Anda di halaman 1dari 4

2.

1 Model Perilaku

Dikembangkan oleh H.J Esyenk, J.Wolpe dan B.F Skiner. Teori ini menyakini bahwa
perubahan perilaku akan merubah koognitif dan avektif. Terapi Perilaku Anggapan dasar dari
terapi perilaku adalah bahwa perilaku timbul akibat proses pembelajaran. Teknik dasar yang
digunakan dalam terapi jenis ini adalah:
a. Role model
b. Kondisioning operan
c. Desensitisasi sistematis
d. Pengendalian diri
e. Terapi aversi atau releks kondisi

Strategi teknik role model adalah mengubah perilaku dengan memberi contoh
perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan teknik ini klien akan mencontoh dan
mampelajarisertameniru perilaku tersebut. Teknik ini biasanya dikombinasikan dengan teknik
konditioning operan dan desensitisasi. Konditioning operan disebut juga penguatan positif
pada teknik ini seorang terapis memberi penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang
positif yang telah ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif
diharapkan klien akan mempertahankan atau meningkatkannya. Terapi perilaku yanga sangat
cocok diterapkan pada klien fobia adalah teknik desensitisasi sistematis yaitu teknik
mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau kondisi dengan cara bertahap. Dalam
keadaan relaks, secara bertahap klien diperkenalkan/dipaparkan terhadap stimulus atau situasi
yang menimbulkan kecemasan.Intensitas pemaparan stimulus makin meningkat seiring
dengan toleransi klien terhadap stimulus tersebut. Hasil akhir dari terapi ini adalah klien
berhasil mengatasi ketakutan atau kecemasannya akan stimulus tersebut.

Untuk mengatasi perilaku maladaptive, klien dapat dilatih dengan menggunakan


teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih mengubah kata-kata negatif
menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil maka, klien memiliki kemampuan untuk
mengendalikan perilaku sehingga terjadinya penurunan tingkat distress klien. Mengubah
perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan negatif. Caranya adalah dengan
memberi pengalaman ketidaknyamanan untuk mengubah perilaku yang maladaptive. Bentuk
ketidaknyamanan, dapat berupa menghilangkan stimulus positif sebagai “punishment”
terhadap perilaku maladaptive tersebut. Dengan teknik ini klien belajar untuk tidak
mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan diterima akibat
perilaku negatif tersebut.

1. Peran Pasien dan Terapis


a. Pasien :
1) Mempraktikkan teknik perilaku yang digunakan untuk mengerjakan
pekerjaan rumah
2) Penggalakan latihan
b. Terapis :
1) Mengajarkan kepada klien tentang pendekatan perilaku
2) Membantu mengembangkan hirarki perilaku
3) Menguatkan perilaku yang diinginkan
2. Kekurangan dan Kelebihan
a. Kekurangan :
1) Kurang dapat menjelaskan adanya variasi tingkat emosi
2) Hanya mengakui adanya stimulus dan respon yang dapat diamati
b. Kelebihan :
1) Tidak dianjurkan hukaman dalam proses terapi penyembuhan

Model Pandangan Proses terapeutik Peran terapis dan


terhadap pasien
penyimpangan
perilaku
Perilaku Perilaku dipelajari. Terapi merupakan Pasien
Peyimpangan terjadi proses pendidikan. mempraktikkan
karena manusia telah Penyimpanyan teknik perilaku
membentuk perilaku tidak yang digunakan,
kebiasaan perilaku dihargai; perilaku mengerjakan
yang tidak yang produktif pekerjaan rumah,
diinginkan. dikuatkan. dan penggalakan
Oleh karena perilaku Terapi relaksasi dan latihan. Pasien
dapat dipelajari, latihan keasertifan membantu
maka perilaku juga merupakan mengembangkan
dapat tidak dipelajari. pendekatan perilaku. hierarki perilaku.
Perilaku Terapis mengajar
menyimpang terjadi pasien tentang
berulang karena pendekatan
berguna untuk perilaku,
mengurangi ansietas. membantu
Jika demikian, mengembangkan
perilaku lain yang hierarki perilaku
dapat mengurangi dan menguatkan
ansietas dapat perilaku yang
dipakai sebagai diinginkan.
pengganti.

3. Faktor - faktor Perubahan Perilaku


Di dalam kehidupan sosial masyarakat, individu memiliki beberapa aspek factor
terjadinya ganguan prilaku sosial terhadap individu.
a. Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu kondisi tejadinya kehilangan organ tubuh akibat
bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi terhadap kondisi
fisiknya. Tetapi disini lingkungan tidak dapat menerima dan memberikan adaptasi
yang baik sesuai dengan keadaan normal sebelumnya. Maka hal ini bisa
menyebabkan sesorang tidak mau bersosialisasi pada masyarakat sekitarnya. Ini
merupakan salah satu factor pemicu terjadinya HDR pada sesorang tersebut.
b. Psikologi
Berbagai masalah psikologi yang dialami masyarakat atau individu seperti
ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat di karenakan
kondisi suatu peristiwa atau insiden yang terjadi di lingkungan pada masa lalu.
c. Sosial
Dimana seseorang akan mengalami keadaan duka dan konflik berkepanjangan
seperti kehilangan keluarga yang di cintai, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal
dan harta benda akibat musibah yang melanda. Akibat tidak adanya pelayanan
dari berbagai sektor dapat memicu ketidakpuasan dalam kehidupan sosial.
d. Budaya
Semakin berkembangnya budaya idealism di dalam masyarakat kita menjadi lebih
mementingkan diri masing-masing, yang seharusnya budaya lebih mementingkan
kebersamaan untuk menciptakan masyarakat yang lebih nyaman. Hal ini lah yang
dapat membuat terjadinya kesenjangan di dalam masyarakat.

e. Spiritual
Nilai-nilai agama yang terlalu kuat di dalam masyarakat dapat menimbulkan
deskriminasi terhadap agama minoritas. Potensi inilah yang dapat berkembang di
masyarakat terjadinya konflik dan berbagai masalah yang tidak dapat
terselesaikan.

Yosep, Iyus. 2009.Keperawatan Jiwa.Bandung:Refika Aditama

Yususf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai