Anda di halaman 1dari 27

Makalah Fisiologi

“FISIOLOGI OTOT”

Disusun Oleh:

Ananda Dwi Cezarindy (C031181320)

Program Studi Kedokteran Hewan

Fakultas Kedokteran

Univerisitas Hasanuddin

2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya mampu tepat waktu menyelesaikan
makalah yang membahas Fisiologi Otot.

Saya sangat menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurnaan. Karena itu, saya selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari dosen dan seluruh pembaca makalah ini agar menjadi
pembelajaran dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan bagi penulis khususnya dalam rangka menunjang
pengetahuan mengenai fisiologi otot.

Makassar, 12 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

I.1 Latar Belakang ................................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

I.3 Tujuan .............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

II.1 Definisi Sistem Otot.......................................................................................3

II.2 Fungsi Otot....................................................................................................4

II.3 Jenis-Jenis Otot.............................................................................................5

II.4 Kontraksi Otot...............................................................................................7

II.5 Sistem Otot Hewan........................................................................................8

II.6 Metabolisme Sistem Otot..............................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

III.1 Kesimpulan.................................................................................................10

III.2 Saran...........................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tulang dan sendi membentuk rangka tubuh (skeleton), tetapi tidak dapat
menghasilkan pergerakan sendiri. Pergerakan dihasilkan oleh pergantian kontraksi
dan relaksasi otot, dimana terjadi perubahan energi kimia (ATP) menjadi energi
mekanik. Jaringan otot menyusun 40-50% dari berat badan total. Secara umum
fungsi jaringan otot ialah untuk pergerakan, stabilisasi posisi tubuh, mengatur
volum organ dan termogenesis, diperkirakan 85% panas tubuh dihasilkan oleh
kontraksi otot. Sifat jaringan otot adalah eksitabilitas/ iritabilitas, dapat
berkontraksi, dapat diregang tanpa merusak jaringannya pada batas tertentu, dan
elastisitas (Wangko, sunny. 2014).

Berdasarkan ciri-ciri histologik, lokasi serta kontrol sistem saraf dan


endokrin, jaringan otot dikelompokkan atas jaringan otot rangka, otot jantung, dan
otot polos. Jaringan otot rangka terutama melekat pada tulang dan berfungsi
menggerakkan bagian-bagian skeleton. Jaringan otot ini tergolong otot
bercorak/striated karena pada pengamatan mikroskopik jaringan ini
memperlihatkan adanya garis/pita gelapterang bergantian. Jaringan otot rangka
bersifat volunter karena berkontraksi dan berelaksasi di bawah kontrol kesadaran
Jaringan otot jantung juga tergolong otot bercorak tetapi kontraksinya tidak di
bawah kontrol kesadaran (Wangko, sunny. 2014).

Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ
satu dengan organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang
berfungsi untuk bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh
hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh
stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu
struktur filamen yang berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks, yaitu
filamen aktin dan miosin. Pada saat otot berkontraksi, filamen-filamen tersebut
saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibril
Oleh karena itu, banyak jenis otot yang saling berhubungan walaupun jenis otot
terdiri dari otot lurik, otot jantung, dan otot rangka. Ketiganya mempunyai fungsi
dan tujuan yang berbeda pula.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan sistem otot?
2. Apa saja fungsi dari otot?
3. Apa saja jenis-jenis otot?
4. Bagaimana kinerja kontraksi otot?
5. Bagaimana sistem otot heman vertebrata dan invertebrata?
6. Bagaimana proses metabolisme sistem otot?

I.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi sistem otot.
2. Mengetahui fungsi otot.
3. Mengetahui jenis-jenis otot.
4. Mengetahui Kinerja kontraksi otot.
5. Mengetahui sistem otot heman vertebrata dan invertebrata.
6. Mengetahui proses metabolisme sistem otot.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Definisi Sistem Otot

Otot adalah jaringan yang paling banyak terdapat pada sebagian besar
hewan, dan kontraksi otot merupakan bagian besar dari kerja seluler yang
memerlukan energi dalam suatu hewan yang aktif. Unit dasar dari seluruh jenis
otot adalah miofibril, yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang
tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat
berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi
dari mitokondria di sekitar miofibil (Razak, 2004).

Sistem Otot merupakan sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat
gerak. Otot terdiri dari sel-sel (serabut otot) yang terspesialisasi untuk kontraksi
(mengandung protein kontraktil). Sel otot memiliki kemampuan untuk
berkontraksi (memendek dan menebal) dan relaksasi (kembali ke keadaan semula)
(Campbell, 2003).

Otot rangka (skeletal muscle) merupakan organ utama dari sistem otot
yang menyusun tubuh. Sistem ini terutama terdiri dari otot lurik dan jaringan ikat,
mengatur jaringan saraf yang mengontrol kontraksi otot, dan jaringan epitel yang
melapisi bagian dalam jaringan pembuluh darah (Campbell, 2003).

Satu otot sebagai organ hanya punya satu aksi tertentu saja yaitu
menggerakkan satu bagian tertentu tubuh. Sedangkan kerjasama semua otot tubuh
sebagai satu sistem yang akan menghasilkan semua gerakan tubuh yang
terkoordinasi (Campbell, 2003).

Struktur dari otot secara keseluruhan, Jika menyentuh bagian paha pada
tubuh, maka akan merasakan sebuah otot yang besar. Yang sebenarnya yang di
rasakan adalah bagian tengah dari otot; bagian tengah merujuk pada pembesaran
badan otot diantara titik-titik penempelannya. Otot ini terdiri dari ribuan serat otot
tunggal (sel-sel otot) (Campbell, 2003).

