Anda di halaman 1dari 14

.

telusuri

Beranda MAMA

28th January 2017 PENDEKATAN DAKWAH BERBASIS


MASYARAKAT

PENDEKATAN DAKWAH BERBASIS


MASYARAKAT

[https://2.bp.blogspot.com/-NGDOehLnZKY/WItu99qPeYI/AAAAAAAAASA/RH-cE-
C_j3IrS9HQyC2UWU8TIUuNcJkxwCEw/s1600/Logoiainpadangsidimpuan.jpg]

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

1.     HAFIFAH 1430100021


2.     RIKA SAFITRI 1430100039

DOSEN PENGAMPU
ANAS HABIBI RITONGA, MA
KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM (KPI-2)
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI (FDIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PADANGSIDIMPUAN
T.A 2016
 

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang
masih memberikan nafas kehidupan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan pembuatan makalah dengan tepat waktu. Tidak lupa
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak lupa
penulis sampaikan terima kasih kepada Bapak Dosen yang telah
memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini, orang
tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim
kelompok yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya
terhadap makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini
bermanfaat bagi tim penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada
umumnya. Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif
sangat penulis harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan
makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Padangsidimpuan,    Agustus
2016

Penyusun
 

DAFTAR ISI

            KATA
PENGANTAR..........................................................................................   i
            DAFTAR
ISI..........................................................................................................   ii
            BAB I PENDAHULUAN
....................................................................................   1
A.    Latar Belakang ............................................................................................   1
B.     Rumusan Masalah .......................................................................................   1
BAB II PEMBAHASAN
......................................................................................   2
A.    Prinsip Dasar Pendekatan Dakwah Berbasis Masyarakat....................  
2
B.     Model-Model Dakwah Berbasis Masyarakat..........................................   6
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 13
A.    Kesimpulan ................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna dan
kompeherensif, karena ia meliputi segala aspek kehidupan manusia,
baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Islam secara teologis
merupakan sistem nilai dan dan ajaran yang bersifat ilahiah dan
transenden. Sedangkan dari aspek sosiologis , Islam merupakan
fenomena peradaban, kultural, dan realistis sosial dalam kehidupan
manusia.
Selanjutnya salah satu aktivitas keagamaan yang secara
langsung digunakan untuk mensosialisasikan ajaran Islam bagi
penganutnya dan umat manusia pada umumnya adalah aktivitas
dakwah. Aktivitas ini dilakukan baik melalui lisan, tulisan, maupun
perbuatan nyata. [dakwah bi al-lisan, wa al-qalam wa bi al-hal]
Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi
dan mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat
menuju suatu tatanan kesalehan individu dan kesalehan sosial.
Dakwah dengan pesan-pesan keagamaan dan pesan-pesan sosialnya
juga merupakan ajakan kepada kesadaran untuk senatiasa memiliki
komitmen [istiqomah] di jalan yang lurus. Dakwah adalah ajakan yang
dilakukan untuk membebaskan individu dan masyarakat dari
pengaruh eksternal nilai-nilai syaitaniah dan kejahiliahan menuju
internalisasi nilai-nilai ketuhanan. Disamping itu, dakwah juga
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dalam
berbagai aspek ajarannya agar diaktualisasikan dalam bersikap,
berpikir dan bertindak.

