Anda di halaman 1dari 4

HIV AIDS TANPA KOMPLIKASI

Nomor :
SOP Terbit ke :
No.Revisi :
Tgl.Diberlak :
ukan
Halaman :1/4

Puskesmas Dr. Danny M. Thamrin


Ciumbuleuit NIP. 197202022005011015

A. Pengertian HIV /AIDS adalah sekumpulan gejala dan infeksi (atau:


sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus HIV;[1] atau infeksi virus-virus
lain yang mirip yang menyerang spesies lainnya (SIV, FIV, dan
lain-lain)
B. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk
penatalaksanaan HIV/AIDS tanpa komplikasi
C. Kebijakan SK Kepala UPTD Puskesmas Ciumbuleuit Nomor
......................................................... tentang Kebijakan
Pelayanan Klinis UPTD Puskesmas Ciumbuleuit
D. Referensi Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/Menkes/514/2015 tentang Panduan Praktik Klinis
Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama
E. Prosedur a. Petugas menerima pasien.
b. Petugas melakukan anamnesis singkat tentang perjalanan
penyakit, riwayat faktor resiko, riwayat imunisasi, dan
keluhan-keluhan lain .
c. Petugas melakukan cuci tangan sebelum melakukan
pemeriksaan.
d. Petugas melakukan vital sign meliputi pengukuran tekanan
darah, nadi, frekuensi pernapasan, dan suhu.
e. Petugas melakukan pemeriksaan fisik, dari ujung rambut
sampai kaki, petugas mencari tanda-tanda yang
menunjukkan penurunan kekbalan tubuh.
f. Petugas melakukan cuci tangan setelah pemeriksaan.
g. Petugas melakukan penegakan diagnosis.
h. Tidak tersedia pemeriksaan CD4
Penentuan mulai terapi ARV didasarkan pada penilaian
klinis
i. Tersedia pemeriksaan CD4
1. Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan jumlah CD4
<350 sel/mm3 tanpa memandang stadium klinisnya.
2. Terapi ARV dianjurkan pada semua pasien dengan TB
aktif, ibu hamil dan koinfeksi Hepatitis B tanpa
memandang jumlah CD4
j. Rencana Tindak Lanjut
1. Pasien yang belum memenuhi syarat terapi ARV
Monitor perjalanan klinis penyakit dan jumlah CD4-nya
setiap 6 bulan sekali.
1. Pemantauan pasien dalam terapi antiretroviral
a) Pemantauan klinis
Dilakukan pada minggu 2, 4, 8, 12 dan 24 minggu sejak
memulai terapi ARV dan kemudian setiap 6 bulan bila
pasien telah mencapai keadaan stabil.
b) Pemantauan laboratorium
 Pemantauan CD4 secara rutin setiap 6 bulan atau
lebih sering bila ada indikasi klinis.

 Pasien yang akan memulai terapi dengan AZT maka


perlu dilakukan pengukuran kadar Hemoglobin (Hb)
sebelum memulai terapi dan pada minggu ke 4, 8 dan
12 sejak mulai terapi atau ada indikasi tanda dan
gejala anemia

 Bila menggunakan NVP untuk perempuan dengan


CD4 antara 250–350 sel/mm3 maka perlu dilakuan
pemantauan enzim transaminase pada minggu 2, 4, 8
dan 12 sejak memulai terapi ARV (bila
memungkinkan), dilanjutkan dengan pemantauan
berdasarkan gejala klinis.

 Evaluasi fungsi ginjal perlu dilakukan untuk pasien


yang mendapatkan TDF.
k. Konseling dan Edukasi
1. Menganjurkan tes HIV pada pasien TB, infeksi
menular seksual (IMS), dan kelompok risiko tinggi
beserta pasangan seksualnya, sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2. Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit HIV/AIDS. Pasien disarankan
untuk bergabung dengan kelompok
penanggulangan HIV/AIDS untuk menguatkan
dirinya dalam menghadapi pengobatan
penyakitnya.

l. Kriteria Rujukan
1. Setelah dinyatakan terinfeksi HIV maka pasien
perlu dirujuk ke Pelayanan Dukungan Pengobatan
untuk menjalankan serangkaian layanan yang
meliputi penilaian stadium klinis, penilaian
imunologis dan penilaian virologi.
2. Pasien HIV/AIDS dengan komplikasi.
F. Diagram
melakukan vital sign menegakan diagnose
Melakukan dan pemeriksaan fisik berdasarkan hasil pemeriksaan
anamnesis pada
pasien
Alir

menulis hasil Memberikan tata laksana pada


menulis diagnose anamnesa, pasien sesuai hasil pemeriksaan
pasien ke buku pemeriksaan dan
register. diagnose ke rekam
medic

G. Unit Ruang Pemeriksaan Umum


Terkait

G. Rekaman Historis:
No Halaman Yang dirubah Perubahan Diberlakukan Tanggal

Anda mungkin juga menyukai