Otot rangka yang besar dikelilingi oleh lapisan penghubung yang kenyal
yang disebut fasia. Lapisan luar dari fasia disebut epimisium. Fasia meluas dan
menempel ke tulang sebagai sebuah tendon, sebuah struktur seperti tali. Lapisan
lain dari jaringan penghubung, disebut perimisium, mengelilingi kumpulan otot
yang lebih kecil. Kumpulan otot disebut fasikulus. Serat otot secara individual
ditemukan dalam fasikulus dan dikelilingi oleh lapisan ketiga dari jaringan
penghubung yang disebut endomisium (Campbell, 2003).

Struktur dari sebuah Serat Otot Tunggal. Sel otot adalah sebuah serat otot
yang memanjang. Sebagian serat-serat otot memiliki panjang 12 inchi. Serat otot
dapat memiliki lebih dari satu nukleus dan dikelilingi oleh membran sel yang
disebut sarkolema. Pada beberapa titik membran sel menembus dalam ke bagian
dalam dari serat otot membentuk tubulus transversa. Dalam serat otot ada
retikulum endoplasma khusus yang disebut retikulum sarkoplasma (Campbell,
2003).
Setiap serat otot terdiri dari struktur silindrikal panjang yang disebut
miofibril. Setiap miofibril terbuat dari serangkaian unit kontraktil yang disebut
sarkomer. Setiap sarkomer meluas dari Z line ke Z line dan dibentuk dengan
pengaturan yang unik dari dua protein kontraktil yaitu aktin dan miosin. Z line
terjadi di ujung dari setiap sarkomer. Filamen aktin tipis meluas ke bagian tengah
dari sarkomer dari Z line. Filamen miosin yang lebih tebal terletak diantara
filamen aktin. Perluasan dari filamen miosin adalah struktur yang disebut kepala
miosin. Pengaturan aktin dan miosin dalam setiap sarkomer memberikan bentuk
lurik pada otot rangka dan otot jantung (Campbell, 2003).

Otot-otot membentuk penempelan ke struktur-struktur lain dengan tiga


cara. Pertama, tendon menempelkan otot ke tulang. Kedua, otot menempel secara
langsung (tanpa sebuah tendon) ke tulang atau ke jaringan lunak. Ketiga, sebuah
fasia yang rata, berbentuk seperti lembaran yang disebut aponeurosis dapat
menghubungkan otot ke otot atau otot ke tulang. Jadi susunan otot adalah
Miofibril-> sel otot -> berkas serabut otot->jenis otot (Razak, 2004).

II.2 Fungsi Otot


Sistem otot dalam tubuh terdiri dari otot rangka, otot jantung dan otot
polos. Otot rangka menempel terutama untuk kerangka dan bergerak secara
sukarela atau dengan refleks. Otot jantung adalah otot jantung dan berkontraksi
tanpa sadar. Dan satu lagi, otot polos ditemukan dalam pembuluh darah, mata,
folikel rambut dan dinding organ berongga seperti perut dan usus (Kus, 2004).

Sistem otot adalah alat gerak utama serta membentuk postur


tubuh.Jenisnya adalah alat gerak aktif. Gerak terjadi karena mekanisme kontraksi
serat kontraktil. Serat kontraktil terdiri dari bagian Aktin dan Miosin. Dalam otot,
disimpan glikogen yang berfungsi sebagai cadangan energi yang akan digunakan
oleh otot untuk berkontraksi. Organ yang berada dalam sistem otot ini adalah otot
lurik, otot polos, dan otot jantung. Organ penyusunnya adalah serabut dan tendon
(Kus, 2004).

Fungsi Sistem Otot (Kus, 2004) :

1. Pergerakan. Otot menghasilkan gerakan pada tulang tempat otot tersebut


melekat & bergerak dalam bagian-bagian organ internal tubuh.

2. Penopang tubuh dan mempertahankan postur. Otot menopang rangka dan


mempertahankan tubuh saat berdiri atau duduk terhadap gaya gravitasi.

3. Produksi panas. Kontraksi otot secara metabolis menghasilkan panas


untuk mempertahankan suhu normal tubuh.

Sedangkan, menurut (Irianto, 2001) :

1. Menghasilkan gerakan rangka, seperti kontraksi dan relaksasi otot yang


menempel pada rangka dapat mengggerakkan rangka.

2. Mempertahankan postur dan posisi tubuh, misalnya mempertahankan


posisi kepala saat membaca buku, berjalan dengan posisi tegak dan lain
sebagianya.
3. Mengatur pintu masuk dan keluar saluran dalam sistem tubuh, misalnya
menelan, buang air besar maupun kecil semua hal tersebut dipengaruhi
oleh otot rangka yang menyelaputinya.

4. Menyokong jaringan lunak, menggerakkan organ-organ dalam tubuh


seperti usus, jantung dan sistem tubuh lainnya.

5. Mempertahankan suhu tubuh, kontraksi rangka memerlukan energidan


menghasilkan panas untuk mempertahankan suhu normal bagi tubuh.

