KELOMPOK : 4
JULIANI
MUNADIA RIZKA
MUSDALIFAH
PYANITA HULU
RAMAYANA PINTE
Laporan Ini Telah Diperiksa Dan Layak Diseminarkan Dihadapan Peserta Seminar
Program Studi Ners Universitas Sari Mutiara Indonesia
Lubuk Pakam, Mei 2019
Disetujui oleh
(Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp. Kep.J) (Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan pada penulis, dan atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An.Y
Dengan Dengue Haemorhagic Fever (DHF) Di Ruang Merpati 5 RSU. Sari Mutiara Lubuk
Pakam”.
Penulisan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas Keperawatan
Dasar Profesi. Laporan ini dapat diselesaikan berkat bantuan pihak terkait. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang membantu baik
secara moral maupun material, terutama kepada :
1. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara Indonesia
2. Taruli Yohana Sinaga, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
3. Ns. Rinco Siregar, S.Kep, MNS, selaku ketua Program Studi Ners Fakultas Farmasi
dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns. Jek Amidos Pardede, M.kep, Sp. Kep.J, selaku Koordinator Profesi Ners
Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns. Erwin Silitonga, S.Kep, M.Kep, selaku Koordinator dan Dosen pengajar
Keperawatan Dasar Profesi Universitas Sari Mutiara Indonesia
6. Tarmina Saragih, AmK, selaku Ka. Bidang Keperawatan RSU. Sari Mutiara Lubuk
Pakam
7. Ns. Edi Frando Saragih, S.Kep, selaku Kepala Bidang Diklat RSU. Sari Mutiara
Lubuk Pakam
8. Seluruh staff pegawai dan administrasi RSU. Sari Mutiara Lubuk Pakam
9. Seluruh Dosen Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan
Universitas Sari Mutiara Indonesia
10. Seluruh staff Program Studi Ners Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas
Sari Mutiara Indonesia.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, dengan demikian penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka
penyempurnaan laporan ini, sehingga dapat bermanfaat bagi seluruh pihak, akhir kata
penulis mengucapkan terimah kasih. Medan, 07 September 2019
Penulis Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Tujuan........................................................................................ 2
1.2.1. Tujuan Umum.................................................................. 2
1.2.2. Tujuan Khusus................................................................. 2
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................... 37
4.2 Saran.......................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Menurut data WHO (2014) penyakit DBD pertama kali dilaporkan di Asia Tenggara
pada tahun 1954 yaitu di Filipina, selanjutnya menyebar ke berbagai Negara. Sebelum
tahun 1970, hanya 9 negara yang mengalami wabah DBD, namun sekarang DBD
menjadi penyakit endemik pada lebih dari 100 negara, diantaranya adalah Afrika,
Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara dan Pasifik Barat memiliki angka tertinggi
terjadinya kasus DBD. Jumlah kasus di Amerika, Asia Tenggara,dan Pasifik Barat telah
melewati 1,2 juta kasus di tahun 2008 dan lebih dari 2,3 juta kasus di 2010. Pada tahun
2013 dilaporkan terdapat sebanyak 2,35 juta kasus di Amerika, dimana 37.687 kasus
merupakan DBD berat. Perkembangan kasusu DBD ditingkat global semangkin
meningkat, seperti dilaporkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yakni dari 980 kasus
hampir 100 negara tahun 1954-1959 menjadi 1.016.612 kasus dihampir 60 negara tahun
2000-2009 (WHO, 2014).
Menurut Soedarto (2012) Indonesia adalah daerah edemis DBD dan mengalami
epidemic sekali dalam 4-5 tahun. Faktor lingkungan dengan banyaknya genangan air
bersih dan menjadi sarang nyamuk, mobilitas penduduk yang tinggi dan cepatnya
transportasi antar daerah, menyebabkan sering terjadinya DBD. Indonesia termasuk
dalam salah satu Negara yang edemik DBD dengan jumlah penderitanya yang terus-
menerus bertambah dan penyebarannya semakin luas.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul “Asuhan
Keperawatan Pada An.Y Dengan Dengue Haemorhagic Fever (DHF) Di Ruang Merpati
5 Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Lubuk Pakam”.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Pada An.Y Dengan Dengue
Haemorhagic Fever (DHF) Di Ruang Merpati 5 Rumah Sakit Umum Sari Mutiara
Lubuk Pakam.
