Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat yang dicurahkan-Nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah “asuhan keperawatan pada kala 1” dengan tepat waktu.
Terima kasih kepada Ibu Sri Wahyuningsih, SST. M.Keb, selaku dosen pembimbing, teman-
teman, dan juga orang tua, atas dorongan yang telah diberikan kepada penulis sehingga konsep
kajian ini dapat terbentuk.

Asuhan Keperawatan pada kala I ini juga tidak luput dari kekurangan dan kekeliruan
yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan literatur yang sangat kurang yang ada pada
kami, kepada dosen kami mohon maaf. Kami menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh
dari sempurna, segala sumbang saran, gagasan, pemikiran dan koreksi dari semua pihak yang
dapat memperkaya, menambah kelengkapan tulisan ini sangat kami harapkan.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama bagi kami sendiri, dan
dapat berguna dimasa yang akan datang. Aamiin.

Lumajang, 21 Februari 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
2.1 Definisi ............................................................................................................................. 2
2.2 Karakteristik ..................................................................................................................... 2
2.3 Penyulit/Kelainan ............................................................................................................. 3
2.3.1 Distosia kelainan presentasi dan posisi (mal posisi) ................................................. 3
2.3.2 Distosia karena kelainan HIS .................................................................................... 3
2.3.3 Distosia karena kelainan alat kandungan................................................................... 5
2.3.4 Distosia karena kelainan janin ................................................................................... 7
2.4 Pengkajian ........................................................................................................................ 8
2.4.1 Keluhan ...................................................................................................................... 8
2.4.2 Pengkajian Riwayat Obstetrik ................................................................................... 9
2.4.3 Pemeriksaan Fisik ...................................................................................................... 9
2.5 Diagnosa Keperawatan yang Muncul .............................................................................. 9
2.5.1 Nyeri Akut ................................................................................................................. 9
2.5.2 Defisit Volume cairan ................................................................................................ 9
2.5.3 Ansietas ................................................................................................................... 10
2.6 Intervensi dan Rasional .................................................................................................. 10
2.6.1 Nyeri Akut ............................................................................................................... 10
2.6.2 Kekurangan volume cairan ...................................................................................... 11
2.6.3 Ansietas ................................................................................................................... 11
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan


yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir. Persalinan adalah
suatu proses dimana seorang wanita melahirkan bayi yang diawali dengan kontraksi uterus
yang teratur dan memuncak pada saat pengeluaran bayi sampai dengan pengeluaran plasenta
dan selaputnya dimana proses persalinan ini akan berlangsung selama 12 sampai 14 jam.
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

Persalinan saat ini menjadi momok yang ditakutkan dikalangan ibu, khususnya ibu hamil.
Tidak sedikit ibu dan bayinya mengalami kegawat daruratan dan sampai pada akhirnya tak
dapat terselamatkan yang pada akhirnya menyebabkan meningkatnya angka kematian ibu dan
anak. Akan tetapi hal tersebut dapat diminimalisir dengan asuhan persalinan.

Sejak tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan persalinan di fasilitas pelayanan
kesehatan sebagai salah satu indikator upaya kesehatan ibu, menggantikan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan. (DepKes, 2018).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan mengambil rumusan masalah


sebagai berikut :
a. Apa definisi kala 1 ?
b. Karakteristik yang terjadi pada kala 1 ?
c. Apa saja kelainan persalinan yang ada pada kala I ?
d. Pengkajian apa yang dilakukan pada pasien kala 1 ?
e. Diagnosa keperawatan apa saja yang muncul pada pasien kala 1 ?
f. Intervensi keperawatan apa saja yang dilakukan pada pasien kala 1 ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi
menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. (Kurniarum, 2016)

a. Fase laten persalinan


 Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan servix
secara bertahap
 Pembukaan servix kurang dari 4 cm Biasanya berlangsung di bawah hingga 8
jam
b. Fase aktif persalinan
 Fase ini terbagi menjadi 3 fase yaitu akselerasi, dilatasi maximal, dan deselerasi
 Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap
adekuat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan
berlangsung selama 40 detik atau lebih
 Servix membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih
perjam hingga permbukaan lengkap (10 cm)
 Terjadi penurunan bagian terendah janin. (Kurniarum, 2016)

2.2 Karakteristik

Karakteristik kala 1 sebagai berikut :

 Kala I dimulai dengan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur &
meningkat (frekuensi & kekuatannya) hingga servix membuka lengkap (10 cm).
 Kala I adalah tahap terpanjang, biasanya berlangsung 12 jam untuk primigravida dan 8
jam untuk multigravida.
 Selaput membrane amnion atau selaput janin biasanya pecah selama tahap ini.
 Peningkatan curah jantung ibu dan denyut nadi ibu bisa meningkat.
 Penurunan motilitas/gerakan gastrointestinal, yang menyebabkan peningkatan waktu
pengosongan lambung.