II.3 Jenis-Jenis Otot

1. Otot Polos

Otot polos (smooth muscle) dinamai demikian karena otot ini tidak
memiliki penampakan berlurik, ditemukan dalam dinding saluran
pencernaan, kandung kemih, arteri, dan organ internal lainnya. Sel-sel itu
berbentuk gelendong, otot polos berkontraksi lebih lambat dibandingkan
dengan otot rangka tetapi dapat berkontraksi dalam jangka waktu yang
lebih lama. Dikontrol oleh jenis saraf yang berbeda dari saraf yang
mengontrol otot rangka, otot polos bertanggung jawab atas aktivitas tubuh
tidak sadar, seperti gerakan lambung atau penyempitan arteri (Campbell,
2003).

Otot polos terdiri dari sel-sel otot polos. Sel otot ini bentuknya
seperti gelendongan, dibagian tengan terbesar dan kedua ujungnya
meruncing. Otot polos memilki serat yang arahnya searah panjang sel
tersebut miofibril. Serat miofilamen dan masing-masing mifilamen teridri
dari protein otot yaitu aktin dan miosin. Otot polos bergerak secara teratur,
dan tidak cepat lelahg. Walaupun tidur. Otot masih mampu bekerja.

Otot polos terdapat pada alat-alat dinding tubuh dalam, misalnya


pada dinding usus, dinding pembuluh darah, pembuluh limfe, dinding
saluran pencernaan, takea, cabang tenggorok, pada muskulus siliaris mata,
otot polos dalam kulit, saluran kelamin dan saluran ekskresi (Ville,1984).

Ciri-ciri otot polos :

 Bentuknya gelondong, kedua ujungnya meruncing dan dibagian


tengahnya menggelembung.

 Mempunyai satu inti sel yang terletak ditengah.

 Tidak memiliki garis-garis melintang (polos).

 Bekerja diluar kesadaran, artinya tidak dibawah pe tah otak, oleh


karena itu otot polos disebut sebagai otot tak sadar.

 Terletak pada otot usus, otot saluran peredaran darah otot saluran
kemih, dan lain lain.

 Aktivitas lambat, geraknya beruntun

 Berkontraksi dalam waktu lama

 Dikontrol oleh saraf tidak sadar dan sebagai otot tidak sadar

Cara kerja otot polos: Bila otot polos berkontraksi, maka


bagian tengahnya membesar dan otot menjadi pendek. Kerutan itu
terjadi lambat, bila otot itu mendapat suatu rangsang, maka reaksi
terhadap berasal dari susunan saraf tak sadar (otot involunter), oleh
karena itu otot polos tidak berada di bawah kehendak. Jadi bekerja di
luar kesadaran kita (Luklukaningsih, 2014).

2. Otot Lurik
Sel-sel otot lurik berbentuk silindris atau seperti tabung dan berinti
banyak, letaknya di pinggir, panjangnya 2,5 cm dan diameternya 50
mikron. Sel otot lurik ujungnya sel nya tidak menunjukkan batas yang
jelas dan miofibril tidak homogen akibatnya tampak serat-serat lintang.
Otot lurik di bedakan menjadi 3 macam, yaitu : otot rangka, otot lurik, dan
otot lingkar. Otot-otot rangka mempunyai hubungan dengan tulang dan
berfungsi menggerakkan tulang. Otot ini bila di lihat di bawah mikroskop,
maka tampak susunannya serabut-serabut panjang yang mengandung
banyak inti sel, dan tampak adanya garis-garis terang di selingi gelap yang
melintang (Ville,1984).

Otot-otot kulit seperti yang terdapat pada roman muka termasuk


otot-otot lurik berada di bawah kehendak kita. Perlekatannya pda tulang
dan kulit, tetapi ada juga terdapat dalam kulit seluruhnya. Otot-otot yang
merupakan lingkaran di sebuah otot lingkaran, misalnya otot yang
mengelilingi mulut dan mata.

Ciri-ciri otot lurik :

 Bentuknya silindris, memanjang dan tidak bercabang.


 Tampak adanya garis-garis melintang yang tersusun seperti daerah
gelap dan terang secara berselang-seling (lurik).
 Mempunyai banyak inti sel di tepi
 Bekerja dibawah kesadaran, artinya menurut perintah otak, oleh
karena itu otot lurik disebut sebagai otot sadar.
 Penyebaran otot lurik ada pada kerangka tubuh, diafragma dan
organ lain seperti lidah, bibir dan palpebra
 Melekat pada rangka
 Multinuklei

Otot lurik dikenal sebagai 2 tipe otot berikut :

a. Otot merah (Tipe I)

Otot merah memiliki myofibril relatif sedikit, tetapi


sarkoplasma dan mitokondria relatif banyak serta mioglobin dengan
jumlah yang banyak bila dibandingkan dengan otot pucat. Miofibril
membentuk lapang Cohnheim (Cohnheim’s field), mengelompok
dengan batas yang jelas.

b. Otot pucat (Tipe II)

Otot pucat memiliki myofibril banyak dan sarkoplasma dan


mitokondria relatif sedikit. Miofibril tidak membentuk lapang
Cohnheim (Cohnheim’s field) seperti pada otot merah. Otot jenis ini
memiliki kandungan mioglobin lebih sedikit dari pada otot merah.
Posisi inti lebih superficial langsung di bawah sarkolema. Otot pucat
bekerja cepat dan kuat, tetapi cepat lelah.

Cara kerja otot lurik: Bila otot lurik berkontraksi, maka menjadi
pendek dan setiap serabut turut dengan berkontraksi. Otot-otot jeis ini
hanya berkontraksi jika di rangsangan oleh rangsangan daraf sadar (otot
valunter). Kerja otot lurik adalah bersifat sadar, karena itu disebut otot
sadar, artinya bekerja menurut kemauan, karena itu di sebut otot sadar,
artinya bekerja menurut kemauan atau perintah otak. Reaksi kerja otot
lurik terhadap perangsang cepat tapi tidak tahan kelelahan.

