Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN IKM-IKK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

PENYAKIT AKIBAT RADIASI ELEKTROMAGNETIK

PENYUSUN:
Nur Aisiyah Sakti
K1A1 14 066

PEMBIMBING:
dr. Satrio Wicaksono, M. Sc

KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN IKM-IKK


RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI BAHTERAMAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan
masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan
faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja. Bahaya pekerjaan (akibat
kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau
kronis.1 Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubungannya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari
kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan kerja mempelajari
dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan akibat hubungan interaktif
tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
1. Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain: bising,
panas, debu, parasit, dan lain-lain. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa
dicapai suatu kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat
ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit
ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktifitas kerja.2
Potensi bahaya akibat kerja dibagi menjadi 5 (lima) golongan, yaitu:

1. Golongan fisika

Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion dan non

pengion dan tekanan udara


2. Golongan kimia

Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan,

kabut, partikel nano dan lain-lain.

3. Golongan biologi

Bakteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain.

4. Golongan ergonomi

Angkat angkut berat, posisi kerja janggal, posisi kerja statis, gerak

repetitif, penerangan, Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.

5. Golongan psikososial

Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton,

hubungan interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.

Radiasi pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber

energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Gelombang radio, sinyal

televisi, sinar radar, cahaya tak terlihat, sinar-x dan sinar gamma merupakan

contoh-contoh gelombang elektromagnetik. Tingkat paparan gelombang

elektromagnetik dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan sejalan dengan

perkembangan teknologi yang menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan dari

gelombang elektromagnetik ini dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik

manusia. Banyak kalangan mengklaim bahwa gelombang elektromagnetik yang

dipancarkan oleh alat-alat listrik dapat mengganggu kesehatan pengguna dan

orang-orang yang berdiri di sekitarnya.3

Radiasi gelombang elektromagnetik memiliki spektrum sangat luas, mulai

dari frekuensi ekstrim,rendah hingga yang sangat tinggi . Perlu diketahui bahwa
arus bolak-balik menghasilkan medan elektromagnetik yang dihasilkan peralatan

listrik, misalnya medan frekuensi sangat rendah (ELF). Paparan medan

elektromagnetik Extremely low frequency (ELF) dilingkungan senantiasa semakin

meningkat seiring dengan peningkatan teknologi pemanfaatan peralatan berenergi

listrik dalam kehidupan ini. Secara teoritis radiasi elektromagnetik menimbulkan

gangguan pada kesehatan jika melebihi ambang batas. Angka yang dikeluarkan

oleh International Radiation Protection Association (IRPA) dan WHO tentang

batasan pajanan kuat medan listrik yang diduga dapat menimbulkan efek biologis

yaitu 5 kV/m.3

Radiasi elektromagnetik yang berupa radiasi frekuensi radio atau microwave

yang bersumber dari bumi, bisa diperoleh dari kehidupan organisme, sumber-

sumber radiasi beserta penerapannya secara medis seperti MRI ( Magnetic

Resonansi Imaging), penerapan pada industri seperti proses penyegelan melalui

pemanasan dan penerapan deteksi sebagai suatu sistem pengaman dan radar dari

perlengkapan alat telekomunikasi. Sumber- sumber radiasi elektromagnetik yang

berasal dari bumi diantaranya meliputi signal-signal televisi bersilangan, telepon,

gelombang elektromagnetik dari bola-bola lampu, sinar X.4

Interaksi radiasi pengion dengan tubuh manusia akan mengakibatkan

terjadinya efek kesehatan. Efek kesehatan ini yang dimulai dengan peristiwa yang

terjadi pada tingkat molekuler dan kemudian akan berkembang menjadi gejala

klinis. Sifat dan keparahan gejala dan juga waktu kemunculannya sangat

bergantung pada jumlah dosis radiasi yang diserap dan laju penerimaannya.9
Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena terpapar

oleh sinar-X segera teramati tidak berselang lama dari penemuan sinar-X. Efek

merugikan itu berupa kerontokan rambut dan kerusakan kulit. Berdasarkan data

pada tahun 1897 di Amerika Serikat dilaporkan adanya 69 kasus kerusakan kulit

yang disebutkan oleh sinar-X, pada tahun 1902 angka yang dilaporkan meningkat

menjadi 170 kasus. Pada tahun 1911 di Jerman juga dilaporkan adanya 94 kasus

tumor yang disebabkan oleh sinar-X. Meskipun beberapa efek dari sinar-X telah

teramati, namun upaya perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X tersebut

