Anda di halaman 1dari 20

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM
PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH SABUT KELAPA DENGAN
METODE HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI DENGAN
MENGGUNAKAN RAGI TAPE

BIDANG KEGIATAN:
PKM-P

Diusulkan oleh :

Ketua Kelompok : Betaria Kusuma D. (NIM: 09.14.012 angkatan 2009)


Anggota Kelompok : Achmad Zabadil (NIM: 09.14.015 angkatan 2009)
Rosi Syana Fahila (NIM: 10.14.029 angkatan 2010)
Inneke Amallya (NIM: 11.14.015 angkatan 2011)
Rizqi Wahyu N. H. (NIM: 11.14.019 angkatan 2011)

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL MALANG


MALANG
2012

i
ii
DAFTAR ISI

HALAMAN KULIT MUKA ........................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ v
LATAR BELAKANG MASALAH ................................................................ 1
PERUMUSAN MASALAH ............................................................................. 1
TUJUAN ........................................................................................................... 1
LUARAN YANG DIHARAPKAN ................................................................. 2
KEGUNAAN .................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 2
Sabut kelapa ................................................................................................ 2
Tahap Pemurnian Selulosa .......................................................................... 3
Tahap Hidrolisis Selulosa ........................................................................... 4
Tahap Fermentasi ........................................................................................ 5
Ragi Tape .................................................................................................... 5
Bioetanol ..................................................................................................... 6
METODE PELAKSANAAN .......................................................................... 6
Variabel Penelitian ...................................................................................... 6
Alat dan Bahan ............................................................................................ 7
Prosedur Penelitian ..................................................................................... 7
Blok Diagram Alir Proses ........................................................................... 8
Gambar Alat Fermentasi ............................................................................. 9
JADWAL KEGIATAN .................................................................................... 9
RENCANA BIAYA .......................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 10
LAMPIRAN ...................................................................................................... 12

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sabut Kelapa .................................................................................... 2


Gambar 2. Alat pada Proses Fermentasi ............................................................ 9

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposis Kimia Sabut Kelapa ............................................................ 3


Tabel 2. Kelarutan Lignin dalam Sabut Kelapa ................................................. 3
Tabel 3. Jadwal Kegiatan Program .................................................................... 9
Tabel 4. Biaya Bahan Habis Pakai ..................................................................... 9
Tabel 5. Biaya Pembelian Alat ........................................................................... 10
Tabel 6. Biaya Operasional ................................................................................ 10
Tabel 7. Rekapitulasi Rancangan Biaya ............................................................. 10

v
1

LATAR BELAKANG MASALAH


Cepat atau lambat cadangan minyak bumi dunia pasti akan habis. Ini
disebabkan oleh depositnya yang terbatas dan tidak dapat diperbaharui. Penelitian
mengenai energi terbarukan terus dikembangkan, bahkan menjadi salah satu
program pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar
minyak yang ketersediaanya terus berkurang. Saat ini produk energi altrnatif yang
berpeluang untuk dikembangkan adalah bioethanol dan Biodiesel. Bioetanol
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan energi alternatif lainnya. diantaranya
memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi (35%) sehingga terbakar lebih
sempurna, bernilai oktan lebih tinggi (118) dan lebih ramah lingkungan karena
mengandung emisi gas CO lebih rendah19–25% (Indartono Y., 2005). Disamping
itu substrat untuk produksi bioethanol cukup melimpah di Indonesia. Produk ini
diharapkan nantinya bisa menggantikan bahan bakar minyak kendaraan bermotor
dan mesin industri. Selain itu bioetanol dapat diproduksi oleh mikroorganisme
secara terus menerus. Produksi bioetanol di berbagai negara telah dilakukan
dengan menggunakan bahan baku yang berasal dari hasil pertanian dan
perkebunan (Sarjoko, 1991). Oleh karena itu dilakukan upaya mencari bahan baku
alternatif lain dari sektor non pangan untuk pembuatan etanol. Bahan selulosa
memiliki potensi sebagai bahan baku alternatif pembuatan etanol.
Salah satu contohnya adalah limbah sabut kelapa. Ketersediaan limbah
sabut kelapa cukup besar, menurut Dinas Perkebunan Jawa Timur pada kurun
waktu 2007 – 2011 produksi kelapa rata – rata adalah 1.400 kg/Ha dengan rata –
rata area 293.274 Ha/tahun. Bobot sabut mencapai sepertiga dari berat sebutir
kelapa. Apabila rata-rata produksi kelapa mencapai 1.400 kg/Ha, maka ada sekitar
466,7 kg/Ha sabut kelapa yang dihasikan. Selama ini pemanfaatan sabut kelapa
hanya sebatas untuk kerajinan, seperti tali, keset, sapu, matras, bahan isian jok
mobil, dan lain-lain. Sabut kelapa mempunyai komposisi kimia yaitu selulosa
43,44%, hemiselulosa 0,25%, lignin 45,84%, air 5,25%, dan abu 2,22%. Jika kita
mampu mengkonversi selulosa menjadi glukosa berarti akan meningkatkan
konversi sabut kelapa menjadi etanol.