Otot Rangka (skeletal muscle) yang dilekatkan ke tulang oleh


tendon, bertanggung jawab atas pergerakan tubuh secara sadar. Orang
dewasa memiliki jumlah sel-sel otot yang tetap, mengangkat beban dan
metode lain untuk membentuk otot tidak meningkatkan jumlah sel, tetapi
hanya memperbesar ukuran sel yang sudah ada. Otot rangka disebut juga
otot lurik (skeletal muscle) karena pengaturan filamennya yang tumpang
tindih, sehingga memberikan sel-sel itu penampakan berlurik atau bergaris
dibawah mikroskop (Campbell, 2003).

3. Otot jantung (cardiac muscle)

Otot Jantung (cardiac muscle) membentuk dinding kontraktil


jantung. Otot ini tampak lurik seperti otot rangka akan tetapi sel otot
jantung bercabang dan ujung sel-sel tersebut dihubungkan dengan cakram
berinterkalar yang merelai sinyal dari satu sel ke sel lain dalam waktu satu
denyutan jantung (Campbell, 2003).

Otot jantung merupakan otot istimewa. Otot ini bentuknya seperti


otot lurik perbedaanya ialah bahwa serabutnya bercabang dan bersambung
satu sama lain. Berciri merah khas dan tidak dapat dikendalikan kemauan.
Kontraksi tidak di pengaruhi saraf, fungsi saraf hanya untuk percepat atau
memperlambat kontraksi karena itu disebut otot tak sadar. Otot jantung di
temukan hanya pada jangtung (kor), mempunyai kemampuan khusus
untuk mengadakan kontraksi otomatis dan gerakan tanpa tergantung pada
ada tidaknya rangsangan saraf. Cara kerja otot jantung ini disebut
miogenik yang membedakannya dengan neurogonik (Ville,1984).

Ciri-ciri otot jantung :

 Otot jantung ini hanya terdapat pada jantung. Strukturnya sama


seperti otot lurik, gelap terang secara berselang seling dan terdapat
percabangan sel.
 Kerja otot jantung tidak bisa dikendalikan oleh kemauan kita,
tetapi bekerja sesuai dengan gerak jantung. Jadi otot jantung
menurut bentuknya seperti otot lurik dan dari proses kerjanya
seperti otot polos, oleh karena itu disebut juga otot spesial.
 Dibawah mikroskop tampak seperti otot lurik tetapi bercabang dan
intinya ditengah.
 Sumber energinya dari metabolism aerobic dan membutuhkan
energi lebih besar dari otot lainnya.
 Percabangan sel otot jantung terdapat jaringan ikat = Diskus
interkalaris.
 Berkontraksi secara ritmis dan terus menerus
 Dikendalikan oleh saraf tidak sadar (otonom)
 Memiliki satu inti sel di tengah sel.

II.4 Kinerja Kontraksi Otot

Penggerak Utama, Sinergis dan Antagonis. Meskipun sebagian besar


gerakan diselesaikan melalui kerjasama dari sekelompok otot, satu otot umumnya
bertanggung jawab untuk sebagian besar gerakan. Otot utama disebut penggerak
utama. Yang membantu penggerak utama adalah otot penolong yang disebut
sinergis. Sinergis bekerjasama dengan otot-otot yang lain. Sebaliknya, antagonis
adalah otot yang berlawanan aksinya dengan otot yang lain. Singkatnya, kontraksi
dari biceps brachii, penggerak utama, menarik lengan bawah ke bahu. Triceps
brachii (lengan atas bagian belakang) adalah antagonis. Dia melawan gerakan dari
biceps brachii dengan menarik lengan bawah menjauhi scapula. Otot yang
digunakan secara berlebihan dan yang kurang digunakan.

a. Antagonis

Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya
berlawanan. Jika otot pertama berkontraksi dan yang kedua berelaksasi, akan
menyebabkan tulang tertarik atau terangkat. Sebaliknya, jika otot pertama
berelaksasi dan yang kedua berkontraksi akan menyebabkan tulang kembali ke
posisi semula. Contoh otot antagonis adalah otot bisep dan trisep. Otot bisep
adalah otot yang memiliki dua ujung (dua tendon) yang melekat pada tulang
dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang memiliki
tiga jung (tiga tendon) yang melekat pada tulang, terletak di lengan atas bagian
belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot
trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi
dan otot bisep berelaksasi.

Antagonis juga adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek


gerak berlawanan, contohnya adalah:

1. Ekstensor( meluruskan) dan fleksor (membengkokkan), misalnya otot


trisep dan otot bisep.
2. Abduktor (menjauhi badan) dan adductor (mendekati badan) misalnya
gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.
3. Depresor (ke bawah) dan adduktor (ke atas), misalnya gerak kepala
merunduk dan menengadah.
4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya gerak
telapak tangan menengadah dan gerak telapak tangan menelungkup.

b. Sinergis

Sinergis juga adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak


searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus (Otot yang
menyebabkan telapak tngan menengadah atau menelungkup).
Otot sinergis adalah dua otot atau lebih yang bekerja bersama sama
dengan tujuan yang sama. Jadi, otot otot itu berkontraksi bersama dan
berelaksasi bersama. Misalnya, otot otot antar tulang rusuk yang bekerja
bersama ketika kita menarik napas, atau otot pronator, yaitu otot yang
menyebabkan telapak tangan menengadah atau menelungkup. Gerakan pada
bagian tubuh, umumnya melibatkan kerja otot, tulang, dan sendi. Apabila otot
berkontraksi, maka otot akan menarik tulang yang dilekatinya sehingga tulang
tersebut bergerak pada sendi yang dimilikinya.