belum terpikirkan. Mengingat potensi bahaya radiasi yang besar dalam

pemanfaatan sinar-X dan belajar dari peristiwa kecelakaan radiasi diberbagai

belahan dunia ternyata kesalahan tidak hanya pada operator tetapi juga melibatkan

semua tingkat manajemen sehingga faktor keselamatan tetap diutamakan, oleh

karena itu budaya keselamatan merupakan suatu hal yang penting sehingga harus

menjadi sasaran yang ingin diwujudkan dalam pemanfaatan tenaga nuklir dan

radiasi pengion yaitu sikap mental yang mempunyai rasa tanggung jawab dan

komitmen seluruh jajaran manajemen hingga pekerja paling rendah.7

1.2.Tujuan
Untuk mengetahui akibat dari radiasi gelombang elektromagnetik
berdasarkan pendekatan kedokteran keluarga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Radiasi Gelombang Elektromagnetik


2.1.1. Definisi
Radiasi pada dasarnya adalah suatu cara perambatan energi dari sumber

energi ke lingkungannya tanpa membutuhkan medium. Gelombang radio, sinyal

televisi, sinar radar, cahaya tak terlihat, sinar-x dan sinar gamma merupakan

contoh-contoh gelombang elektromagnetik. Tingkat paparan gelombang

elektromagnetik dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan sejalan dengan

perkembangan teknologi yang menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan dari

gelombang elektromagnetik ini dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik

manusia. Banyak kalangan mengklaim bahwa gelombang elektromagnetik yang

dipancarkan oleh alat-alat listrik dapat mengganggu kesehatan pengguna dan

orang-orang yang berdiri di sekitarnya. Anggapan ini dibenarkan oleh para ahli

bidang telekomunikasi.3

2.1.2. Jenis Radiasi Gelombang Elektromagnetik


Ada dua jenis radiasi, jenis pertama adalah partikel alpha dan beta yang

berasal dari material radioaktif; dan gelombang elektromagnetik atau photon

adalah jenis yang kedua. Disini radiasi yang menjadi pokok bahasan hanya pada

gelombang elektromagnetik.4

Spektrum gelombang elektromagnetik terdiri dari urutan:

gelombang radio dan televisi

 gelombang mikro

 infra merah
 cahaya tampak

 ultraviolet

 sinar x

 sinar gamma

Urutan dari atas ke bawah adalah frekuensi makin besar serta panjang

gelombang makin pendek karena frekuensi dan panjang gelombang berbanding

terbalik. Contoh spektrum elektromagnetik adalah :

1. Gelombang radio, dikelompokkan menurut panjang gelombang atau

frekuensinya. Jika panjang gelombang tinggi, maka pasti frekuensinya

rendah atau sebaliknya. Frekuensi gelombang radio mulai dari 30 kHz

ke atas dan dikelompokkan berdasarkan lebar frekuensinya.

Gelombang radio dihasilkan oleh muatan-muatan listrik yang

dipercepat melalui kawat-kawat penghantar. Muatan-muatan ini

dibangkitkan oleh rangkaian elektronika yang disebut osilator.

Gelombang radio ini dipancarkan dari antena dan diterima oleh antena

pula. Kamu tidak dapat mendengar radio secara langsung, tetapi

penerima radio akan mengubah terlebih dahulu energi gelombang

menjadi energi bunyi.

2. Gelombang mikro (mikrowaves) adalah gelombang radio dengan


frekuensi paling tinggi yaitu diatas 3 GHz. Jika gelombang mikro

diserap oleh sebuah benda, maka akan muncul efek pemanasan pada

benda itu. Jika makanan menyerap radiasi gelombang mikro, maka

makanan menjadi panas dalam selang waktu yang sangat singkat.


Proses inilah yang dimanfaatkan dalam microwave oven untuk

memasak makanan dengan cepat dan ekonomis. Gelombang mikro

juga dimanfaatkan pada pesawat RADAR (Radio Detection and

Ranging) RADAR berarti mencari dan menentukan jejak sebuah

benda dengan menggunakan gelombang mikro. Pesawat radar

memanfaatkan sifat pemantulan gelombang mikro. Karena cepat

rambat glombang elektromagnetik c = 3 X 108 m/s, maka dengan

mengamati selang waktu antara pemancaran dengan penerimaan.

