Anda di halaman 1dari 16

Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No.

1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG ALAT


PELINDUNG TELINGA DENGAN PENGGUNAANNYA PADA
PEKERJA DI PT. X

Ragil Retnaningsih
Universitas Darussalam Gontor

ragilretnaningsih@unida.gontor.ac.id

Abstrak

Departemen weaving pada industri tekstil menggunakan mesin tenun menghasilkan intensitas kebisingan
>90 dB. Para pekerja sebagian besar tidak menggunakan alat pelindung telinga karena merasa tidak nyaman dan
mengaku telah terbiasa serta tidak terganggu bekerja pada tempat kerja yang bising. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap tentang alat pelindung telinga dengan penggunaannya pada
pekerja di PT. X. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik, dengan pendekatan Cross Sectional.
Sampel penelitian adalah 86 pekerja di bagian weaving dengan menggunakan teknik simple random sampling.
Teknik pengumpulan data dengan observasi dan kuesioner. Analisis data yaitu bivariat dilakukan dengan uji
statistik koefisien kontingensi. Berdasarkan hasil uji statistik koefisien kontingensi didapatkan hasil bahwa ada
hubungan pengetahuan dan sikap tentang alat pelindung telinga dengan penggunaannya pada pekerja di PT. X,
dimana pengetahuan dengan penggunaan alat pelindung telinga nilai p = 0.000 dengan r = 0.389 dan sikap (p =
0.000) dengan r = 0.383, sehingga ada hubungan Pengetahuan dan Sikap tentang Alat Pelindung Telinga dengan
Penggunaannya pada Pekerja di PT. X.

Kata Kunci: Pengetahuan; Sikap; Penggunaan Alat Pelindung Telinga

RELATED KNOWLEDGE AND ATTITUDES OF EAR PROTECTIVE


EQUIPMENT USAGE ON WORKERS OF PT. X
Abstract

Weaving department at textile industry use machines with noise intensity >90 dB, the majority of workers
do not use protective equipment because they feel uncomfortable with the tool and claims to have familiar and
not bothered to work on a noisy workplace. The purpose of this study was to determine the relationship between
knowledge and attitudes of the use of ear protection equipment toward workers at PT. X. This study is
considered observational with cross-sectional approach. The samples were 86 workers in the weaving industry
taken by using simple random sampling technique. The technique of collecting data was taken through
observation and questionnaire. Data analysis was performed with the bivariate statistical test of contingency
coefficient. Based on the results of statistical tests of contingency coefficient showed that there was a
relationship between knowledge and attitudes of the use of ear protection equipment toward workers at PT. X,
where the knowledge with the use of ear protectors with a value of p = 0.000 and r = 0389 attitude (p = 0.000)
with r = 0.383. There is a relationship on the Knowledge and Attitudes of the Ear Protective Equipment Use of
Workers at PT. X.

Keywords: Knowledge; Attitude; The Use of Personal Protective Equipment Ear

67
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

Pendahuluan kebisingan menurut Permenakertrans Nomor


PER. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang
Kemajuan dalam bidang teknologi sejak Batas faktor fisika dan faktor kimia di tempat
tiga dekade terakhir ini menyebabkan kerja yaitu 85 dB untuk 8 jam kerja sehari
peningkatan bahaya bising baik dalam atau 40 jam kerja dalam seminggu.
jumlah, intensitas, kecepatan dan jumlah PT. X telah menyediakan alat pelindung
orang yang terpajan bising, terutama di diri bagi pekerja, yang berfungsi untuk
negara industri dan negara maju. Indonesia melindungi pekerja pada saat bekerja, salah
sebagai negara yang sedang berkembang satunya adalah alat pelindung telinga, tetapi
dalam upaya meningkatkan pembangunan belum dilakukan penyuluhan tentang alat
banyak menggunakan peralatan industri yang pelindung telinga, oleh karena pekerja
dapat membantu dan mempermudah kurang memahami pentingnya penggunaan
pekerjaan. Akibatnya, timbul bising alat pelindung telinga di tempat kerja yang
lingkungan kerja yang dapat berdampak bising. Berdasarkan observasi awal
buruk terhadap para pekerja (Bashiruddin, ditemukan 8 dari 10 pekerja pada bagian
2009). weaving tidak menggunakan alat pelindung
Bising berpengaruh terhadap tenaga telinga. Pekerja merasa tidak nyaman
kerja, sehingga dapat menimbulkan berbagai menggunakan alat pelindung telinga karena
gangguan kesehatan secara umum, antara tidak mengetahui cara pemakaiannya secara
lain gangguan pendengaran, fisiologi lain benar dan mengaku telah terbiasa serta tidak
serta gangguan psikologi. Hal tersebut dapat terganggu bekerja pada tempat kerja yang
menimbulkan gangguan sulit tidur, bising.
emosional, gangguan komunikasi dan Berdasarkan latar belakang tersebut,
gangguan konsentrasi yang secara tidak maka penulis ingin mengadakan penelitian
langsung dapat membahayakan keselamatan mengenai hubungan pengetahuan dan sikap
tenaga kerja (Bashiruddin, 2009). tentang alat pelindung telinga dengan
PT. X memiliki Departemen Weaving penggunaannya pada pekerja di PT. X.
yang bertugas untuk mengubah benang Hipotesis dari penelitian ini adalah ada
menjadi kain mentah. Pada proses penenunan hubungan pengetahuan dan sikap tentang alat
menggunakan mesin tenun yang pelindung telinga dengan penggunaannya
menimbulkan kebisingan dengan intensitas pada pekerja di PT. X.
>90 dB, sedangkan Nilai Ambang Batas