1.2.2 Tujuan Khusus
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian DHF
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Resti, 2014).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2012)
1. Virus Dengue
2. Vektor
Virus dengue serotype 1,2,3, dan 4 yang ditularkan melalui vector yaitu nyamuk
sedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesisiensis dan beberapa spesies
lain yang merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan salah satu
serotype yang menimbulkan antibody seumur hidup terhadap serotype bersangkutan
tetapi tidak ada perlidungan terhadap serotype jenis lainnya. (Arief Mansjoer &
Suprohaita;2000;420)
Virus dengue dilaporkan telah menjangkiti lebih dari 100 negara, terutama di daerah
perkotaan yang berpenduduk padat dan pemukiman di Brazil dan bagian lain Amerika
Selatan, Karibia, Asia Tenggara, dan India. Jumlah orang yang terinfeksi diperkirakan
sekitar 50 sampai 100 juta orang, setengahnya dirawat di rumah sakit dan
mengakibatkan 22.000 kematian setiap tahun; diperkirakan 2,5 miliar orang atau hampir
40 persen populasi dunia, tinggal di daerah endemis DBD yang memungkinkan
terinfeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk setempat.
Jumlah kasus DBD tidak pernah menurun di beberapa daerah tropik dan subtropik
bahkan cenderung terus meningkat dan banyak menimbulkan kematian pada anak 90%
di antaranya menyerang anak di bawah 15 tahun. Di Indonesia, setiap tahunnya selalu
terjadi KLB di beberapa provinsi, yang terbesar terjadi tahun 1998 dan 2004 dengan
jumlah penderita 79.480 orang dengan kematian sebanyak 800 orang lebih. Pada tahun-
tahun berikutnya jumlah kasus terus naik tapi jumlah kematian turun secara bermakna
dibandingkan tahun 2004. Misalnya jumlah kasus tahun 2008 sebanyak 137.469 orang
dengan kematian 1.187 orang atau case fatality rate (CFR) 0,86% serta kasus tahun
2009 sebanyak 154.855 orang dengan kematian 1.384 orang atau CFR 0,89%.
Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk subgenus
Stegomya yaitu nyamukAedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai vektor primer dan Ae.
polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus sebagai vektor sekunder, selain
itu juga terjadi penularan transexsual dari nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui
perkawinan serta penularan transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Ada juga
penularan virus dengue melalui transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun
2007 yang berasal dari penderita asimptomatik. Dari beberapa cara penularan
virus dengue, yang paling tinggi adalah penularan melalui gigitan nyamuk Ae.
aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung sekitar 8-10
hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh manusia) berkisar antara 4-6 hari dan
diikuti dengan respon imun.
Status gizi adalah keadaan kesehatan akibat interaksi makanan, tubuh manusia dan
lingkungan yang merupakan hasil interaksi antara zat-zat gizi yang masuk dalam tubuh
manusia dan penggunaannya. Tanda-tanda atau penampilan status gizi dapat dilihat
melalui variabel tertentu [indikator status gizi] seperti berat badan, tinggi badan, dan
lain lain. Sumber lain mengatakan bahwa status gizi adalah keadaan yang diakibatkan
oleh status keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan [requirement] oleh tubuh untuk berbagai fungsi biologis: [pertumbuhan
fisik, perkembangan, aktivitas, pemeliharaan kesehatan, dan lain lain].
Status gizi sangat berpengaruh terhadap status kesehatan manusia karena zat gizi
mempengaruhi fungsi kinerja berbagai sistem dalam tubuh. Secara umum berpengaruh
pada fungsi vital yaitu kerja otak, jantung, paru, ginjal, usus; fungsi aktivitas yaitu kerja
otot bergaris; fungsi pertumbuhan yaitu membentuk tulang, otot & organ lain, pada
tahap tumbuh kembang; fungsi immunitas yaitu melindungi tubuh agar tak mudah
sakit; fungsi perawatan jaringan yaitu mengganti sel yang rusak; serta fungsi cadangan
gizi yaitu persediaan zat gizi menghadapi keadaan darurat.
