JUDUL PROGRAM
PEMBUATAN BIOETANOL DARI LIMBAH SABUT KELAPA DENGAN
METODE HIDROLISIS ASAM DAN FERMENTASI DENGAN
MENGGUNAKAN RAGI TAPE
BIDANG KEGIATAN:
PKM-P
Diusulkan oleh :
i
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
1
PERUMUSAN MASALAH
Potensi sabut kelapa sebagai bahan baku alternatif pembuatan bioetanol
dengan menggunakan asam klorida pada proses hidrolisis dan ragi tape pada
proses fermentasi.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Memanfaatkan limbah sabut kelapa sebagai bahan baku pembuatan bioetanol.
2. Mendapatkan konsentrasi terbaik pada proses hdrolisis.
3. Mendapatkan waktu optimum fermentasi.
4. Mendapatkan kadar dan yield etanol terbaik dari kombinasi variabel penelitian.
2
KEGUNAAN
1. Menambah wawasan tentang proses hidrolisis asam sabut kelapa menjadi
bioetanol beserta beberapa variabel yang mempengaruhi optimalisasi
kandungan etanolnya.
2. Menjadikan bioetanol sebagai alternatif bahan bakar yang dapat membantu
masyarakat.
3. Memberikan inovatif produk olahan baru dari sabut kelapa.
4. Menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat.
TINJAUAN PUSTAKA
Sabut Kelapa
Kelapa merupakan tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang
lurus dari famili Palmae. Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) merupakan tanaman
serbaguna atau tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Seluruh bagian
pohon kelapa dapat dimaanfaatkan untuk kepentingan manusia, bagian dari
pohon, akar, batang, daun, dan buahnya dapat dipergunakan untuk kehidupan
sehari-hari (www.Ic.bppt.go.id)
hasil. Selain itu pada suhu yang tidak terlalu tinggi (tidak melebihi titik didih
air), air sebagai zat penghidrolisis tetap berada pada fase cair, sehingga terjadi
kontak yang baik antara molekul-molekul sabut kelapa dengan sebagian besar
air, sehingga reaksi dapat berjalan dengan baik. Untuk hidrolisis yang
berlangsung pada tekanan 1 atm, titik didih larutan kira-kira 100oC. Sedangkan
untuk tekanan yang lebih besar dapat digunakan suhu yang lebih rendah
(Soebijanto, 1986)
Tahap Fermentasi
Pembuatan etanol secara fermentasi untuk bahan yang mengandung
selulosa harus dihidrolisis menjadi glukosa terlebih dahulu menggunakan asam.
Terbentuknya glukosa menunjukkan bahwa proses telah berakhir dan selanjutnya
bahan telah siap difermentasi. Fermentasi etanol terjadi pada kondisis anaerob
dengan mikroorganisme tertentu yang dapat mengubah glukosa menjadi etanol.
Dari 1 molekul glukosa akan terbentuk 2 molekul etanol dan 2 molekul CO2,
mikroorganisme yang sering digunakan untuk proses fermentasi adalah ragi
Saccharomyces cerevisiae (Jeoh, 1998 ).
Teknologi dan peralatan yang diperlukan untuk proses fermentasi gula dari
selulosa pada prinsipnya sama dengan yang digunakan pada fermentasi gula dari
pati atau nira yang tersedia secara komersial. Pada proses ini, gula-gula sederhana
yang terbentuk difermentasi menjadi etanol dengan bantuan khamir seperti
Saccharomyces cerevisiae. Fermentasi biasanya dilakukan pada suhu 30°C, pH 5,
dan sedikit aerobik (Hermiati, 2010).
Faktor – faktor yang berpengaruh dalam proses fermentasi adalah :
- Suhu
Suhu yang baik untuk fermentasi antara 30oC sampai 33oC, karena kecepatan
fermentasi akan bertambah sesuai dengan kenaikan suhu hingga suhu optimum.
- pH
pH optimum untuk proses fermentasi berkisar antara 4,5 sampai 5. Kondisi ini
cocok bagi Saccharomyces cerevisiae untuk tumbuh dan berkembang baik.
Pada pH 3,0 proses fermentasi akan berkurang kecepatannya.
- Waktu Fermentasi
Tergantung pada konsentrasi, komposisi gula, pH, dan suhu fermentasi
(Tjokroadikoesoemo, 1986; Ansory, 1992; Gumbira, 1987).