3. Sinar Inframerah, meliputi daerah frekuensi 1011Hz sampai 1014 Hz


atau daerah panjang gelombang 10-4 cm sampai 10-1 cm. jika kamu

memeriksa spektrum yang dihasilkan oleh sebuah lampu pijar dengan

detektor yang dihubungkan pada miliampermeter, maka jarum

ampermeter sedikit diatas ujung spektrum merah. Sinar yang tidak

dilihat tetapi dapat dideteksi di atas spektrum merah itu disebut

radiasi inframerah. Sinar infamerah dihasilkan oleh elektron dalam

molekul-molekul yang bergetar karena benda diipanaskan. Jadi setiap

benda panas pasti memancarkan sinar inframerah. Jumlah sinar

inframerah yang dipancarkan bergantung pada suhu dan warna benda.

4. Cahaya tampak, sebagai radiasi elektromagnetik yang paling dikenal

oleh kita dapat didefinisikan sebagai bagian dari spektrum gelombang

elektromagnetik yang dapat dideteksi oleh mata manusia. Panjang

gelombang tampak nervariasi tergantung warnanya mulai dari

panjang gelombang kirakira 4 x 10-7 m untuk cahaya violet (ungu)


sampai 7x 10-7 m untuk cahaya merah. Kegunaan cahaya salah

satunya adalah penggunaan laser dalam serat optik pada bidang

telekomunikasi dan kedokteran .

5. Sinar ultraviolet, mempunyai frekuensi dalam daerah 1015 Hz sampai

1016 Hz atau dalam daerah panjang gelombagn 10-8 m 10-7 m.

gelombang ini dihasilkan oleh atom dan molekul dalam nyala listrik.

Matahari adalah sumber utama yang memancarkan sinar ultraviolet

dipermukaan bumi,lapisan ozon yang ada dalam lapisan atas

atmosferlah yang berfungsi menyerap sinar ultraviolet dan

meneruskan sinar ultraviolet yang tidak membahayakan kehidupan

makluk hidup di bumi.

6. Sinar X, mempunyai frekuensi antara 10 Hz sampai 10 Hz . panjang

gelombangnya sangat pendek yaitu 10 cm sampai 10 cm. meskipun

seperti itu tapi sinar X mempunyai daya tembus kuat, dapat

menembus buku tebal, kayu tebal beberapa sentimeter dan pelat

aluminium setebal 1 cm.5


2.1.3. Pemanfaatan Gelombang Elektromagnetik

Gambar: gelombang elektromagnetik

Aplikasi Gelombang Elektromagnetik pada kehidupan sehari-hari

1. Sinar Gamma (γ)

Sinar gamma termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai

frekuensi antara 1020 Hz-1025 Hz. Sinar gamma merupakan hasil reaksi yang

terjadi dalam inti atom yang tidak stabil. Sinar gamma mempunyai daya tembus

yang paling kuat dibanding gelombang elektromagnetik yang lain. Sinar gamma

dapat menembus pelat besi yang tebalnya beberapa cm. Penyerap yang baik

untuk sinar gamma adalah timbal (Pb). Aplikasi sinar gamma dalam bidang

kesehatan adalah untuk mengobati pasien yang menderita penyakit kanker atau

tumor. Sumber radiasi yang sering digunakan pada pengobatan penyakit ini
adalah Cobalt-60 atau sering ditulis Co-60. Salah satu alat untuk mendeteksi sinar

gamma adalah detektor Geiger-Muller. Ada jenis detektor sinar gamma yang

lain yaitu detektor sintilasi NaI-TI.

2. Sinar-X (Rontgen)

Sinar-X ditemukan oleh Wilhem Conrad Rontgen pada tahun 1895

sehingga sering disebut sebagai sinar rontgen. Sinar-X termasuk

gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 1016 Hz-1020

Hz. Sinar-X merupakan hasil transisi elektron-elektron di kulit bagian dalam

atom. Sinar-X mempunyai daya tembus terbesar kedua sesudah sinar gamma.

Sinar-X dapat menembus daging manusia. Aplikasi Sinar-X dalam bidang

kesehatan untuk mengecek pasien yang mengalami patah tulang. Sinar-X juga

digunakan di bandara pada pengecekan barang-barang penumpang di pesawat.

Di pelabuhan digunakan untuk mengecek barang-barang (peti kemas) yang akan

dikirim dengan kapal laut.

