TESIS
Disusun untuk memenuhi Sebagian Persyaratan
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
OLEH :
SUMARMIN
NIM S 850209122
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan Ilmu dan teknologi dewasa ini sangatlah cepat dan pesat. Untuk
dan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas trsebut dibutuhkan
insan-insan yang mampu menjawab tantangan zaman yang serba mengglobal. Pendidikan
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Hal ini diperlukan
proses pembelajaran terencana dan terarah yang mampu mengembangkan potensi dirinya
dan memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya. Ini sesuai Undang-Undang Sisdiknas
Bab 1 Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mutu pendidikan yang erat kaitanya dengan proses pembelajaran. Khusunya pendidikan
Kurikulum, melaksakan Penataran dan Diklat bagi guru matematika baik di tingkat
matapelajaran matematika atau lebih dikenal dengan MGMP matematika. Dengan upaya
dari kanak-kanak sampai perguruan tinggi karena sangat penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara disisi lain matematika masih banyak yang
membosankan dikalangan siswa sehingga suasana yang demikian ini mengakibatkann hasil
atau prestasi terhadap pelajaran matematika belum sesuai yang diharapkan. Hal ini sesuai
yang diungkapkan oleh Karnasih (1997 : 4) bahwa nilai rata-rata matematika siswa di
sekolah sangat rendah dibandingkan nilai matapelajaran lain, masih banyak siswa memilih
sifat tidak positif terhadap matematika. Data Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur
Tabel 1.1
Persentase Nilai
3
Hal ini masih tergolong banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan jika melihat
Berdasarkan pengalaman mengajar dan hasil diskusi dengan rekan-rekan guru baik
yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Sekolah
maupun MGMP Kabupaten Bojonegoro diperoleh keterangan bahwa dari topik yang
dipelajari pada kelas X, topik trigonometri menunjukkan hasil belajar yang kurang
memuaskan dibanding topik-topik yang lain. Bahkan sering terjadi pada ulangan harian
dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan menyenangkan peserta didik.
Model pembelajaran yang seharusnya merupakan interaksi guru dengan siswa, serta
interaksi antar siswa yang akan membentuk sinergi yang saling menguntungkan semua
anggota (Anita Lie , 2008 : 33). Supaya pembelajaran matematika dapat menghasilkan
yang optimal, hendaknya guru harus pandai memilih model pembelajaran yang mampu
melibatkan peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu
bagaimanapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin
akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan
4
tersebut adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara
optimal.
bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya dan
membuat diri mereka belajar sama baiknya. Oleh karena itu tugas-tugas yang diberikan
kepada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim, tetapi belajar sesuatu sebagai
Banyak model pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh guru dalam rangka
untuk meningkatkan peran aktif peserta didik. Model pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam
pemahaman peserta didik terhadap pemahaman konsep dan juga dapat dapat
kooperatif yang dipakai adalah model pembelajaran kooperatif Student Teams achievement
(TAI). Alasan menggunakan dua model pembelajaran kooperatif ini karena STAD
merupakan model pembelajaran kooperatif yang aplikatif terhadap skala tingkat kelas dan
mata pelajaran, sedangkan TAI merupakan model pembelajaran kooperatif yang tidak
aplikatif terhadap skala tingkat kelas dan mata pelajaran. Selain itu sudah banyak
pembelajaran konvensional, dan hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran
kooperatif lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu peniliti
5
ingin melihat efektivitas antara model pembelajaran kooperatif dan model kooperatif yaitu
tahun1970-an dan hasilnya telah dapat dibaca di artikel-artikel (Slavin, 1995). Namun
relative baru, yang perlu diterapkan dan diketahui efektivitasnya. Pembelajaran kooperatif
dipelajari sebelumnya masih lemah, hal ini terlihat sangat terlihat saat ditanyakan konsep-
konsep dasar yang pernah diterima sebelumya hanya beberapa siswa saja yang menjawab
dengan benar. Padahal banyak materi-materi yang diajarkan sebelumnya menjadi bekal
atau prasyarat untuk memahami materi-materi baru yang akan diajarkan sehingga
kurangnya pemahaman materi sebelumya yang merupakan kemampuan awal siswa untuk
belajar matematika.
efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas dan kemampuan awal yang
dimiliki siswa.
B. Identifikasi Masalah
6
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi
kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Terkait dengan ini dapat
diteliti apakah peran aktif siswa diubah, hasil belajar matematika siswa menjadi
lebih baik.
motivasi belajar matematika siswa yang kurang. Oleh karena itu dapat diteliti
apakah semangat dan motivasi belajar matematika siswa tinggi hasil belajar
matematika tinggi.
penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah model
Di sisi lain menurut pengamatan peneliti sebagian besar guru matematika kurang
peduli dengan materi yang sudah pernah diterima oleh siswa untuk pembelajaran
berikutnya. Sehingga menarik untuk diteliti apakah benar jika penguasaan materi
yang diterima sebelumnya dikuasai dengan baik maka hasil belajar siswa menjadi
baik.
7
tersedianya sarana prasarana belajar yang memadai. Terkait dengan ini, dapat
diteliti apakah sarana prasarana yang baik, hasil belajar matematika menjadi lebih
baik. Dapat juga diteliti apakah media pembelajaran yang lengkap, hasil belajar
C. Pembatasan Masalah
Dari Identifikasi masalah diatas karena keterbatsan waktu, tenaga dan dana
agar peneliti dapat mengkaji secara mendalam dan terarah maka diperlukan
1. Hasil belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil ulangan harian
2. Kemampuan awal peserta didik dibatasi pada nilai ulangan harian topik
D. Perumusan masalah
1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran
Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada siswa yang
2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih
tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih rendah ?
E. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan
lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran
kemampuan awal lebih tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai
Individualization (TAI) dan tingkat kemempuan awal siswa terhadap hasil belajar
matematika.
F. Manfaat penelitian
1. Manfaat teoritis
2. Manfaat praktis
a. Bagi Siswa
Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memperluas wawasan tentang cara belajar
b. Bagi Guru
Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih dekat tentang model
belajar matematika.
c. Bagi Sekolah
Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pemegang
BAB II
A. Landasan Teori
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
lain, merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari
tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang
pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki
Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Olivier (1999) dalam Haris
lama digunakan untuk mengintepretasikan informasi dan fakta baru dari luar, sehingga
tercipta pengetahuan baru. Sehingga belajar menekankan pada proses belajar tidak
Menurut Fosnot (1989) dalam Paul Suparno (2001 : 62) belajar adalah suatu
Mary kalantzis dan Bill Cope (2009) belajar adalah bagaimana seseorang atau
belajar, mengetahui posisi mereka dan melibatkan diri (misal mengalami, mengetahui
Vygotsky dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2008 : 124) belajar adalah
sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan
proses biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses
yang lebih tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Sehingga
lanjut Vygotsky, munculnya perilaku seseorang karena kedua elemen tersebut. Pada
fisiknya berupa alat indera untuk menangkap atau menyerap stimulus tersebut,
kemudian menggunakan saraf otaknya, informasi yang diterima tersebut untuk diolah.
Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengolah
informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik-psikologi sebagi elemen dasar
belajar. Pengetahuan yang ada sebagai proses dasar ini akan berkembang ketika
belajar adalah proses secara pembentukan pengetahuan baru dimana, pengetahuan baru
pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Proses ini dapat dilakukan baik secara
Proses pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru,
siswa, bahan ajar dan lingkungan belajar yang berinteraksi satu sama lain dalam usaha
untuk mencapai tujuan. Tujuan dari pembelajaran ini merupakan hasil belajar. Hasil
belajar(Chatarina Tri Ani dkk, 2004 : 4). Sedangkan menurut Winkel dalam
13
Sukestiyarno dan Budi Waluyo (2006 : 6), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan
yang telah dicapai peserta didik atau siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam
diri siswa (internal), dan faktor yang datang dari luar diri siswa (eksternal). Menurut
- Kelelahan.
- Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,
- Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah,
kehidupan masyarakat ).
Menurut Caroll dalam R. Angkowo dan A. Kosasih (2007 : 51), bahwa hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu (1) bakat belajar, (2) waktu yang
tersedia untuk balajar, (3) kemampuan individu, (4) kualitas pengajaran, (5)
lingkungan.
14
hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah : (1) keterampilan
terdiri atas diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta prinsip, (2)
mengingat dan berfikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan
sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, (4)
internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak
belajar menjadi kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif
nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang
intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling
sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah
kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah
kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan
menggunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapai situasi-situasi baru dan
15
sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk
memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah
kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau
tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses belajar
adalah mengatur jalan pikiran dalam memecahkan masalah bukan hanya menguasai
konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika adalah belajar
belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni keterampilan intelektual,
Hasil belajar dapat diamati dan diukur dengan penilaian. Penilaian hasil belajar
adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan
kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi
dilakukanlah tes. Tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa dapat memberikan
informasi sejauh mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa dalam
dalam mata pelajaran matematika terdiri dari dua aspek, yaitu aspek pengetahuan
yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah
a. Model Pembelajaran
Menurut Joyce dan Weil (1992:4) model adalah suatu perencanaan atau suatu
sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar
tumbuh dan berkembang secara optimal”. Selanjutnya Joyce, B dan Marsha Weil
(1992:4).
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi,
metode atau prosedur. Seperti yang digunakan di sini istilah model pembelajaran
mencakup suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya dalam
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman
b. Pembelajaran Kooperatif
adanya kerjasama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 siswa yang bekerja
tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah
pekerjaaan seluruh kelompok. Hal ini senada dengan definisi Slavin (1983) dalam
Roger dan David Johson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok
belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan
rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok barasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin berbeda-beda.
Learning dalam matematika akan dapat membantu sikap positif para siswa
cemas terhadap matematika yang banyak dialami oleh para siswa. Dengan lebih
Learning dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan
latarbelakang yang berbeda bahkan siswa yang berkemampuan kurang dalam hal
akademiknya.
di Universitas John Hopkin. Model ini merupakan salah satu model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus bagi seorang guru
yang aplikatif terhadap skala tingkat kelas, mata pelajaran, serta karakteristik
sekolah dan kelas yang luas. Model pembelajaran STAD adalah unik karena
STAD unique in that involves competition among groups, bacause the teams
compete against each other for rewards, and at the same time provides an
equal opportunity for teams to succeed, because the team scores are based on
students improvement over their past record.
20
yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang terdiri dari siswa dengan
setiap tim menggunakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, kemudian mereka
saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi
secara berkelompok. Setiap pertemuan siswa diberi kuis. Kuis diberi skor dan skor
Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi
berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu (skor
awal). Setiap pertemuan pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain,
diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan
tertinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang
seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar tersebut.
STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis,
a) Presentasi kelas
Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa, di mana pada
presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit STAD. Dengan cara ini,
kelas tersebut, karena dengan begitu akan membuat mereka mengerjakan kuis
b) Kerja tim
Tim tersusun dari 4 sampai dengan 5 orang siswa yang mewakili heterogenitas
kelas dalam kinerja akademik, yang terdiri dari siswa dengan kemampuan tinggi
(pandai), sedang, dan rendah. Fungsi utama tim ini adalah memastikan bahwa
semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan
tugas yang diberikan oleh guru. Sesama anggota tim membandingkan jawaban dan
mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila ada anggota tim ada yang
mengalami kesalahan karena semua anggota dalam tim bertanggung jawab untuk
memahami bahan ajar tersebut. Semua anggota tim dalam STAD melakukan yang
terbaik untuk tim, dan timpun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap
anggotanya.
c) Kuis
Setelah satu sampai dua periode presentasi guru, dan satu sampai dua periode
latihan tim, para siswa tersebut dikenai kuis individual. Siswa tidak dibenarkan
2) Siswa memperoleh poin untuk kuis yang terkait dengan pelajaran yang
3) Siswa mendapat poin perkembangan yang besarnya ditambah apabila skor kuis
Skor kemajuan individual untuk memberikan kepada tiap siswa terhadap tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai apabila mereka giat dan memberikan kinerja yang
maksimum kepada timnya dalam sistem penskoran. Namun tidak seorang siswa
kinerja masa lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar yang dihitung dari
kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya dari materi yang didiskusikan
e) Penghargaan tim
dan skor tim, serta menghadiahkan sertifikat atau penghargaan lain kepada siswa
1) Poin perbaikan
Siswa mendapat poin untuk tim mereka berdasarkan seberapa besar skor kuis
mereka melampaui skor dasar yang telah dimiliki. Poin tersebut dapat dihitung
a) Apabila dalam suatu kuis atau nilai terkini, siswa memperoleh skor lebih
dari 10 poin di atas skor dasar (awal), maka siswa tersebut akan
b) Skor kuis/terkini sama antara skor dasar (awal) sampai 10 poin di atas skor
c) Skor kuis/terkini turun 1 sampai 10 poin di bawah skor dasar (awal), maka
d) Skor kuis/terkini turun lebih dari 10 poin di bawah skor dasar (awal), maka
2) Skor tim
Untuk menghitung skor tim dapat dilakukan dengan memasukkan setiap poin
perbaikan siswa dalam lembar ikhtisar tim, kemudian dijumlahkan dan dibagi
sesuai dengan jumlah anggota tim. Skor rata-rata tim digunakan untuk
yaitu :
Pada tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai
langsung. Kegiatan pembelajran yang dilakukan guru pada tahap ini adalah:
e. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara individual
2) Kegiatan kelompok
siswa yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari tes awal atau kinerja
yang lalu. Siswa ditempatkan dalam tim oleh guru, bukan oleh siswa yang
yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Untuk penyusunan tim dapat
a) Buat salinan format lembar ikhtisar tim sebelum guru mulai menempatkan
siswa ke dalam tim, ia perlu menyiapkan lembar ikhtisar tim untuk tiap
b) Merangking siswa
25
Pada selembar kertas, rangkinglah tes awal atau kinerja siswa yang lalu di
didalam kelas itu dengan empat, hasil baginya merupakan jumlah tim
tersebut sedemikian rupa sehingga setiap tim tersusun dari tingkat rata-
rata rendah sampai tinggi, dan tingkat kinerja rata-rata dari sebuah tim di
dalam tim, gunakan daftar siswa yang dirangking menurut tes awal atau
kelompok bertugas mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan
membantu teman untuk menguasai materi tersebut. Guru membagi tugas yang
telah diberikan
yang dipelajari.
dan untuk memberikan hasil akhir siswa yang didasarkan pada skor awal atau
a. Setiap siswa diberikan skor dasar (awal) atau kinerja yang lalu
b. Siwa memperoleh poin atas dasar skor awal dan skor kuis terkini dengan
ketentuan di atas.
nilai peningkatan atau kemajuan hasil belajar individual dari skor dasar (awal)
kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan
anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran
2. Placement test atau tes penempatan, yakni pemberian pretest kepada siswa atau
melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada
bidang tertentu,
4. Team study atau belajar kelompok, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus
5. Team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
matematika, menurut Kamuran Tarim and Fikri Akdeniz (2007:80) maka seorang
berikut :
29
1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para
menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antar siswa dalam suatu
kelompok,
4. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa tentang materi yang
dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
diskusi, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman dalam satu
kelompok dan mencocokkan dengan jawaban yang diperoleh dari guru. Jika
dicapai,
kemajuan atau peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar (awal) ke
STAD.
Dari uraian di atas jelas bahwa model pemebelajaran kooperatif STAD tidaklah
terlalu asing dan mudah bagi siswa yang baru memulai pemebelajaran kooperatif
karena masih menerima penjelasan dari guru di awal pembelajaran sehingga masih
Akan tetapi pada model pemebelajaran kooperatif TAI masih sangat tergantung dari
3. Kemampuan Awal
Hasil belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor
internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal adalah kemampuan awal yaitu
suatu kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa sebelum proses pembelajaran. Menurut
Atwi Suparman (2001:120) kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang
telah dimiliki siswa sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik sedangkan
dikuasai siswa agar dapat belajar secara efisien seperti yang dimaksud dalam rumusan
tujuan akhir pengajaran. Pendapat lain tentang kemampuan awal (entry behaviour)
dinyatakan oleh Dick, Walter and Reiser (1989:32). Entry behaviour or prerequisites is
31
very specific skills that students need to have before they begin instruction (merupakan
kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasai siswa sebelum proses pembelajaran
dimulai).
kemampuan awal siswa adalah kemampuan awal yang telah dimiliki oleh siswa sebelum
seseorang dapat memiliki suatu kemampuan dengan baik bila sebelumnya telah memiliki
kemampuan yang lebih rendah daripadanya dalam bidang yang sama”. Pendapat senada
dikemukakan oleh Piaget (1970) dalam Paul Suparno (1997:20-21), bahwa setiap level
keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik
mengaktifkan kemampuan awal (prior knowledge) yang relevan merupakan hal yang
kemampuan awal yang relevan akan merupakan penyediaan landasan atau dasar-dasar
dalam belajar hal-hal baru. Makin kuat landasan atau dasar-dasar yang dimiliki oleh
seseorang maka belajar mengenai hal-hal yang baru akan makin baik dan mudah
matematika yang dialami oleh peserta didik karena kurang diperhatikannya secara
peserta didik pembelajaran akan mampu memanfaatkan kemapuan awal tersebut sebagai
potensi yang sudah dimiliki diharapkan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan
secara optimal
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan
awal adalah suatu pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sebagai
menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang akan
diberikan oleh guru pada kelas yang lebih tinggi. Adapun dalam penelitian ini
kemampuan awal siswa (KAS) dikelompokkan dalam tiga katagori yaitu kemampuan
Tidak ada model pembelajaran yang efektif untuk setiap orang dan efektif untuk
setiap topik maupun setiap mata pelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki
karakteristik tersendiri sebagai setiap guru juga memiliki gaya dan kemampuan tersendiri
dalam menerapkan model pembelajaran. Oleh karena itu perbedaan model pembelajaran
memungkinkan juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar. Telah
diantaranya:
1. Abu Syafik (2006) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengaruh model pembelajaran
ditinjau dari motivasi belajar siswa “ mengatakan bahwa kelompok siswa yang
daripada siswa yang menngunakan model pembelajaran konvensional. Selain itu tidak
aktif pada kelompok kecil dan kelompok besar ditinjau dari kemampuan awal siswa
hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif pada
kelompok kecil lebih baik daripada siswa yang diajar strategi pembelajaran aktif pada
kelompok besar. Selain itu hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal
tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih rendah
kooperatif tipe Student teams Achievement Divisions (STAD) terhadap prestasi belajar
matematika pada pokok bahasan persamaan dan fungsi kuadrat di tinjau dari aktivitas
belajar siswa “ mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD lebih baik
daripada model pembelajaran konvensional. Selain itu prestasi belajar siswa dengan
aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang dan
prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti diatas terdapat
persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peniliti saat ini.
pembelajaran. Perbedaannya adalah (1) kalau ketiga peniliti di atas membandingkan antara
model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensional tetapi peniliti saat
ini membandingkan antara dua model pembelajaran kooperatif yaitu antara model
34
pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Assisted
C. Kerangka Berpikir
menyenangkan sehingga memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif dan bekerja untuk
mereka saling membantu sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui diskusi
karena tim bertanggung jawab untuk memahami materi ajar tersebut. Model pembelajaran
kooperatif merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa saat menyelesaikan permasalahan
terutama masalah matematika sehingga tingkat pemahaman materi matematika siswa lebih
pembelajaran yang paling sederhana sehingga bagi siswa yang baru menggunakan model
pembelajaran kooperatif ini mudah untuk menyesuaikan. Selain itu STAD adalah model
pembelajaran yang pada tahap awal guru melakukan presentasi klasikal dahulu sehingga
siswa mempunyai kesempatan untuk menanyakan materi yang sedang diberikan. Topik
trigonometri adalah bahasan yang membutuhkan banyak materi prasyarat yang harus
dikuasai siswa sebelum materi ini diberikan, misalnya Dalil Phytagoras, letak sudut dalam
kuadran dan koordinat pada sebuah kuadran. Dengan model pembelajaran kooperatif
STAD, guru dalam presentasinya mempunyai kesempatan untuk menanyakan atau bahkan
mengulang materi yang sudah pernah diterima siswa yang menjadi prasyarat (kemampuan
kooperatif (TAI) siswa belajar sendiri untuk memahami materi yang dipelajari sehingga
awal) yang dimiliki siswa, yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Sehingga dimungkinkan hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran kooperatif
STAD lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran TAI
pembelajaran disebut dengan kemampuan awal. Kemampuan awal merupakan hal yang
perilaku yang bersifat hirarkis atau keterampilan yang satu merupakan prasyarat untuk
dapat belajar keterampilan berikutnya. Kemampuan awal ini sangat penting diketahui oleh
seorang guru sebelum memulai proses pembelajaran. Bagi siswa yang mempunyai
kemampuan awal baik akan dapat memahami dengan cepat materi-materi yang akan
dipelajari. Sebaliknya bagi siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah akan lambat
bahkan sulit untuk memahami materi-materi yang dipelajari karena tidak mempunyai
syarat yang cukup untuk memahaminya. Dengan demikian kemampuan awal sangat
Dari uraian di atas maka diduga terdapat interaksi antara model pembelajaran
kooperatif dan kemapuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika. Artinya siswa
yang memiliki kemampuan awal tinggi akan mudah menerima materi yang dipelajari tanpa
harus dijelaskan dahulu sehingga dimungkinkan hasil belajar matematika yang dicapai
siswa dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) lebih
36
baik daripada hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions (STAD) pada topic trigonometri. Lain halnya dengan siswa yang
mempunyai kemapuan awal sedang atau rendah dimungkinkan lebih banyak membutuhkan
waktu dalam berinteraksi dan berdiskusi dalam kelompoknya. Sehingga hasil belajar siswa
yang memiliki kemampuan awal sedang dang rendah dimungkinkan hasil belajar siswa
dengan model pembelajaran STAD lebih baik dari pada hasil belajar siswa dengan model
pembelajaran kooperatif TAI. Namun ada juga kemungkinan, siswa yang mempunyai
kemampuan awal sama, baik sedang maupun rendah akan merasa nyaman dan dapat
berinteraksi serta berdiskusi secara aktif sehingga proses pembelajaran akan berjalan
dengan baik sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Dari pemikiran di atas dapat
Model Pembelajaran
Hasil Belajar
Gambar 2.1
Skema Penelitian
D. Hipotesis penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka dapat dirumuskan hipotesis
1. Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada hasil belajar siswa
2. Hasil belajar matematika pada siswa dengan kemampuan awal lebih tinggi lebih baik
3. Hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang diajar
baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
Student Teams Achievement Divisions (STAD. Sedangkan hasil belajar siswa yang
memiliki kemampuan awal sedang dan rendah siswa yang diajar dengan model
daripada hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran kooperatif Team
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adalah cara-cara ilmiah
A. Metode Penelitian
38
dilakukan dengan sengaja untuk mengusahakan variable-variabel bebas dalam hal ini
Untuk selanjutnya dilihat pengaruhnya terhadap variabel lain yaitu hasil belajar
matematika siswa sebagai variabel terikat. Tujuan penelitian eksperimen semu adalah
untuk memperoleh semua informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
mungkin untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel yang relevan
(Budiyono:83). Dalam penelitian ini ditentukan kelas-kelas yang dikenai perlakuan, oleh
karena itu dibuatlah kelas eksperimen dan kelas kontrol pada masing-masing sampel.
Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif Student Team
siswa kelas X (sepuluh) tahun pelajaran 2009 - 2010. Penelitian dilaksanakan pada tahun
pelajaran 2009-2010 yaitu mulai bulan Maret 2010 sampai awal bulan Mei 2010 dengan
1. Populasi
39
Sugiyono (2009 : 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam hal ini populasinya
adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri Se-Kabupaten Bojonegoro tahun ajaran 2009-
2010.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
(Sugiyono, 2009 : 81). Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
cara stratified Cluster random sampling. Tekniknya adalah (1) Populasi dibagi tiga
kelompok yaitu tinggi, sedang dan rendah menurut pretasi Ujian Nasional mata pelajaran
matematika SMA Negeri se-Bojonegoro pada tahun ajaran 2008 - 2009 (2) dari masing-
masing kelompok diambil secara acak satu Sekolah yang merupakan unit-unit populasi
Sumberrejo mewakili kelompok sedang dan SMA Negeri 1 Dander Bojonegoro mewakili
kelompok rendah, (3) melakukan sampling random kluster lagi dari masing-masing kluster
yang ada yaitu mengambil secara acak masing-masing dua kelas, satu untuk kelas
a. Diambil 2 kelas dari 7 kelas di SMA Negeri 1 Bojonegoro dengan cara acak dan
terpilih kelas X-1 sebagai kelas eksperimen sejumlah 32 siswa dan X-3 sebagai kelas
b. Diambil 2 kelas dari 8 kelas di SMA Negeri 1 Sumberrejo dengan cara acak dan terpilih
kelas X-4 sebagai kelas eksperimen sejumlah 40 siswa dan X-6 sebagai kelas kontrol
sejumlah 40 siswa
40
c. Diambil 2 kelas dari 5 kelas di SMA Negeri 1 Dander Bojonegoro dengan cara acak dan
terpilih kelas X-3 sebagai kelas eksperimen sejumlah 33 siswa dan X-5 sebagai kelas
D. Variabel Penelitian
Dalam Penelitian ini variabelnya ada 2 (dua) yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Sebagai variabel bebas adalah model pembelajaran kooperatif Student teams
1. Variabel Bebas
a) Model Pembelajaran
1) Definisi operasional
Model pembelajaran adalah suatu konsep atau cara yang dapat digunakan
Student teams Achievement Divisions (STAD) pada eksperimen dan Team Assisted
3) Skala pengukuran : skala nominal dengan dua kategori yaitu model pemebelajaran
4) Simbol : A
1) Definisi operasional
41
Kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik sebelum proses
pembelajaran berlangsung.
2) Indikator
Nilai tes matematika pada topik logika semester genap tahun pelajaran 2009 –
2010.
3) Skala Pengukuran
Dari interval diubah menjadi ordinal yaitu tinggi, sedang dan rendah.
4) Simbol : B
2. Variabel Terikat
Definisi operasional
Hasil belajar matematika yang dimaksud adalah skor yang diperoleh siswa dari
b. Indikator
c. Skala pengukuran
Metode Pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui tes. Tes berbentuk
pilihan ganda dengan 5 pilihan dengan skor 1 jika siswa menjawab benar dan 0 jika
menjawab salah. Nilai yang diperoleh melalui tes dengan topik logika (selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 2) untuk mengetahui mengetahui kemapuan awal siswa dan
42
dari masing-masing kelas sampel dikelompokkan menjadi kelompok tinggi, sedang dan
rendah (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15). Sedangkan nilai yang diperoleh
melalui tes dengan topik trigonometri (Lampiran 12) setelah siswa mengikuti model
2. Instrumen
Instrumen dalam penelitian ini berupa tes yang digunakan untuk mengukur
kemampuan awal dan hasil belajar matematika yang dilihat pada skor kemampuan siswa
pada mata pelajaran matematika setelah mengikuti proses pembelajaran dengan model
Sebelum instrumen tes digunakan untuk pengumpulan data hasil belajar siswa
dalam penelitian ini maka instrumen tes setelah tes dibuat selanjutnya dilakukan uji coba
pada siswa di luar sampel tetapi masih pada populasi . Dari uji coba kemudian dianalisa
untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen tersebut. Selanjutnya untuk uji
validitas dan reliabilitas dari soal tes digunakan rumus sebagai berikut :
Uji validitas isi menunjukkan ketepatan antara obyek yang diukur dengan alat ukur.
Agar tes mempunyai validitas isi, menurut Budiyono (2003:58) harus diperhatikan hal-
1) Tes harus dapat mengukur sampai berapa jauh tujuan pembelajaran tercapai
2) Penekanan materi yang akan diujikan seimbang dengan materi materi yang
diajarkan.
3) Tidak diperlukan pengetahuan lain yang tidak atau belum diajarkan untuk
Untuk memenuhi uji validitas isi, peneliti melakukan langkah-langkah sebagi berikut :
a) menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi
tes, c) menyusun butir soal tes sesaui dengan kisi-kisi yang dibuat, d) melakukan telaah
butir soal tes. Penelaahan butir soal tes dilakukan team MGMP matematika SMA
kabupaten Bojonegoro.