PERUMUSAN MASALAH
Potensi sabut kelapa sebagai bahan baku alternatif pembuatan bioetanol
dengan menggunakan asam klorida pada proses hidrolisis dan ragi tape pada
proses fermentasi.

TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Memanfaatkan limbah sabut kelapa sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
2. Mendapatkan konsentrasi terbaik pada proses hdrolisis.
3. Mendapatkan waktu optimum fermentasi.
4. Mendapatkan kadar dan yield etanol terbaik dari kombinasi variabel penelitian.
2

LUARAN YANG DIHARAPKAN


Luaran dari penelitian ini adalah dapat ditemukan teknologi tepat guna
produksi bioetanol dari limbah sabut kelapa, sehingga mudah untuk diaplikasikan
di masyarakat. Lebih jauh dapat berpeluang untuk dapat diproduksi secara masal
pada masa sekarang dan di masa yang akan datang. Sehingga dapat berpengaruh
pada aspek ekonomi dan lingkungan, dapat dipublikasikan sebagai artikel ilmiah
dan dipatenkan.

KEGUNAAN
1. Menambah wawasan tentang proses hidrolisis asam sabut kelapa menjadi
bioetanol beserta beberapa variabel yang mempengaruhi optimalisasi
kandungan etanolnya.
2. Menjadikan bioetanol sebagai alternatif bahan bakar yang dapat membantu
masyarakat.
3. Memberikan inovatif produk olahan baru dari sabut kelapa.
4. Menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA

Sabut Kelapa
Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang
lurus dari famili Palmae. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman
serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian
pohon kelapa dapat dimaanfaatkan untuk kepentingan manusia, bagian dari
pohon, akar, batang, daun, dan buahnya dapat dipergunakan untuk kehidupan
sehari-hari (www.Ic.bppt.go.id)

Gambar 1. Sabut Kelapa


Menurut Dinas Perkebunan Jawa Timur pada kurun waktu 2007 – 2011
produksi kelapa rata – rata adalah 1.400 kg/Ha dengan rata – rata area 293.274
Ha/tahun. Bobot sabut mencapai sepertiga dari berat sebutir kelapa. Apabila rata-
rata produksi kelapa mencapai 1.400 kg/Ha, maka ada sekitar 466,7 kg/Ha sabut
kelapa yang dihasikan. Selama ini pemanfaatan sabut kelapa hanya sebatas untuk
kerajinan, seperti tali, keset, sapu, matras, bahan isian jok mobil, dan lain-lain
(www.disbunjatim.go.id/komoditi_kelapa.php) Sabut buah kelapa termasuk serat
selusosa yang diperoleh dari buah kelapa. Komponen utama dalam bahan
lignoselulosa adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Berikut adalah komposisi
kimia dari sabut kelapa.
3

Tabel 1. Komposisi Kimia Sabut Kelapa (Sukadarti, dkk, 2010)