68
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

Tinjauan Teoritis dalam pengetahuan tingkat ini


adalah mengingat kembali (recall)
Pengetahuan sesuatu yang spesifik dari seluruh
Pengetahuan merupakan hasil dari bahan yang dipelajari atau
tahu, dan ini terjadi setelah orang rangsangan yang telah diterima.
melakukan pengindraan terhadap suatu Oleh sebab itu, tahu ini merupakan
objek tertentu. Pengindraan terjadi tingkat pengetahuan yang paling
melalui pancaindra manusia, yakni indra rendah. Kata kerja untuk mengukur
penglihatan, pendengaran, penciuman, bahwa orang tahu tentang apa yang
rasa dan raba. Sebagian besar dipelajari antara lain menyebutkan,
pengetahuan manusia diperoleh melalui menguraikan, mendefinisikan,
mata dan pendengaran (Notoatmodjo, menyatakan dan sebagainya.
2007). b. Memahami (comprehension)
Pengetahuan merupakan domain Memahami diartikan sebagai
yang paling penting untuk terbentuknya suatu kemampuan untuk
tindakan seseorang, maka dari itu menjelaskan secara benar tentang
perilaku yang didasari dengan objek yang diketahui, dan dapat
pengetahuan dan kesadaran akan menginterpretasikan materi tersebut
bertahan lama dibandingkan perilaku secara benar. Orang yang telah
yang tidak didasari ilmu pengetahuan paham terhadap objek atau materi
dan kesadaran (Notoatmodjo, 2003). harus dapat menjelaskan,
Pengetahuan atau kognitif menyebutkan contoh,
merupakan domain yang sangat penting menyimpulkan, meramalkan dan
dalam membentuk tindakan seseorang sebagainya terhadap objek yang
(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan yang dipelajari.
tercakup dalam domain kognitif c. Aplikasi (application)
mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, Aplikasi diartikan sebagai
2007), yaitu : kemampuan untuk menggunakan
a. Tahu (know) materi yang telah dipelajari pada
Tahu diartikan sebagai situasi atau kondisi real
mengingat suatu materi yang telah (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
dipelajari sebelumnya. Termasuk ke diartikan sebagai aplikasi atau

69
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

penggunaan hukum-hukum, rumus, Evaluasi ini berkaitan dengan


metode, prinsip dan sebagainya kemampuan untuk melakukan
dalam konteks atau situasi yang lain. justifikasi atau penilaian terhadap
d. Analisis (analysis) suatu materi atau objek. Penilaian-
Analisis adalah suatu penilaian ini didasarkan pada suatu
kemampuan untuk menjabarkan kriteria yang telah ditentukan
materi atau suatu objek ke dalam sendiri, atau menggunakan kriteria-
komponen-komponen, tetapi masih kriteria yang telah ada.
di dalam struktur organisasi, dan Dalam penelitian ini, tingkatan
masih ada kaitannya satu sama lain. pengetahuan sampai pada tingkat
Kemampuan analisis ini dapat evaluasi. Menurut Azwar (2003), faktor
dilihat dari penggunaan kata kerja, yang mempengaruhi pengetahuan
seperti dapat menggambarkan adalah:
(membuat bagan), membedakan, a. Umur,
memisahkan, mengelompokkan dan b. Jenis kelamin,
sebagainya. c. Pendidikan,
e. Sintesis (synthesis) d. Lama kerja.
Sintesis menunjuk kepada suatu Menurut Budiman dan Riyanto
kemampuan untuk meletakkan atau (2013), faktor-faktor yang
menghubungkan bagian-bagian di mempengaruhi pengetahuan adalah
dalam suatu bentuk keseluruhan sebagai berikut :
yang baru. Dengan kata lain sintesis a. Pendidikan
adalah suatu kemampuan untuk Pengetahuan sangat erat
menyusun formulasi baru dari kaitannya dengan pendidikan di mana
formulasi-formulasi yang ada. diharapkan seseorang dengan
Misalnya dapat menyusun, dapat pendidikan tinggi, orang tersebut
merencanakan, dapat meringkaskan, akan semakin luas pula
dapat menyesuaikan, dan pengetahuannya. Namun, perlu
sebagainya terhadap suatu teori atau ditekankan bahwa seorang yang
rumusan-rumusan yang telah ada. berpendidikan rendah tidak berarti
f. Evaluasi (evaluation) mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak

70
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

mutlak diperoleh di pendidikan sosial ekonomi ini akan memengaruhi


formal, akan tetapi juga dapat pengetahuan seseorang.
diperoleh pada pendidikan nonformal. d. Lingkungan
Pengetahuan seseorang tentang Lingkungan adalah segala
sesuatu objek juga mengandung dua sesuatu yang ada di sekitar individu,
aspek yaitu aspek positif dan negatif. baik lingkungan fisik, biologis,
Kedua aspek inilah yang akhirnya maupun sosial. Lingkungan
akan menentukan sikap seseorang berpengaruh terhadap proses
terhadap objek tertentu. masuknya pengetahuan ke dalam
b. Informasi/media massa individu yang berada dalam
Informasi yang diperoleh baik lingkungan tersebut. Hal ini terjadi
dari pendidikan formal maupun karena adanya interaksi timbal balik
nonformal dapat memberikan ataupun tidak, yang akan direspons
pengaruh jangka pendek (immediate sebagai pengetahuan oleh setiap
impact) sehingga menghasilkan individu.
perubahan atau peningkatan e. Pengalaman
pengetahuan. Berkembangnya Pengalaman belajar dalam
teknologi akan menyediakan bekerja yang dikembangkan
bermacam-macam media massa yang memberikan pengetahuan dan
dapat mempengaruhi pengetahuan keterampilan profesional, serta
masyarakat tentang inovasi baru. pengalaman belajar selama bekerja
c. Sosial, budaya dan ekonomi akan dapat mengembangkan
Kebiasaan dan tradisi yang kemampuan mengambil keputusan
dilakukan orang-orang tanpa melalui yang merupakan manifestasi dari
penalaran apakah yang dilakukan keterpaduan menalar secara ilmiah
baik atau buruk. Dengan demikian, dan etik yang bertolak dari masalah
seseorang akan bertambah nyata dalam bidang kerjanya.
pengetahuannya walaupun tidak f. Usia
melakukan. Status ekonomi seseorang Usia memengaruhi daya tangkap
juga akan menentukan tersedianya dan pola pikir seseorang. Semakin
suatu fasilitas yang diperlukan untuk bertambah usia akan semakin
kegiatan tertentu sehingga status berkembang pula daya tangkap dan

71
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

pola pikirnya sehingga pengetahuan tertentu sebagai suatu penghayatan


yang diperolehnya semakin membaik. terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Pengukuran pengetahuan dapat Seperti halnya dengan pengetahuan,
dilakukan dengan wawancara atau sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan
angket yang menanyakan tentang isi (Notoatmodjo, 2007) yaitu :
materi yang akan diukur dari subjek a. Menerima (Receiring)
penelitian atau responden. Kedalaman Menerima diartikan bahwa
pengetahuan yang akan diukur dapat orang (subjek) mau dan
disesuaikan dengan tingkatan- memperhatikan stimulus yang
tingkatan di atas (Notoadmodjo, diberikan (objek). Misalnya, sikap
2007). orang terhadap gizi dapat dilihat dari
1. Sikap kesediaan dan perhatian orang itu
Sikap didefinisikan sebagai reaksi terhadap ceramah-ceramah tentang
atau respon yang masih tertutup dari gizi.
seseorang terhadap suatu stimulus atau b. Merespon (Responding)
objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat Memberikan jawaban apabila
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku ditanya, mengerjakan, dan
yang tertutup. Sikap secara nyata menyelesaikan tugas yang diberikan
menunjukkan konotasi adanya adalah suatu indikasi dari sikap.
kesesuaian reaksi terhadap stimulus Karena dengan suatu usaha untuk
tertentu yang dalam kehidupan sehari- menjawab pertanyaan atau
hari merupakan reaksi yang bersifat mengerjakan tugas yang diberikan,
emosional terhadap stimulus sosial. terlepas dari pekerjaan itu benar atau
Sikap belum merupakan suatu tindakan salah, adalah berarti bahwa orang
atau aktivitas, akan tetapi merupakan menerima ide tersebut.
predisposisi tindakan suatu perilaku. c. Menghargai (Valving)
Sikap itu masih merupakan reaksi Mengajak orang lain untuk
tertutup, bukan merupakan reaksi mengerjakan atau mendiskusikan
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. suatu masalah adalah suatu indikasi
Sikap merupakan kesiapan untuk sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang
bereaksi terhadap objek di lingkungan ibu yang mengajak ibu yang lain
(tetangganya, saudaranya, dan