b. Uji reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada keajegan hasil pengukuran. Dalam tes awal maupun
tes hasil belajar matematika, setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan salah diberi
æ n öæç st - å p i q i ö
2
r11 = ç ÷ ÷
è n - 1 øçè st2 ÷
ø
44
Dengan :
qi = 1 - pi
Soal dikatakan reliabel jika r11 > 0,7 (Budiyono, 2003 : 70)
c. Daya Pembeda
Daya pembeda masing-masing butir soal dilihat dari korelasi antar skor butir soal
2( BA - BB)
DP =
N
Tabel 3.1
Tabel Interpretasi Daya Beda
Daya pembeda (DP) Interpretasi atau penafsiran DP
DP ≥ 0,40 Diterima
Tabel 3.2
Tabel Interpretasi Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran (TK) Interpretasi atau penafsiran TK
1. Uji Keseimbangan
(kelompok eksperimen dan kelompok kontrol) dalam keadaan seimbang atau tidak
sebelum kedua kelompok mendapat perlakuan, statistik uji yang digunakan adalah uji – t
yaitu :
46
1). Hipotesis
sama
t = t hitung
ì ü
DK = ít / t < -t a atau t > t a ý
î 2 2 þ
2. Uji Prasyarat
Uji prasyarat yang dipakai adalah uji normalitas dan uji homogenitas
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini
1). Hipotesis
L = Maks F ( z i ) - S ( z i ) dengan
Xi - X
zi = , s standar deviasi
s
F(zi) = P(Z≤zi)
Z ~ N(0,1)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk menguji apakah sampel berasal dari populasi yang
homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas digunakan uji Bartlet dengan
1). Hipotesis
c2 =
2,303
( f log RKG - å f j log s j ) dengan c 2 ~ c 2 (k - 1)
c
k = banyaknya sampel
1 æç 1 1 ö÷
c =1+
3(k - 1) çè
å -
f j f ÷ø
å SS (å x ) ( 2
= åx - = n - 1)s 2j
j 2 j
RKG = ; SS j
åf
j
j nj
{
DK = c 2 / c 2 > c a2 ,k -1 }
49
3. Uji Hipotesis
Hipotesis penelitian diuji dengan teknik analisis variansi dua jalan 2 x 3 dengan sel
(ab ) ij = kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat
e ijk = deviasi data amatan terhadap rataan populasi m yang berdistribusi normal dengan
rataan 0
a. Hipotesis
50
H0A : a i = 0 untuk setiap i = 1,2 ( tidak ada perbedaan efek antar baris terhadap
variabel terikat )
H1A : paling sedikit ada satu a i yang tidak nol ( ada perbedaan efek antar baris
H1B : Paling sedikit ada satu b j yang tidak nol ( ada perbedaan efek antar
H1AB : Paling sedikit ada satu ab ij yang tidak nol ( ada interaksi baris dan
b. Komputasi
Kemampuan awal ( B )
Pembelajaran
TAI (A2) A2B1 A2B2 A2B3
kooperatif (A)
51
2. Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi-notasi
sebagai berikut:
pq
nh = rataan harmonik frekuensi seluruh sel =
1
åij n
ij
N= ån
ij
ij = banyaknya seluruh data amatan
æ å X ijk2 ö
ç ÷
SS ij = å X 2
ijk -ç k ÷ = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
k ç nijk ÷
è ø
Didefinisikan
G2
1=
N
2. = å SSij
ij
Ai2 B 2j
3. = åi q 4 =å
j p
å AB
2
5= ij
ij
JKG = (2)
dkA = (p – 1)
dkB = (q – 1)
dkAB = (p-1)(q-1)
dkG = N - pq
dkT = N -1
JKA JKB
RKA = RKB =
dkA dkB
JKAB JKG
RKAB = RKG =
dkAB dkG
c. Statistik Uji
Statistik Uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah :
RKA
1. Untuk H0A adalah Fa = yang merupakan nilai dari variabel random yang
RKG
RKB
2. Untuk H0B adalah Fb = yang merupakan nilai dari variabel random yang
RKG
RKAB
3. Untuk H0A adalah Fab = yang merupakan nilai dari variabel random
RKG
53
d. Daerah kritik
e. Keputusan Uji
Sumber JK Dk RK Fobs Fa P
Galat (G)
Apabila H0 ditolak maka perlu dilakukan uji lanjut anava. Metode yang digunakan untuk
uji lanjut pasca anava adalah metode Scheffe. Langkah-langkah komparasi ganda sebagai
berikut :
54
Fi.- j . =
(X i. - X j. )
2
æ1 1 ö÷
RKGç +
çn ÷
è i. n j . ø
Dengan :
Fi.-j. = rataan Fobs pada perbandingan baris ke-i dan baris ke-j
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis varian
F.i -. j =
(X .i - X.j )2
æ 1 1 ö÷
RKGç +
çn ÷
è .i n. j ø
Dengan :
F.i-.j = rataan Fobs pada perbandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis varian
55
Uji Scheffe untuk komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama adalah :
Fij -kj =
(X ij - X kj ) 2
æ 1 1 ö÷
RKGç +
çn ÷
è ij nkj ø
Fij-kj = nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel kj
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
Fij -ik =
(X ij - X ik )
2
æ 1 1 ö÷
RKGç +
çn ÷
è ij nik ø
Fij-ik = Nilai Fobs pada perbandingan rataan pada sel ij dan rataan pada sel ik
RKG = rataan kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan analisis variansi
BAB IV
Dalam bab IV ini akan dilaporkan hasil uji instrumen, hasil diskripsi data, hasil
analisis data, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. Penelitian telah
Sumberejo dan SMA Negeri 1 Dander yang masing-masing sekolah diambil dua kelas
dengan rincian satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.
Achievement Divisions (STAD) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran kooperatif
Sebelum instrumen tes hasil belajar matematika digunakan untuk pengambilan data
hasil belajar matematika, instrumen terlebih dahulu dilakukan uji validitas isi kemudian
diujicobakan pada 78 siswa dari dua kelas X SMA Negeri 3 Bojonegoro yang merupakan
anggota populasi tetapi tidak termasuk anggota sampel yang selanjutnya akan dicari
Instrumen penelitian yang berupa tes hasil belajar matematika, sebelum digunakan
untuk pengambilan data yaitu data hasil belajar matematika terlebih dahulu instrumen
dilakukan uji validitas isi. Validitas isi instrumen ini dilakukan oleh peserta MGMP di
Bojonegoro yaitu Dra. Umi Anifah, Dra. Endang Sriwigati dan Drs. Markasim yang
menyatakan bahwa butir soal telah dipenuhi karena adanya kesesuaian antara indikator di
kisi-kisi (Lampiran 7) dengan butir soal (Lampiran 8) yang dibuat. Sehingga dari 30 butir
soal yang dibuat dinyatakan valid yang hasil validitas isi selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 9.
2. Uji Reliabilitas
Untuk menentukan reliabilitas instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini
dilakukan dengan uji Kuder Richardson 20. Sebuah instrumen dikatakan reliabel jika nilai
indeks reliabilitasnya lebih dari 0,7. Dari hasil perhitungan diperoleh indeks reliabitasnya
58
0,8739, sehingga instrumen tersebut dikatan reliabel. Perhitungan selanjutnya dapat dilihat
Analisis butir soal untuk instrumen pada penelitian ini terdiri dari tingkat kesukaran
butir soal dan daya pembeda butir soal. Hasil perhitungan dari 30 butir soal yang dianalisis
terdapat 7 soal yang tidak terpakai (ditolak) yaitu nomor 8, 17, 20, 21, 24, 26 dan 29
sehingga terdapat 23 butir soal yang diterima, yang perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 11. Dari 23 butir soal yang diterima, dipilih 20 butir soal yang mewakili
semua indikator dalam kisi-kisi penyusunan soal kemudian digunakan untuk pengambilan
data hasil belajar matematika. Dua puluh soal yang dipilih tersebut selanjutnya dianalisis
kembali dan dihitung nilai reliabilitasnya, diperoleh indeks reliabitas 0,8616 sehingga
instrumen tersebut reliabel, yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14.