Senyawa Persentase (%)
Selulosa 43,44
Hemiselusosa 0,25
Lignin 45,84
Air 5,25
Abu 2,22
Jika kita mampu mengkonversi selulosa menjadi glukosa berarti akan
meningkatkan konversi sabut kelapa menjadi etanol. Bagian terpenting dan yang
terbanyak dalam lignocellulosic material adalah selulosa yang terbungkus oleh
lignin dengan ikatan yang cukup kuat (Samsuri, 2007)
Pembuatan etanol dari limbah sabut kelapa terdiri atas 3 tahap, yaitu :
1. Tahap Pemurnian Selulosa
NaOH
Sabut Kelapa Selulosa
2. Tahap Hidrolisis Selulosa
HCl
(C6H10O5)n + n H2O n(C6H12O6)
3. Tahap Fermentasi
Saccharomyces cerevisiae
(C6H12O6) 2C2H5OH + 2CO2
(Jeoh, 1998 )
Tahap Pemurnian Selulosa
Pemurnian selulosa bertujuan untuk menghilangkan lignin, mengurangi
kristalinitas selulosa, dan meningkatkan porositas bahan. Perlakuan pendahuluan
dapat dilakukan secara fisika dan biologis maupun kombinasi dari cara- cara
tersebut :
- Perlakuan pendahuluan secara fisika antara lain berupa pencacahan secara
mekanik, penggilingan, dan penepungan untuk memperkecil ukuran bahan dan
mengurangi kristalinitas selulosa.
- Perlakuan pendahuluan secara kimia, di antaranya adalah, asam, basa,
delignifikasi oksidatif, dan proses organosolv.
- Perlakuan secara biologis. Pada metode ini, digunakan mikroorganisme jamur
pelapuk coklat, jamur pelapuk putih, dan jamur pelunak untuk mendegradasi
lignin dan hemiselulosa yang ada dalam bahan lignoselulosa. Di antara ketiga
jamur tersebut, yang paling efektif untuk perlakuan pendahuluan pada bahan
lignoselulosa adalah jamur pelapuk putih (white-rot fungi) (Sun, Cheng, 2002).
Tabel 2. Kelarutan Lignin dalam Sabut Kelapa (Suharty, dkk, 2005)
Alk-benzen 6,52 %
Air panas 12,51 %
Air dingin 10,29 %
1% NaOH 34,78 %
Menurut Murni dkk (2008) dalam perlakuan pendahululuan secara kumia,
bahan kimia yang sering digunakan adalah NaOH, KOH, Ca(OH)2, HN3, NH4OH,
SO2, H2SO4 HCl, dan NaCl. Perlakuan dengan alkali dilihat paling efektif karena
pada prinsipnya kerja alkali memutuskan sebagian ikatan antara selulosa dan
hemiselulosa dengan lignin.
4