2
 Ibu mengalami rasa sakit yang terkait dengan kontraksi uterus saat serviks membuka
dan menipis. (Karjatin, 2016)
 Pada umumnya ibu akan mengeluarkan darah sedikit atau sedang dari serviks.
(Kurniarum, 2016).

2.3 Penyulit/Kelainan

2.3.1 Distosia kelainan presentasi dan posisi (mal posisi)

Pengertian Malposisi adalah kepala janin relatif terhadap pelvis degan oksiput sebagai
titik referensi, atau malposisi merupakan abnormal dari vertek kepala janin (dengan ubun-
ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Dalam keadaan malposisi dapat terjadi
partus macet atau partus lama. Penilaian posisi normal apabila kepala dalam keadaan fleksi,
bila fleksi baik maka kedudukan oksiput lebih rendah dari pada sinsiput, keadaan ini disebut
posisi oksiput transversal atau anterior. Sedangkan keadaan dimana oksiput berada di atas
posterior dari diameter transversal pelvis adalah suatu malposisi.

Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam keadaan fleksi
dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi sehingga kepala defleksi. Hasil pemeriksaan untuk
mendiagnosa malposisi:

a. Pemeriksaan abdominal: bagian terendah abdomen datar, bagian kebagian terendah


abdomen datar, bagian kecil janin teraba bagian anterior dan DJJ dibagian samping
(flank)
b. Pemeriksaan vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput dianterior akan mudah teraba
bila kepala defleksi.

2.3.2 Distosia karena kelainan HIS

1) False labour (persalinan palsu/belum inpartu)


His belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang. Periksa adanya
infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya infeksi obati secara
adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan. (Kurniarum, 2016)
2) Persalinan lama
Persalinan lama paling sering terjadi pada primigravida dan dapat disebabkan oleh:
 Kontraksi uterus yang tidak efektif
 Disproporsi sefalopelvik
 Posisi oksipitoposterior (Kurniarum, 2016)

3
3) Prolonged latent phase (fase laten yang memanjang)
Fase laten persalinan lama dapat didiagnosis secara tidak akurat jika ibu mengalami
persalinan palsu. Menurut Prawirohardjo, 2007 menyatakan bahwa pembukaan serviks
tidak melewati 3 cm sesudah 8 jam in partu. (Kurniarum, 2016)
4) Prolonged active phase (Fase aktif memanjang)
Fase aktif ditandai dengan peningkatan laju dilatasi serviks, yang disertai dengan
penurunan bagian presentasi janin. Kemajuan yang lambat dapat didefinisikan sebagai
durasi total persalinan atau kegagalan serviks untuk berdilatasi dengan kecepatan
perjam yang telah ditetapkan. Kecepatan dilatasi 1 cm perjam paling banyak digunakan,
tetapi pemeriksaan vagina tidaklah tepat, dengan adanya kemungkinan variasi antar
pemeriksa. Fase aktif yang memanjang disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor
yang meliputi serviks, uterus, fetus dan pelvis ibu. (Kurniarum, 2016)
5) Inersia Uteri Hipotonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk melakukan
pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Diisi kekuatan his lemah dan
frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan kurang baik seperti
anemia, uterus yang terlalu teregang, misalnya akibat hidramnion atau kehamilan
kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada penderita dengan
keadaan emosi kurang baik. (Kurniarum, 2016)
6) Inersia Uteri Hipertonik
Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai melebihi
normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah dan bawah
uterus sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong bayi keluar.
(Kurniarum, 2016)
7) His Yang Tidak Terkoordinasi
Sifat his yang berubah–ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar kontraksi
dan bagian–bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan pembukaan,
apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi kontraksi tetapi bagian
tengah tidak, sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran kekejangan yang
mengakibatkan persalinan tidak maju. (Kurniarum, 2016)

