Prodi : PKO NIM : 1602619067 Dosen : Dr. Ir. Fatah Nurdin, M.M Kosek : 1000000033
Mengapa dan Bagaimana PAI Diajarkan di Perguruan Tinggi
Makna Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. melalui Malaikat Jibril alaihis salam; kemudian Nabi Muhammad saw. menyampaikan agama Islam itu kepada umatnya melalui pengajaran, bimbingan, dan keteladanan. Agama Islam model ini berlaku hingga akhir zaman, yang ajaran aslinya dilestarikan oleh ulama pewaris nabi (Al- Ulama u hum waratsatul- anbiya." Artinya para ulama adalah pewaris nabi). Agama Islam model inilah yang perlu diajarkan di PT. Pengajaran PAI di PT salah satunya untuk membekali para mahasiswa yang berlatar belakang minim dalam pengetahuan agama, karena minimnya juga pembelajaran agama dengan itu muncul juga pesantren-pesantren kilat yang dibanjiri oleh para pelajar dan mahasiswa peminat dalam kurikulum PT. Bersamaan Pada tahun 1983 pemerintah menetapkan sistem Satuan Kredit Semester (SKS) dengan membatasi (mengurangi) jumlah SKS pada program Strata-1 (144-160 SKS), Strata-2, dan Strata-3 (S1, S2, S3), menghilangkan program Sarjana Muda, membuka program Diploma (D1, D2, D3), dan menerapkan Normalisasi Kegiatan Kampus (NKK) dengan membubarkan Dewan Mahasiswa (di tingkat universitas institut) dan Senat Mahasiswa Konsekuensinya pendidikan agama dibatasi pula yaitu hanya 2 SKS sepanjang mahasiswa menempuh program pendidikan S1, dengan catatan rektor PT boleh menambahkan jumlah SKS untuk pendidikan agama. Oleh karena itu, beberapa PT (seperti ITB, UPI, UGM, UNJ, dan UNP) menyelenggarakan pendidikan agama lebih dari 2 SKS. (di tingkat fakultas). Sumber psikologis tentang perlunya pembelajaraan PAI di PT yaitu, alasan mengapa PAI harus diajarkan di PT yang pertama : PAI perlu diajarkan di PT karena negara wajib menjaga keberagamaan para warganya. Yang kedua : PAI tidak perlu diajarkan di PT karena agama merupakan urusan pribadi, keluarga, dan institusi keagamaan dan negara tidak perlu ikut campur dalam urusan agama. Di negara ini banyak berbagai macam agama seperti Islam (mayoritas), Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu bahkan Ateis (Tidak memiliki agama). Ada penganut suatu agama berpindah ke agama lain yang kita ketahui disebut konversi agama. Terjadinya konversi ini secara teoretis karena ada factor – factor yang mempengaruhinya, terutama pendidikan agama. Terkaitnya dengan pengajaran PAI di PT perlu dikaji teori – teori melalui pengajaran baik diskusi ataupun yang lain tentang cara menyadarkan mahasiswa untuk selalu membutuhkan tuhan, mendekati tuhan, menyembah tuhan, dan mentaati perintah tuhan, menjauhi larangan tuhan, serta beragama secara benar dan toleran. Dalam kasus konversi agama terdapat 5 tahapan konversi agama seperti; masa tenang I, masa gelisah I, masa konversi, masa gelisah II, masa tenang II. Sumber Sosial-Budaya tentang perlunya Pembelajaran PAI di PT yaitu, secara teoretis masyarakat muslim di Indonesia dapat dipilah menjadi dua sub-kultur, yaitu santri dan muslim biasa (bukan santri). Santri yang dimaksud bukanlah masyarakat yang tinggal di pesantren atau pernah belajar di pesantren, melainkan masyarakat muslim yang taat menjalankan ajaran menjalankan Islam. Serendah-rendahnya tingkat masyarakat Indonesia, mereka tetap mementingkan agama pengamalan ajaran agama. Hal ini semakin tampak antara lain pada perubahan beragama generasi sekarang dibanding generasi sebelumnya. Banyak pelajar dan mahasiswa yang berlatar belakang keluarga muslim biasa, akhirnya menjadi muslim santri. Perubahan ini bermula dari "revolusi" pembelajaran agama melalui tutorial agama di kampus, pesantren kilat, berdirinya masjid-masjid, Taman Pendidikan Al- Quran (TPA), pembudayaan jilbab, berdirinya sekolah-sekolah Islam berkelas, serta membludaknya jamaah haji terjadi sejak tahun 1990-an. Salah satu sumber historis tentang perlunya pembelajaraan PAI di PT yaitu, secara historis bangsa Indonesia memiliki dua sistem pendidikan, merupakan sedangkan sekolah merupakan model pendidikan yang diadopsi dari penjajah Belanda. Keunggulan model pesantren adalah kaya dalam pengembangan keberagamaan dan moralitas, tetapi lemah dalam pengembangan ilmu dan teknologi. Sebaliknya, model sekolah unggul dalam pengembangan ilmu dan teknologi, tetapi lemah dalam pengembangan keberagamaan dan moralitas. Salah satu sumber yuridis tentang perlunya pembelajaraan PAI di PT yaitu, UU NO. 12 TAHUN 2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang berisi antara lain penegasan bahwa di PT wajib diajarkan mata kuliah Pendidikan Agama secara mandiri. Ada 2 pandangan berbeda mengenai pendapat tentang pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi (PT). Mata kuliah PAI di PT memiliki landasan psikologis, sosial- budaya, historis Landasan psikologis penyelenggaraan PAI di PT adalah bahwa manusia itu makhluk teogenetis atau teis (bukan ateis) dan butuh kepada Tuhan, terutama ketika dirinya diuji dengan kesulitan hidup yang sangat berat. PAI berperan menyadarkan mahasiswa agar selalu butuh dengan Tuhan. Terjadinya korversi agama mengindikasikan bahwa manusia selalu kembali kepada Tuhan dan selalu mencari agama, mazhab, dan ajaran yang benar. PAl berperan menyajikan informasi yang jelas dan benar tentang agama. Tidak adanya pembelajaran PAI di PT akan mengakibatkan larinya para mahasiswa kepada organisasi- organisasi atau kelompok-kelompok keagamaan yang menyuguhkan kebahagiaan semu, masyarakat, dan pemerintah. filosofis-ideologis, dan yuridis formal yang sangat yang Justru bertentangan dengan agama, masyarakat, dan pemerintah. Kesimpulan : Mahasiswa harus dibekali sebanyak-banyaknya materi PAI salah sataunya yang minim akan pentingnya agama dan meningkatkan pemahaman tentang tauhid. Pendidikan agama perlu di terapkan agar mereka tidak akan lupa apa yang telah mereka pelajari, apalagi dengan zaman yang seperti ini yang tidak tau arah nya entah kemana. Oleh karena itu, mahasiswa sebaik mungkin agar pemahaman dan pengalaman tentang agama islam semakin bertambah baik.