Pada penelitian terdahulu (Wahyudi, 2002) dilakukan pretreatment basa


menggunakan NaOH dengan perbandingan larutan pemasak dengan bahan 1 : 4
dan dipanaskan selama 2 jam dengan suhu 100oC dan menurut Suharty lignin
lebih larut dalam NaOH dibanding dengan Alk-benzen, air panas dan air dingin.
NaOH 1% dapat melarutkan sekitar 34,78% lignin sabut kelapa.
Menurut Kusnadi (2009) pada penelitiannya didapatkan hasil perlakuan
pemanasan dapat mengurangi kadar lignin dibandingkan tanpa pemanasan yaitu
75 ppm dari 350 ppm.
Tahap Hidrolisis Selulosa
Hidrolisis yang paling sering digunakan untuk menghidrolisis selulosa
adalah hidrolisis secara asam. Beberapa asam yang umum digunakan untuk
hidrolisis asam antara lain adalah asam sulfat (H2SO4), asam perklorat, dan HCl.
Hidrolisis asam dapat dikelompokkan menjadi hidrolisis asam pekat dan hidrolisis
asam encer (Siswati, 2010). Penggunaan asam pekat pada proses hidrolisis
selulosa dilakukan pada temperatur yang lebih rendah dari pada asam encer.
Konsentrasi asam yang digunakan adalah 10 – 30%.. Temperatur reaksi adalah
100oC dan membutuhkan waktu reaksi antara 2–6 jam. Temperatur yang lebih
rendah meminimalisasi degradasi gula.
Menurut (Siswati, dkk, 2010) dalam penelitiannya pembuatan bioetanol
dari kulit kopi, penggunaan asam yang terbaik adalah pada konsentrasi asam 20 %
(v/v), Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi 10 % terjadi degradasi glukosa
yang terbentuk menjadi struktur kimia yang lain sehingga dapat menurunkan
konversi reaksi. Sedangkan pada konsentrasi yang lebih tinggi yaitu 30 % terjadi
proses pembakaran selulosa sehingga selulosa yang dirubah menjadi glukosa
menjadi sedikit dan pada akhirnya glukosa yang dihasilkan juga sedikit. Katalis
HCl menghasilkan glukosa lebih tinggi jika dibandingkan H2SO4. Hal ini
diakibatkan H2SO4 bersifat membakar selulosa sedangkan HCl tidak, sehingga
glukosa yang dihasilkan lebih sedikit. Penggunaan asam encer pada hidrolisis
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan asam pekat pada proses hidrolisis
dengan lama waktu hidrolisis 4 jam.
Beberapa faktor yang mempengaruhi proses hidrolisis antara lain :
- Kandungan karbohidrat bahan baku
Kandungan karbohidrat pada bahan baku sangat berpengaruh terhadap hasil
hidrolisis asam. Bila kandungan karbohidrat sedikit, maka jumlah gula yang
dihasilkan juga sedikit, dan sebaliknya bila kandungan karbohidrat terlalu
tinggi mengakibatkan kekentalan campuran akan meningkat sehingga frekuensi
tumbukan antara molekul air semakin berkurang pula.
- pH Hidrolisis
pH berpengaruh terhadap jumlah produk hidrolisis. pH terkait erat dengan
koonsentrasi asam yang digunakan. Pada umumya pH yang terbaik adalah 2,3.
- Waktu Hidrolisis
Semakin lama pemanasan, warna semakin keruh dan semakin besar pula
konversi yang dihasilkan.
- Suhu
Pengaruh suhu terhadap kecepatan hidrolisis karbohidrat yaitu semakin tinggi
suhunya akan diperoleh konversi yang cukup tinggi, tetapi jika suhu terlalu
tinggi konversi yang diperoleh akan menurun. Hal ini disebabkan adanya
glukosa yang pecah menjadi arang, yang ditunjukkan dengan tuanya warna
5

hasil. Selain itu pada suhu yang tidak terlalu tinggi (tidak melebihi titik didih
air), air sebagai zat penghidrolisis tetap berada pada fase cair, sehingga terjadi
kontak yang baik antara molekul-molekul sabut kelapa dengan sebagian besar
air, sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik. Untuk hidrolisis yang
berlangsung pada tekanan 1 atm, titik didih larutan kira-kira 100oC. Sedangkan
untuk tekanan yang lebih besar dapat digunakan suhu yang lebih rendah
(Soebijanto, 1986)
Tahap Fermentasi
Pembuatan etanol secara fermentasi untuk bahan yang mengandung
selulosa harus dihidrolisis menjadi glukosa terlebih dahulu menggunakan asam.
Terbentuknya glukosa menunjukkan bahwa proses telah berakhir dan selanjutnya
bahan telah siap difermentasi. Fermentasi etanol terjadi pada kondisis anaerob
dengan mikroorganisme tertentu yang dapat mengubah glukosa menjadi etanol.
Dari 1 molekul glukosa akan terbentuk 2 molekul etanol dan 2 molekul CO2,
mikroorganisme yang sering digunakan untuk proses fermentasi adalah ragi
Saccharomyces cerevisiae (Jeoh, 1998 ).
Teknologi dan peralatan yang diperlukan untuk proses fermentasi gula dari
selulosa pada prinsipnya sama dengan yang digunakan pada fermentasi gula dari
pati atau nira yang tersedia secara komersial. Pada proses ini, gula-gula sederhana
yang terbentuk difermentasi menjadi etanol dengan bantuan khamir seperti
Saccharomyces cerevisiae. Fermentasi biasanya dilakukan pada suhu 30°C, pH 5,
dan sedikit aerobik (Hermiati, 2010).
Faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah :
- Suhu
Suhu yang baik untuk fermentasi antara 30oC sampai 33oC, karena kecepatan
fermentasi akan bertambah sesuai dengan kenaikan suhu hingga suhu optimum.
- pH
pH optimum untuk proses fermentasi berkisar antara 4,5 sampai 5. Kondisi ini
cocok bagi Saccharomyces cerevisiae untuk tumbuh dan berkembang baik.
Pada pH 3,0 proses fermentasi akan berkurang kecepatannya.
- Waktu Fermentasi
Tergantung pada konsentrasi, komposisi gula, pH, dan suhu fermentasi
(Tjokroadikoesoemo, 1986; Ansory, 1992; Gumbira, 1987).
Pada penelitian terdahulu (Wahyudi, 2002) pembuatan bioetanol dari sabut
buah siwalan diperoleh waktu fermentasi terbaik adalah 240 jam dengan
penambahan nutrisi (NH4)2HPO4 9 gram dan ragi tape 1 gram.
Ragi Tape
Ragi umunya digunakan dalam industri makanan dan minuman seperti
roti, tempe, bir, dll. Mikroorganisme yang digunakan dalam ragi umumnya terdiri
dari berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang). Yaitu Rhizopus, Aspergilis,
Mucor, Amylomycetes, Endomycopsis, Sacharomyches, Hansemula anomal, dan
lain sebagainya. Ada tiga jenis ragi yang umum dikenal yaitu ragi roti, ragi tape,
dan ragi tempe. Ragi roti dan ragi tape mengandung jenis mikroba yang sama
yaitu Sachcharomyces cerevisiae, sedangkan ragi tempe adalah jenis Rhizopus.
Pada awal fermentasi masih diperlukan oksigen untuk pertumbuhan dan
perkembangan Sacharomyces cereviseae, tetapi kemudian tidak dibutuhkan lagi
6