3. Sinar Ultraviolet (UV)

Sinar ultraviolet termasuk gelombang elektromagnetik yang mempunyai

frekuensi antara 1015 Hz -1016 Hz. Sinar ultraviolet ini merupakan hasil

transisi elektron-elektron pada kulit atom atau molekul. Sinar ultraviolet tidak

tampak dilihat oleh mata telanjang tetapi sinar ini dapat dideteksi dengan

menggunakan pelat-pelat film tertentu yang peka terhadap gelombang

ultraviolet. Matahari merupakan sumber radiasi ultraviolet yang alami. Sinar

ultraviolet yang dihasilkan oleh matahari tidak baik pada kesehatan khususnya

kulit jika mengenai manusia. Manusia terlindungi dari sinar ultraviolet dari
matahari karena adanya lapisan ozon di atmosfer yang berfungsi menyerap

sinar ultraviolet ini. Aplikasi sinar ultraviolet : banyak dipakai di laboratorium

pada penelitian bidang spektroskopi, salah contohnya untuk mengetahui

unsur-unsur yang ada dalam bahan-bahan tertentu.

4. Sinar Tampak (Cahaya)

Sinar tampak sering juga disebut sebagai cahaya. Sinar tampak termasuk

gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 4,3 x 1014 Hz -7 x

1014 Hz. Matahari merupakan sumber cahaya tampak yang alami. Sinar tampak

ini terdiri dari berbagai warna, dari warna merah, jingga, kuning, hijau, biru,

dan ungu. Kita semua bisa melihat warna benda karena benda memantulkan

warna-warna ini dan masuk kembali ke mata kita. Aplikasi : dengan cahaya

kita bisa melihat indahnya pemandangan, kita dapat memotret sehingga

gambarnya menjadi berwarna seperti aslinya, kita dapat melihat televisi berwarna,

dan sebagainya. Sinar tampak juga banyak dipakai dalam bidang

spektroskopi untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam bahan.

5. Sinar Inframerah (IR)

Sinar inframerah ini merupakan hasil transisi vibrasi atau rotasi pada

molekul. Sinar inframerah termasuk gelombang elektromagnetik yang

mempunyai frekuensi di bawah 4,3 x 1014 Hz sampai sekitar 3 Ghz. Sinar

inframerah tidak tampak dilihat oleh mata telanjang tetapi sinar infra merah

dapat dideteks dengan menggunakan pelat-pelat film tertentu yang peka terhadap

gelombang inframerah. Aplikasi : Pesawat udara yang terbang tinggi ataupun

satelit-satelit dapat membuat potret-potret permukaan bumi, dengan


mempergunakan gelombang inframerah. Sinar inframerah juga banyak dipakai

dalam bidang spektroskopi untuk mengetahui unsur-unsur yang ada dalam

bahan.

6. Gelombang Radar (Gelombang Mikro)

Gelombang mikro (microwave) mempunyai frekuensi di kisaran 3 GHz.

Aplikasi : Gelombang mikro ini dapat digunakan untuk alat komunikasi,

memasak (microwave), dan radar (Radio Detection and Ranging).Dalam bidang

transportasi, gelombang radar dipakai untuk membantu kelancaran lalu

lintas pesawat di pangkalan udara atau bandara. Gelombang radar

digunakan juga pada bidang pertahanan yaitu untuk melengkapi

pesawat tempur sehingga bisa mengetahui keberadaan pesawat musuh.

7. Gelombang Televisi

Gelombang televisi mempunyai frekuensi yang lebih tinggi dari

gelombang radio. Gelombang televisi ini merambat lurus, tidak dapat

dipantulkan oleh lapisan-lapisan atmosfer bumi. Aplikasi : Gelombang televisi

banyak dipakai dalam bidang komunikasi dan siaran.

8. Gelombang Radio

Gelombang radio ini dipancarkan dari antena pemancar dan diterima

oleh antena penerima. Luas daerah yang dicakup dan panjang gelombang

yang dihasilkan dapat ditentukan dengan tinggi rendahnya antena. Gelombang

radio tidak dapat secara langsung didengar,tetapi energi gelombang ini harus

diubah menjadi energi bunyi oleh pesawat radio sebagai penerima aplikasi :
Gelombang radio sering digunakan untuk komunikasi yaitu penggunaan

pesawat telepon, telepon genggam (hand phone), dan sebagainya.6

2.1.4. Efek Radiasi Elektromagnetik

Tubuh manusia akan tersinari oleh berbagai frekuensi gelombang

magnetik yang kompleks. Tingkat paparan gelombang elektromagnetik dari

berbagai frekuensi berubah secara signifikan sejalan dengan perkembangan

teknologi yang menimbulkan kekhawatiran bahwa paparan dari gelombang

elektromagnetik ini dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan fisik manusia.

