Anda di halaman 1dari 8

PROFESI (Profesional Islam)

Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.


Website: ejournal.stikespku.ac.id

Hubungan Kualitas Tidur dan Aktivitas Fisik dengan Tekanan Darah pada Lansia
di Posyandu Lansia Desa Setrorejo

Desty Prastika Sari1*, Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati2, Retno Dewi Noviyanti3
Prodi S1 Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
*Email: destyp.23@gmail.com

Kata Kunci Abstrak


Kualitas Tidur, Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas
Aktivitas Fisik, mengakibatkan populasi penduduk lansia meningkat. Pada usia lanjut tekanan
Tekanan Darah, darah akan cenderung tinggi sehingga lansia lebih besar berisiko mengalami
Lansia hipertensi. Menurut Riskesdas sebanyak 25,8% penduduk Indonesia menderita
hipertensi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kualitas tidur
dan aktivitas fisik dengan tekanan darah pada lansia di posyandu lansia Desa
Setrorejo. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional dengan analisa data menggunakan metode
rank spearman. Kualitas tidur diambil menggunakan kuesioner yang berisi
kebiasaan tidur selama satu bulan terakhir dan aktivitas fisik diambil
menggunakan kuesioner kebiasaan beraktivitas sehari-hari selama tujuh hari
terakhir serta tekanan darah diperiksa langsung pada waktu pengukuran
kualitas tidur dan aktivitas fisik. Penelitian ini dilakukan pada 63 sampel,
berdasarkan karakteristik jenis kelamin sampel yang terbanyak adalah
berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 56 orang (88,9%). Sampel
sebanyak 32 orang (50,8%) memiliki kualitas tidur berkategori baik dan
sebanyak 34 orang (54%) memiliki aktivitas fisik berat. Sebanyak 24 orang
(38,1%) memiliki tekanan darah normal. Ada hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah sistolik (p= 0,020), ada hubungan kualitas tidur dengan
tekanan darah diastolik (p= 0,014), ada hubungan aktivitas fisik dengan
tekanan tekanan darah sistolik (p= 0,007), dan ada hubungan aktivitas fisik
dengan tekanan darah diastolik (p= 0,025).

The Correlation of Sleep Quality and Physical Activities with Blood Pessure in Elderly
at Elderly Posyandu Setrorejo Village

Keywords Abstract
Sleep Quality, The increasing of life expectancy and the decreasing of fertility rate resulted
Physical Activity, the increase of elderly population. In elderly the blood pressure will tend to be
Blood Pressure, high so that elderly are at the risk of having hypertension. According to
Elderly Riskesdas as much as 25.8% of Indonesia's population suffer from
hypertension.The aim of this research is to know correlation between sleep
quality and physical activity with blood pressure in elderly at posyandu elderly
Setrorejo Village. This study used analytic observational with cross sectional
approach with data analysis using rank spearman method. Sleep quality was
taken by using a questionnaire that contained sleep habits during the last
month and physical activity was taken by using the daily activity question
questionnaire for the last seven days and blood pressure was examined
immediately at the time of sleep quality measurement and physical activity.This
study was conducted on 63 samples, based on sex characteristics of the most
frequent samples were female 56 people (88.9%). The sample of 32 people
(50,8 %) had good sleep quality and 34 people (54%) had heavy physical

86
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

activity. A total of 24 people (38.1%) had normal blood pressure. The


relationship of sleep quality with systolic blood pressure (p = 0,020), sleep
quality relationship with diastolic blood pressure (p = 0,014), physical activity
relationship with systolic blood pressure (p = 0,007), physical activity relation
with diastolic blood pressure (p = 0.025).