B.     Rumusan Masalah


Dilihat dari latar belakang diatas, adapun rumusan masalahnya
yaitu:
1.      Apa saja prinsip dasar pendekatan dakwah berbasis masyarakat ?
2.          Bagaimana model-model pendekatan dakwah berbasis
masyarakat ?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Prinsip Dasar Pendekatan Dakwah Berbasis Masyarakat
Secara etimologis, dakwah berasal dari bahasa Arab, yaitu da’a,
yad’u,da’wan, du’a. yang diartikan sebagai mengajak/menyeru,
memanggil, seruan, permohonan dan permintaan. Istilah ini sering
diberi arti yang sama dengan istilah-istilah tabligh, amr ma’ruf  dan
nahi munkar, mau’idzoh hasanah, tabsyir, indzhar, wasiyah, tarbiyah,
ta’lim, dan  khotbah.
Istilah dakwah dalam Al-Qur’an diungkapkan dalam bentuk fi’il 
maupun mashdar sebanyak lebih dari seratus kata.dalam Al-Qur’an,
dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39 kali
dalam arti mengajak kepada islam dan kebaikan, dan 7 kali mengajak
ke neraka atau kejahatan. Disamping itu, banyak sekali ayat-ayat yang
menjelaskan istilah dakwah dalam konteks yang berbeda.
Secara terminologis pengertian dakwah dimaknai dari aspek
positif ajakan tersebut, yaitu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan
dunia akhirat. Sementara itu, para ulama memberikan definisi yang
bervariasi, antara lain:
1)            Ali Makhfudh dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin” mengatakan,
dakwah adalah mendorong manusia untuk berbuat kebajikan dan
mengikuti petunjuk [agama], menyeru mereka kepada kebaikan
dan mencegah mereka dari perbuatan mungkar agar memperoleh
kebahagiaan dunia dan akhirat.[1]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MA
SYARAKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn1]
2)                      Muhammad Khidr Husain dalam bukunya “al- Dakwah ila al
Islah“ mengatakan, dakwah adalah upaya memotivasi orang agar
berbuat baik dan mengikuti jalan peunjuk, dan melakuakan amr
ma’ruf nahi munkar dengan tujuan mendapatkan kesuksesan dan
kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
3)            Nasarudin Latif menyatakan, bahwa dakwah adalah setiap usaha
aktivitas dengan lisan maupun tulisan yang bersifat menyeru,
mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman menaati
Allah SWT. Sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta
akhlak Islamiah.[2]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MA
SYARAKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn2]
4)                      Quraish Shihab mendefinisikannya sebagai seruan atau ajakan
kepada keisafan, atau usaha mengubah situasi yang tidak baik
kepada situasi yang lebih baik dan sempurna baik kepada situasi
yang lebih naik dan sempurna baik terhadap pribadi maupun
masyarakat.[3]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MA
SYARAKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn3]
Prinsip-Prinsip Berdakwah:[4]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYAR
AKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn4]
a.       Mencari Titik Temu atau Sisi Kesamaan
Kita menyaksikan pola dakwah Rasulullah sebelum masanya
hijriah, tidak pernah menyeru umatnya sendiri atau ahli kitab
dengan sebutan orang-orang kafir, musyrik atau munafik,
melainkan dengan seruan yang sama dengan dirinya yaa ayyuhan
naas, “wahai manusa”. Bahkan untuk orang-orang munafik,
sebelum jatuhnya kota Mekkah Nabi Saw mempergunakan
pangggilan yaa ayyuhal ladziina aamanuu, “hai orang-orang yang
beriman”, dan sama sekali tidak pernah mengungkapkan secara
terang-terangan kemunafikan mereka dengan menggunakan
panggilan yaaa ayyuhal munafiqun, “hai orang munafiq”. Akan
tetapi setelah sekian lama berdakwah dengan kelembutan dan ayat-
ayat Ilahi sia-sia menjelaskan kebenaran kepada mereka dan
mereka tidak saja menolak kebenaran, tetapi juga bersekongkol dan
bersepakat membunuh Rasulullah. Baru Rasulullah menyeru
dengan kata-kata tegas dan jelas . “Hai orang- orang kafir” dan
manyatakan berlepas tangan dari tangan mereka da agama
mereka. Ali Imran:64:
2 =ÎJyp7 )Î<n 4 ?sèy$9sqö#( #$9ø3ÅGt»=É t»¯'rd÷@ %è@ö
#$!© )Îw Rtè÷7ç y &rw ru/t ÷Zu3ä/ö /t ÷YoZu$ yqu#!ä¥
/tè÷Ò³$ /tè÷ÒàZu$ tG Ï x ruw ©x ø«\$ /ÎmϾ Sè³ô Î8x ruw
ùs)àq9äq#( ?squ9©qö#( ùs*Îb 4 #$!« ßrbÈ BiÏ` &r ö/t$/\$
  ÈÍÏÇ Bã¡ó=ÎJßqc /Î'rR¯$ #$©ôgy ßr#(