Ada kemungkinan gangguan tersebut adalah electrical sensitivity. Electrical

sensitivity adalah gangguan fisiologis dengan tanda dan gejala neurologis maupun

kepekaan, berupa berbagai gejala dan keluhan. Gangguan ini umumnya

disebabkan oleh radiasi elektromagnetik yang berasal dari jaringan listrik

tegangan tinggi atau ekstra tinggi, peralatan elektronik di rumah, di kantor

maupun industri. Termasuk telepon seluler (ponsel) maupun microwave oven,

ternyata sangat potensial menimbulkan berbagai keluhan tersebut.1

Menurut The National Radiological Protection Board (NPRB) UK, Inggris

dalam Swamardika, 2009.1 Efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang

elektromagnetik dari telepon seluler dibagi menjadi dua yaitu :

1. Efek fisiologis

Efek fisiologis merupakan efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang

elektromagnetik tersebut yang mengakibatkan gangguan pada organ-organ tubuh

manusia berupa, kangker otak dan pendengaran, tumor, perubahan pada jaringan
mata, termasuk retina dan lensa mata, gangguan pada reproduksi, hilang ingatan,

kepala pening.

2. Efek psikologis

Merupakan efek kejiwaan yang ditimbulkan oleh radiasi tersebut misalnya

timbulnya stress dan ketidaknyamanan karena penyinaran radiasi berulang-ulang.1

Risiko bahaya yang mungkin terjadi pada pekerja radiasi yaitu efek

deterministik dan efek stokastik. Pengaruh sinar X dapat menyebabkan kerusakan

haemopoetik (kelainan darah) seperti: anemia, leukimia, dan leukopeni yaitu

menurunnya jumlah leukosit (dibawah normal atau <6.000 m3). Pada manusia

dewasa, leukosit dapat dijumpai sekitar 7.000 sel per mikroliter darah.12

Efek Deterministik ( efek non stokastik), efek ini terjadi karena adanya

proses kematian sel akibat paparan radiasi yang mengubah fungsi jaringan yang

terkena radiasi. Efek ini dapat terjadi sebagai akibat dari paparan radiasi pada

seluruh tubuh maupun lokal. Efek deterministik timbul bila dosis yang diterima di

atas dosis ambang dan umumnya timbul beberapa saat setelah terpapar radiasi.

Tingkat keparahan efek deterministik akan meningkat bila dosis yang diterima

lebih besar dari dosis ambang yang bervariasi bergantung pada jenis efek. Pada

dosis lebih rendah dan mendekati dosis ambang, kemungkinan terjadinya efek

deterministik dengan demikian adalah nol. Sedangkan diatas dosis ambang,

peluang terjadinya efek ini menjadi 100%.8

Efek stokastik dosis radiasi serendah apapun selalu terdapat kemungkinan

untuk menimbulkan perubahan pada sistem biologik, baik pada tingkat molekul

maupun sel. Dengan demikian radiasi dapat pula tidak membunuh sel tetapi
mengubah sel-sel yang mengalami modifikasi atau sel yang berubah ini

mempunyai peluang untuk lolos dari sistem pertahanan tubuh yang berusaha

untuk menghilangkan sel seperti ini. Semua akibat proses modifikasi atau

transformasi sel ini disebut efek stokastik yang terjadi secara acak. Efek stokastik

terjadi tanpa ada dosis ambang dan baru akan muncul setelah masa laten yang

sama. Semakin besar dosis paparan, semakin besar peluang terjadinya efek

stokastik, sedangkan tingkat keparahannya tidak ditentukan oleh jumlah dosis

yang diterima. Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat-

sifat sel yang baru tersebut akan mewariskan kepada turunannya sehingga timbul

efek genetik atau pewarisan. Apabila sel ini adalah sel somatik maka sel-sel

tersebut dalam jangka waktu yang relatif lama, ditambah dengan pengaruh dari

bahan-bahan yang bersifat toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi

jaringan ganas atau kanker.8


2.1.5. Gejala Klinis
Interaksi radiasi pengion dengan tubuh manusia akan mengakibatkan

terjadinya efek kesehatan. Efek kesehatan ini, yang dimulai dengan peristiwa yang

terjadi pada tingkat molekuler, akan berkembang menjadi gejala klinis. Sifat dan

keparahan gejala, dan juga waktu kemunculannya, sangat bergantung pada jumlah

dosis radiasi yang diserap dan laju penerimaannya.2

Beberapa survey dan laporan tentang efek kesehatan yang bersifat subjektif

akibat radiasi elektromagnetik di atas batas keamanan yang telah

direkomendasikan, diantaranya adalah kecemasan, hipertensi, sakit kepala, mual

dan perasaan lelah. Dari beberapa studi epidemiologi pada populasi manusia dari

rekam medis, kuisioner dan tes fisik, menunjukan bahwa paparan kronik radiasi

elektromagnetik dapat meningkatkan insiden gejala secara fisik seperti penyakit

hati, kanker, kelahiran abnormal, abortus, sedangkan gejala-gejala subjektif yang

timbul termaksud neuroshtemia, sakit kepala, gangguan tidur, dan kurangnya

konsentrasi.5

2.1.6. Diagnosis

Dalam menegakkan diagnosis penyakit akibat kerja memiliki beberapa

aspek :

1. Aspek medik: dasar tata laksana medis dan tata laksana penyakit akibat kerja

serta membatasi kecacatan dan keparahan penyakit.

2. Aspek komunitas: untuk melindungi pekerja lain

3. Aspek legal: untuk memenuhi hak pekerja


Diagnosis penyakit akibat kerja dilakukan dengan pendekatan sistematis untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan dalam melakukan interpretasi secara

tepat. Pendekatan tersebut dilakukan melalui 7 (tujuh) langkah diagnosis penyakit

akibat kerja dilakukan sebagai berikut :

 Langkah 1. Menegakkan diagnosis klinis

Diagnosis klinis harus ditegakkan terlebih dahulu dengan melakukan:

1. anamnesa;

2. pemeriksaan fisik;

3. bila diperlukan dilakukan pemeriksaan penunjang dan pemeriksaan khusus.

 Langkah 2. Menentukan pajanan yang dialami pekerja di tempat kerja.

Beberapa pajanan dapat menyebabkan satu penyakit, sehingga dokter harus

mendapatkan informasi semua pajanan yang dialami dan pernah dialami oleh

pekerja. Untuk memperoleh informasi tersebut, dilakukan anamnesis pekerjaan

yang lengkap, mencakup:

1. Deskripsi semua pekerjaan secara kronologis dan pajanan yang

dialami (pekerjaan terdahulu sampai saat ini).

2. Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan.

3. Produk yang dihasilkan.

4. Bahan yang digunakan.

5. Cara bekerja.

6. Proses kerja.

7. riwayat kecelakaan kerja (tumpahan bahan kimia).

8. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan.


Informasi tersebut semakin bernilai, bila ditunjang dengan data yang objektif,

seperti MSDS (Material Safety Data Sheet) dari bahan yang digunakan dan

catatan perusahaan mengenai informasi tersebut diatas.

 Langkah 3. Menentukan hubungan antara pajanan dengan diagnosis Klinis

Pajanan yang teridentifikasi berdasarkan evidence based dihubungkan dengan

penyakit yang dialami. Hubungan pajanan dengan diagnosis klinis dipengaruhi

oleh waktu timbulnya gejala setelah terpajan oleh bahan tertentu. Penyakit lebih

sering timbul apabila berada di tempat kerja dan berkurang saat libur atau cuti.

Hasil pemeriksaan pra-kerja dan berkala dapat digunakan sebagai salah satu data

untuk menentukan penyakit berhubungan dengan pekerjaannya.

 Langkah 4. Menentukan besarnya pajanan Penilaian untuk menentukan

kecukupan pajanan tersebut untuk menimbulkan gejala penyakit dapat dilakukan

secara:

1. kualitatif :

a. pengamatan cara, proses dan lingkungan kerja dengan

memperhitungkan lama kerja dan masa kerja.

b. Pemakaian alat pelindung secara benar dan konsisten untuk

mengurangi besar pajanan.

2. kuantitatif :

a. data pengukuran lingkungan kerja yang dilakukan secara periodik.

b. data monitoring biologis.