B. Deskripsi Data
Data hasil belajar matematika siswa yang digunakan untuk menguji hipotesis pada
penelitian ini adalah data hasil belajar matematika siswa kelas X semester 2 yang diperoleh
dari tes setelah berakhirnya pelaksanaan eksperimen, baik untuk kelompok siswa yang
(STAD) sebagai kelas eksperimen maupun kelompok siswa yang diajar dengan model
a. Data Hasil Belajar Topik Trigonometri untuk Siswa dengan Model Pembelajaran
kooperatif Student Teams Achievement Division. Data hasil belajar matematika siswa
untuk kelas eksperimen terdiri dari 32 siswa kelas X-1 SMAN 1 Bojonegoro, 40 siswa
kelas X-5 SMAN1 Sumberrejo Bojonegoro dan 33 siswa kelas X-4 SMAN 1 Dander
Bojonegoro, masing-masing kelas terdiri siswa dengan kemapuan awal tinggi, sedang
dan rendah secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari data siswa yang
berjumlah 105 siswa tersebut diperoleh, mean 71,714, median 75, modus 85, nilai
maksimum 100, nilai minimum 30 dan standar deviasi 19,853. Dalam bentuk tabel
Tabel 4.1
Minimum
Stad.Dev
Median
Modus
Tingkat Kemampuan
Mean
awal
b. Data Hasil Belajar Topik Trigonometri untuk Siswa dengan Model Pembelajaran
Assisted Individualization. Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas eksperimen
terdiri dari 32 siswa kelas X-3 SMAN 1 Bojonegoro, 40 siswa kelas X-6 SMAN1
Sumberejo Bojonegoro dan 34 siswa kelas X-5 SMAN 1 Dander Bojonegoro, masing-
masing kelas terdiri siswa dengan kemapuan awal tinggi, sedang dan rendah secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 17. Dari data siswa yang berjumlah 106 siswa
tersebut diperoleh, mean 65,1887, median 65, modus ,60 nilai maksimum 100, nilai
minimum 30 dan standar deviasi 19,085. Dalam bentuk tabel untuk masing-masing
Tabel 4.2
Minimum
Tingkat Kemampuan
Stad.Dev
Median
Modus
Mean
Awal
Data kemampuan awal siswa adalah nilai hasil belajar matematika pada topik
sebelum topik trigonometri yaitu topik logika, yang diperoleh melalui tes.
a. Data Kemapuan Awal Siswa yang diajar dengan Model Pembelajaran Koopreratif
Pengambilan data kemampuan awal siswa pada kelas eksperimen yaitu yang
dilakukan dengan tes (Lampiran 2). Data hasil tes untuk kelas eksperimen terdiri dari
32 siswa kelas X-1 SMAN 1 Bojonegoro, 40 siswa kelas X-5 SMAN1 Sumberejo
kelas terdiri siswa dengan kemapuan awal tinggi, sedang dan rendah secara lengkap
dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari data siswa yang berjumlah 105 siswa tersebut
diperoleh, mean 67,381, median 70, modus 70, nilai maksimum 100, nilai minimum 35
dan standar deviasi 16,929. Dalam bentuk tabel untuk masing-masing tingkat
Tabel 4.3
Minimum
Tingkat Kemampuan
Stad.Dev
Median
Modus
Mean
Awal
Pengambilan data kemampuan awal siswa pada kelas kontrol yaitu yang diajar
dengan tes (Lampiran 2). Data hasil belajar matematika siswa untuk kelas kontrol
terdiri dari 32 siswa kelas X-3 SMAN 1 Bojonegoro, 40 siswa kelas X-6 SMAN1
Sumberejo Bojonegoro dan 34 siswa kelas X-5 SMAN 1 Dander Bojonegoro, masing-
masing kelas terdiri siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah secara
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 16. Dari data siswa yang berjumlah 105 siswa
tersebut diperoleh, mean 66,651; median 65, modus 65, nilai maksimum 100, nilai
minimum 30 dan standar deviasi 18,293. Dalam bentuk tabel untuk masing-masing
Tabel 4.4
Stad.Dev
Median
Tingkat Kemampuan
Modus
Mean
1. Uji Keseimbangan
Dalam uji keseimbangan data yang digunakan adalah data kemapuan awal yaitu data
hasil belajar matematika pada topik sebelumnaya yaitu topik logika pada semester 2 tahun
ajaran 2009/2010 baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kelas kontrol.
dengan menggunakan uji Lilliefors. Di bawah ini rangkuman uji normalitas kemampuan
awal.
Tabel 4.5
Kemampuan
No Lhitung N Ltabel Keputusan Ket.
awal
Sedangkan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 21a dan Lampiran 21b.
Dari uji normalitas tersebut menghasilkan keputusan tidak ditolak yang berarti kedua
kelompok berasal dari populasi yang normal. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas
dengan menggunakan uji Bartlet dengan statistik uji Chi Kuadrat anatara kelas eksperimen
64
homogen (perhitungan selanjutnya dapat dilihat pada Lampiran 21c). Setelah normal dan
homogen selanjutnya dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t, yang diperoleh hasil tobs =
0,327009243 dan ternyata – 1,960 ≤ tobs ≤ 1,960 sehingga kedua kelompok mempunyai
2. Uji Prasyarat
Uji prasyarat dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji
normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan menggunakan
uji Bartlet.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas hasil belajar matematika siswa kelas X semester 2 tahun pelajaran
divisions
Individualization
Rangkuman hasil uji normalitas dari kelima kelompok tersebut disajikan dalam
Tabel 4. 6
Rangkuman Uji Normalitas hasil belajar matematika siswa
Kelompok siswa
1 dengan model 0,0820 105 0,0865 Diterima Normal
STAD
Kelompok siswa
dengan model
2 pemebelajaran 0,0858 106 0,0861 Diterima Normal
kooperatif TAI
Kelompok siswa
dengan
3 kemampuan 0,11202 61 0,1134 Diterima Normal
awal tinggi
Kelompok siswa
dengan
4 kemampuan 0,070662 92 0,0924 Diterima Normal
awal sedang
Kelompok siswa
dengan
5 kemampuan 0,1152 58 0,1163 Diterima Normal
awal rendah
Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran 22. Dari hasil uji normalitas
terbukti semua data masing-masing kelompok berasal dari populasi normal, hal ini
b. Uji Homogenitas
Untuk uji homogenitas pada penelitian ini dilakukan dengan uji Bartlett dengan
statistik uji Chi Kuadrat untuk menunjukkan bahwa populasi-populasi dari sampel
penelitian ini bersifat homogen atau bervariansi sama. Uji homogenitas dengan Bartlett
Tabel 4.7
Rangkuman Uji Homogenitas
No. Sumber c hitung
2
c tabel
2 Keputusan
Dari hasil uji homogenitas yang disajikan pada tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa sampel penelitian ini berasal dari populasi yang memiliki variansi sama
3. Uji Hipotesis
Setelah Uji Prasyarat Anava dilakukan dan terpenuhi maka dilakukan Uji Anava dua
jalan dengan sel tak sama dan taraf signifikansi a = 0,05 disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.8
Kemampuan Awal
Tinggi Sedang Rendah
N 29 47 29
∑X 2315 3520 1695
X 79,83 74,89 58,45
STAD ∑X2 194375 279300 107675
67
Tabel 4.9
Rangkuman Hasil Rataan dan Jumlah Rataan
Kemampuan Awal Total
Tinggi Sedang Rendah
STAD 79,83 74,89 58,45 213,17
Model
Pembelajaran TAI 73,91 65,00 55,86 194,77
Tabel 4.10
Berdasarkan hasil perhitungan yang terangkum pada Tabel 4.10 di atas jelas bahwa :
68
a. Pada efek A ( model pembelajaran kooperartif ), nilai statistik uji FA = 5,83185 dan F
table = 3,84, tampak jelas bahwa FA > F table dengan demikian H0A ditolak. Hal ini berati
b. Pada efek utama B (tingkat kemampuan awal), nilai statistik uji FB = 20,67025 dan F
tabel = 3,00, tampak jelas bahwa FB > F tabel, sehingga H0B ditolak. Hal ini berarti bahwa
terdapat perbedaan efektifitas antara tingkat kemampuan awal tinggi, sedang dan
tingkat kemampuan awal rendah terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X
trigonometri.