Artinya : Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu


kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami
dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita
persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian
kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah".
jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka:
"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)".
b.      Menggembirakan Sebelum Menakut-nakuti
Sudah menjadi fitrah manusia suka kepada yang
menyenangkan dan benci kepada yang menakutkan, maka
selayaknya bagi para da’i untuk memulai dakwahnya dengan
member harapan yang menarik, mempesona dan menggembirakan
sebelum memberikan ancaman. Seorang da’i seharusnya terlebih
dahulu memberikan kabar gembira sebelum ancaman, mendorong,
beramal dan menyebutkan faedahnya sebelum menakut nakuti.
Memberitahu keutamaaan menyebarkan ilmu sebelum member
peringatan kepada mereka tentang besarnya dosa
menyembunyikan ilmu dan memotivasi untuk melaksanakan shalat
pada waktnya sebelum memberikan peringatan tentang besarnya
dosa meninggalkan shalat. Kita memang tidak dapat menafikan
manfaat tarhib, karena beragam tabiat manusia.
Akan tetapi, member kabar gembira terlebih dahulu
sebelum peringatan itu bisa membuat hati menerima dengan baik
dan lega. Pemberian motivasi ini bisa menumbuhkan harapan dan
optimism seseorang.
c.       Memudahkan Tidak Mempersulit
Di antara metode yang menyejukkan yang ditempuh oleh
Rasulullah dalam berdakwah yaitu mempermudah tidak
mempersulit serta meringankan tidak memberatkan begitu
melimpah nash al-quran maupun teks as-Sunnah yang memberikan
isyarat bahwa memudahkan itu lebih disukai Allah daripada
mempersulit.
d.      Memperhatikan Penahapan Beban dan Hukum
Untuk mejadikan aktivitas dakwah tidak memberatkan dan
menawan hati mad’u, para da’i harus meperhatikan prinsip hokum
penahapan baik dalam amar ma’ruf maupun nahi mungkar. Hal ini
sejalan dengan sunatullah dalam penciptaan makhluk dan
mengikuti metode perundang-undangan hokum Islam. Dengan
mengetahui bahwa manusia tidak senang untuk menghadapi
perpindahan sekaligus dari suatu keadaan kepada keadaan lain
yang asing. Maka al-Quran tidaj diturunkan sekaligus, melainkan
surat demi surat dan ayat demi ayat, dan kadang-kadang menurut
peristiwa-peristiwa yang menghendaki diturunkannya, agar
dengan cara demikian lebih disenangi oleh jiwa dan lebih
mendorong ke arah mentaatinya serta bersiap-siap untuk
meninggalkan ketentuan-ketentuan lama untuk menerima hokum
yang baru. Sebagai penahapan dalam hokum Islam, demikian pula
aktivitas dakwah dijalankan.
e.       Memperhatikan Psikologi Mad’u
Mengingat bermacam-macam tipe manusia yang dihadapi
da’i dan berbagai jenis antara dia dengan mereka serta berbagai
kondisi psokologis mereka, setiap da’i yang mengharapkan sejuk
dalam aktivitas dakwahnya harus memperhatikan kondisi
psikologis mad’u. Mohammad Natsir mengemukakan pendapat
yang berkaitan dengan kondisi psikologis mad’u ini bahwa: pokok
persoalan bagi seorang pembawa dakwah ialah bagaimana
menentukan cara yanb tepat dan efektif dalam menghadapi suatu
golongan tertentu dalam suatu keadaan dan suasana tertentu.
Seorang da’i harus memperhatikan kedududkan sosial penerima
dakwah. Jika seorang da’i mencium adanya sikap memusuhi Islam
dalam diri penerima dakwah, maka dengan alas an apa pun dia
tidak boleh memperburuk situasi. Dia mesti berusaha sebisa-
bisanya untuk menghilangkan sikap permusuhan tersebut.
Oleh karena itu, untuk mencapai keberhasilan dalam
pengembangan agama Islam, maka perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
a.       Diperlukan dakwah dan strategi yang jitu, sehingga perubahan
yang ada akibat jalannya dakwah tidak terjadi secara frontal,
tetapi bertahap sesuai fitrah manusia.
b.          Dakwah Islam seharusnya dilakukan dengan menyejukkan,
mencari titik persamaan bukan perbedaan, meringankan bukan
memberatkan, memudahkan bukan mempersulit,
menggembirakan bukan menakut-nakuti, bertahap dan
berangsur-angsur bukan secara frontal, sebagaimana pola
dakwah yang dialankan oleh Radulullah saw, ketika mengubah
kehidupan jahiliah menjadi kehidupan Islamiyah.
c.       Dalam dakwah tidak mengenal kata keras kalau yang dimaksud
kasar dan frontal.
B.     Model-Model Dakwah Berbasis Masyarakat
Dakwah tidak hanya semata-mata proses mengenalkan manusia
kepada Tuhannya, melainkan juga merupakan sebuah proses
transformasi sosial, dengan sejumlah tawaran dan alternatif solusi-
solusi bagi umat dalam mengatasi masalah kehidupan yang mereka
hadapi. Sebagaimana strategi dan pendekatan komprehensif yang
pernah dikembangkan oleh Rasulullah SAW manakala mendesain dan
menggerakkan program serta agenda Dakwah yang bermuatan
pengembangan atau pemberdayaan umat serta bewawasan
pembebasan.
Sementara itu di sisi lain, masyarakat sasaran Dakwah sangatlah
heterogen, mereka terdiri dari kalangan intelektul, pejabat, pengusaha
sampai rakyat jelata. Ada laki-laki, ada perempu’an, ada orang tua,
remaja, dan ada anak-anak, ada masyarakat kota (urban) dan ada
masyarakat desa (rural), disamping masyarakat, yang sering
terlupakan, dengan berbagai problem kehidupan yang mereka hadapi.
Senyatanya, bahwa ternyata Dakwah selama ini tidak/belum/kurang
menyentuh kelompok-kelompok ‘masyarakat sebagai salah satu subjek
dan juga obyek dakwah. Selaku masyarakat  yang terpinggirkan, jelas,
proses dakwah sangat diharapkan untuk mengangkat citra, martabat,
dan memperbaiki derajat kehidupan serta kesejahteraan. Dalam
berbagai bidang, fisik, sosial, ekonomi, budaya, pemerintahan, agama
dan juga lingkungan.
Kelompok masyarakat yang menjadi obyek dakwah dengan
sejumlah ciri khas, karakteristik dan lain sebagainya, membutuhkan
dai~   atau pelaku pembangunan kultur yang relatif berbeda dengan
kelompok masyarakat obyek Dakwah lainnya.[5]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYAR
AKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn5] Metode, teknik,
strategi maupun pendekatan Dakwah yang diterapkan untuk
masyarakat juga berbeda dan memiliki ciri khusus dari yang lain.
Karena itu pemberian ruang gerak yang lebih luas dan penekanan
terhadap metode Dakwah bil-amal atau bil-hal menjadi sangat penting
dan signifikan disamping metode Dakwah yang lain. Dakwah bil-hal
yaitu metode Dakwah yang lebih menekankan pada amal usaha atau
karya nyata yang bisa dinikmati dan bisa mengangkat harkat,
martabat, kesejahteraan hidup kelompok masyarakat. Model strategi
Dakwah bil-amal ini dilakukan melalui proses dan hasil karya nyata
bagi masyrakat. Bertujuan untuk menjadikan masyarakat sebagai
masyarakat yang terberdaya dalam kehidupan, baik secara fisik,
agama, ekonomi, sosial, budaya maupun politik.
Jika ditelaah lebih mendalam, akan didapati bahwa sebagian
besar usaha pengembangan atau pembangunan masyarakat
(community development) atau pemberdayaan masyarakat (social
empowerment) di daerah perdesaan atau di negara-negara yang sedang
berkembang, masih bersifat mentransfer teknologi, memindahkan
produk budaya suatu masyarakat ke masyarakat yang lain.
Karena itu pendekatan dan strategi pengembangan Dakwah bil-
amal atau bil-hal terhadap pengembangan masyarakat  cukup relevan.
Menurut Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei ada empat model
metode pengembangan Dakwah yang bisa diterapkan dan harus
dilaksanakan secara sinergis, simultan, terkoordinasi dan
berkesinambungan, yakni tadbir, tathwir, irsyad dan tabligh/ta’lim.
Keempatnya menghendaki keterlibatan da’i secara langsung dalam
pengentasan kemiskinan dan solusi dari beragam persoalan kehidupan
yang mereka hadapi.