 Langkah 5. Menentukan faktor individu yang berperan terhadap timbulnya

penyakit antara lain: jenis kelamin, usia, kebiasaan, riwayat penyakit keluarga

(genetik), riwayat atopi, penyakit penyerta.

 Langkah 6. Menentukan pajanan di luar tempat kerja Penyakit yang timbul

mungkin disebabkan oleh pajanan yang sama di luar tempat kerja sehingga perlu

informasi tentang kegiatan yang dilakukan di luar tempat kerja seperti hobi,

pekerjaan rumah dan pekerjaan sampingan.

 Langkah 7. Menentukan Diagnosis Penyakit Akibat Kerja Berdasarkan

enam langkah diatas, dibuat kesimpulan penyakit yang diderita oleh pekerja

adalah penyakit akibat kerja atau bukan penyakit akibat kerja.10

2.1.7. Penanganan dalam Kedokteran Okupasi


Pengendalian risiko dalam kedokteran okupasi ada 6 (enam), yaitu :
1) Eliminasi (elimination) Eliminasi adalah suatu pengendalian risiko yang
bersifat permanen dan harus dicoba untuk diterapkan sebagai pilihan prioritas
pertama. Eliminasi dapat dicapai dengan memindahkan objek kerja atau sistem
kerja yang berhubungan dengan tempat kerja yang kehadirannya pada batas yang
tidak dapat diterima oleh ketentuan, peraturan atau standar baku K3 atau kadarnya
melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) diperkenankan. Eliminasi adalah cara
pengendalian risiko yang paling baik, karena risiko terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja ditiadakan.
2) Substitusi (substitution) Pengendalian ini dimaksudkan untuk
menggantikan bahanbahan dan peralatan yang lebih berbahaya dengan yang
kurang berbahaya atau yang lebih aman, sehingga pemaparannya selalu dalam
batas yang masih diterima.
3) Rekayasa teknik (engineering control) Pengendalian atau rekayasa teknik
termasuk merubah struktur objek kerja untuk mencegah tenaga kerja terpapar
kepada potensi bahaya, seperti pemberian pengaman mesin, penutup ban berjalan,
pembuatan struktur pondasi mesin dengan cor beton, pemberian alat bantu
mekanik, pemberian absorben suara pada dinding ruang mesin yang menghasilkan
kebisingan tinggi.
4) Isolasi (isolation) Isolasi merupakan pengendalian risiko dengan cara
memisahkan seseorang dari objek kerja, seperti menjalankan mesin-mesin
produksi dari tempat tertutup (control room).
5) Pengendalian Administrasi (administration control) Pengendalian
administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu sistem kerja yang dapat
mengurangi kemungkinan seseorang terpapar potensi bahaya. Metode
pengendalian ini sangat tergantung dari perilaku pekerjanya dan memerlukan
pengawasan yang teratur untuk dipatuhinya pengendalian administrasi ini. Metode
ini meliputi rekruitmen tenaga kerja baru sesuai jenis pekerjaan yang akan
ditangani, pengaturan waktu kerja dan waktu istirahat, rotasi kerja untuk
mengurangi kebosanan dan kejenuhan, penerapan prosedur kerja, pengaturan
kembali jadwal kerja, training keahlian dan training K3.
6) Alat Pelindung Diri (APD) merupakan sarana pengendalian yang
digunakan untuk jangka pendek dan bersifat sementara jika sistem pengendalian
yang lebih permanen belum dapat diimplementasikan. APD merupakan pilihan
terakhir dari suatu sistem pengendalian risiko di tempat kerja. Selain itu APD juga
mempunyai beberapa kelemahan antara lain:
a) APD tidak menghilangkan risiko bahaya yang ada, tetapi hanya membatasi
antara terpaparnya tubuh dengan potensi bahaya yang diterima. Bila penggunaan
APD gagal, maka secara otomatis bahaya yang ada akan mengenai tubuh pekerja.
b) Penggunaan APD dirasakan tidak nyaman, karena kekurangleluasaan gerak
pada waktu kerja dan dirasakan adanya beban tambahan karena harus dipakai
selama bekerja.11
Penggunaan perlengkapan proteksi radiasi dimaksudkan untuk memastikan agar

nilai batas dosis bagi pekerja tidak terlampaui, perlengkapan proteksi radiasi yang

harus tersedia pada suatu fasilitas radiodiagnostik adalah sebagai berikut:


a. Apron: apron yang setara dengan 0,2 mm Pb, atau 0,25 mm Pb untuk

penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mm Pb

untuk pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaran timah hitam harus

diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut.

