotik. Lakukan Hygiene yang baik


perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.

Kortikosteroid diberikan dengan dosis rendah mungkin bermanfaat pada


perdarahan akibat trombositopenia berat.

Berikan androgen, seperti fluokrimesteron, testosteron, metandrostenolon,


dan nondrolon. Efek samping yang mungkin terjadi, virilisasi, retensi air
dan garam, perubahan hati, dan amenore.

Pemberian imunosupresif seperti siklosporin, globulin antitimosit. Champlin,


dan sebaginya menyarankan penggunaannya pada pasien >40 tahun yang
tidak menjalani transplantasi sumsum tulang dan pada pasien yang telah
mendapat transfusi berulang.

Transplantasi sumsum tulang.

Anemia hemolitik

Penatalaksanaan anemia hemolitik disesuaikan dengan penyebabnya. Bila


karena reaksi toksik - imunologik, yang dapat diberikan adalah
kortikosteroid. Jika perlu dilakukan splenektomi. Apabila keduanya tidak
berhasil, dapat diberikan obat sitostatik, seperti klorambusil dan
siklofosfamid.

Terapi kasual

Terapi kausal merupakan terapi untuk mengobati penyakit dasar yang menjadi
penyebab anemia. Misalnya, anemia defisiensi besi yang disebabkan oleh infeksi
cacing tambang harus diberikan obat anti cacing tambang.

Terapi ex-juvantivus
Terapi yang terpaksa diberikan sebelum diagnosis dapat dipastikan, jika terapi ini
berhasil, berarti diagnosis dapat dikuatkan. Terapi ini hanya dilakukan jika tidak
tersedia fasilitas diagnosis yang mencukupi. Pada pemberian terapi jenis ini,
penderita harus diawasi dengan ketat. Jika terdapat respon yang baik, terapi
diteruskan, tetapi jika tidak terdapat respon, maka harus dilakukan evaluasi kembali.

Anda mungkin juga menyukai