4
2.3.3 Distosia karena kelainan alat kandungan

1) VULVA

Kelainan yang bisa menyebabkan kelainan vulva adalah oedema vulva, stenosis
vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan
fistula. (Kurniarum, 2016)

a. Oedema vulva
Bisa timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala preeclampsia akan tetapi
dapat pula mempunyai sebab lain misalnya gangguan gizi. Pada persalinan lama dengan
penderita dibiarkan mengejan terus, dapat pula timbul oedema pada vulva. Kelainan ini
umumnya jarang merupakan rintangan bagi kelahiran pervaginam. (Kurniarum, 2016)
b. Stenosis vulva
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-
ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan kesulitan. Walaupun
pada umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomy, yang cukup luas.
Kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali hingga hanya orifisium
uretra eksternum yang tampak dapat pula terjadi. Penanganan ini ialah mengadakan
sayatan median secukupnya untuk melahirkan kepala. (Kurniarum, 2016)
c. Kelainan bawaan
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos,
hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi. (Kurniarum, 2016)
d. Varises
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina,
vulva dan wasir, tetapi dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena reaksi sistem
vena pembuluh darah seperti otot – otot ditempat lain melemah akibat hormone estroid.
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat menjadi fatal
dan dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus di jahit baik dalam
kehamilan maupun setelah lahir. (Kurniarum, 2016)
e. Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma di jaringan ikat yang renggang di vulva,
sekitar vagina atau ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena
trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar, bila

5
hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan darah harus
dikeluarkan. (Kurniarum, 2016)
f. Peradangan
Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat terjadi
akibat infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorrhea, trikomoniasis. (Kurniarum, 2016)
g. Kondiloma akuminta
Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai jengger ayam
jago. Berlainan dengan kondiloma akumilatum permukaan kasar papiler, tonjolan lebih
tinggi, warnanya lebih gelap. Sebaiknya diobati sebelum bersalin. Banyak penulis
menganjurkan insisi dengan elektrocauter atau dengan tingtura podofilin.
Kemungkinan ada penyebab rangsangan tidak diberantas lebih dahulu atau penyakit
primernya kambuh. (Kurniarum, 2016)
h. Fistula
Fistula vesikovaginal atau fistula rektovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin
sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan. Tekanan lama antara kepala
dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan lokal dalam
5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi inkontinensia alvi. Fistula kecil
yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup
merupakan kontra indikasi pervaginam. (Kurniarum, 2016)
2) Vagina

Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah:

a. Kelainan vagina
Pada aplasia vagina tidak ada vagina ditempatnya introitus vagina dan terdapat
cekungan yang agak dangkal atau yang agak dalam. Terapi terdiri atas pembuatan
vagina baru beberapa metode sudah dikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini
sebaiknya dilakukan pada saat wanita bersangkutan akan menikah. Dengan demikian
vagina dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan dapat menyempit. Pada
atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi sehingga terdapat satu septum yang
horizontal, bila penutupan vagina ini menyeluruh, menstruasi timbul namun darahnya
tidak keluar, namun bila penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan timbul
kesulitan kecuali mungkin pada partus kala II. (Kurniarum, 2016)
b. Stenosis vagina congenital

6
Jarang terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina
secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum lengkap
biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup
lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin. Septum tidak lengkap kadang-kadang
menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu. Stenosis
dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang
tetap laku dalam kehamilan dan merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu
ditimbangkan section caesarea. (Kurniarum, 2016)
c. Tumor vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginam, adanya tumor vagina
dapat juga menyebabkan persalinan pervaginam dianggap mengandung terlampau
banyak resiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah
persalinan dapat berlangsung secara pervaginam atau diselesaikan dengan section
caesarea. (Kurniarum, 2016)
d. Kista vagina
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam
vagina bagian proksimal, ditengah, distal dibawah orifisum uretra eksternal. Bila kecil
dan tidak ada keluhan dapat dibiarkan tetapi bila besar dilakukan pembedahan.
Marsupialisasi sebaiknya 3 bulan setelah lahir. (Kurniarum, 2016)
3) Uterus

Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan adalah distosia servikalis.