Penderita DBD yang tercatat selama ini, tertinggi adalah pada kelompok umur <15
tahun (95%) dan mengalami pergerseran dengan adanya peningkatan proporsi penderita
pada kelompok umur 15 -44 tahun, sedangkan proporsi penderita DBD pada kelompok
umur >45 tahun sangat rendah seperti yang terjadi di Jawa Timur berkisar 3,64%.
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes daan infeksi pertama
kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh merupakan
reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam, nyeri otot
dan atau sendi, sakit kepala, dengan/tanpa rash dan limfa denopati.
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan virus
dengue pertama kali, mendaapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi ini
akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik antibodi, sehingga menimbulkan
konsentrasi komplek antibodi (komplek virus anti bodi) yang tinggi.
Terjadinya aktivasi faktor hegemon (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivitasi ini maka plasminogen
akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi Fibrin Degradation Prodect (FDP).
Pada autopsi, semua pasien yang telah mati karena DHF menunjukkan suatu tingkatan
hemoragi ; berdasarkan frekuensi, hemoragi ditemukan pada kulit dan jaringan
subkutan, pada mukosa saluran gastrointestinal, dan pada jantung serta hati. Hemoragi
gastrointestinal mungkin hebat, tetapi tetapi hemoragi subaraknoid atau serebral jarang
terjadi. Efusi serosa dengan kandungan protein tinggi (kebanyakan albumim) umumnya
terdapat pada rongga pleural dan abdomen, tetapi jarang terjadi pada rongga pericardial.
Pada hati, terdapat nekrosis fokal dari sel-sel hepar, pembengkakan, adanya badan
Councilman dan nekrosis hialin dari sel-sel Kupffer. Proliferasi leukosit monoklulear,
dan (jarang terjadi) leukosit polimorfonukleun, terjadi pada sinusoid dan kadang-kadang
pada area portal. Lesi di hepar secara khas menyerupai 72-96 jam setelah infeksi dengan
virus demam kuning, bila sel parenkim yang rusak terbatas.
Pada autopsi, antigen virus dengue telah ditemukan terutama dihepar, limpa, timus,
nodus limfa, dan sel-sel paru. Virus juga telah diisolasi pada autopsi dari sumsum
tulang, otak, jantung, ginjal,hati, paru, nodus limfa, dan slauran gastrointestinal.
Pemeriksaan patologis terhadap sumsum tulang, ginjal, dan kulit telah dilakukan pada
pasien yang mengalami DHF non-fatal. Pada sumsum tulang, tampak depresi semua sel-
sel hematopoeitik, yang secara cepat membaik dengan penurunan demam. Studi pada
ginjal telah menunjukkan tipe glomerulonefritis kompleks-imun yang ringan, yang akan
membaik setelah kira-kira 3 minggu dengan tidak ada perubahan residual. Biopsi
terhadap ruam kulit telah menunjukkan edema perivaskular dari mikrovaskuler termial
papila dermal dan infiltrasi limfosit dan monosit. Fagosit mononuklear pembawa
antigen telah ditemukan pada sekitar edema ini. Deposisi komplemen serum,
immunoglobulin dan fibrinogen pada dinding pembuluh darah juga telah ditemukan.
Ada dua perubahan patofisiologi utama terjadi pada DHF/DSS. Pertama adalah
peningkatan permeabilitas vascular yang meningkatkan kehilangan plasma dari
kompartemen vascular. Keadaan ini mengakibatkan hemokonsentrasi, tekanan sangat
membahayakan. Perubahan kedua adalah gangguan pada hemostasis yang mencakup
perubahan vascular, trombositopenia, dan koagulopati.