Pada penelitian terdahulu (Wahyudi, 2002) pembuatan bioetanol dari sabut
buah siwalan diperoleh waktu fermentasi terbaik adalah 240 jam dengan
penambahan nutrisi (NH4)2HPO4 9 gram dan ragi tape 1 gram.
Ragi Tape
Ragi umunya digunakan dalam industri makanan dan minuman seperti
roti, tempe, bir, dll. Mikroorganisme yang digunakan dalam ragi umumnya terdiri
dari berbagai bakteri dan fungi (khamir dan kapang). Yaitu Rhizopus, Aspergilis,
Mucor, Amylomycetes, Endomycopsis, Sacharomyches, Hansemula anomal, dan
lain sebagainya. Ada tiga jenis ragi yang umum dikenal yaitu ragi roti, ragi tape,
dan ragi tempe. Ragi roti dan ragi tape mengandung jenis mikroba yang sama
yaitu Sachcharomyces cerevisiae, sedangkan ragi tempe adalah jenis Rhizopus.
Pada awal fermentasi masih diperlukan oksigen untuk pertumbuhan dan
perkembangan Sacharomyces cereviseae, tetapi kemudian tidak dibutuhkan lagi
6
karena kondisi proses yang diperlukan adalah anaerob. Sebelum dilakukan proses
fermentasi dilakukan proses sterilisasi dan proses penyiapan inokulum.
Menurut Kusnadi, jenis ragi yang paling baik untuk fermentasi adalah
ragi tape dibanding biakan murni Sacharomyces cereviseae karena ragi tape selain
mengandung jenis khamir juga mengandung jenis kapang mengkonversi gula
sederhana menjadi etanol oleh jenis khamir. Mikroorganisme yang terdapat di
dalam ragi tape adalah kapang Amylomyces rouxii, Mucor sp., dan Rhizopus sp.;
khamir Saccharomycopsis fibuligera, Saccharomycopsis malanga, Pichia
burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis; serta bakteri Pediococcus
sp. dan Bacillus sp. (Kusnadi, 2009)
Bioetanol
Pada umumnya etanol diproduksi dengan cara fermentasi dengan bantuan
mikroorganisme oleh karena itu sering disebut sebagai bioetanol. Satu diantara
energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah
lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah pertanian
(biomassa) yang mengandung banyak lignocellulose seperti limbah sabut kelapa.
(Hermiati, 2010). Etanol atau etil alkohol C2H5OH merupakan cairan tak
berwarna dengan karakteristik antara lain mudah terbakar, larut dalam air,
biodegradable, dan tidak karsinogenik (Kusnadi, 2009). Karakteristik etanol
sebagi biofuel adalah sebagai berikut:
- Memiliki angka oktan yang tinggi
- Mampu menurunkan tingkat opasiti asap, dan emisi CO serta CO2.
- Mirip dengan bensin, sehingga penggunaanya tidak memerlukan modifikasi
mesin.
- Tidak mengandung senyawa timbal.
(Nurfiana, 2009)
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Laboraturium Mikrobiologi ITN Malang. Tahap
Penelitian adalah studi literatur, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian,
analisa data, evaluasi dan terakhir pembuatan laporan. Cara pengambilan data,
kami menggunakan metode eksperimen dengan cara mengambil data dari hasil
penelitian, kemudian menganalisa hasil dengan metode Gas Chromatografi.