a.                Tadbir[6]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20M
ASYARAKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn6]
Tadbir adalah Dakwah melalui dakwah dan manajemen
dakwah masyarakat yang dilakukan dalam rangka perekayasaan
sosial dan pemberdayaan masyarakat menuju kehidupan yang
lebih baik, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM),
pranata sosial keagamaan serta menumbuhkan pengembangan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dengan kegiatan
pokok seperti penyusunan kebijakan, perencanaan program,
pembagian tugas dan pengorganisasian, pelaksanaan dan
monitoring serta pengevaluasian dalam dakwah masyarakat dari
aspek perekonomian dan kesejahteraannya.  Dengan kata lain
tadbir berkaitan dengan Dakwah melalui dakwah untuk
menjawab kebutuhan dan tantangan zaman.
b.              Tathwir[7]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20M
ASYARAKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn7]
Tathwir dilakukan sebagai upaya pemberdayaan ekonomi
keumatan, yakni pengembangan masyarakat.
Pertama tathwir dilakukan dalam rangka peningkatan sosial
budaya masyarakat melalui upaya pentransformasian dan
pelembagaan nilai-nilai ajaran islam dalam realitas kehidupan
masyarakat luas seperti kegiatan humaniora, seni budaya,
penggalangan ukhuwah islamiyah, pemeliharaan lingkungan,
kesehatan dan lain-lain. Dengan kata lain tathwir berkaitan
dengan kegiatan Dakwah melalui pendekatan washilah sosial
budaya atau Dakwah kultural.
Kedua, melalui program jaring pengaman sosial (sosial
safety net) yang lebih menyentuh persoalan kebutuhan primer
dan berorientasi pada kesetiakawanan serta keperdulian sosial.
Ketiga, melalui pemberdayaan (empowerment) fungsi
institusi-institusi sosial dalam menangani problematika kehidupan
masyarakat.
Keempat, melalui upaya kondisioning dalam pemahaman,
sikap dan persepsi tentang keberagaman dan dakwah manusia
seutuhnya.
Kelima, membentuk atau melalui upaya kerjasama dengan
panti-panti rehabilitasi sosial, seperti panti jompo, panti anak
yatim dan terlantar, program anak asuh, dakwah rumah singgah
yang aman dan nyaman untuk anak-anak jalanan dan sebagainya.
c.                Irsyad[8]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20M
ASYARAKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn8]
Irsyad merupakan upaya-upaya Dakwah yang dilakukan
dalam bentuk penyuluhan dan konseling islam. Dakwah model ini
dilakukan dalam rangka pemecahan masalah sosial (problem
solving) psikologis melalui kegiatan pokok bimbingan dan
konseling pribadi, keluarga dan masyarakat luas baik secara
preventif maupun kuratif.
Mengapa hal ini harus dilakukan? Sebab Dakwah mestinya
bisa memberi jawaban dan solusi jitu atas ragam persoalan yang
melanda kehidupan masyarakat.
Jika Paulo Friere pernah mengemukakan gagasan brilian
tentang pendidikan yang membebaskan bagi manusia” maka
semestinya Dakwah pun  harus berorientasi pada “Dakwah” yang
membebaskan manusia dari ragam persoalan kehidupan. Terlebih
bagi manusia yang hidup di zama modern sekarang ini, menurut
analisis sosiolog problem hidup manusia sekarang tidak keluar
dari apa yang dinamakan oleh sosiolog Lyman sebagai angkara
murka, kesombongan diri, iri hati/ dengki, rakus dan lahap
jalaluddin rahmat. Ketujuh persoalan ini pada prinsipnya lebih
bersifat kultural psikologis, dalam hal ini agama (melalui
pendekatan Dakwah) harus ditransformasikan secara akurat agar
bisa menjawab berbagai problem dan tantangan budaya
kontemporer dimaksud.
Itulah sebabnya, fokus dan sentra tema Dakwah tidak lagi
hanya sekadar dialog tentang halal-haram, baik-buruk, wajib-
sunnah dan seterusnya. Akan tetapi Dakwah juga harus bisa
digandengkan dengan berbagai persoalan lain yang lebih aktual,
misalnya upaya dalam meningkatkan kesejahteraan
(perekonomian) hidup umat, penguasaan ilmu dan teknologi,
informasi dan komunikasi, kesehatan jiwa dan mental,
ketenteraman dan kedamaian, dan sebagainya. Dakwah mestinya
hadir dalam berbagai lingkup dan dimensi, baik sebagai upaya
pencerahan, pengembangan dakwah, maupun pemberdayaan
umat. Sebab pada intinya Dakwah tidak semata-mata proses
mengenalkan manusia kepada Tuhannya, melainkan juga
merupakan sebuah proses transfomasi sosial, yang berisikan
sejumlah tawaran dan alternatif solusi bagi umat dalam mengatasi
berbagai masalah kehidupan yang merekahadapi.
Dengan demikian jelaslah bahwa Dakwah yang diarahkan
kepada problem solving menjadi deteminant untuk digali dan
dilaksanakan. Sebab sebagaimana yang dijelaskan Munir
Mulkhan, bahwa konsep dan strategi Dakwah yang di arahkan
pada problem solving atau pembebasan terhadap berbagai
pedasalahan kehidupan umat di lapangan, pada gilirannya nanti
akan melahirkan imege dan tiga kondisi positif dalam diri umat,