c. Pada efek interaksi AB (model pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal),
harga statistik uji FAB = 0,69152 dan F tabel = 3,00, sangat jelas bahwa FAB < F tabel
sehingga F0AB diterima. Hal ini berarti tidak terdapat interaksi antara model
Melihat hasil dari uji hipotesis, ternyata dari ketiga hipotesis dua hipotesis yaitu H0A
dan H0B ditolak dan satu hipotesis yaitu H0AB diterima. Oleh karena itu perlu dilakukan uji
komparasi ganda pada rataan antar kolom sedangkan antar baris tidak perlu dilakukan uji
komparasi ganda karena hanya terdiri dua nilai. Sebelum melihat hasil komparasi rataan
69
antar kolom, di bawah ini disajikan tabel rangkuman rataan antar sel lengkap dengan
rataan marginalnya.
Rangkuman hasil uji komparasi ganda rataan antar kolom menggunakan metode
Scheffe disajikan pada Tabel 4.12. Perhitungan selengkapnya dapat dapat dilihat pada
Lampiran 25.
Tabel 4.12
a. H0 ditolak karena F.1-.2 = 21,56398 > 6,00, ini berarti bahwa tingkat kemampuan awal
tinggi memberikan efek yang berbeda terhadap hasil belajar matematika dibandingkan
b. H0 ditolak karena F.1-.3 = 141,8201 > 6,00 , ini berarti bahwa tingkat kemampuan awal
tinggi memberikan efek yang beda terhadap hasil belajar matematika dibandingkan
c. H0 ditolak karena F.2-.3 = 71,45844 > 6,00, ini berarti bahwa tingkat kemapuan awal
sedang memberikan efek beda terhadap hasil belajar matematika dibandingkan tingkat
Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama untuk efek utama A
> Ftabel , ini berarti bahwa efektivitas penggunaan model pembelajaran kooperatif
Demikian juga, jika diamati dari hasil rataan hasil belajar matematika pada tabel rataan
marginal (Tabel 4.11) menunjukkan bahwa hasil belajar matematika yang diajar
memperoleh 71,71429, lebih baik dibandingkan dengan rataan hasil belajar matematika
Divisions lebih baik daripada yang diajar model pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization.
71
Hal diatas sejalan dengan pendapat Slavin (1995:5) bahwa dalam STAD para
siswa dibagi dalam tim dan gurun menyampaikan pelajaran, lalu siswa dalam tim
mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Dalam
berdiskusi kelompok akan berjalan baik jika sebagian anggota kelompok mengerti
materi yang akan dibicarakan atau paling tidak ada yang memahami materi yang
dipelajari, dan dalam STAD dengan adanya presentasi guru sebelum mereka masuk
timnya maka siswa sudah mempunyai bekal untuk mendiskusikan materi dalam
kelompoknya.
STAD adalah model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa supaya dapat
saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang
diajarkan oleh guru. Jika para siswa ingin timnya mendapatkan penghargaan tim,
mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materi. Mereka harus
mendukung teman satu timnya untuk bias melakukan yang terbaik, menunjukkan
2. Ada perbedaan antara tingkat kemapuan awal tinggi, sedang dan rendah
Bojonegoro
Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, pada efek B (tingkat
kemapuan awal), diperoleh FB = 20,67025 dan Ftabel = 3,00 sehingga FB > Ftabel. Ini
berarti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa kelas X semester 2
SMA Negeri Bojonegoro sebagai akibat karena perbedaan tingkat kemampuan awal
siswa tersebut. Demikian juga dari hasil komparasi ganda antar kolom diperoleh F.1-.2 =
21,56398 > Fkritik = 6,00, F.1-..3=141,8201 dan F.2-.3 = 71,45844 > Fkritik = 6,00, artinya
72
hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi berbeda dengan
siswa yang memiliki kemapuan awal sedang, hasil belajar matematika siswa yang
memiliki kemapuan awal sedang berbeda dengan siswa yang memiliki kemampuan
awal rendah dan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi
berbeda dengan hasil belajar matematika yang memiliki kemampuan awal rendah.
Demikian juga jika melihat rataan masing-masing tingkat kemampuan awal pada
rangkuman rataan antar sel (Tabel 4.11) diperoleh 76,72; 70,05 dan 57,16 maka
hasil belajar matematika lebih baik. Hal ini berarti hasil belajar matematika siswa yang
memiliki kemampuan awal tinggi lebih baik dibandingkan dengan hasil belajar
matematika siswa kemampuan awal sedang, hasil belajar matematika siswa yang
memiliki kemampuan awal sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan
kemampuan awal sedang, demikian juga hasil belajar matematika siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi lebih baik daripada hasil belajar matematika siswa yang
memiliki kemampuan awal rendah pada siswa kelas X semester 2 SMA Negeri
matematika yang merupakan ilmu yang menganut hubungan bersifat hierakikal artinya
kemampuan yang satu menjadi prasyarat kemampuan berikutnya, dan dapat diambil
kesimpulan bahwa penelitian ini merupakan bukti kemampuan awal siswa merupakan
sesuatu yang sangat penting dalam proses pembelajaran berikutnya. Siswa yang
Hal ini senada dengan pendapat Herman Hudojo (2005:51) mengajar akan efektif
bila kemampuan berpikir anak diperhatikan dan karena itu perhatian ditujukan kepada
dalam Paul Suparno (1997:21) bahwa setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai
akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain.
