Anda di halaman 1dari 11

TUGAS RESUME

MATA KULIAH PILIHAN


TEKNOLOGI PENGOLAHAN ZAT WARNA ALAM

NAMA : FARIDATUZ ZUHROH


NIM : 12521219

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2015
1
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER 1

DAFTAR ISI 2

BAB I 3

DEFINISI ZAT WARNA ALAM 3

ZAT WARNA ALAM DAN ZAT WARNA SINTETIS 3

PROSES ZAT WARNA ALAM 4

BAB II
POTENSI ZAT WARNA ALAM DI INDONESIA 9

KENDALA ZAT WARNA ALAM DI INDONESIA 9

BAB III
KESIMPULAN 10

DAFTAR PUSTAKA 11

2
BAB I

DEFINISI ZAT WARNA ALAM


Zat warna dibagi ke dalam dua kelompok berdasarkan sumber diperolehnya, yaitu zat
warna sintetis dan zat warna alam. Zat warna sintetis adalah zat warna yang berasal dari
industri dibuat dengan reaksi kimia dengan bahan arang batu bara atau minyak bumi yang
merupakan hasil senyawa turunan hidrokarbon aromatik seperti benzena, naftalena dan
antrasena. Sedangkan zat warna alam berasal dari bahan-bahan alam, pada umumnya dari
hasil ekstrak tumbuhan atau hewan. (Isminingasih, 1978).

ZAT WARNA ALAM DAN ZAT WARNA SINTETIS


Pada awalnya proses pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam, namun seiring
kemajuan teknologi dengan ditemukannya zat warna sintetis untuk tekstil maka semakin
terkikislah penggunaan zat warna alam.

Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh, kesediaan sumber zat
warnanya terjamin, warna yang dapat dihasilkan bermacam-macam, dan lebih praktis dalam
penggunaannya.

Agar zat warna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses
pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat
(Tawas dll).

Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam telah tergeser oleh keberadaan zat
warna sintetis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan budaya warisan
nenek moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses pembatikan dan
perancangan busana. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna
alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna
khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.

Menurut Andayani, ( 2006 ) keunggulan dari kain tenun yang menggunakan pewarna
alam adalah kain tersebut akan kontras dipandang, terasa sejuk, dan menyehatkan kornea
mata. Selain itu warna-warna yang dihasilkan dari proses pewarnaan alami cenderung

3
menampilkan kesan luwes, lembut dan tidak akan menghasilkan nada warna yang sama
persis meski menggunakan resep yang sama. Penggunaan pewarna alam pada kain tenun
mempunyai nilai lebih tinggi dari pada yang memakai pewarna sintetis, sebab pewarna alam
akan menghasilkan warna-warna elegan, bercitra rasa tinggi dan mengurangi pencemaran
lingkungan. Pemakian zat warna alam di beberapa negara masih diyakini lebih aman dari
pada zat warna sintetis karena sifatnya yang non karsinogen, teknologi pembuatan dan
penggunaan yang relatif sederhana. Hal ini sangat cocok untuk industri kecil dan menengah
yang pada saat ini sedang digalakkan pemerintah untuk menunjang komoditi ekspor.

PROSES ZAT WARNA ALAM


Zat warna alam beragam bentuknya, zat warna alam untuk bahan tekstil pada
umumnya diperoleh dari hasil ekstrak berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji
ataupun bunga. Pengrajin –pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuh-tumbuhan yang
dapat mewarnai bahan tekstil beberapa diantaranya adalah: daun pohon nila (indofera), kulit
pohon soga tinggi (Ceriops candoleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis), kunyit
(Curcuma), Teh (The), akar mengkudu (Morinda citrifelia), kulit soga jambal (Pelthophorum
ferruginu), kesumba (Bixa orelana), daun jambu biji (Psidium guajava). (Sewan Susanto,
1973).

Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni Soetjipto (1999) sebagian besar warna
dapat diperoleh dari produk tumbuhan, pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan
penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Golongan pigmen
tumbuhan tersebut dapat berbentuk klorofil, karotenoid, flavonoid dan kuinon. Untuk itu
pigmen-pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan
dijadikan larutan zat warna alam untuk pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan
dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.

Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen-
pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang,
buah, bunga, biji maupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam
disebut proses ekstraksi. Proses ekstraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut

4
air. Bagian tumbuhan yang diekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak
memiliki pigmen warna misalnya bagian daun, batang, akar. kulit buah, biji ataupun buahnya.

Untuk proses eksplorasi ini dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut:

 Kain katun dan sutera


 Ekstrak, adalah bahan yang diambil dari bahan yang diambil dari bagian
tanaman di sekitar kita yang ingin kita jadikan sumber pewarna alam
 Bahan kimia, yang digunakan adalah tunjung (FeSO4), tawas, Natrium
karbonat/soda abu (Na2CO3), kapur tohor (CaCO3)

Peralatan yang digunakan untuk proses eksplorasi yaitu sebagai berikut:

 Timbangan
 Ember
 Panci
 Kompor
 Termometer
 Pisau dan gunting

Ada tiga tahap proses pewarnaan dengan zat warna alam yan harus dikerjakan yaitu
sebagai berikut:

 Proses mordanting (proses awal/pre-treatment)


 Proses pewarnaan (proses pencelupan)
 Proses fiksasi (proses penguatan warna)

5
Proses mordanting untuk kain tenun

Resepnya yaitu sebagai berikut:

 500 gram kain tenun


 30 gram soda abu

Prosedurnya yaitu sebagai berikut:


 Tawas dan soda abu dilarutkan dalam 15 liter air, panaskan sampai mendidih.
 Kain dimasukkan ke dalam larutan mordan yang sebelumnya dibasahi dengan
air dan diaduk-aduk selama 1 jam.
 Api dimatikan dan didiamkan dalam larutan hingga 24 jam.
 Diangkat dan cuci bersih (tanpa sabun atau tambahan lainnya) keringkan dan
seterika.