1. PENDAHULUAN tidak menular tertinggi setiap tahunnya


Peningkatan usia harapan hidup dan penu- (Riskesdas, 2013).
runan angka fertilitas mengakibatkan populasi Prevalensi hipertensi menurut Pinson (2009)
penduduk lanjut usia meningkat. WHO memper- semakin meningkat sesuai peningkatan usia.
kirakan akan terjadi peningkatan proporsi lansia Hipertensi lebih banyak menyerang setengah
di dunia dari 7% pada tahun 2020 sampai 23% baya pada usia 55-64 tahun. Setelah umur 69
pada tahun 2025 (Novitaningtyas, 2014). Pada tahun prevalensi hipertensi meningkat sampai
usia lanjut tekanan darah akan cenderung tinggi 50%. Menurut Depkes (2013) prevalensi lansia
sehingga lansia lebih besar berisiko tekanan yang menderita hipertensi di Indonesia tahun
hipertensi. Hipertensi merupakan tekanan darah 2011 pada kelompok usia 45-64 tahun mencapai
melebihi batas normal. Tekanan darah yang 4,02% dan pada kelompok usia >65 tahun
normal adalah 120/80 mmHg. Nilai tekanan mencapai angka 5,17%. Hipertensi termasuk
darah bukanlah nilai tekanan darah baku yang penyakit multifaktoral yang dipengaruhi oleh
menunjukkan seseorang mengalami hipertensi, berbagai faktor yaitu keturunan, jenis kelamin,
tergantung pada aktivitas dan emosional sese- umur, ras, perilaku merokok, obesitas, stres,
orang (Nurrahmani, 2012). asupan zat gizi, aktivitas fisik dan komplikasi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit (Martuti, 2009)
degeneratif yang perlu diwaspadai bagi kesehatan Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
karena tidak terdapat tanda-tanda atau gejala hubungan kualitas tidur dan aktivitas fisik dengan
yang dapat dilihat dari luar, akan tetapi dapat tekanan darah pada lansia di posyandu lansia
menyebabkan komplikasi pada organ tertentu Desa Setrorejo
(WHO, 2011). Hipertensi merupakan gangguan
sistem peredaran darah yang dapat dicegah, 2. METODE PENELITIAN
namun dapat menimbulkan berbagai macam Jenis penelitian ini menggunakan desain
komplikasi. penelitian observasional analitik dengan pende-
Berbagai studi menunjukkan bahwa hiper- katan cross sectional dengan teknik pengambilan
tensi meningkatkan risiko kematian dan penyakit sampel simpel random sampling diperoleh
seperti penyakit jantung, stroke, dan gagal ginjal sampel sebanyak 63 orang lansia diposyandu
(Noviyanti, 2015). Menurut data WHO dalam lansia Desa Setrorejo. Penelitian ini dilakukan
Non Communicable Disease Country Profiles pada bulan Februari 2017.
prevalensi didunia pada usia >25 tahun mencapai Penilaian kualitas tidur dan aktivitas fisik
38,4%. Prevalensi Indonesia lebih besar jika dilakukan dengan melakukan wawancara
dibandingkan dengan Bangladesh, Korea, Nepal, kuesioner kepada 63 sampel dan nilai tekanan
dan Thailand (Krishman, dkk, 2013). Sebanyak darah didapatkan dengan cara pengukuran teka-
25,8% penduduk Indonesia menderita hipertensi nan darah dengan menggunakan alat sphyg-
dengan jumlah 65.048.110 jiwa. Hasil data monanometer air raksa dan jarum dibantu oleh
RISKESDAS Jawa Tengah tahun 2014, dari petugas kesehatan kelurahan. Data yang telah
5.313.289 orang yang diperiksa 10,84% ter- diperoleh selanjutnya diolah dengan meng-
deteksi memiliki tekanan darah tinggi (Dinas gunakan program komputer SPSS Statistik 17.0
Kesehatan Jawa Tengah, 2014). Prevalensi dengan uji korelasi menggunakan Rank
hipertensi Kabupaten Wonogiri pada tahun 2013 Spearman.
sebesar 49,5%, dimana hipertensi merupakan
masalah kesehatan prioritas dilihat dari tingginya
kasus di wilayah ini dan merupakan penyakit

87
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan jenis kelamin sampel terbanyak