Otot yang sedang bekerja akan berkontraksi sehingga otot akan


memendek, mengeras, dan bagian tengahnya menggembung. Karena
memendek, tulang yang dilekati otot tersebut tertarik atau terangkat. Kontraksi
satu macam otot hanya mampu untuk menggerakan tulang ke satu arah
tertentu. Agar tulang dapat kembali ke posisi semula, otot tersebut harus
mengadakan relaksasi. Namun relaksasi otot ini saja tidak cukup. Tulang harus
ditarik ke posisi semula. Oleh karena itu, harus ada otot lain yang berkon
traksi yang merupakan kebalikan dari kerja otot pertama. Jadi, untuk
menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi yang lain, kemudian kembali ke
posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam otot dengan kerja berbeda.

Kontraksi otot secara umum mengikuti urutan proses berikut :

1. Aksi potensial dihantarkan sepanjang saraf dan berakhir pada membran


otot
2. Pada ujung saraf dilepaskan neurotrasnmitter asetilkolin
3. Asetilkolin akan bekerja pada membran serabut otot dan membuka gate
Natrium
4. Masuknya ion Natrium dalam jumlah banyak memulai terjadinya aksi
potensial pada membran otot
5. Aksi potensial dihantarkan sepanjang membran otot sebagaimana yang
terjadi pada membran saraf
6. Aksi potensial yang terjadi di membran otot akhirnya sampai ke bagian
tengah otot yang menstimulasi retikulum sarkoplasma melepaskan ion
Kalsium
7. Ion Kalsium akan berikatan dengan troponin-C, dan ini mengawali ikatan
antara aktin dengan myosin
8. Ikatan antara aktin dan myosin menyebabkan kedua filamen ini saling
menarik ke arah tengah (sliding filament mechanism) dan inilah yang
disebut kontraksi otot
9. Setelah beberapa waktu, ion Kalsium dipompa kembali ke retikulum
sarkoplasma, lalu terjadi pelepasan ikatan antara aktin dan myosin
(relaksasi).

Kontraksi yang terjadi melalui sliding filament mechanism, akibat


terbentuknya cross-bridge yang disusun oleh filamen myosin dan aktin,
yang akan menarik aktin ke arah myosin (tengah). Kekuatan untuk
menarik diperoleh dari ATP yang tersedia di kepala myosin dan akan aktif
saat aksi potensial mencapai bagian otot.

Sistem otot memiliki karakteristik tersendiri yaitu (Lee dan Allen, 2009):

 Kontrakstibilitas, kemampuan otot untuk memendek atau berkontraksi.


 Eksitabilitas, serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi
oleh impuls saraf.
 Ekstensibilitas, serabut otot memiliki kemampuan untuk menegang
melebihi panjang otot saat rileks.
 Elastisitas, serabut otot dapat kembali ke ukuran semula setelah
berkontraksi atau menegang dalam artian lain relaksasi.

II.5 Sistem Otot Hewan

1. Sistem Otot pada Invertebrata


Pada Invertebrata sistem otot tidak serupa dengan hewan-hewan
vertebrata, pada hewan-hewan rendah seperti pada protozoa, porifera, dan
coelenterate tidak memiliki sistem tersebut.
Pada sistem otot Invertebrata dibagi menjadi dua yaitu
Eksoskeleton dan Sistem Rangka Hidrostatik. Invertebrata lain
membutuhkan sistem rangka luar untuk menutupi tubuh mereka. Masalah
ini diatasi dengan rangka luar atau Eksoskeleton. Eksoskeleton dibagi
menjadi dua yaitu:
 Body chase, merupakan eksoskeleton yang menutup seluruh
permukaan tubuh hewan. Terdiri dari sejumlah kepingan yang
disatukan pada sendi-sendi tertentu yang fleksibel.
Contoh pada Arthropoda (Serangga, Udang, Laba-laba, dll)
 Shell, merupakan eksoskeleton yang tidak ditutupi seluruh tubuh
hewan. Terdiri dari satu atau dua bagian kepingan yang tumbuh
bersama dengan tubuh hewan pemiliknya.
Contoh Hewan Bivalvia dan Molusca

Sedangkan pada sistem rangka Hidrostatik, Rangka Hidrostatik


merupakan Rangka tubuh invertebrata yang bentuknya tergantung pada
tekanan cairan tubuh. Ex: cacing pipih, cacing gilig, hewan golongan
annelida dan coelenterata.Adanya rangka hidrostatik memungkinkan
gerakan peristaltis.

Gerakan peristaltis adalah Pergerakan yang dihasilkan oleh


kontraksi otot yang ritmik dari kepala sampai ekor. Gerakan ini dapat
terjadi karena otot sirkuler dan otot longitudinal.

Pada Platyhelminthes terdapat sistem otot yang juga berfungsi


sebagai alat gerak aktif terutama berfungsi dalam mengatur gerakan
tubuhnya. Pada Nemathelminthes kita mengenal adanya otot-otot
longitudinal yang mengontrol gerakan tubuh membengkok kea rah
dorsoventral. Sementara pada Annelida kita bisa menemukan adanya otot
longitudinal dan otot melingkar pada dinding tubuh dan saluran
pencernaanya. Otot-otot inilah yang berperan dalam mengatur gerakan
pada cacing tanah, mislanya ketika memendek, memanjang dan merayap
bekerja sama denga setae.