Untuk mendapatkan etanol dari sabut kelapa dengan kualitas bagus diperlukan
variabel penelitian sebagai berikut :
Variabel Penelitian
Variabel tetap :
- Berat sabut kelapa : 200 gram
- Volume air tambahan : 1000 mL
- Konsentrasi NaOH : 1%
- Waktu pemanasan pretreatment kimia : 2 jam
- Suhu pemanasan pretreatment kimia : 100oC
- Waktu hidrolisis : 4 jam
- Suhu hidrolisis : 100oC
- pH hidrolisis : 2,3
7
Sabut Kelapa
Pencacahan
Pretreatment Fisik
H2O Dipanaskan 100oC,
30 menit
Pretreatment Kimia
NaOH 1%
Dipanaskan 2 jam
Hidrolisis
H2O dan HCl
pH 2,3, 100oC, 4 jam
JADWAL KEGIATAN
Tabel 3. Jadwal kegiatan program disusun sebagaimana tertuang dalam tabel
berikut ini:
Bulan ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5
1 Studi Literatur
2 Persiapan Bahan Baku dan Alat
3 Tahap Pelaksanaan
4 Analisa Data
5 Evaluasi
6 Pembuatan Laporan
RENCANA BIAYA
Berikut rancangan biaya untuk program kretivitas mahasiswa bidang penelitian:
Tabel 4. Biaya Bahan Habis Pakai
No. Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp) Biaya
1 Sabut Kelapa 1 kg 10.000 10.000
2 Ragi Tape 10 bungkus 6.000 60.000
3 (NH4)2HPO4 180 gram 1.500 270.000
4 HCl pa. 1L 300.000 300.000
5 NaOH pa. 300 gram 2.000 600.000
6 Aquades 100 L 7.000 700.000
7 Ethanol pa. (Merck) 2,5 lt 125.000 300.000
Total 2.240.000
10
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. “Budidaya Kelapa”. (Online), (http://Ic.bppt.go.id./itpek/index.php?,
diakses tanggal 7 Mei 2012)
Anonymus. “Komoditi Kelapa”. (Online),
(http://disbunjatim.go.id/komoditi_kelapa.php diakses tanggal 10 Oktober
2012)
Ansory, Rahman. 1992. Teknologi Fermentasi. Jakarta: Arcan
Gumbira, Said E. 1987. Bioindustri Penerapan. Teknologi Fermentasi. Ed 1.
Mediatama Sarana Perkasa.
Hermiati E, Mangunwidjaja D, Sunarti CT, Suparno O, Prasetya B. 2010.
Pemanfaatan Biomassa Lignoselulosa Ampas Tebu Untuk Produksi
Bioetanol. Jurnal Litbang Pertanian.
Indartono Y. 2005. Bioethanol, Alternatif Energi Terbarukan: Kajian Prestasi
Mesin dan Implementasi di lapangan. Fisika, LIPI.
11
Joeh, Tina. 1998, Steam Exploson of Cotton Gin Waste for Fuel Ethanol
Production, Jurnal Kimia.
Kusnadi, Syulasmi A. 2009. Pemanfaatan Sampah Organik Sebagai Bahan Baku
Produksi Bioetanol Sebagai Energi Alternatif. Laporan Penelitian. Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan
Indonesia.
Murni R. Suparjo, Akmal, Ginting BL. 2008. Buku Ajar Teknologi Pemanfaatan
Limbah Untuk Pakan. Laboraturium Makanan Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Jambi
Nurfiana F, Mukaromah U, Jeannisa CV, Putra S. 2009. Pembuatan Bioethanol
dari Biji Durian Sebagai Sumber Energi Alternatif. Seminar Nasional V.
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN.
Sarjdoko. 1991. Bioteknologi Latar Belakang dan Beberapa Penerapannya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Umum.
Siswati DN, Yatim M, Hidayanto R. Bioetanol Dari Limbah Kulit Kopi dengan
Proses Fermentasi. Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Pembangunan Nasional.
Suharty SN dan Wirjosentono B. 2005. Impregnasi Reaktif Kayu Kelapa Dengan
Limbah Plastik Polistirena Serta Penyediaan Komposit Polistirena
Menggunakan Penguat Serbuk Kayu Kelapa. Jurnal Alchemy. Vol 4, No. 2.
ISSN 1412-4092.
Sukadarti S, Kholisoh DS, Prasetyo H, Santoso PW, Mursini T. 2010. Produksi
Gula dari Sabut Kelapa Menggunakan Jamur Trichoroderma reesei.
Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia. Yogyakarta. UPN Veteran.
ISSN1693-4393.
Sun Y, Cheng J. 2002. Hydrolysis of lignincellulosic material for ethanol
production: A review. Bioresour. Thecnol.
Tjokroadikoesoemo, Soebiyanto. 1986. WFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya.
Jakarta: PT. Gramedia.
Wahyudi Bambang. 2002. Pembuatan Bioetanol Dari Sabut Buah Siwalan
Dengan Proses Hidrolisis Fermentasi. Jurnal Kimia dan Teknologi. ISSN
0216-163X
12
13
14
15