3.1 Umur Sampel adalah berjenis kelamin perempuan yaitu
Umur lebih dari 40 tahun mempunyai risiko sebanyak 56 orang (88,9%)
terkena hipertensi lebih tinggi karena pada usia
tersebut mengalami penurunan fungsi fisiologis 3.3 Tekanan Darah Sampel
sehingga kemampuan jantung untuk memompa Tekanan darah adalah tekanan yang di-
darah berkurang dan terjadi penumpukan racun timbulkan oleh darah pada seluruh permukaan
pada otot pembuluh darah (Anggraini, dkk, dinding pembuluh darah. Tekanan darah
2009). ditentukan oleh jumlah darah yang dipompa dari
jantung ke seluruh organ dan jaringan tubuh,
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Sampel serta daya tahan dinding pembuluh arteri
Berdasarkan Umur (Anggraini, dkk, 2009).
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan
Kategori Tekanan Frekuensi Persentase
kategori tekanan darah dapat dilihat berdasarkan
Darah (%)
tabel 3 berikut :
Rendah 13 20,6
Normal 24 38,1 Tabel 3. Distribusi Frekuensi Kategori
Pre Hipertensi 12 19 Tekanan Darah
Hipertensi 1 11 17,5
Hipertensi 2 3 4,8 Umur Frekuensi Persentase (%)
Total 63 100 60-64 21 33,3
Sumber : Data Primer Diolah 2017 65-69 32 50,8
Berdasarkan tabel 1, hasil penelitian menun- 70-74 10 15,9
jukkan sampel paling banyak berusia 65-69 tahun Total 63 100
sebanyak 32 sampel (50,8%). Umur sampel rata- Sumber : Data Primer Diolah 2017
rata 66 tahun 3,37. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa kate-
3.2 Jenis Kelamin Sampel gori tekanan darah paling banyak berada pada
Perempuan memiliki risiko hipertensi yang tekanan darah normal yaitu sebanyak 24 orang
kecil pada masa sebelum menopause. Pada masa (38,1%).
menopause wanita tidak dilindungi oleh hormon Tekanan darah normal sangat dibutuhkan
esterogen yang berfungsi untuk meningkatkan untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh, yaitu
kadar High Density Lipoprotein (HDL). mengangkut oksigen dan zat-zat nutrisi yang
Kolesterol HDL dengan kadar yang tinggi penting untuk tubuh.Meningkatnya tekanan darah
menjadi faktor pelindung untuk mencegah berkaitan dengan kerja organ jantung yang
terjadinya proses atherosklerosis. Pada masa memompa lebih kuat sehingga volume cairan
lanjut usia produksi estrogen akan menurun yang mengalir setiap detik bertambah besar,
sehingga tidak dapat meningkatkan kadar HDL menebal, dan kakunya arteri besar yang dapat
dan menyebabkan lansia perempuan akan terjadi karena penyumbatan pembuluh arteri
mengalami hipertensi (Anggraini, dkk, 2009). (arteriosclerosis), dan kelainan fungsi ginjal
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan sehingga tidak mampu membuang sejumlah
jenis kelamin dapat dilihat berdasarkan tabel 2 garam dan air dari dalam tubuh (Martuti, 2009).
berikut : Tabel 4. Distribusi Frekuensi
Tekanan Darah Sistolik
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
SampelBerdasarkan Jenis Kelamin Tekanan Darah Frekuensi Persentase (%)
<120 mmHg 14 22,2
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 120-139 mmHg 36 57,1
Laki-laki 7 11,1 140-159 mmHg 9 14,3
Perempuan 56 88,9 >160 mmHg 4 6,4
Total 63 100 Total 63 100
Sumber : Data Primer Diolah 2017 Sumber : Data Primer Diolah 2017