karena kondisi proses yang diperlukan adalah anaerob. Sebelum dilakukan proses
fermentasi dilakukan proses sterilisasi dan proses penyiapan inokulum.
Menurut Kusnadi, jenis ragi yang paling baik untuk fermentasi adalah
ragi tape dibanding biakan murni Sacharomyces cereviseae karena ragi tape selain
mengandung jenis khamir juga mengandung jenis kapang mengkonversi gula
sederhana menjadi etanol oleh jenis khamir. Mikroorganisme yang terdapat di
dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.;
khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia
burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus
sp. dan Bacillus sp. (Kusnadi, 2009)
Bioetanol
Pada umumnya etanol diproduksi dengan cara fermentasi dengan bantuan
mikroorganisme oleh karena itu sering disebut sebagai bioetanol. Satu diantara
energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah
lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah pertanian
(biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti limbah sabut kelapa.
(Hermiati, 2010). Etanol atau etil alkohol C2H5OH merupakan cairan tak
berwarna dengan karakteristik antara lain mudah terbakar, larut dalam air,
biodegradable, dan tidak karsinogenik (Kusnadi, 2009). Karakteristik etanol
sebagi biofuel adalah sebagai berikut:
- Memiliki angka oktan yang tinggi
- Mampu menurunkan tingkat opasiti asap, dan emisi CO serta CO2.
- Mirip dengan bensin, sehingga penggunaanya tidak memerlukan modifikasi
mesin.
- Tidak mengandung senyawa timbal.
(Nurfiana, 2009)

METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboraturium Mikrobiologi ITN Malang. Tahap
Penelitian adalah studi literatur, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian,
analisa data, evaluasi dan terakhir pembuatan laporan. Cara pengambilan data,
kami menggunakan metode eksperimen dengan cara mengambil data dari hasil
penelitian, kemudian menganalisa hasil dengan metode Gas Chromatografi.
Untuk mendapatkan etanol dari sabut kelapa dengan kualitas bagus diperlukan
variabel penelitian sebagai berikut :
Variabel Penelitian
Variabel tetap :
- Berat sabut kelapa : 200 gram
- Volume air tambahan : 1000 mL
- Konsentrasi NaOH : 1%
- Waktu pemanasan pretreatment kimia : 2 jam
- Suhu pemanasan pretreatment kimia : 100oC
- Waktu hidrolisis : 4 jam
- Suhu hidrolisis : 100oC
- pH hidrolisis : 2,3
7