Otot rangka Arthropoda hampir identik dengan otot rangka


vertebrata. Akan tetapi. Otot terbang pada serangga mampu melakukan
kontraksi independen dan ritmik (berirama), sehingga sayap serangga
sesungguhnya dapat mengibas lebih cepat dari potensial aksi yang tiba di
sistem saraf pusat. Mollusca, pada kelompok hewan ini sudah memiliki
jenis otot bergaris melintang. Yang menarik pada sistem otot pada kijing
atau remis, kemampuan otot yang menahan cangkangnya agar tetap dalam
keadaan menututp. Filamen tebal pada serabut otot ini mengandung suatu
protein unik yang disebut paromiosin, yang memungkinkan otot tetap
berada dalam kondisi kontraksi dengan laju konsumsi energy yang rendah
selama sekitar satu bulan (Sonic, 2008).
 Sistem otot pada cacing pipih (Platyhelminthes)
Serabut otot terbagi atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical
yang mana Sirkular terdapat di bawah epidermis dan berkontraksi
memanjang kan tubuh nya, longitudinal yang berfungsi memperpendek
tubuh nya ,dan otot serong atau vertical yang berfungsi untuk bergerak
seperti membalik,melipat dan merentangkan diri nya keseluruh arah.
 Sistem otot pada Molusca
Sebagian otot besar otot berupa otot halus yang berkontraksi lambat
namun yang dapat aktif berenag menggerakkan cangkang nya terdapat
otot halus atau lurik. Otot halus yang berfungsi untuk menutup
cangkang pada saat istirahat dan otot lurik yang berfungsi untuk
menimbulkan gerakan berenang.
 System otot pada Arthropoda
Pada mosculer sangat kompleks ukuran maupun otot-otot tubuh yang
banyak jumlah nya dan bersendi dan otot melekat pada permukaan
dalam rangka luar.

2. Sistem Otot pada Vertebrata


Pada hewan vertebrata, seperti halnya pada manusia, otot-otot yang
menyusun tubuhnya terdiri atas otot rangka (otot skelet), otot polos dan
otot jantung. Fungsi sistem otot pada hewan vertebrata juga serupa seperti
halnya pada manusia sebagai alat gerak aktif melalui kontraksinya.
Penamaan pada otot rangka, misalnya pada katak pun hampir serupa
dengan pada manusia.
 Pisces
Pada ikan dan hewan-hewan vertebrata lain, hewan-hewan
ini mempunyai otot, seperti otot-otot pada kepala dan badan. Otot
badan pada ikan Sistem otot pada ikan yakni penggerak tubuh,
berupa sirip-sirip, Otot-otot di seluruh tubuh secara teratur
bersegemen, bergerak ketika mengadakan gerakan berenang.
Sistem perototan atau muscularis pada ikan adalah sama seperti
pada sistem perototan vertebrata lainnya yang terdiri dari otot
rangka, otot polos, dan otot jantung.
Sistem muscularis yang paling sederhana ditemukan pada
kelompok Cyclostomata karena posisi evolusinya dan tidak adanya
spesialisasi pada ototnya. Berdasarkan bentuknya, otot pada ikan
terbagi atas Cyclostomine yang dimiliki oleh kelompok Agnatha
dan Piscine yang dimiliki oleh kelompok Osteichthyes dan
Condrichthyes. Pada kelompok Cyclostomine, bentuk myomere
terdiri dari satu lekukan kedalam dan dua lekukan keluar dimana
ujungnya tumpul. Sedangkan pada myomere penyusun otot piscine
memiliki lekukan yang ujungnya tajam. Penyebutan otot rangka
pada ikan tergantung dari sistem gerak yang dilakukan, lokasi otot,
struktur otot dan pergerakannya (Ville, 1984).
 Aves
Pada burung otot badan sangat temodifikasi, dengan ada
pada sayap yang berperan untuk terbang dengan adanya persatuan
yang kokoh antara vertebrata thoracale dan vertebrata lumbale otot
ini kurang berfungsi kecuali di daerah leher. Otot badan sangat
temodifikasi, dengan ada nya modifikasi mussculi apendiculares
dan lebih berkembang di bagian pelvis dan pada burung juga di
temukan otot sphinchter colli yang berfungsi untuk mengusir
serangga yang hinggap di tubuhnya (Sonic, 2008).

 Amphibi
Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan
mioton primitif, terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental
mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot besar (Huda,
2017).
 Reptil
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit,
karena gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan
kaki tumbuh baik, walaupun kurang jika dibandingkan pada
mammalia. Segmentasi otot jelas pada kolumna vertebralis dan
rusuk (Huda, 2017) .
 Mamalia
Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular
dorsal. Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum
mempunyai 4 buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor
dimulai pada lunas tulang sternum, dan menarik tulang humerus
kebawah (berarti menarik sayap ke bawah). Sebaliknya, otot
pektoralis minor menarik sayap ke atas (Huda, 2017).

Sistem otot pada hewan avertebrata atau Alat gerak hewan pada
umumnya merupakan kontraksi sel-sel khusus (otot) material kontraksi
yang disebut sebagai aktomiosin .pada dasar nya sama baik otot polos
lurik maupun otot jantung vertebrata maupun avertebrata (Ville, 1984).

Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan


gerak mekanik itu. Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri
demi kelangsungan kontraksi otot. Hampir semua jenis makhluk hidup
memilki kemampuan untuk melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan
ini dapat berupa transport aktif melalui membran, translokasi polimerase
DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot (Ville,
1984).

II.6 Metabolisme Sistem Otot

Kontraksi otot terjadi karena adanya rangsangan. Namun, untuk


menggerakan otot biasanya diperlukan suatu rangkaian rangsangan yang
berurutan. Rangsangan pertama akan diperkuat oleh rangsangan kedua,
rangsangan kedua akan diperkuat oleh rangsangan ketiga, dan begitu seterusnya.
Maka dengan demikian akan terjadi tonus, atau ketegangan, yang maksimum.
Tiap rangsangan yang diberikan akan menimbulkan potensi aksi, yang akan
menghasilkan kontraksi otot tunggal pada serabut otot.

Jika setelah berkontraksi otot tersebut mencapai relaksasi penuh, kemudian


potensi aksi kedua diberikan, akan terjadi kontraksi tunggal yang kekuatanya
sama dengan kontraksi yang pertama tadi. Jika potensi aksi yang kedua diberikan
saat otot belum mencapai relaksasi penuh dari relaksasi pertama akan terjadi
kontraksi tambahan pada puncak kontraksi pertama. Ini dinamakan penjumlahan
kontraksi. bila otot diberikan rangsangan yang sangat cepat, tetapi masih ada
relaksasi diantara dua rangsangan, akan terjadi keadaan yang dinamakan tetanus
tidak sempurna. Jika tidak ada kesempatan relaksasi diantara kedua rangsangan,
akan terjadi kontraksi dengan kekuatan maksimum yang disebut tetanus sempurna
(Razak, 2004).

Kontraksi dan Relaksasi membutuhkan peran dari Kalsium dan ATP.


Adenosin triphosphate (ATP) dan kalsium memainkan peran yang penting dalam
kontraksi dan relaksasi otot. ATP membantu kepala miosin membentuk dan
memecahkan crossbridges dengan aktin. Meskipun demikian, ATP dapat
menjalankan perannya hanya jika ada kalsium. Bila otot relaksasi, kalsium
disimpan dalam retikulum sarkoplasma, jauh dari aktin dan miosin. Bila otot
dirangsang, kalsium dikeluarkan dari retikulum sarkoplasma dan menyebabkan
aktin, miosin, dan ATP berinteraksi. Kontraksi otot kemudian terjadi. Bila kalsium
dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma, jauh dari aktin dan miosin, dan ATP,
crossbridge pecah, dan otot relaksasi. Perhatikan bahwa ketersediaan kalsium
terhadap protein aktin dan miosin kontraktil perlu untuk kontraksi otot.

Dalam sistem mekanisme kerja otot, komponen yang berperan dalam


kontraksi otot adalah dua set filamen, yaitu filamen aktin yang tipis dan filamen
miosin yang tebal. Kedua jenis filamen tersebut menyusun sebuah serabut otot.
Setiap serabut otot diatur sebagai ikatan unit kontraktil yang disebut sarkomer.
Sarkomer ini yang membuat penampakan bergaris atau lurik pada otot rangka atau
otot jantung. Sarkomer terdiri dari beberapa daerah. Ujung tiap sarkomer disebut
garis Z; terdapat daerah gelap yang disebut daerah A yang hanya terdiri dari
filamen miosin, berselang seling dengan daerah terang yang disebut daerah I yang
hanya terdiri dari aktin; ditepi daerah A filamin aktin dan miosin saling tumpang
tindih; sedangkan daerah tengah hanya terdiri dari miosin yang terdiri dari zona
H; filamen aktin terikat; filamen miosin terikat pada garis M di bagian tengah
sarkomer (Irianto, 2004).

Saat kontraksi filamen aktin bergeser di antara miosin kedalam zona H,


Sehingga serabut otot memendek. Panjang pita A tetap, sedangkan pita I dan zona
H menjadi lebih pendek. Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu miosin yang
tersusun secara pararel. Ujung miosin mengikat ATP kemudian mengubahnya
menjadi ADP, melepaskan beberapa energi ke miosin yang kemudian berubah
bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin berenergi tinggi tersebut
berikatan dengan aktin dengan kedudukan tertentu yang akan membentuk
jembatan silau. Lalu energi yang terdapat pada miosin dilepaskan, dari ujung
miosin beristirahat dengan energi rendah. Keadaan inilah yang dinamakan
relaksasi. Relaksasi tersebut, mengubah sudut perlekatan yang sebelumnya ada di
ujung miosin menjadi di ekor miosin. Ikatan antara miosin energi rendah dan aktin
akan terpecah saat molekul ATP baru bergabung dengan ujung miosin. Kemudian
proses kontraksi akan terjadi lagi berulang membentuk siklus (Wulangi dan
Kartolo, 2000).

Sumber energi kontraksi otot, terdapat 3 jenis sumber energi untuk


kontraksi otot rangka

1) Fosfokreatin yang mengandung banyak ATP dan dapat langsung digunakan


oleh otot tetapi cepat habis (sekitar 5-8 detik)

2) proses glikolisis dari glikogen membentuk asam piruvat dan asam laktat.
Reaksi ini tidak memerlukan oksigen dan pembetukan energi 2,5 kali lebih cepat
dari mekanisme fosforilasi oksidatif. Namun karena akumulasi asam laktat
biasanya otot mudah mengalami kelelahan dalam beberap menit
3) Fosforilasi oksidatif merupakan kombinasi antara oksigen dengan produk
glikolisis tetapi membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkan energi.
Umumnya 95% sumber energi otot didapatkan dari sumber ini.