awal siswa kelas X semester 2 SMA Negeri Bojonegoro tahun pelajaran 2009/2010
Berdasarkan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, pada interaksi AB
0,69152 dan Ftabel = 3,00 maka FAB < Ftabel, sehingga tidak terdapat interaksi antara
model pembelajaran kooperatif dan tingkat kemampuan awal siswa. Ini berarti bahwa
hasil belajar matematika dari masing-masing tingkat kemampuan awal siswa konsisten
pada model pembelajaran dan hasil belajar matematika dari masing-masing model
pembelajaran konsisten pada tingkat kemapuan awal siswa. Artinya siswa yang diajar
lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Team
Assisted Individualization (TAI) baik secara umum maupun ditinjau dari masing-
banyak persamaannya dan mudah untuk digunakan pada pembelajaran sehingga hasil
yang diutarakan oleh Herman Hudojo (1979:93) bahwa di dalam matematika bila
konsep A dan konsep B mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin dipelajari
sebelum konsep A dan konsep B terlebih dahulu. Demikian pula konsep D baru dapat
E. Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini pastilah terdapat faktor –faktor yang tidak diperhitungkan
sehingga menjadi kendala dalam penelitian ini. Kendala atau fakor-faktor yang tidak
penelitian ini dikemukakan dengan maksud agar tidak menyesatkan dalam memanfaatkan
hasil penelitian ini. Keterbatasan yang dimaksud adalah subyek penelitian, model
1. Penelitian ini hanya mengambil siswa kelas kelas X SMA Negeri se Bojonegoro dan
tidak melibatkan SMA swasta. Di samping itu pengambilan sampel juga dimungkinkan
2. Cara penyajian materi pada penelitian ini terbatas pada penggunaan model
model pembelajaran yang lain yang mungkin lebih efektif untuk menigkatkan hasil
3. Pelaksanaan eksperimen pada penelitian ini peneliti tidaklah mungkin melalukan semua
eksperimen sendiri di tiga sekolah sampel, sehingga peneliti meminta bantuan rekan
guru yang mengajar di kelas pada sekolah yang diambil sebagai sampel. Peran peneliti
(Lampiran 3 dan 4) yang sudah peneliti rancang, sehingga peniliti tidaklah dapat
tetapi diawal dan akhir penelitian peneliti langsung yang melakukan sendiri. Jadi perlu
4. Pengambilan data hasil belajar matematika hanya dilakukan dengan pengumpulan data
hasil belajar dengan menggunakan tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda pada
hal ini sulit dilakukan oleh peniliti karena keterbatasn waktu dan tenaga.
5. Pengambilan data kemampuan awal siswa hanya didasarkan pada hasil tes topik logika
Demikian juga kesungguhan siswa dalam mengerjakan tes untuk kemampuan awal ini.
6. Dalam menyelesaikan tes hasil belajar matematika kemungkinan masih ada siswa
bekerja sama, sehingga berakibat data hasil belajar matematika pada penelitian ini
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan Penelitian
Individualization (TAI).
2. Tingkat kemampuan awal siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada topik
trigonometri. Hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal sedang, hasil
belajar matematika pada siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal tinggi lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal rendah
dan hasil belajar matematika siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal sedang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tingkat kemampuan awal
rendah.
konsisten (sama) pada masing-masing tingkat kemampuan awal siswa dan hasil belajar
matematika siswa dari masing-masing tingkat kemampuan awal siswa konsisten (sama)
1. Implikasi Teoritis
Dari kesimpulan di atas bahwa terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa
dengan topik trigonometri. Hal ini menunjukkan secara teori hasil penenelitian ini
matematika lain pada umumnya. Dengan kata lain hasil penelitian ini dapat juga
sesuai dengan tujuan pembelajaran, bahan ajar atau materi, sarana pembelajaran dan
karakteristik siswa.
Dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa pada topik trigonometri, ternyata hasil
belajar siswa yang dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams
Achievement Divisions rata-rata hasil belajarnya lebih baik daripada siswa yang diajar
Hal ini menunjukkan bahwa secara teoritis bahwa model pembelajaran kooperatif
pembelajaran matematika. Hal ini berarti bahwa seorang siswa yang belajar pada topik
awal siswa tersebut. Dari hasil penelitian ini kemampuan awal secara teoritis sangat
menentukan hasil belajar pada topik yang akan diajarkan, apalagi matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang hierarkikal karena proses belajar selanjutnya akan
tergantung dari kemampuan yang dimiliki sebelumnya. Seperti yang diungkapkan oleh
Herman Hudoyo (1979:93) bahwa di dalam matematika bila konsep A dan konsep B
mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin dipelajari sebelum konsep A dan
79
B. Demikian pula konsep D baru dipelajari bila konsep C sudah dipahami dengan baik,
demikian seterusnya. Ini jelas bahwa pengalaman belajar yang lalu (kemampuan awal)
2. Implikasi Praktis
Dari hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan guru atau bahkan
acuan atau rujukan guru dalam rangka untuk meningkatkan efektivitas proses belajar.
karakteristik siwa dan topik yang akan diberikan sehingga proses pembelajaran akan
efektif dan efisien. Demikian juga dalam proses pembelajaran hendaknya guru
memperhatikan kesiapan atau kemampuan awal yang dimiliki siswa terlebih dahulu
sebelum melakukan proses belajar mengajar, sehingga tujuan yang ingin dicapai dari
proses pembelajaran tersebut dapat berhasil dengan memuaskan untuk semua pihak,
baik dipihak guru maupun siswa. Dan akhirnya akan diperoleh hasil belajar
C. Saran-saran
penelitian secara teoritis maupun praktis, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai
berikut :
pendidikan, terutama para guru diwilayah kerjanya karena sebagai ujung tombak
80
guru akan sangat paham menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan
untuk meningkatkan hasil belajar mereka, salah satu aspek diantaranya adalah
kemampuan awal yang dimiliki siswanya. Alangkah baiknya guru sebelum proses
dengan cara mengingatkan kembali materi yang menunjang dan sudah pernah
didapat sebelumnya.
lingkup yang lebih luas. Penulis berharap bagi para peneliti atau calon peneliti tak
81
dilakukan terdahulu maupun hasil penelitian ini. Dengan kesempurnaan hasil penelitian
kualitas pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hakim Nasution, 1982. Landasan Matematika. Jakarta : Bharata Karya Aksara.
Bloom, Benyamin S. 1976. Human Characteristic and School Learning. New york:
McGraw-Hill Book Company.
Dick, walter and Robert A. Reiser. 1989. Planning Effective Instruction. Boston : Allyn
and Bacon.
Discroll, Marey P (1994). Psychology of Learning for Instruction. Boston : USA ALLYN
and BACON.
Cheek Cells.The American Biology Teacher. Reston: Vol. 70, Iss. 8; pg(s). 457-
460
Gagne, Robert M and Leslie J. Briggs. 1978. Principles of Instructional Design. 2nd Ed.
New York : Holt Rinehart and Wistons.
Gagne, Robert M. 1997. The Conditions of Learning. New York : Holt Rinehart and
Wistons.
Haris Mudjiman. 2008. Belajar Mandiri. Surakarta : LPP UNS dan UNS Press.
Joyce, B and Marsha Weil. 1992. Model of Teaching ( 4th. ED ). Allyn & Bacon
Publisher.
Kamuran Tarim, Fikri Akdeniz. 2008. The effects of cooperative learning on Turkish
elementary students’ mathematics achievement and attitude towards
mathematics using TAI and STAD methods. Educational Studies in
Mathematics. Vol. 67. Issue 1. p 77-91.
Karnasih, Ida. 1997. Optimalisasi Pendidikan Matematika Menuju abad XXI. Makalah
disampaikan pada Seminar Pendidikan IKIP Medan .
Mary Kalantzis and Bill Cope. Learning about Learning : An Agenda for Inquiry.
University of Illinois at Urbana-Champaign. USA/www.ijl.ccgpublisher.com
Muh Ali. 1987. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru.
M. Lee Manning and Robert Lucking. 1991. The What, Why, and How of Cooperative
Learning. The Clearing House. Vol. 64. No. 3. pp. 152-156.
Nana Sudjana. 1995. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.
Nesbit dkk. 1997. Using Cooperative Learning to Improvement Reading and Writing in
science. Reading & Writing Quarterly. Vol. 13. Issue 1.
Safari. 2008. Analisis butir soal. Asosiasi pengawas Sekolah Indonesia, Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta : CV Purnama.
Slamet. 2003. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta.
Slavin, Robert E, 1995. Cooperative Learning : theory, research, and practice : Allyn and
Bacon.