88
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Berdasarkan tabel 4 diketahui tekanan darah disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur,
sistolik paling banyak berada pada angka 120- kualitas tidur dan penggunaan obat tidur. Jadi
139 mmHg sebanyak 36 orang (57,1%).Tinggi apabila salah satu dari 7 domain tersebut
rendahnya tekanan darah dapat ditentukan oleh terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya
tekanan darah sistolik yaitu tekanan darah paling penurunan kualitas tidur (Indarwati, 2012).
tinggi ketika jantung berkerut memompa darah
3.5 Aktivitas Fisik
kedalam arteri (Muhammadun, 2010).
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan
Untuk mengetahui distribusi frekuensi
aktivitas fisik dapat dilihat berdasarkan tabel
tekanan darah diastolik dapat dilihat pada tabel 5
7berikut :
berikut.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi berdasarkan
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Tekanan
Aktivitas Fisik
Darah Diastolik
Aktivitas Fisik Frekuensi Persentase
Tekanan Darah Frekuensi Persentase
Berat 34 53,96
(mmHg) (%)
Sedang 29 46,04
<60 0 0
Total 63 100
61-90 48 76,2
>91 15 23,8 Sumber : Data Primer Diolah 2017
Total 63 100 Berdasarkan tabel 7, diketahui lansia paling
Sumber : Data Primer Diolah 2017 banyak melakukan aktivitas fisik beratsebanyak
Tekanan darah diastolik yaitu tekanan darah 34 orang (53,96%). Aktivitas fisik juga dapat
saat jantung istirahat diantara dua denyutan menurunkan risiko penyakit diabetes, hipertensi
(Muhammadun, 2010).Berdasarkan tabel 5 dan penyakit jantung koroner. Selain itu, aktivitas
diketahui tekanan darah diastolik paling banyak fisik juga bermanfaat fisiologis, psikologi mau-
pada angka 61-90 mmHg sebanyak 48 orang pun sosial, aktivitas fisik dapat meningkatkan
(76,2%). kapasitas kekuatan, flexibilitas dan keseimbangan
(Kowalski, 2010).
3.4 Kualitas Tidur Seseorang dengan aktivitas fisik yang
Distribusi frekuensi sampel berdasarkan kurang, memiliki kecenderungan 30-50% terkena
kualitas tidur dapat dilihat berdasarkan tabel 6 hipertensi daripada mereka yang aktif melakukan
berikut : kegiatan. Peningkatan intensitas akitivitas fisik,
30-45 menit per hari, penting dilakukan sebagai
strategi untuk pencegahan dan pengelolaan hiper-
Tabel 6. Distribusi Frekuensi berdasarkan tensi. Aktivitas fisik yang mampu membakar
Kualitas Tidur 800-1000 kalori akan meningkatkan High
Kualitas Tidur Frekuensi Persentase % Density Lipoprotein (HDL) sebesar 4,4 mmHg
(Santoso, 2013)
Baik 32 50,8
Buruk 31 49,2
3.6 Hubungan Kualitas Tidur dengan
Total 63 100
Tekanan Darah Sisitolik
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Kualitas tidur yang buruk atau kebiasaan
durasi tidur yang pendek dapat dihubungkan
Penelitian ini diperoleh hasil yaitu kualitas dengan peningkatan tekanan darah. Ketidak
tidur sampel hampir sama antara kualitas baik cukupan kuantitas dan kualitas tidur dapat
dan buruk yaitu memiliki selisih yang sangat merusak memori dan kemampuan kongnitif. Bila
kecil, dimana kualitas tidur baik sebanyak 32 hal ini berlanjut selama bertahun-tahun, akan
orang (50,8%) dan kualitas tidur buruk sebanyak berdampak pada tekanan darah tinggi, serangan
31 orang (49,2%). Kualitas tidur merupakan jantung, stroke hingga masalah psikologi
fenomena yang sangat kompleks yang melibatkan (Havisa, 2014)
berbagai domain antara lain, penilaian terhadap
lama tidur, gangguan tidur, masa latensi tidur,