Temuan konstan pada DHF/DSS adalah aktivasi sistem komplemen, dengan depresi
besar kadar C3 dan C5. Mediator yang meningkatkan permeabilitas vascular dan
mekanisme pasti fenomena perdarahan yang timbul pada infeksi dengue belum
teridentidikasi sehingga, diperlukan studi lebih lanjut. Kompleks imun telah ditemukan
pada DHF tetapi peran mereka belum jelas.
Defek trombosit terjadi baik kualitatif dan kuantitatif, yaitu beberapa trombosit yang
bersirkulasi selama fase akut DHF mungkin kelelahan (tidak mampu berfungsi normal).
Karenanya, meskipun pasien dengan jumlah trombosit lebih besar dari 100.000 per
mm3 mungkin masih mengalami masa perdarahan yang panjang.
Mekanisme yang dapatmenunjang terjadinya DHF/DSS adalah peningkatan replica
virus dalam makrofag oleh anti bodi heterotipik. Pada infeksi sekunder dengan virus
dari serotype yang berbeda dari yang menyebabkan infeksi primer, antibody reaktif-
silang yang gagal untuk menetralkan virus dapat meningkatkan jumlah monosit
terinfeksi saat kompleks antibodi-virus dengue masuk kedalam sel ini. Hal ini
selanjutnya dapat mengakibatkan aktivasi reaktif-silang CD4+ dan CD8+ limfosit
sitotoksik. Pelepasan cepat sitokin yang disebabkan oleh aktivasi sel T dan oleh lisis
monosit terinfeksi dimedia oleh limfosit sitotoksik yang dapat mengakibatkan rembesan
plasma dan perdarahan yang terjadi pada DHF.
Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi
antara 13 – 15 hari, rata- rata 2-8 hari. Penderita biasanya mengalami:
c. Perdaran pada kulit (petekie, ekimosis, hematoma) serta perdarahan lain seperti
epitaksis, hematemesis, hematuria, dan melena.
e. Keluhan pada saluran cerna (mual, muntah, tak nafsu makan, diare, konstipasi)
f. Keluhan sistem tubuh yang lainnya (nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang
dan sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal – pegal pada seluruh tubuh,
kemerahan pada kulit, kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotopobia, otot – otot sekitar mata sakit bila di sentuh.
g. Hepatomegali, splenomegali.
Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus diberantas
sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara yang tepat dalam pencegahan
penyakit DBD adalah dengan pengendalian vector, yaitu nyamuk aedes aegypti.Cara
yang tepat untuk memberantas nyamuk aedes aegypti adalah
memberantas jentikjentiknya di tempat berkembang biaknya.Cara ini dikenal dengan
pemberantasan sarang nyamuk DBD (PSN-DBD). Oleh karena tempat-tempat
berkembang biaknya terdapat di rumah-rumah dan tempat-tempat umum maka setiap
keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara teratur sekurang-kurangnya seminggu
sekali.
1. Kimia
Dengan cara pemberian abatisasi (abate), pengasapan dan fogging.
2. Fisik
Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3 M plus:
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik (ikan
adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) yaitu agen yang aktif mengendalikan
nyamuk.
c. Minum banyak (2-2,5 liter/ 24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirop dan beri
penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
d. Pemberian cairan interval (biasanya ringer laktat, NaCl daali) ringer Laktat
merupakan cairan interval yang paling sering digunakan mengandung Na+ 130
mEq/liter Cl 109 mEq/liter dan Ca++ 3mEq/liter.
e. Monitor tanda – tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi
pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.
Pemberian cairan intervena baik berupa plasma maupun elektrolit (untuk menjaga
keseimbangan volume intravascular) dipertahankan 12 -48 jam setelah renjatan
teratasi.
BAB 3
TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
I. Biodata
Identitas Pasien
Nama : An. Y
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 12 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Dusun I, Bintang Bayu, Serdang Bedagai
Tanggal Masuk RS : 26 Agustus 2019
No. RM : 08.02.25
Ruangan/kamar : Lt. II Merpati 5
Tanggal Pengkajian : 27 Agustus 2019
Grade : Grade II
Diagnosa Medis : Demam Berdarah Dengue (DHF)
Penanggung Jawab
Nama : Ny. L
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dusun I, Bintang Bayu, Serdang Bedagai
Hubungan Dengan Pasien : Ibu Pasien
1. Apa penyebabnya :
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)
Ibu langsung membawa pasien berobat ke RSU. Sari Mutiara Lubuk Pakam.