yakni
·                Tumbuhnya kepercayaan dan kemandirian umat serta
masyarakat, sehingga akan lahir dan berkembang sikap
optimis, dan dinamis.
·                Tumbuhnya kepercayaan terhadap kegiatan Dakwah guna
mencapai tujuan kehidupan yang lebih baik dan ideal.
·         Berkembangnya suatu kondisi sosio-ekonomi, budaya, politik,
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai landasan
peningkatan kualitas hidup, atau peningkatan kualitas sumber
daya umat.
Dengan demikian, menurut Munir Mulkhan Dakwah
pemecahan masalah merupakan upaya yang demokratis bagi
pengembangan dan peningkatan ‘ kualitas hidup sebagai bagian ‘
dari pemberdayaan manusia dan masyarakat, termasuk dalam
menuntaskan berbagai persoalan dan problematika kehidupan
obyektif dihadapi.
Ringkasnya, melalui Dakwah pemecahan masalah dan
pengembangan masyarakat seperti itu, suatu komunitas
masyarakat muslim terkecil sekalipun dapat dikembangkan
menjadi komunitas sosial yang mempunyai kemampuan internal
yang berkembang secara mandiri dalam menyelesaikan
persoalannya. Itulah sebabnya pengembangan kemampuan
kualitas sumber daya umat dalam lingkup kecil, seperti keluarga
(usrah), atau kelompok (jamaah) pengajian, harus menjadi
persoalan yang perlu mendapat perhatian seluruh lembaga formal
Dakwah Islam dan organisasi sosial keagamaan secara terencana
dan sistematis, guna menatap masa depan Dakwah yang lebih
cerah.
d.              Tabligh/ta’lim[9]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20M
ASYARAKAT/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftn9]
Model Tabligh atau ta’lim dilakukan sebagai upaya
penerangan dan penyebaran pesan Islam dan dalam rangka
pencerdasan serta pencerahan masyarakat melalui kegiatan
pokok, sosialisasi, internalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai ajaran
Islam, baik dengan menggunakan sarana mimbar maupun media
massa (cetak dan audio visual).
Melalui upaya Dakwah yang sistematis, metodologis dan
sirnultan, akhirnya masyarakat akan mampu berkembang
menjadi salah satu unsur kekuatan dakwah. Apalagi jika
keberadaan dan survivalitas mereka dibina, dijaga dan
dikembangkan melalu sistem ke-Dakwah-an yang harmonis dan
terpadu. Karena itu menjadi satu keharusan bagi setiap subyek
Dakwah untuk memahami metodologi Dakwah secara detail.   Ke-
Dakwah-an, objek Dakwah pada masyarakat dan lain sebagainya,
bertujuan agar bisa melaksanakan agenda Dakwah dengan baik,
lebih profesional, bermutu, dan elegan. Tanpa pemahaman yang
baik terhadap metodologi dan strategi Dakwah dan karakte’ristik
dari objek yang dihadapi, rasanya susah untuk berharap jika
aktivitas Dakwah yang dilaksanakan oleh juru Dakwah mampu
membentuk dan membawa masyarakat kepada kondisi
pemberdayaan dan pencerahan yang diharapkan, yakni
masyarakat yang memiliki kemandirian dan keswadayaan.
Dan Dakwah pada masyarakat  menggunakan metode Bi al-
Hikmah. Yaitu suatu pendekatan yang sedemikian rupa sehingga
pihak objek dakwah mampu melaksanakan apa yang
didakwahkan atas kemauanya sendiri, tidak merasa ada paksaan,
konflik, maupun rasa tertekan. Hikmah merupakan suatu metode
pendekatan komunikasi yang dilaksanakan atas dasar persuasive.
Karna dakwah bertumpu pada human oriented, maka
konsekuensi logisnya adalah pengakuan dan penghargaan pada
hak-hak yang bersifat demokratis.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Pengertian Dakwah Secara estimologi kata dakwah adalah
derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’a yang berarti
memanggil, mengundang atau mengajak.
Dan secara istilah dakwah adalah kegiatan atau usaha memanggil
orang muslim mau pun non-muslim, dengan cara bijaksana, kepada
Islam sebagai jalan yang benar, melalui penyampaian ajaran Islam
untuk dipraktekkan dalam kehidupan nyata agar bisa hidup damai di
dunia dan bahagia di akhirat. Singkatnya, dakwah, seperti yang ditulis
Abdul Karim Zaidan, adalah mengajak kepada agama Allah, yaitu
Islam.
Esensi dari masyarakat adalah menyangkut kemungkinan atau
probabilitas orang atau keluarga miskin untuk melangsungkan dan
mengembangkan usaha serta taraf kehidupan.
Ciri utama yang menandai masyarakat  basanya ialah titik
terjadinya apa yang disebut sebagai mobilitas sosial vertikal, Karena itu
pendekatan dan strategi pengembangan Dakwah bil-amal atau bil-hal
terhadap pengembangan masyarakat  cukup relevan. Menurut Asep
Muhyidin dan Agus Ahmad Safei ada empat model metode
pengembangan Dakwah yang bisa diterapkan dan harus dilaksanakan
secara sinergis, simultan, terkoordinasi dan berkesinambungan, yakni
tadbir, tathwir, irsyad dan tabligh/ta’lim. Keempatnya menghendaki
keterlibatan da’i secara langsung dalam pengentasan kemiskinan dan
solusi dari beragam persoalan kehidupan yang mereka hadapi.