72
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

sebagainya) untuk pergi yang mempengaruhi terbentuknya sikap


menimbangkan anaknya ke adalah :
posyandu, atau mendiskusikan a. Faktor intern
tentang gizi, adalah suatu bukti Adalah faktor-faktor yang terdapat
bahwa si ibu tersebut telah dalam diri orang yang bersangkutan
mempunyai sikap positif terhadap sendiri seperti selektifitas. Suatu
gizi anak. rangsangan yang datang harus dipilih
d. Bertanggung jawab (Responsible) yaitu mana rangsangan yang harus
Bertanggung jawab atas segala didekati dan mana rangsangan yang harus
sesuatu yang telah dipilihnya dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-
dengan segala risiko merupakan motif dan kecenderungan-kecenderungan
sikap yang paling tinggi. Misalnya, dalam diri seseorang.
seorang ibu mau menjadi akseptor b. Faktor ekstern
KB, meskipun mendapat tantangan Faktor ekstern (faktor di luar
dari mertua atau orang tuanya manusia) terdiri dari :
sendiri. 1) Sikap objek yang dijadikan sasaran
Dalam penelitian ini, tingkatan sikap sikap.
yang diukur sampai tingkat 2) Kewibawaan orang yang
bertanggungjawab. Di bawah ini adalah mengemukakan suatu sikap.
faktor–faktor yang mempengaruhi sikap 3) Sifat orang-orang atau kelompok yang
(Azwar, 2007) : mendukung sikap tersebut.
a. Pengalaman pribadi, 4) Media komunikasi yang digunakan
b. Pengaruh orang lain yang dianggap dalam menyampaikan sikap.
penting, 5) Situasi pada saat sikap dibentuk.
c. Pengaruh budaya, Pengukuran sikap dapat dilakukan secara
d. Media massa, langsung atau tidak langsung. Secara
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama, langsung dapat ditanyakan bagaimana
f. Pengaruh faktor emosional. pendapat atau pernyataan responden terhadap
Menurut Purwanto (1999) pembentukan suatu obyek. Secara tidak langsung dapat
sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan dilakukan dengan pernyataan-pernyataan
melalui suatu proses tertentu. Faktor-faktor hipotesis kemudian ditanyakan pendapat

73
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

responden melalui kuesioner (Notoatmodjo, c. Dapat memenuhi derajat kenyamanan.


2003). Alat pelindung telinga merupakan
2. Penggunaan Alat Pelindung Telinga salah satu bentuk alat pelindung diri yang
Menurut Menakertrans (2010) alat digunakan untuk melindungi telinga dari
pelindung telinga adalah alat pelindung paparan kebisingan, sering disebut sebagai
yang berfungsi untuk melindungi alat personal hearing protection atau personal
pendengaran terhadap kebisingan atau protective devices. Alat pelindung telinga
tekanan. Jenis alat pelindung telinga dapat menurunkan kerasnya bising yang
terdiri dari sumbat telinga (ear plug) dan melalui hantaran udara sampai 40 dBA.
penutup telinga (ear muff). Pemakaian alat pelindung telinga ini dapat
Penggunaan alat pelindung telinga mereduksi tingkat kebisingan yang masuk
merupakan kewajiban bila pekerja ke telinga bagian luar dan bagian tengah,
terpapar oleh bising dengan intensitas 85 sebelum masuk ke telinga bagian dalam.
dB selama 8 jam kerja atau 40 jam per Semua tenaga kerja yang bekerja dalam
minggu. Secara teknis, cara kerja Alat area 85 dBA harus memakai alat
Pelindung Telinga adalah menghambat pelindung telinga, memperoleh
atau mengurangi intensitas gelombang pemeriksaan audiometri secara berkala
suara yang masuk ke dalam pendengaran dan memperoleh pelatihan/penyuluhan
manusia (Leksono, 2009). secara berkala (Soemitra, 1997).
Menurut Febriani (1999), penggunaan Menurut Tambunan (2005) Hearing
alat pelindung telinga harus melalui Protection Device atau alat pelindung
pemilihan atau seleksi alat pelindung telinga bekerja dengan menutupi sebagian
telinga yang cocok dan harus dilakukan telinga manusia agar intensitas gelombang
fit-test agar tidak terjadi kebocoran- suara yang masuk ke dalam telinga
kebocoran yang mengakibatkan tingginya menjadi lebih sedikit. Hearing Protection
tingkat pajanan kebisingan yang memajan Device dapat digolongkan menjadi tiga
fungsi pendengaran. Penggunaan alat kelompok besar (Tambunan, 2005), yaitu :
pelindung telinga harus dapat memenuhi a. Earplug
kriteria sebagai berikut : Secara teknis, earplug/aural lebih
a. Dapat mencegah gangguan banyak dikenakan pada tempat-tempat
pendengaran, bising berfrekuensi rendah, misalnya
b. Dapat menurunkan tingkat paparan, kamar mesin diesel. Earplug terbuat