B. Quantity/quality
C. Region
D. Severity
E. Time
C. Pernah dirawat/dioperasi
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak pernah dioperasi
sebelumnya.
D. Lama dirawat
Pasien tidak pernah dirawat sebelumnya.
E. Alergi
Pasien tidak mempunyai riwayat alergi.
F. Imunisasi
BCG 1 kali, DPT 5 kali, Hepatitis B 3 kali, Polio 5 kali, Campak 2 kali.
A. Orang tua
Orang tua pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius.
B. Saudara kandung
Saudara kandung pasien tidak pernah mengalami penyakit yang serius.
C. Penyakit keturunan yang ada
Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Anggota keluarga pasien belum ada yang meninggal.
F. Penyebab meninggal
Tidak ada yang meninggal dari riwayat kesehatan keluarga.
G. Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Pasien
C. Keadaan emosi :
Pasien mampu mengendalikan dan mengontrol emosinya.
D. Hubungan sosial :
Orang yang berarti : orang yang berarti dan berpengaruh dalam hidup
pasien adalah ayah dan ibu
Hubungan dengan keluarga : pasien sebagai anak di keluarga.
Hubungan dengan orang lain : hubungan pasien dengan orang lain
terbatas, karena pasien adalah orang yang pemalu dan hanya berbicara
kepada orang tertentu saja.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : hambatan dalam
berinteraksi dengan orang lain adalah sifat pasien yang pemalu.
E. Spiritual :
A. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah, berkeringat mengalami peningkatan suhu tubuh
dengan temperatur 38°C, Tekanan darah 110/60 mmHg, pernapasan 25x/ i,
denyut nadi 94x/ i, pasien juga mengeluh nyeri bagian abdomen kanan atas
(bagian hati), mukosa bibir kering, tidak nafsu makan. Pasien terpasang
infus RL 25 tetes/menit (makro)
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 38°C
Nadi : 94 x/menit
Pernafasan : 25 x/menit
Skala nyeri 3
TB : 128 cm
BB : 26 kg
C. Pemeriksaan fisik
Kepala dan rambut
Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut : rambut lurus dan penyebaran merata
Wajah
Warna kulit : kemerah-merahan
Struktur wajah : simetris antara pipi kanan dan kiri, simetris antara
mata kanan dan kiri.
Mata
Pupil : isokor
Hidung
Tulang hidung, posisi septum nasi : simetris, tidak ada kelainan.
Leher
Posisi trachea : posisi trache berada di tengah, tidak ada massa.
Pemeriksaan integument
Kebersihan : pasien bersih
Kehangatan : kulit pasien hangat
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi (bentuk, benjolan) : simetris, tidak ada benjolan dan massa.
Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : nyeri tekan
pada abdomen sebelah kanan atas, terjadi pembengkakan pada hati.
Pemeriksaan Ekstremitas
Muskoloskeletal : dalam keadaan normal dan tidak ada kelainan
Kekuatan otot : kekuatan otot baik
Kesimetrisan : simetris antara kanan dan kiri
Edema : tidak ada edema
Akral : hangat
CRT : <3 detik
Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku kaki dan tangan bersih
3. Pola kegiatan/aktivitas
4. Pola eleminasi
a) BAB
5. Mekanisme koping
ANALISA DATA
- Wajah tampak
kemerahan Masuk hipotalamus
Mengacaukan termoregulasi
- TTV : HR : 94x/I,
RR : 24x/I, TD :
110/60 mmHg
- Hb : 10 g/dL
- Trombosit :
- Turgor kulit ≤ 2 detik
- BAB tidak teratur,
tidak BAB selama 5
hari.
2. Peningkatan suhu tubuh Kekurangan
Ekstravasasi cairan
Data Subjektif : Keluarga volume
Intake kurang
pasienmengatakan bahwa cairan tubuh
An. Y tidak suka minum.