- Berat ragi : 1 gram


- Suhu Fermentasi : 30oC
- pH fermentasi :5
- Berat (NH4)2HPO4 : 9 gram
Variabel berubah :
Konsentrasi HCl (10, 20, dan 30%) dan waktu fermentasi (7, 8, 9, 10, 11 hari)
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu, autoclaf, beakerglass, botol sampel,
erlenmeyer, gas lpg, gelas arloji, gelas pengaduk, incubator, kompor, labu leher
tiga, labu ukur, mortar stamper, panci, ph meter, pipet tetes, termometer, dan
timbangan digital. Bahan yang digunakan yaitu, aquadest, H2SO4, NaOH, ragi
tape, sabut kelapa, dan (NH4)2HPO4.
Prosedur Penelitian
Tahap Pemurnian Selulosa
Pretreatment Fisik
- 200 gram sabut kelapa dipotong kecil – kecil
- Ditambahkan aquades kemudian dipanaskan 100oC selama 30 menit.
- Disaring, residunya digunakan pada pretreatment kimia
Pretreatment Kimia
- Residu dari pretreatment fisik ditambahkan NaOH 1% dengan perbandingan
larutan pemasak dengan bahan 1 : 4
- Dipanaskan selama 2 jam 100oC.
- Disaring, residunya dinetralkan dicuci dengan aquades.
- Kemudian dikeringkan di dalam oven sampai berat konstan.
Tahap Hidrolisis Selulosa
- Residu ditambahkan 1000 ml aquades dimasukkan kedalam beakerglass dan
diatur pHnya menjadi 2,3 dengan menambahkan HCl sesuai dengan variabel
yang telah ditetapkan.
- Dihidrolisis pada suhu 100oC selama 4 jam.
- Larutan hasil hidrolisis kemudian disaring dan diambil filtratnya kemudian
didinginkan.
- Diambil sampel untuk dianalisis kadar glukosanya.
Tahap Fermentasi
- Hasil hidrolisis dimasukkan ke dalam erlenmeyer, lalu dimasukkan
(NH4)2HPO4.
- Filtrat diatur pHnya menjadi 5 kemudian disterilisasi dengan autoclave pada
suhu 121oC.
- Setelah filtrat dingin, dimasukkan ke labu leher tiga kemudian ragi tape
dimasukkan.
- Inkubasi dilakukan selama selang waktu tertentu sesuai dengan variabel yang
ditentukan.
8

Blok Diagram Alir Penelitian

Sabut Kelapa

Analisa Kadar Selulosa dan Lignin

Pencacahan

Pretreatment Fisik
H2O Dipanaskan 100oC,
30 menit

Analisa Kadar Selulosa dan Lignin

Pretreatment Kimia
NaOH 1%
Dipanaskan 2 jam

Analisa Kadar Selulosa dan Lignin

Hidrolisis
H2O dan HCl
pH 2,3, 100oC, 4 jam

Analisa Kadar Glukosa

Kadar Glukosa Tertinggi

(NH4)2HPO4 dan ragi tape Fermentasi


pH 5, 30oC

Etanol Analisa Kadar Etanol

Gambar 2. Blok Diagram Alir Pembuatan Bioetanol dari Sabut Kelapa


9

Gambar Alat Fermentasi

Gambar 2. Alat pada Proses Fermentasi

JADWAL KEGIATAN
Tabel 3. Jadwal kegiatan program disusun sebagaimana tertuang dalam tabel
berikut ini:
Bulan ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5
1 Studi Literatur
2 Persiapan Bahan Baku dan Alat
3 Tahap Pelaksanaan
4 Analisa Data
5 Evaluasi
6 Pembuatan Laporan

RENCANA BIAYA
Berikut rancangan biaya untuk program kretivitas mahasiswa bidang penelitian:
Tabel 4. Biaya Bahan Habis Pakai
No. Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp) Biaya
1 Sabut Kelapa 1 kg 10.000 10.000
2 Ragi Tape 10 bungkus 6.000 60.000
3 (NH4)2HPO4 180 gram 1.500 270.000
4 HCl pa. 1L 300.000 300.000
5 NaOH pa. 300 gram 2.000 600.000
6 Aquades 100 L 7.000 700.000
7 Ethanol pa. (Merck) 2,5 lt 125.000 300.000
Total 2.240.000
10