74
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

dari bermacam-macam material, seperti perlindungan yang diberikan oleh alat


busa PVC, polyurethane, polyethylene, ini jauh lebih rendah dibandingkan
silikon dan lain-lain. earplug dan earmuff. Alat ini cocok
Secara ekonomis, earplug lebih digunakan manakala pekerja relatif
murah daripada earmuff. Ukuran sering melepas dan memasang alat
earplug juga lebih kecil dan lebih pelindung (alat ini tidak sesuai untuk
ringan dibandingkan earmuff, selain itu pemakaian dalam jangka panjang).
earplug lebih nyaman digunakan Headband pada canal caps umumnya
dibandingkan earmuff, terutama di dapat digunakan dalam berbagai posisi,
tempat-tempat bersuhu tinggi. Jenis seperti di atas kepala atau di bawah
earplug sangat beragam dan masih dagu.
terus berkembang, di antaranya :
1) Formable earplug Metode Penelitian
2) Pre-molded earplug
b. Earmuff Penelitian ini menggunakan metode

Secara teknis, perbedaan observasional analitik, dengan

penggunaan earplug dan earmuff pendekatan cross sectional dimana data

didasarkan pada tingkat frekuensi yang menyangkut variabel bebas atau

sumber kebisingan. Earmuff untuk risiko dan variabel terikat atau variabel

tempat-tempat bising berfrekuensi akibat akan dikumpulkan dalam waktu

tinggi (high frequency) seperti tempat yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010).

pemotongan logam (metal cutting), Penelitian dilakukan di PT. X

pelabuhan udara dan lain-lain. Earmuff bagian weaving pada bulan September

kurang cocok digunakan di tempat- 2013 - Juni 2014. Populasi dalam

tempat bising berfrekuensi rendah penelitian ini adalah seluruh pekerja

(<400 Hz). Di tempat berfrekuensi bagian weaving yang berjumlah 600

rendah, earmuff umumnya akan pekerja. Teknik sampling yang

beresonansi/bergetar. digunakan adalah simple random

c. Canal Caps sampling, yaitu setiap anggota atau unit

Canal caps hanya digunakan untuk dari populasi mempunyai kesempatan

menutup “pintu” lubang telinga. yang sama untuk diseleksi sebagai

Sebagai alat proteksi, tingkat sampel (Notoatmodjo, 2010). Memilih

75
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

sejumlah sampel n dari populasi N yang berupa kuesioner untuk mengukur


dilakukan secara random dilakukan tingkat sikap. Kuesioner tentang sikap
dengan cara mengundi atau cointoss telah diuji validitas dan reliabilitas. Hasil
(Nasution, 2003). Diperoleh besar dari uji validitas menunjukkan bahwa
sampel minimum sebanyak 86 orang. semua item pertanyaan pada kuesioner
Variabel bebas dalam penelitian ini sikap adalah valid yaitu nilai korelasi
adalah pengetahuan dan sikap. Variabel setiap item pertanyaan > r tabel (0.361)
terikat dalam penelitian ini adalah dan reliabel yaitu nilai Cronbach’s Alpha
penggunaan Alat Pelindung Telinga. > nilai Corrected Item.
Variabel pengganggu yaitu umur, jenis Penggunaan Alat Pelindung
kelamin, tingkat pendidikan, lama kerja, Telinga yaitu implementasi penggunaan
pengalaman, pengaruh orang lain, alat pelindung telinga saat bekerja di PT.
budaya, media massa, lembaga X. Penggunaan alat pelindung telinga
pendidikan dan emosional. dikategorikan sebagai berikut :
Pengetahuan adalah segala sesuatu 1. Menggunakan, jika pekerja
yang diketahui dan dipahami oleh menggunakan alat pelindung telinga
pekerja tentang pentingnya penggunaan saat bekerja.
alat pelindung telinga saat bekerja di PT. 2. Tidak menggunakan, jika pekerja
X. Alat ukur berupa kuesioner untuk tidak menggunakan alat pelindung
mengukur tingkat pengetahuan. telinga saat bekerja atau hanya
Kuesioner pengetahuan telah diuji memakai sementara kemudian
validitas dan reliabilitas. Hasil dari uji melepasnya.
validitas menunjukkan bahwa semua Analisis data dalam penelitian
item pertanyaan pada kuesioner ini meliputi analisis univariat, yaitu
pengetahuan adalah valid yaitu nilai analisis yang dilakukan terhadap tiap
korelasi setiap item pertanyaan > r tabel variabel dari hasil penelitian. Analisis ini
(0.361) dan reliabel yaitu nilai digunakan untuk mendeskripsikan
Cronbach’s Alpha > nilai Corrected variabel penelitian yang disajikan dalam
Item. bentuk distribusi dan persentase dari tiap
Sikap adalah tanggapan pekerja variabel (Dahlan, 2011). Analisis bivariat
terhadap penggunaan alat pelindung yaitu analisis yang digunakan terhadap
telinga saat bekerja di PT. X. Alat ukur dua variabel yang berhubungan atau