89
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Tabel 8. Hasil Uji Hubungan Kualitas Tidur Coefficient 0,308. Rata-rata kualitas tidur
dengan Tekanan Darah Sistolik 5,8 85,87 dan rata-rata tekanan darah diastolik
Rata- 85,87 10,416 mmHg.
Variabel rs p* Pada penelitian ini terdapat hubungan
rata
Kualitas 5,81 2,735 0,292 0,020 kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik
Tidur maupun diastolik. Hasil tersebut sesuai dengan
Tekanan 125,06 17,117 penelitian yang dilakukan Asmarita (2013)
Darah dengan sampel pasien hipertensi, menyatakan
sistolik bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dengan
*Rank Spearman tekanan darah pasien hipertensi dengan nilai p=
0,009. Menurut Gangwisch (2006), saat sese-
Pada penelitian ini terdapat hubungan antara orang mengalami gangguan tidur, maka hipo-
kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik talamus akan mengaktifkan 2 sumbu yaitu
dengan nilai p= 0,020 dan nilai Correlation medulla adrenal sympatic dan hipotalamic
Coefficient 0,292. Rata-rata kualitas tidur pituitary adrenal-axis.
5,81 2,735 dan rata-rata tekanan darah sistolik Pada saat stressor datang disebabkan oleh
gangguan tidur, maka hormon norepinfrin dan
125,06 17,117 mmHg.
epinefrin disekresikan oleh kelenjar medulla
adrenal dan efek dari perangsangannya yaitu
3.7 Hubungan Kualitas Tidur dengan langsung pada organ-organ spesifik seperti
Tekanan Darah Sisitolik pembuluh darah dan jantung. Kedua hormon
Pada kondisi gangguan tidur, tubuh
tersebut langsung membuat pembuluh darah
cenderung memiliki laju metabolisme yang tinggi
setiap jaringan akan mengalami vasokontriksi
oleh karena itu dibutuhkan banyak glukosa
sehingga membuat tahanan perifer meningkat
sebagai bahan bakar pembentuk energi. Hormon yang akhirnya dapat meningkatkan tekanan
lain yang dikeluarkan oleh hipotalamus yaitu
darah.
vasopressin, hormon ini memiliki fungsi utama
meningkatkan reabsorbsi air di tubulus distal dan
3.8 Hubungan Aktivitas Fisik dengan
tubulus kolektivus renal untuk kembali ke dalam
Tekanan Darah Sistolik
darah yang akan membantu mengatur volume
Aktivitas fisik sangat penting peranannya
cairan tubuh. Jika vasopressin meningkat karena
terutama bagi lansia. Dengan melakukan aktivitas
rangsangan oleh hipotalamus maka terjadi fisik, maka lansia dapat mempertahankan bahkan
peningkatan reabsorbsi H2O yang akan menye- meningkatkan derajat kesehatannya. Namun,
babkan peningkatan volume plasma yang akan karena keterbatasan fisik yang dimiliki lansia
meningkatkan curah jantung sehingga tekanan
akibat pertambahan usia serta perubahan dan
darah meningkat (Astuti, 2016).
penurunan fungsi fisiologis, maka lansia memer-
lukan beberapa penyesuaian dalam melakukan
Tabel 9 Hasil Uji Hubungan Kualitas Tidur
aktivitas fisik sehari-hari (Fatimah, 2010).
dengan Tekanan Darah diastolik
Rata- Tabel 10. Hasil Uji Korelasi Aktivitas Fisik
Variabel rs p*
rata dengan Tekanan Darah Sistolik
Kualitas 5,81 2,735 0,308 0,014
Rata-
tidur Variabel rs P*
rata
Tekanan 85,87 10,416
Aktivitas 2957,16 768,24 - 0,007
Darah
Fisik 0,335
diastolic
Tekanan 125,06 17,117
*Rank Spearman
Darah
sistolik
Pada penelitian ini terdapat hubungan antara
*Rank Spearman
kualitas tidur dengan tekanan darah diastolik
dengan nilai p= 0,014 dan nilai Correlation