Tabel 5. Biaya Pembelian Alat


Harga Satuan
No. Uraian Jumlah Biaya
(Rp)
1. Waterbath 1 buah 4.000.000 4.000.000
2. Timbangan Digital 1 buah 200.000 200.000
3. Panci Stenlistil 1 buah 200.000 200.000
4. Fermentor 1 buah 600.000 600.000
5. Botol Sampel 30 buah 5.000 150.000
6. Alumunium foil 2 gulung 17.500 35.000
Total 5.185.000
Tabel 6. Biaya Operasional
Harga Satuan
No. Uraian Jumlah Biaya
(Rp)
1 Biaya listrik 100.000 100.000
2 Biaya air 150.000 150.000
3 Pembuatan laporan 1 buah 250.000 250.000
4 Biaya perjalanan 200.000 200.000
5 Biaya analisa awal 2 sampel 175.000 350.000
6 Biaya analisa akhir 23 sampel 175.000 4.025.000
Total 5.075.000
Tabel 7. Rekapitulasi Rancangan Biaya
Sumber Dana Pengeluaran Saldo
No. Uraian
(Rp) (Rp) (Rp)
1 DIKTI 12.500.000
2 ITN Malang - -
3 Biaya pembelian alat 2.240.000
4 Biaya habis pakai 5.185.000
5 Biaya oprasional 5.075.000
Jumlah 12.500.000 12.500.000 0

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. “Budidaya Kelapa”. (Online), (http://Ic.bppt.go.id./itpek/index.php?,
diakses tanggal 7 Mei 2012)
Anonymus. “Komoditi Kelapa”. (Online),
(http://disbunjatim.go.id/komoditi_kelapa.php diakses tanggal 10 Oktober
2012)
Ansory, Rahman. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta: Arcan
Gumbira, Said E. 1987. Bioindustri Penerapan. Teknologi Fermentasi. Ed 1.
Mediatama Sarana Perkasa.
Hermiati E, Mangunwidjaja D, Sunarti CT, Suparno O, Prasetya B. 2010.
Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu Untuk Produksi
Bioetanol. Jurnal Litbang Pertanian.
Indartono Y. 2005. Bioethanol, Alternatif Energi Terbarukan: Kajian Prestasi
Mesin dan Implementasi di lapangan. Fisika, LIPI.
11

Joeh, Tina. 1998, Steam Exploson of Cotton Gin Waste for Fuel Ethanol
Production, Jurnal Kimia.
Kusnadi, Syulasmi A. 2009. Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Bahan Baku
Produksi Bioetanol Sebagai Energi Alternatif. Laporan Penelitian. Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
Indonesia.
Murni R. Suparjo, Akmal, Ginting BL. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan
Limbah Untuk Pakan. Laboraturium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Nurfiana F, Mukaromah U, Jeannisa CV, Putra S. 2009. Pembuatan Bioethanol
dari Biji Durian Sebagai Sumber Energi Alternatif. Seminar Nasional V.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN.
Sarjdoko. 1991. Bioteknologi Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Siswati DN, Yatim M, Hidayanto R. Bioetanol Dari Limbah Kulit Kopi dengan
Proses Fermentasi. Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Pembangunan Nasional.
Suharty SN dan Wirjosentono B. 2005. Impregnasi Reaktif Kayu Kelapa Dengan
Limbah Plastik Polistirena Serta Penyediaan Komposit Polistirena
Menggunakan Penguat Serbuk Kayu Kelapa. Jurnal Alchemy. Vol 4, No. 2.
ISSN 1412-4092.
Sukadarti S, Kholisoh DS, Prasetyo H, Santoso PW, Mursini T. 2010. Produksi
Gula dari Sabut Kelapa Menggunakan Jamur Trichoroderma reesei.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia. Yogyakarta. UPN Veteran.
ISSN1693-4393.
Sun Y, Cheng J. 2002. Hydrolysis of lignincellulosic material for ethanol
production: A review. Bioresour. Thecnol.
Tjokroadikoesoemo, Soebiyanto. 1986. WFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya.
Jakarta: PT. Gramedia.
Wahyudi Bambang. 2002. Pembuatan Bioetanol Dari Sabut Buah Siwalan
Dengan Proses Hidrolisis Fermentasi. Jurnal Kimia dan Teknologi. ISSN
0216-163X
12
13
14
15

Anda mungkin juga menyukai