76
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

berkorelasi, yaitu antara variabel bebas Tabel 2. Distribusi Frekuensi Jenis


Kelamin
dan variabel terikat dengan uji korelasi Jenis
Frekuensi %
koefisien kontingensi, dengan Kelamin
Laki-laki 15 17.4%
pertimbangan skala data merupakan Perempuan 71 82.6%
Jumlah 86 100%
ordinal dan nominal (Dahlan, 2011). Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 2, responden
Hasil Penelitian dengan jenis kelamin perempuan lebih
banyak 82.6%, sedangkan jumlah
1. Karakteristik Subjek Penelitian responden laki-laki 17.4%.
a. Umur c. Pendidikan
Umur dikategorikan produktif Dari 86 responden, diperoleh
pada umur 15 – 64 tahun dan kurang distribusi pendidikan sebagai berikut :
produktif pada umur 65 tahun ke atas Tabel 3. Distribusi Frekuensi
(Tjiptoherijanto, 2001). Dari 86 Pendidikan
Pendidikan Frekuensi %
responden, diperoleh distribusi umur SD 14 16%
SMP 55 64%
sebagai berikut : SMA 17 20%
Jumlah 86 100%
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur
Responden Sumber : Data Primer 2014
Umur Berdasarkan tabel 3, responden
Frekuensi %
(Tahun)
30 – 39 48
55,8 dengan pendidikan SMP lebih banyak
%
37,2 yaitu 55 orang (64%), responden
40 – 49 32
%
50 – 59 6 7% dengan pendidikan SMA sejumlah 17
100 orang (20%), sedangkan responden
Jumlah 86
%
Sumber : Data Primer 2014 dengan pendidikan SD sejumlah 14
Berdasarkan tabel 1, semua orang (16%).
responden dalam usia produktif d. Masa Kerja
dengan umur minimal responden Dari 86 responden, diperoleh
adalah 30 tahun dan maksimal adalah distribusi masa kerja sebagai berikut :
54 tahun. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Masa
Kerja
b. Jenis Kelamin Masa
Frekuen
Dari 86 responden, diperoleh Kerja %
si
(tahun)
distribusi jenis kelamin sebagai 10 – 19 38 44,2%
20 – 29 45 52,3%
berikut : 30 – 39 3 3,5%

77
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

Jumlah 86 100% Berdasarkan tabel 6, responden yang


Sumber : Data Primer 2014
memiliki sikap baik terhadap penggunaan
Berdasarkan tabel 4, masa kerja
alat pelindung telinga lebih banyak yaitu
semua responden tergolong lama
53.5%, responden yang memiliki sikap
dengan masa kerja minimal 10 tahun
sedang sebanyak 46.5% dan responden
dan maksimal adalah 38 tahun.
dengan sikap buruk sejumlah 0.
4. Penggunaan Alat Pelindung Telinga
2. Pengetahuan
Data penggunaan alat pelindung
Data pengetahuan responden tentang
telinga responden adalah sebagai berikut :
alat pelindung telinga adalah sebagai
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Penggunaan
berikut : Alat Pelindung Telinga Responden
Penggunaan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Alat
Responden Frekuensi Persentase
Pelindung
Pengetahuan Frekuensi % Telinga
Baik 23 26.7% Menggunakan 53 61.6%
Sedang 63 73.3% Tidak
Buruk 0 0 33 38.4%
Menggunakan
Jumlah 86 100% Jumlah 86 100%
Sumber : Data Primer 2014 Sumber : Data Primer 2014
Berdasarkan tabel 5, responden yang Berdasarkan tabel 7, responden yang
memiliki pengetahuan sedang terhadap menggunakan alat pelindung telinga lebih
alat pelindung telinga lebih banyak yaitu banyak yaitu 61.6% dan responden yang
63 orang (73.3%), responden yang tidak menggunakan alat pelindung telinga
memiliki pengetahuan baik sejumlah 23 sebanyak 38.4%.
orang (26.7%) dan responden yang 5. Hubungan Pengetahuan tentang Alat
memiliki pengetahuan buruk sejumlah 0. Pelindung Telinga dengan Penggunaannya
3. Sikap Hasil uji bivariat untuk mengetahui
Data sikap responden tentang alat hubungan antara pengetahuan tentang alat
pelindung telinga adalah sebagai berikut : pelindung telinga dengan penggunaannya
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Sikap dengan uji statistik koefisien kontingensi
Responden
Sikap Frekuensi % menunjukkan bahwa pengetahuan tentang
Baik 46 53.5% alat pelindung telinga dengan
Sedang 40 46.5%
Buruk 0 0 penggunaannya adalah signifikan dengan
Jumlah 86 100%
Sumber : Data Primer 2014 nilai p = 0.000, sedangkan untuk
korelasinya adalah lemah dengan nilai r =