Karena disfungtional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. Kala I serviks
uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi sehingga merupakan lembaran kertas
dibawah kepala janin. Diagnosis dibuat dengan menemukan lubang kecil yakni ostium
uteri eksternum ditengah-tengah lapisan tipis atau disebut dengan konglutinasio orifisii
eksterni bila ujung, dimasukan ke orifisum ini biasanya serviks yang kaku pada
primitua sebagai akibat infeksi atau operasi. (Kurniarum, 2016)

2.3.4 Distosia karena kelainan janin

1) Bayi Besar (Makrosomia)


Pengertian Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari
4000 gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi

7
5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang
lebih dari 4500 gram adalah 0,4%. (Kurniarum, 2016)
2) Hidrosefalus

Pengertian Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan


bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Cairan yang tertimbun dalam
ventrikel biasanya antara 500 – 1500 ml akan tetapi kadang – kadang dapat mencapai
5 liter. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara absorbsi dan produksi
cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat dari penyakit
atau kerusakan otak. Adanya kelainan – kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi
besar serta terjadi pelebaran sutura dan ubun-ubun. (Kurniarum, 2016)

3) Anensefalus
Pengertian Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang
tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung
syaraf (suatu kelainan yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
kerusakan pada jaringan pembentuk otak dan korda spinalis). (Kurniarum, 2016)
4) Janin Kembar Siam
Pengertian Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya
bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal berpisah secara
sempurna. Kemunculan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000
kelahiran. Yang bisa bertahan hidup antara 5% dan 25 % dan kebanyakan (75%)
berjenis kelamin perempuan. (Kurniarum, 2016)

2.3.5 Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir

a. Kesempitan Pintu Atas Panggul (PAP)


b. Kesempitan Bidang Tengah Pelvis
c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

2.4 Pengkajian

2.4.1 Keluhan

Kaji alasan klien datang ke rumah sakit. Alasannya dapat berupa keluar darah bercampur
lendir (bloody show), keluar air–air dari kemaluan (air ketuban), nyeri pada daerah pinggang
menjalar ke perut/kontraksi (mulas), nyeri makin sering dan teratur. (Karjatin, 2016)

8
2.4.2 Pengkajian Riwayat Obstetrik

Kaji kembali HPHT, taksiran persalinan, usia kehamilan sekarang. Kaji riwayat
kehamilan masa lalu, jenis persalinan lalu, penolong persalinan lalu, kondisi bayi saat lahir.
Kaji riwayat nifas lalu, masalah setelah melahirkan, pemberian ASI dan kontrasepsi. (Karjatin,
2016)

2.4.3 Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum, kesadaran, tanda–tanda vital (TTV) meliputi tekanan darah, nadi,
suhu, respirasi, tinggi badan, dan berat badan.
2) Kaji tanda–tanda in partu seperti keluar darah campur lendir, sejak kapan dirasakan
kontraksi dengan intensitas dan frekuensi yang meningkat, waktu keluarnya cairan dari
kemaluan, jernih atau keruh, warna, dan jumlahnya.
3) Kaji TFU, Leopold I, II, II, dan IV (lihat kembali modul 2 atau pedoman praktikum
pemeriksaan fisik ibu hamil).
4) Kaji kontraksi uterus ibu. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui derajat
dilatasi (pembukaan) dan pendataran serviks, apakah selaput ketuban masih utuh atau
tidak, posisi bagian terendah janin.
5) Auskultasi DJJ.

2.5 Diagnosa Keperawatan yang Muncul

2.5.1 Nyeri Akut

Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan
jaringan aktual atau potensial, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga
berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi.

Faktor berhubungan yang kemungkinan muncul adalah peningkatan intensitas kontraksi,


penurunan kepala ke rongga panggul. Serta batasan karakteristik yang kemungkin muncul
adalah ibu mengeluh nyeri, tampak meringis dan kesakitan, frekuensi HIS terus meningkat.

2.5.2 Defisit Volume cairan

Kondisi ketika individu mengalami atau mengalami resiko dehidrasi vascular,


interstisial, atau intravascular.

Faktor berhubungan dengan yang kemungkinan adalah penurunan intake cairan. Serta
batasan karakteristik yang kemungkinan muncul adalan balance yang tidak seimbang antara

9
intake dan output, berkeringat, mengeluh haus, pengeluaran cairan pervaginam (air ketuban,
lendir dan darah, mual muntah).

2.5.3 Ansietas

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar, perasaan takut yang disebabkan
oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya.

Faktor berhubungan yang kemungkinan muncul adalah ibu merasa cemas terhadap
prosedur persalinan. Serta batasan karakteristik yang mungkin muncul adalah takut,
perubahan TTV, nyeri perut.