Neuromuscular junction adalah daerah pertemuan atau sinaps antara


membran sel saraf dan membran otot. Di daerah inilah terjadi stimulasi dari
bagian saraf ke bagian otot melewati proses yang disebut transmisi sinaptik
kimiawi dengan pelepasan asetilkolin.Asetilkolin yang dipeaskan dari bagian saraf
selanjutnya akan diterima oleh reseptor yang berada di bagian otot, sehingga
ikatan antara asetilkolin dengan reseptornya memicu masuknya ion Natrium ke
dalam selsel otot sehingga terjadi aksi potensial di otot dan hal inilah yang
menginisiasi kontraksi otot. Bagian otot yang berada di daerah neuromuscular
junction ini biasa disebut motor end plate (Webb, 2003).

Konsentrai neurotransmiter asetilkolin menentukan kecepatan dan


kekuatan kontraksi otot yang terjadi, dan dalam sinaps tersedia enzim
asetilkolinesterase yang akan menginaktivasi asetilkolin agar kontraksi otot tidak
terjadi terus menerus. Juga terdapat beberapa zat yang dapat menghambat
neurotransmitter yang secara normal menginhibisi konduksi sinyal akibat ikatan
antara asetilkolin dengan reseptornya seperti GABA dan glysin, yang jika hal ini
terjadi akan terjadi konduksi terus menerus sehingga terjadi tetani. Sebaliknya jika
asetilkolin tidak cukup banyak atau tidak mencapai reseptornya oleh karena suatu
sebab (obat, racun, toksin bakteri) maka kontraksi tidak akan terjadi pada otot.
Jadi hubungan antara neurotransmitter asetilkolin dengan reseptornya, juga
kehadiran asetilkolinesterase dan rangsangan inhibisi oleh neurotrasmitter lainnya
sangat penting untuk membentuk kontraksi otot yang normal (Webb, 2003).
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

1. Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan


kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau
serabutnya.
2. Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya
memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi
pendek.
3. Sistem otot adalah sistem tubuh yang memiliki fungsi untuk alat
gerak, menyimpan glikogen dan menentukan postur tubuh.
4. Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang
polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai
kehendak) invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah
sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti:
lambung dan usus. Otot Lurik (otot rangka). Otot rangka
merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara
kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan
banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi
sel.
5. Sifat-sifat otot, antara lain:
 Kontraksibilitas yaitu kemampuan otot untuk memendek dan lebih
pendek dari ukuran semula, hal ini teriadi jika otot sedang
melakukan kegiatan.
 Ektensibilitas, yaitu kemampuan otot untuk memanjang dan lebih
panjang dari ukuran semula.
 Elastisitas, yaitu kemampuan otot untuk kembali pada ukuran
semula.
6. Pada sistem otot Invertebrata dibagi menjadi dua yaitu
Eksoskeleton dan Sistem Rangka Hidrostatik.
7. Pada hewan vertebrata, seperti halnya pada manusia, otot-otot yang
menyusun tubuhnya terdiri atas otot rangka (otot skelet), otot polos
dan otot jantung.
8. Kontraksi dan Relaksasi membutuhkan peran dari Kalsium dan
ATP. Adenosin triphosphate (ATP) dan kalsium memainkan peran
yang penting dalam kontraksi dan relaksasi otot.

III.2 Saran

a. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

b. Semoga dengan adanya materi pada makalah ini bisa menunjang pambelajaran
dan diskusi.

c. Penyusun makalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi


kelancaran dan kesempurnaan penyusunan makalah berikutnya
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga.

Huda, Syafa'at A. 2017. Jenis Herpetofauna Di Cagar Alam Dan Taman Wisata
Alam Pengandaran Jawa Barat. Jurnal Pendidikan Sains. Vol 6, No.1: (41–
46).

Irianto, Koes. 2001. Anatomi dan Fisiologi. Bandung: ALFABETA.

Kus. Irianto. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis.
Gramedia: Jakarta.

Lee, John A. dan David G. Allen. 2009. Cellular mechanisms of fatigue in skeletal
muscle. American Journal of Physiology. Vol 261, No. 2: (195-201).

Luklukaningsih, Zuyina. 2014. Anatomi Fisiologi dan Fisioterapi. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Razak. Datu. 2004. Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Unhas. Jakarta:


Gitamedia.

Sonic, R. 2008. Regulation of Skeletal Muscle Physiology and Metabolism by


Peroxisome Proliferator-Activated Receptor. Pharmacological Journal.
Vol 61, No. 3 : (373-380).

Ville dkk. 1984. Zoologi Umum. Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.


Wangko, Sunny. 2014. Jaringan Otot Rangka Sistem Membran Dan Struktur
Halus Unit Kontraktil. Jurnal Biomedik. Vol 6, No.3 : (27:32).

Webb, R. Clinton. 2003. Smooth Muscle Contraction and Relaxation. Advanced


in Physiology Education Journal. Vol 27, No. 4 : (201-206).

Wulangi, S. Dan Kartolo P.N. 2000. Prinsip-prinsip Fisiologi Manusia. Bandung:


Depdikbud.

Anda mungkin juga menyukai