Proses pewarnaan

Sebelum dilakukan pewarnaan, bahan zat warna alam seperti kayu, kulit kayu
atau biji dilakukan proses ekstraksi dengan perebusan.

Ekstraksi bahan untuk pewarna alam tersebut yaitu sebagai berikut:

 Bahan dari biji, contohnya Bixa orellana (somba) sebanyak 250 gram
ditambah air 5 liter air abu atau soda abu 2 gram hingga PH 7,5–9.
Direbus bersama–sama selama 1 jam, disaring dan siap untuk
mewarnai kain.
 Untuk bahan dari kayu: secang, tingi, tegeran, atau yang lainnya, 1
kg kayu/bahan pewarna ditambah 5 liter air rebus selama 1 jam,
saring dan siap untuk mewarnai.
 Untuk daun: 1 kg daun (Alpukat, jambu biji, puring, dsb) ditambah air
6 liter, rebus 1 jam atau sampai air menjadi 4,5 liter, saring dan siap
untuk mewarnai.

6
Langkah pewarnaannya sebagai berikut:

 Kain yang telah dimordan, dilakukan pengikatan untuk teknik ikat


celup atau pembatikan terlebih dahulu kemudian dicelupkan ke
dalam larutan TRO 1 gram / liter dan tiriskan.
 Masukkan kain ke dalam larutan ekstraksi zat warna, sambil
dibolakbalik
sampai rata dan direndam selama 15 menit.
 Kain diangkat dan tiriskan, kemudian buka ikatannya untuk teknik
ikat, keringkan dengan posisi melebar diangin-anginkan sampai
kering. Pewarnaan diulang minimal 3 kali celupan.

Proses pewarnaan

Ada 3 jenis bahan fiksasi yang sering digunakan karena aman


penggunaannya terhadap lingkungan, bahan fiksasi selain menguatkan
ikatan zat warna alam dengan kain juga sangat menentukan arah warna
yang berbeda. Tawas menghasilkan warna muda sesuai warna aslinya,
kapur menengah atau arah kecoklatan, tunjung arah yang lebih tua atau
mengarah ke warna hitam.

Adapun Resep fiksasi sebagai berikut:

 Tawas 50 gram/liter air


 Kapur 50 gram/liter air
 Tunjung 5 -10 gram/liter air

Cara fiksasi:

 Menimbang tawas 50 gram untuk dilarutkan ke dalam 1 liter air.


 Apabila ingin membuat 3 liter larutan tawas maka timbang 50 gram x 3
= 150 gram tawas.
 Letakkan larutan ini ke dalam ember plastik. Begitu juga untuk kapur
dan tunjung dengan cara yang sama.
 Kain yang sudah diwarna dan sudah dikeringkan, masukkan kedalam
larutan tawas atau kapur atau tunjung kurang lebih 7,5 menit untuk
tawas dan kapur, dan untuk tunjung 3 menit.

7
 Setelah itu cuci sampai bersih dan keringkan.
 Untuk pencucian lebih bersih bisa direbus dengan air suhu 600 C
dengan ditambah sabun selama10 menit, cuci lagi dengan air dingin.
 Keringkan ditempat teduh dan seterika.
 Keterangan: Pelepasan lilin batik menggunakan zat warna alam
menggunakan soda abu sebagai alkalinya, tidak menggunakan
waterglass.

Jenis bahan fiksasi ada tiga, yaitu :

1. Kapur : untuk menghasilkan warna yang muda atau terang.


2. Tawas : untuk memperoleh warna dasar atau asalnya.
3. Tunjung : agar menghasilkan warna yang lebih tua.

8
BAB II

POTENSI ZAT WARNA ALAM DI INDONESIA


Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi dimana di
dalamnya terdapat berbagai jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pewarna.

Pengembangan zat warna alam bagi Indonesia yang merupakan daerah tropis sangat
potensial karena kaya akan jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan zat warna.
Dalam proses produksi dan penggunaan zat warna alam, bersih dan ramah lingkungan.
Menurut Hakim dkk. (1999) menghadapi abad ke 21, merupakan abad yang berorientasi
lingkungan, adanya kekhawatiran akan dampak lingkungan dari zat warna sintetik yang non-
degradable dan kadang kala menganggu kesehatan, maka keadaan ini diperkirakan akan
membangkitkan kembali citra zat warna alam. Oleh karena itu berbagai tumbuh-tumbuhan
yang mampu menghasilkan zat warna akan mempunyai prospek yang baik.

Zat warna alam Indonesia memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas
unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang
unik, etnik, dan eksklusif.

KENDALA ZAT WARNA ALAM


Salah satu kendala pewarnaan tekstil menggunakan zat warna alam adalah
ketersediaan variasi warnanya sangat terbatas dan ketersediaan bahannya yang tidak siap
pakai sehingga diperlukan proses-proses khusus untuk dapat dijadikan larutan pewarna
tekstil.

9
BAB III

KESIMPULAN
Sebagai upaya pengangkatan kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka
perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber-sumber
zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai
tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin
memperkaya jenis-jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam
selalu terjaga dan variasi yang dihasilkan semakin beragam.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://batikyogya.wordpress.com/tag/zat-warna-alam/

http://minatosandria.blogspot.com/2013/01/zat-warna-tekstil.html?m=1

http://www.s-ardi-indigo-batik.com/index.php/artikel/menu-types/55-proses-pembuatan-
batik-dengan-zpa-zat-pewarna-alam

http://amiafiyati.blogspot.co.id/2011/12/mari-gunakan-pewarna-alami.html

11

Anda mungkin juga menyukai