b. Pelindung tiroid: pelindung tiroid yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1

mm Pb.

c. Pelindung gonad: pelindung gonad yang setara dengan 0,2 mm Pb,atau 0,25

mm Pb untuk penggunaan pesawat sinar-X radiodiagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau

0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X radiologi intervensional. Tebal kesetaran Pb

harus diberi tanda secara permanen dan jelas pada apron tersebut. Proteksi ini

harus dengan ukuran dan bentuk yang sesuai untuk mencegah gonad secara

keseluruhan dari paparan berkas utama.

d. Sarung tangan: sarung tangan proteksi yang digunakan untuk fluoroskopi harus

memberikan kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25 mm Pb pada 150 kVp.

Proteksi ini harus dapat melindungi secara keseluruhan, mencakup jari dan

pergelangan tangan.

e. Kacamata: kacamata yang terbuat dari bahan yang setara dengan 1 mm Pb.

f. Tirai: tirai yang digunakan oleh radiografer harus dilapisi dengan bahan yang

setara dengan 1 mm Pb, dengan ukuran tinggi 2 m dan lebar 1 m.

Selain itu, seluruh pekerja radiasi pada radiodiagnostik juga harus menggunakan

peralatan pemantau dosis perorangan. Sesuai dengan fungsinya, peralatan ini

membantu dalam memperkirakan dosis radiasi yang diterima oleh pekerja yang

menggunakan peralatan pemantau ini.


BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Berdasarkan paparan dalam materi ini, maka diperlukan usaha
preventif sebagai upaya pencegahan dari efek radiasi gelombang
elektromagnetik dimana lebih memperhatikan penggunaan Alat Pelindung
Diri (APD) selama terpapar oleh radiasi elektromagnetik dan
memperhatikan nilai ambang batas dari radiasi elektromagnetik tersebut
dan intensitas serta lamanya terpapar oleh radiasi elektromagnetik yang
ada dilingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA

1. Swamardika., 2009., Pengaruh Radiasi Gelombang Elektromagnetik


Terhadap Kesehatan Manusia. Vol. 8 No.1 Januari - Juni 2009, Bali

2. Uhud, dkk., 2008., Buku pedoman pelaksanaan kesehatan dan keselamatan


kerja untuk praktek dan praktikum., Surabaya

3. Anggraini, dkk., 2015., Buku Ajar Kedokteran Okupasi., Fakultas


Kedokteran Universitas Muhamadiyah Semarang, Semarang.

4. Rahmatullah., 2009., Pengaruh Gelombang Elektromagnetik Frekuensi


Ekstrim Rendah Terhadap Kadar Trigliserida Tikus Putih (Rattus
Norvegicus), skripsi, surakarta.

5. Riyadina., 1997., Efek biologi dari paparan radiasi elektromagnetik.,


Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Depkes RI, Media
litbangkes vol. VII no. 01.

6. Enny., 2014., Effek Samping Penggunaan Ponsel., GEMA TEKNOLOGI


Vol. 17 No. 4 Periode Oktober 2013 - April 2014, Semarang.

7. Mayerni, Ahmad, Abidin., 2013., Dampak Radiasi Terhadap Kesehatan


Pekerja Radiasi di RSUDArifin Achmad, RS Santa Maria dan RS Awal
Bros Pekanbaru, Program Studi Ilmu Lingkungan PPS Universitas Riau,
Riau.

8. Hidayatullah., 2017., Dampak Tingkat Radiasi Pada Tubuh Manusia,


Jurnal Mutiara Elektromedik Vol 1 No 1, Medan.

9. Hiswara., 2015., Buku Pintar Proteksi dan Keselamatan Radiasi di Rumah


Sakit, Jakarta Selatan.

10. Republik Indonesia., 2016., Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 56 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Penyakit Akibat
Kerja. Jakarta.
11. Wulandari., 2011., Identifikasi Bahaya, Penilaian, dan Pengendalian
Risiko Area Produksi Line 3 Sebagai Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
di PT. Coca Cola Amatil Indonesia Central Java, Surakarta.

12. Dianasari, Koesyanto, 2017., Penerapan Manajemen Keselamatan Radiasi


Di Instalasi Radiologi Rumah Sakit,
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujph, Semarang.

Anda mungkin juga menyukai