Volume plasma berkurang
- Kulit kering
- Turgor kulit ≤ 2 detik
- Warna urin
kekuningan
2. RUMUSAN MASALAH
Masalah Keperawatan:
1. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi)
Selasa, 27 1. Tujuan:
Agustus 2019
Suhu tubuh kembali normal
Kriteria hasil:
- TD 100/70 mmHg
- N: 120x/menit
- Pulsasi kuat
- Akral hangat
Peristaltik usus
50x/menit (normal
5-35x/menit)
Membran mukosa
kering
A:
Masalah belum
teratasi
Nafsu makan
menurun
Mual dan mau
muntah
P:
Intervensi
dilanjutkan
Memberikan cairan
P:
Intervensi
dilanjutkan
Hari/ No. Implementasi keperawatan Evaluasi
Tanggal Dx (SOAP)
1 - Mengobservasi tanda- S :
Kamis, 29
Agustus 2019 tanda vital tiap jam sekali Ibu An. Y mengatakan
Temperatur: 37,8°C
A:
Masalah teratasi
sebagian. Temperatur
berkurang menjadi
37,8°C
P:
Intervensi dilanjutkan
Hari/ No. Implementasi keperawatan Evaluasi
Tanggal Dx (SOAP)
Kamis, 29 1 - Mengobservasi tanda- S :
Agustus 2019
tanda vital tiap jam sekali - Ibu An. Y
(14.00-18.00)
- Mengobservasi membran mengatakan pasien
mukosa, pengisian kapiler tidak demam lagi
dan turgor kulit An. Y
- Pasien mengatakan
- Menganjurkan An. Y
badannya tidak
minum2-2,5 liter per hari
lemas lagi
- Memberikan kompres
O:
hangat
- Pasien tampak lebih
- Memberikan parasetamol
segar
500 mg 3x1 hari sesuai
indikasi - Wajah pasien tidak
kemerahan lagi
- Membran mukosa
tidak terlalu kering
- CRT< 3 detik,
edema (-)
- TD: 110/80 mmHg
- RR: 20x/ i
- HR: 84x/ i
- Temperatur: 36,6°C
A:
Masalah peningkatan
suhu teratasi
P:
Intervensi
diberhentikan, pasien
pulang.
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Salah satu efek terganggunya termoregulasi adalah demam. Demam adalah keadaan
ketika suhu tubuh meningkat melebihi suhu tubuh normal, demam adalah istilah umum
dan beberapa istilah lainnya sering digunakan adalah pireksia atau hipertermi. Demam
adalah ketika otak mematok suhu diatas setting normal yaitu diatas 38°C. Pada pasien
dilakukan pengkajian ditemukan data subjektif pasien mengeluh bahwa tubuh terasa
panas, lemah dan juga mengeluh tidak bisa bergerak serta merasakan sendi-sendi yang
terasa sakit dan data objektif antara lain, Hb 10 gr/dl, turgor kulit kembali lambat dan
membran mukosa kering. Pemberian asuhan keperawatan yang baik dan tepat dapat
mengatasi masalah dibutktikan dengan keadaan anak baik, tanda-tanda vital dalam batas
normal, mukosa bibir lembab, kulit tidak kering, intake dan output cairan seimbang.
4.2 Saran
Diharapkan kepada pelayanan kesehatan khususnya perawat untuk lebih memperhatikan
kebutuhan termoregulasi yang dialami oleh pasien dalam memberikan asuhan
keperawatan. Dimulai dari pengkajian yang tepat untuk mendapatkan data yang akurat
sehingga ktiteria hasil tercapai dan kebutuhan dasar pasien terpenuhi. Dengan asuhan
keperawatan yang tepat penatalaksanaan untuk mengembalikan suhu tubuh dalam
keadaan normal dapat berlangsung maksimal demi terpenuhinya kebutuhan dasar
pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik: Jakarta: EGC
4. Jakarta: EGC
Iqbal Wahid Mubarak. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta: EGC
Potter and Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses
dan Praktek. Edisi 4. Volume 2. Jakarta: EGC