2.6 Intervensi dan Rasional

2.6.1 Nyeri Akut

Rencana Keperawatan Rasional


Penatalaksanaan nyeri 1. Untuk mengetahui lokasi,
1. Lakukan pengkajian nyeri yang karakter,durasi
komprehensif meliputi lokasi, frekuensi,kualitas,intensitas, dan
karakter, durasi, frekuensi, kualitas, faktor presipitasi nyeri
intensitas, dan faktor presipitasinya 2. Untuk membuat pasien merasa
2. Observasi tanda non-verbal nyaman
ketidaknyamanan 3. Untuk membuat pasien lebih rileks
3. Turunkan atau hilangkan pencetus 4. Agar pasien mampu beradaptasi
atau tingkatkan pengalaman nyeri terhadap nyeri
(contoh: ketakutan, keletihan, 5. Agar pasien mengetahui dan mampu
monoton, kurang pengetahuan) mengurangi nyeri
4. Gali pengetahuan dan pengalaman 6. Agar nyeri tidak bertambah
pasien terhadap nyeri 7. Agar pasien mampu mengurangi
5. Ajarkan prinsip manajemen nyeri rasa nyeri secara mandiri
6. Ajarkan klien teknik 8. Untuk mengetahui perkembangan
relaksasi/distraksi nyeri yang diderita pasien
7. Berikan Health Education kepada 9. Agar pasien lebih semangat dan
pasien tentang nyeri yang diderita tidak tertekan
dan penanganan yang sudah 10. Mengetahui keadaan umum klien
dilakukan 11. Untuk memanajemen nyeri
8. Verifikasi tingkat nyeri dan catat
perubahannya di rekam medis pasien
9. Ajarkan pasien dan keluarga untuk
mencari dukungan
Pemberian Analgesik
10. Kolaborasi tindakan pemberian
analgesik
11. Monitor tanda– tanda vital sebelum
dan setelah pemberian analgetik

10
12. Kolaborasi dengan keluarga untuk
membantu memantau penggunaan
obat analgesik yang diberikan

2.6.2 Kekurangan volume cairan

Rencana Keperawatan Rasional


1. Berikan cairan oral yang dapat 1. Kebutuhan cairan dapat terpenuhi
2. Dehidrasi dapat meningkatkan suhu,
ditoleransi oleh klien untuk
TD, pernafasan, dan DJJ
memenuhi hidrasi yang adekuat 3. Membantu meningkatkan hidrasi dan
dapat menyediakan kebutuhan
2. Pantau suhu, tiap 2 jam, observasi
elektrolit.
TTV ibu dan DJJ
3. Berikan cairan parenteral, sesuai
indikasi

2.6.3 Ansietas

Rencana Keperawatan Rasional


Penurunan Kecemasan 1. Untuk menciptakan hubungan
1. Gunakan pendekatan yang saling percaya
menenangkan 2. Untuk memberikan informasi
2. Nyatakan dengan jelas harapan mengenai akibat dari tindakan
terhadap perilaku pasien yang dilakukan
3. Jelaskan semua prosedur dan apa 3. Untuk mengetahui keluhan klien
yang dirasakan selama prosedur dan apa yang dirasakannya
4. Temani pasien untuk memberikan 4. Klien mendapatkan support
keamanan dan mengurangi takut 5. Keluarga merupakan kerabat
5. Libatkan keluarga untuk terdekat
mendampingi klien 6. Agar klien merasa nyaman dan
6. Instruksikan pada pasien untuk tenang
menggunakan teknik relaksasi 7. Untuk mengetahui keadaan klien
7. Dengarkan dengan penuh perhatian

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan pembukaan servix hingga
mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala I berlangsung 18 – 24 jam dan terbagi
menjadi dua fase yaitu fase laten dan fase aktif. Kelaina yang kemungkinan muncul pada
persalinan kala I yaitu mal posis, kelainan his, kelainan alat kandungan, dan kelainan janin.
Pengkalian yang dilakukan pada persalinan kala I yaitu meliputi keluhan, pengkajian riwayat
obstertik dan pemeriksaan fisik. Diagnosa yang kemungkinan muncul pada persalinan kala I
yaitu nyeri akut, defisit volume cairan dan ansietas.

12
DAFTAR PUSTAKA

DepKes, 2018. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2017. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI .
Karjatin, A., 2016. Buku Keperawatan Maternitas. 1 ed. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan.
Kurniarum, A., 2016. Asuhan Kebidanan persalinan dan Bayi Baru Lahir. 1 ed. Jakarta: Pusdik
SDM Kesehatan.
Wilkinson, J. M., 2014. Diagnosis Keperawatan. 10 ed. Jakarta: ECG.

13

Anda mungkin juga menyukai