HALAMAN COVER 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
BAB II
POTENSI ZAT WARNA ALAM DI INDONESIA 9
BAB III
KESIMPULAN 10
DAFTAR PUSTAKA 11
2
BAB I
Keunggulan zat warna sintetis adalah lebih mudah diperoleh, kesediaan sumber zat
warnanya terjamin, warna yang dapat dihasilkan bermacam-macam, dan lebih praktis dalam
penggunaannya.
Agar zat warna alam tidak pudar dan dapat menempel dengan baik, proses
pewarnaannya didahului dengan mordanting yaitu memasukkan unsur logam ke dalam serat
(Tawas dll).
Meskipun dewasa ini penggunaan zat warna alam telah tergeser oleh keberadaan zat
warna sintetis namun penggunaan zat warna alam yang merupakan kekayaan budaya warisan
nenek moyang masih tetap dijaga keberadaannya khususnya pada proses pembatikan dan
perancangan busana. Rancangan busana maupun kain batik yang menggunakan zat warna
alam memiliki nilai jual atau nilai ekonomi yang tinggi karena memiliki nilai seni dan warna
khas, ramah lingkungan sehingga berkesan etnik dan eksklusif.
Menurut Andayani, ( 2006 ) keunggulan dari kain tenun yang menggunakan pewarna
alam adalah kain tersebut akan kontras dipandang, terasa sejuk, dan menyehatkan kornea
mata. Selain itu warna-warna yang dihasilkan dari proses pewarnaan alami cenderung
3
menampilkan kesan luwes, lembut dan tidak akan menghasilkan nada warna yang sama
persis meski menggunakan resep yang sama. Penggunaan pewarna alam pada kain tenun
mempunyai nilai lebih tinggi dari pada yang memakai pewarna sintetis, sebab pewarna alam
akan menghasilkan warna-warna elegan, bercitra rasa tinggi dan mengurangi pencemaran
lingkungan. Pemakian zat warna alam di beberapa negara masih diyakini lebih aman dari
pada zat warna sintetis karena sifatnya yang non karsinogen, teknologi pembuatan dan
penggunaan yang relatif sederhana. Hal ini sangat cocok untuk industri kecil dan menengah
yang pada saat ini sedang digalakkan pemerintah untuk menunjang komoditi ekspor.
Menurut R.H.MJ. Lemmens dan N Wulijarni Soetjipto (1999) sebagian besar warna
dapat diperoleh dari produk tumbuhan, pada jaringan tumbuhan terdapat pigmen tumbuhan
penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur kimianya. Golongan pigmen
tumbuhan tersebut dapat berbentuk klorofil, karotenoid, flavonoid dan kuinon. Untuk itu
pigmen-pigmen alam tersebut perlu dieksplorasi dari jaringan atau organ tumbuhan dan
dijadikan larutan zat warna alam untuk pencelupan bahan tekstil. Proses eksplorasi dilakukan
dengan teknik ekstraksi dengan pelarut air.
Proses pembuatan larutan zat warna alam adalah proses untuk mengambil pigmen-
pigmen penimbul warna yang berada di dalam tumbuhan baik terdapat pada daun, batang,
buah, bunga, biji maupun akar. Proses eksplorasi pengambilan pigmen zat warna alam
disebut proses ekstraksi. Proses ekstraksi ini dilakukan dengan merebus bahan dengan pelarut
4
air. Bagian tumbuhan yang diekstrak adalah bagian yang diindikasikan paling kuat/banyak
memiliki pigmen warna misalnya bagian daun, batang, akar. kulit buah, biji ataupun buahnya.
Timbangan
Ember
Panci
Kompor
Termometer
Pisau dan gunting
Ada tiga tahap proses pewarnaan dengan zat warna alam yan harus dikerjakan yaitu
sebagai berikut:
5
Proses mordanting untuk kain tenun
Proses pewarnaan
Sebelum dilakukan pewarnaan, bahan zat warna alam seperti kayu, kulit kayu
atau biji dilakukan proses ekstraksi dengan perebusan.
Bahan dari biji, contohnya Bixa orellana (somba) sebanyak 250 gram
ditambah air 5 liter air abu atau soda abu 2 gram hingga PH 7,5–9.
Direbus bersama–sama selama 1 jam, disaring dan siap untuk
mewarnai kain.
Untuk bahan dari kayu: secang, tingi, tegeran, atau yang lainnya, 1
kg kayu/bahan pewarna ditambah 5 liter air rebus selama 1 jam,
saring dan siap untuk mewarnai.
Untuk daun: 1 kg daun (Alpukat, jambu biji, puring, dsb) ditambah air
6 liter, rebus 1 jam atau sampai air menjadi 4,5 liter, saring dan siap
untuk mewarnai.
6
Langkah pewarnaannya sebagai berikut:
Proses pewarnaan
Cara fiksasi:
7
Setelah itu cuci sampai bersih dan keringkan.
Untuk pencucian lebih bersih bisa direbus dengan air suhu 600 C
dengan ditambah sabun selama10 menit, cuci lagi dengan air dingin.
Keringkan ditempat teduh dan seterika.
Keterangan: Pelepasan lilin batik menggunakan zat warna alam
menggunakan soda abu sebagai alkalinya, tidak menggunakan
waterglass.
8
BAB II
Pengembangan zat warna alam bagi Indonesia yang merupakan daerah tropis sangat
potensial karena kaya akan jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan zat warna.
Dalam proses produksi dan penggunaan zat warna alam, bersih dan ramah lingkungan.
Menurut Hakim dkk. (1999) menghadapi abad ke 21, merupakan abad yang berorientasi
lingkungan, adanya kekhawatiran akan dampak lingkungan dari zat warna sintetik yang non-
degradable dan kadang kala menganggu kesehatan, maka keadaan ini diperkirakan akan
membangkitkan kembali citra zat warna alam. Oleh karena itu berbagai tumbuh-tumbuhan
yang mampu menghasilkan zat warna akan mempunyai prospek yang baik.
Zat warna alam Indonesia memiliki potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas
unggulan produk Indonesia memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang
unik, etnik, dan eksklusif.
9
BAB III
KESIMPULAN
Sebagai upaya pengangkatan kembali penggunaan zat warna alam untuk tekstil maka
perlu dilakukan pengembangan zat warna alam dengan melakukan eksplorasi sumber-sumber
zat warna alam dari potensi sumber daya alam Indonesia yang melimpah. Eksplorasi ini
dimaksudkan untuk mengetahui secara kualitatif warna yang dihasilkan oleh berbagai
tanaman di sekitar kita untuk pencelupan tekstil. Dengan demikian hasilnya dapat semakin
memperkaya jenis-jenis tanaman sumber pewarna alam sehingga ketersediaan zat warna alam
selalu terjaga dan variasi yang dihasilkan semakin beragam.
10
DAFTAR PUSTAKA
http://batikyogya.wordpress.com/tag/zat-warna-alam/
http://minatosandria.blogspot.com/2013/01/zat-warna-tekstil.html?m=1
http://www.s-ardi-indigo-batik.com/index.php/artikel/menu-types/55-proses-pembuatan-
batik-dengan-zpa-zat-pewarna-alam
http://amiafiyati.blogspot.co.id/2011/12/mari-gunakan-pewarna-alami.html
11