90
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui derajat kesehatan dan kebugaran jasmani
bahwa nilai p= 0,007, menyatakan bahwa ada (Wardani &Roosita, 2008). Menurut Kushartanti
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik (2006), aktivitas fisik dapat menyebabkan
dengan tekanan darah sistolik lansia dengan nilai seseorang menjadi lebih tenang, lebih kuat
Correlation Coefficient -0,335 yang artinya menghadapi stress dan memiliki indeks masa
semakin tinggi aktivitas fisik maka semakin tubuh yang cenderung normal.
rendah tekanan darah. Rata-rata skor aktivitas Aktivitas fisik juga melambatkan arteros-
fisik 2957,16 768,24 dan rata-rata tekanan klerosis dan menurunkan risiko serangan jantung
darah sistolik 125,06 17,117 mmHg. dan stroke dimana aktivitas fisik dapat mening-
katkan aliran darah ke jantung, menjaga
Tabel 11. Hasil Uji Korelasi Aktivitas Fisik elastisitas arteri dan fungsi arterial (Kowalski,
dengan Tekanan Darah Diastolik 2010). Menurut Indarwati (2012) aktivitas fisik
sedang hingga tinggi dapat mencegah kenaikan
Variabel Rata- rs P* tekanan darah yang sangat tinggi dimana dampak
rata lebih parahnya terkena stroke. Selain itu analisa
menyebutkan bahwa berjalan kaki menurunkan
Aktivitas 2957,16 768,24 - 0,025
tekanan darah pada orang dewasa sekitar 2%
Fisik 0,282
(Fitriana, 2007).
Tekanan 85,87 10,416
Darah
diastolic 4. SIMPULAN
1. Kualitas tidur lansia cenderung hampir sama
*Rank Spearman
yaitu kualitas tidur baik (50,8%) dan
kualitas tidur buruk (49,2%)
Berdasarkan hasil uji korelasi diketahui
2. Sebagian besar lansia di posyandu lansia
bahwa nilai p= 0,025, menyatakan bahwa ada
Desa Setrorejo Baturetno Wonogiri
hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik
melakukan aktivitas fisik berat (53,96%).
dengan tekanan darah diastolik lansia dengan
3. Sebagian besar lansia di posyandu lansia
nilai Correlation Coefficient -0,282 yang artinya
Desa Setrorejo Baturetno Wonogiri memiliki
semakin tinggi aktivitas fisik maka semakin
kategori tekanan darah normal (38,1%).
rendah tekanan darah. Rata-rata skor aktivitas
4. Ada hubungan yang signifikan antara
fisik 2957,16 768,24 dan rata-rata tekanan kualitas tidur dengan tekanan darah sistolik
darah diastolik 85,87 10,416 mmHg. (p= 0,020) dan diastolik (p= 0,014) pada
Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lansia di Posyandu Lansia Desa Setrorejo.
terdapat hubungan aktivitas fisik dengan tekanan 5. Ada hubungan yang signifikan antara
darah sistolik maupun diastolik dengan nilai aktivitas fisik dengan tekanan darah sistolik
correlation coefficient negatif. Pada uji korelasi (p= 0,007) dan diastolik (p= 0,025) pada
tersebut terdapat hubungan yang berbanding lansia di Posyandu Lansia Desa Setrorejo.
terbalik yaitu apabila semakin meningkat
aktivitas fisik maka tekanan darah akan menurun. 5. REFERENSI
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang Anggraini, Ade Dian. Waren, Annes.
dilakukan Paruntu dan Rumagit (2015) yaitu ada Situmorang, Eduward. Asputra, Hen-
hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik
dra. Siahaan, Sylvia Sagita. 2009.
dengan tekanan darah pada lansia. Hasil pene-
litian tersebut sesuai dengan penelitian Budiono Faktor-Faktor Yang Berhubungan
(2015) pada lanjut usia di Desa Ngabean, dengan Kejadian Hipertensi Pada
Kebumen dengan hasil penelitian ada hubungan Pasien Yang Berobat di Poliklinik
antara aktivitas fisik dengan status kesehatan Dewasa Puskesmas Bangkinang
hipertensi pada lanjut usia. Periode Januari Sampai Juni 2008.
Aktivitas fisik yang terukur, benar dan tera- Pekan baru Riau: Faculty of
tur dapat mengurangi risiko terjadinya penyakit Medicine, Universitas Riau. Jurnal
tidak menular (PTM) dan dapat meningkatkan Kesehatan Masyarakat.