78
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

0.389 dan arah korelasinya adalah positif besar kemungkinan untuk memakai alat
(+) yang berarti searah yaitu semakin baik pelindung telinga. Hasil distribusi frekuensi
tingkat pengetahuannya maka besar menunjukkan bahwa dari 23 responden yang
kemungkinan untuk memakai alat memiliki pengetahuan baik sejumlah 22
pelindung telinga. orang (96%) menggunakan alat pelindung
6. Hubungan Sikap tentang Alat Pelindung telinga dan 1 orang (4%) tidak menggunakan
Telinga dengan Penggunaannya alat pelindung telinga, 63 responden yang
Hasil uji bivariat untuk mengetahui memiliki pengetahuan sedang sejumlah 31
hubungan antara sikap tentang alat orang (49%) menggunakan alat pelindung
pelindung telinga dengan penggunaannya telinga dan 32 orang (51%) tidak
dengan uji statistik koefisien kontingensi menggunakan alat pelindung telinga.
menunjukkan bahwa hubungan antara Pengetahuan merupakan domain yang
sikap tentang alat pelindung telinga paling penting untuk terbentuknya tindakan
dengan penggunaannya adalah signifikan seseorang, maka dari itu perilaku yang
dengan nilai p = 0.000, sedangkan untuk didasari dengan pengetahuan dan kesadaran
korelasinya adalah lemah dengan nilai r = akan bertahan lama dibandingkan perilaku
0.383 dan arah korelasinya adalah positif yang tidak didasari ilmu pengetahuan dan
(+) yang berarti searah yaitu semakin baik kesadaran (Notoatmodjo, 2003).
sikap maka besar kemungkinan untuk Pengetahuan akan mempengaruhi
memakai alat pelindung telinga. tindakan atau praktek seseorang,
pengetahuan tentang alat pelindung telinga
Pembahasan akan mempengaruhi pekerja untuk
menggunakan alat pelindung telinga ketika
Berdasarkan hasil dari analisis dengan uji bekerja di tempat yang intensitas
koefisien kontingensi menunjukkan bahwa kebisingannya tinggi untuk mencegah
hubungan antara pengetahuan tentang alat penyakit akibat kerja.
pelindung telinga dengan penggunaannya Penelitian ini sesuai dengan penelitian
adalah signifikan dengan nilai p = 0.000, Karimullah (2012) bahwa ada hubungan
sedangkan untuk korelasinya adalah lemah antara pengetahuan dengan penggunaan alat
dengan nilai r = 0.389 dan arah korelasinya pelindung telinga PT. Primatexco Indonesia
adalah positif (+) yang berarti searah yaitu Batang (p value 0.001).
semakin baik tingkat pengetahuannya maka

79
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

Dari penelitian yang dilakukan kepada 86 Masa kerja dikategorikan manjadi baru
responden menunjukkan bahwa umur yaitu masa kerja ≤3 tahun dan masa kerja
responden antara 30 – 54 tahun. Usia lama yaitu >3 tahun (Handoko, 1992). Masa
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir kerja seluruh responden termasuk masa kerja
seseorang. Semakin bertambah usia akan lama karena minimal responden telah bekerja
semakin berkembang pula daya tangkap dan 10 tahun. Masa kerja mempengaruhi
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang pengalaman seseorang terhadap pekerjaan
diperolehnya semakin membaik (Budiman dan lingkungan tempat bekerja, semakin
dan Riyanto, 2013). lama bekerja semakin banyak
Pendidikan pekerja di bagian weaving pengalamannya. Pengalaman belajar dalam
yaitu SD, SMP dan SMA, dalam penelitian bekerja yang dikembangkan memberikan
ini jumlah responden yang memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan profesional
pendidikan SD sebanyak 16%, responden (Budiman dan Riyanto, 2013).
dengan pendidikan SMP sebanyak 64% Berdasarkan hasil dari analisis dengan uji
sedangkan responden dengan pendidikan statistik koefisien kontingensi menunjukkan
SMA sebanyak 17%. Pengetahuan sangat bahwa hubungan antara sikap tentang alat
erat kaitannya dengan pendidikan di mana pelindung telinga dengan penggunaannya
diharapkan seseorang dengan pendidikan adalah signifikan dengan nilai p = 0.000,
tinggi, orang tersebut akan semakin luas pula sedangkan untuk korelasinya adalah lemah
pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan dengan nilai r = 0.383 dan arah korelasinya
bahwa seorang yang berpendidikan rendah adalah positif (+) yang berarti searah yaitu
tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah semakin baik sikap maka besar kemungkinan
pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak untuk memakai alat pelindung telinga. Hasil
diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi distribusi frekuensi dari 46 responden yang
juga dapat diperoleh pada pendidikan memiliki sikap baik sebanyak 80%
nonformal. Pengetahuan seseorang tentang menggunakan alat pelindung telinga dan 20%
sesuatu objek juga mengandung dua aspek tidak menggunakan, 40 responden yang
yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek memiliki sikap sedang sebanyak 40%
inilah yang akhirnya akan menentukan sikap menggunakan alat pelindung telinga dan 60%
seseorang terhadap objek tertentu (Budiman tidak menggunakan alat pelindung telinga.
dan Riyanto, 2013). Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Dewi (2012) bahwa ada