DAFTAR PUSTAKA
Ali Mahfuz,2009,  Hidayat al- Mursyidin ila Thuruq al Wa’zi wa al-
Khitabath, Beirut: Dar al-Ma’rif, tt.
H.M.S Nasarudin Latif, 2007, Teori dan Praktik Dakwah Islamiah, Jakarta:
PT Firma Dara.
Shihab , Quraish, 1997, dakwah dalam Alam Pembangunan, Semarang: CV
Toha Putra.
Malaikah , Mustafa,1997,  Manhaj Dakwah Yusuf Al-Qordhowi Harmoni
antara kelembutan dan Ketegasan, Jakarta Pustaka Al-Kautsar.
Bachtiar , Wardi,1997,  Metodologi Penelitian ilmu dakwah, Jakarta: Logos.
Rakhmat , Jalaludin, 1991, Psikologi Komunikasi, Bandung; Remaja Rosda
Karya.

[1]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref1] Ali Mahfuz, Hidayat al- Mursyidin ila Thuruq al
Wa’zi wa al-Khitabath, [Beirut: Dar al-Ma’rif, tt.], hlm. 17.
[2]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref2] H.M.S Nasarudin Latif, Teori dan Praktik Dakwah
Islamiah, [Jakarta: PT Firma Dara, tt.2010] hlm.11.
[3]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref3] Quraish Shihab, dakwah dalam Alam
Pembangunan, [Semarang: CV Toha Putra, tt.2008] hlm. 31.
[4]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref4] Mustafa Malaikah, Manhaj Dakwah Yusuf Al-
Qordhowi Harmoni antara kelembutan dan Ketegasan, [Jakarta Pustaka Al-Kautsar, 1997],
hlm. 18.
[5]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref5] Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah,
(Surabaya: Al-Ikhlas, 1986), hlm. 17
[6]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref6] Ibid., Hal 79
[7]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref7] Dr. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian ilmu
dakwah, (Jakarta: Logos, 1997)., hlm. 35.
[8]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref8] Ibid., hal. 76
[9]
[file://hmc_01/My%20Makalah_Server/Barumun/DAKWAH%20BERBASIS%20MASYARAKAT/DAKWAH%
20BERBASIS%20MASYARAKAT.docx#_ftnref9] Jalaludin Rakhmat, Psikologi Komunikasi,
(Bandung; Remaja Rosda Karya, 1991), hlm. 53-54.

Diposting 28th January 2017 oleh holongmarina

0 Tambahkan komentar

Masukkan komentar Anda...

Beri komentar sebagai: Google Ac

Publikasikan Pratinjau

Anda mungkin juga menyukai