91
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Asmarita, I. 2013. Hubungan antara Kualitas Mengikuti UKM dan Tidak Mengi-
Tidur dengan Tekanan Darah Pada kuti UKM pada Mahasiswa Reguler
Pasien Hipertensi di Rumah Sakit Fakultas Ilmu Keperawatan.Skripsi.
Umum Daerah Karanganyar. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan,
Surakarta : UMS Universitas Indonesia.
Astuti, WK. 2016. Hubungan Aktivitas Fisik Kowalski, R. 2010. Terapi Hipertensi. Ban-
dengan Tekanan Darah pada Lansia di dung: Mizan Pustaka
Posyandu Padukuhan Medari Gede
Caturharjo Seleman Yogyakarta. Krishnan, A, Garg, R, Kahadaliyanage, A.
Skripsi. Yogyakarta: STIKES Jendral 2013.Hypertension in the sount–east
Achmad Yani. asian region : an overview’.Journal
Regional Health Forumvol. 17, no.1,
Budiono. 2015. Hubungan Antara Aktifitas hlm.7-14.
Fisik dengan Status Kesehatan
Hipertensi di Desa Ngabean, Kushartanti. 2006. Pengaruh latihan range of
Kecamatan, Mirit, Kabupaten motion (ROM) terhadap fleksibilitas
Kebumen. Skripsi. Kebumen : sendi pada lansia di Panti Wreda
STIKES Muhammadiyah Gombong Wening Wardoyo Ungaran.Jurnal
Media Ners. 1‫׃‬5-7.
Depkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Badan Penelitian dan Martuti. 2009. Merawat dan Menyembuhkan
Pengembangan Kesehatan Kemen- Hipertensi. Bantul: Kreasi Wacana
trian Kesehatan RI. Muhammadun. 2010. Hidup Bersama
Dinkes Provinsi Jawa Tengah. 2014. Buku Hipertensi. Yogyakarta: In Books
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Novitaningtyas, T. 2014. Hubungan
Tengah Tahun 2013. Semarang: Din- Karakteristik (Umur, Jenis Kelamin,
kes Provinsi Jawa Tengah. Tingkat Pendidikan) dan Aktivitas
Fatimah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Jakarta : Fisik dengan Tekanan Darah pada
Erlangga Lansia di Kelurahan Makam Haji
Kecamatan Kartasura Kabupaten
Fitriana, N. 2007. Hipetensi pada Lansia. Sukoharjo. Skripsi. Surakarta: UMS.
Jakarta : Erlangga
Noviyanti. 2015. Hipertensi Kenali, Cegah &
Gangwich, J. 2006. Short Sleep Duration as a Obati. Yogyakarta: Notebook
Risk Factor for Hypertension.
Analyses of The First National Health Nurrahmani, U. 2012. Stop Hipertensi.
and Nutrition Examination Survey. Yogyakarta: Familia.
American : Heart Association. Paruntu, OL & Rumangit, FA. 2015.
Havisa, Riska. 2014. Hubungan Kualitas Hubungan Aktivitas Fisik, Status
Tidur dengan Tekanan Darah pada Gizi, dan Hipertensi pada Pegawai di
Usia Lanjut di Posyandu Lansia Wilayah Kecamata Tomoton Utara.
Dusun Jelapan Sindumartani Jurnal Gizi DO. Vol. 7 No. 1
Ngemplak Sleman Yogyakarta. Jurnal Pinson, R. 2009. Awas Stroke. Yogyakarta :
Keperawatan Komunitas. CV. Adi Offset
Indarwati, Nova. 2012. Hubungan antara
Kualitas Tidur Mahasiswa yang

92
PROFESI (Profesional Islam)
Media Publikasi Penelitian; 2018; Volume 15; No 2.
Website: ejournal.stikespku.ac.id

Riskesdas. 2013. Badan Penelitian dan Wardani, NEJ. & K. Roosita. 2008. Aktivitas
Pengembangan Kesehatan Kemen- Fisik, Asupan Energi dan Produk-
trian Kesehatan RI. Jakarta tivitas Kerja Pria Dewasa: Studi Ka-
sus di Perkebunan Teh Malabar PTPN
Santoso, AP. 2013. Hubungan Antara Akti- VIII Bandung, Jawa Barat. Jurnal
vitas Fisik dan Asupan Magnesium Gizi dan Pangan, 3 (2), hal. 71-78.
dengan Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi Rawat Jalan RSUD Dr. World Health Organization. 2011. Global
Moewardi di Surakarta. Skripsi. Status Report on Noncommunicable
Surakarta: UMS. Diseases 2010. Geneva.

93

Anda mungkin juga menyukai