80
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

hubungan antara sikap dengan praktek Saran


pengelolaan sampah medis pada petugas
kebersihan pengelola sampah medis RSUD 1. Perusahaan melakukan penyuluhan setiap

dr. M. Ashari Pemalang dengan nilai p 0.001. bulan tentang alat pelindung diri

Sikap merupakan kecenderungan atau khususnya alat pelindung telinga untuk

kesadaran untuk bertindak dan disertai meningkatkan kesadaran serta pengetahuan

dengan perasaan-perasaan yang dimiliki oleh dalam penggunaan alat pelindung telinga

individu tersebut. Dengan dasar pengetahuan saat bekerja.

dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap 2. Perusahaan melakukan pengawasan setiap

dalam diri manusia dengan perasaan- hari oleh supervisor mengenai pemakaian

perasaan tertentu dalam menanggapi suatu alat pelindung diri khususnya alat

obyek yang menggerakkan untuk bertindak pelindung telinga.

(Notoatmodjo, 2007). Pekerja yang telah


memiliki pengetahuan dan pengalaman akan Daftar Referensi

menunjukkan sikap positifnya yaitu dengan


Azwar S. 2003. Sikap Manusia : Teori dan
menggunakan alat pelindung telinga saat
Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka
bekerja di tempat kerja yang bising.
Pelajar
Sikap yang positif yang mendapat
Bashiruddin J (2009). Program Konservasi
dukungan sosial dan tersedianya fasilitas
Pendengaran pada Pekerja yang
akan mempengaruhi tindakan atau praktek
Terpajan Bising Industri. Jakarta :
seseorang. Sikap positif dalam upaya
Majalah Kedokteran Indonesia, Volum
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit
: 59, Nomor 1
akibat kerja merupakan motivasi untuk
Budiman dan Riyanto A (2013). Kapita
pemakaian alat pelindung diri pada saat
Selekta Kuesioner Pengetahuan dan
bekerja (Notoatmodjo, 2003).
Sikap dalam Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Salemba Medika
Kesimpulan
Dahlan S (2011). Statistik untuk
Ada hubungan pengetahuan dan sikap Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta :
tentang alat pelindung telinga dengan Salemba Medika
penggunaannya pada pekerja di PT. X. Dewi HY (2012). Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap dengan

81
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health (Vol. 1, No. 1, Oktober 2016)
http://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/JIHOH No. ISSN online : 2541-5727
DOI : http://dx.doi.org/10.21111/jihoh.v1i1.607 No. ISSN cetak : 2527-4686

Praktik Petugas Kebersihan Pengelola Notoatmodjo S (2003). Pendidikan dan


Sampah Medis di RSUD dr. M. Ashari Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Pemalang. Jurnal Kesehatan Cipta
Masyarakat, Volume 1, Nomor 2, Notoatmodjo S (2007). Promosi Kesehatan
Tahun 2012, Halaman 995 – 1004 dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Febriani L. 1999. Gambaran Kebisingan Cipta
dan Dampaknya terhadap Operator Notoatmodjo S (2010). Metodologi
Lapangan Shift A dan Shift C di Dinas Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Ammonia PT. Pupuk Kujang Tahun Cipta
1999. Jakarta : Fakultas Kesehatan Purwanto H. 1999. Pengantar Perilaku
Masyarakat. Universitas Indonesia. Manusia untuk Keperawatan. Jakarta :
Handoko (1992). Peningkatan Kinerja Buku Kedokteran EGC
Perawat dalam Pelaksanaan Soemitra T. 1997. Hearing Conservation
Keperawatan secara Profesional. Program. Jakarta : FKM UI
Jurnal Kesehatan Surya Medika Tambunan. 2005. Kebisingan di Tempat
Jogjakarta Kerja (Occupational Noise).
Karimullah MI (2012). Hubungan Yogyakarta : CV. Andi Offset
Pendidikan, Pengetahuan, Sikap Tjiptoherijanto P (2001). Proyeksi
dengan Penggunaan Alat Pelindung Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga
Pendengaran PT. Primatexco Kerja dan Peran Serikat Pekerja
Indonesia. Unnes Journal of Public dalam Peningkatan Kesejahteraan.
Health 3 (3) Majalah Perencanaan Pembangunan
Leksono RA. 2009. Gambaran Kebisingan Edisi 23 Tahun 2001
di Area Kerja Shop C-D Unit Usaha
Jembatan PT. Bukaka Teknik Utama
Tahun 2009. Jakarta : Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas
Indonesia. Skripsi
Nasution R. 2003. Teknik Sampling.
Medan : FKM USU

82

Anda mungkin juga menyukai