TUGAS AKHIR
Diajukan Oleh :
FINAL PROJECT
By :
ii
iii
iv
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa universitas sanata dharma :
NIM : 015214119
Dibuat diyogyakarta
Yang menyatakan.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas kasih
karunia, bimbingan dan penyertaan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
Penyusunan tugas akhir ini adalah salah satu syarat memperoleh gelar
Dharma.
akhir ini :
1. Romo Ir. Greg Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.A., M.Sc., selaku Dekan
2. Bapak Budi Sugiharto, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Sanata Dharma.
vi
6. Bapak Martono, Laboran Ilmu Logam yang banyak membantu dalam
penelitian.
7. Alm, Bapak dan Ibu yang selalu mendukung baik moril maupun materi,
8. Istriku Feri Tyas Maharani, dan adikku Sri Tanjung terima kasih atas
kerjasamanya.
11. Rekan-rekan dan semua pihak yang membantu dalam penulisan tugas
akhir ini.
Penulis
vii
INTISARI
viii
ABSTRACT
This Research was held to compare the tensile intensity, the fatigue
intensity, the brinell hardness, the macrostructures and microstructures of low-
carbon steels which got steel-treating process. The samples that were used in this
research were low-carbon steels. The chemical composition of the low-carbon
steels are C 0,195%, Cr 0,001%, Mn 0,514%, Mo 0,109%, Si 0,136%.
The process of this research was done by giving the specimen a treatment
920°C and 450°C. When it reached the expected temperature, the temperature was
restrained until 3 hours to get the same temperature. After that some specimen got
a slow cooling treatment and the other got a quick cooling treatment by giving
them water. In this research the writer held some tests to the specimen. They are
stress test, fatigue test, hardness test, microstructure test, and macrostructure test.
The result of the stress test is that the tensile intensity of steel with
annealing treatment is lower than stell with quencing treatment, tempering
treatment and also tempering with quick cooling treatment. While the result of the
fatigue test is that the fatigue intensity of steel with annealing treatment is better
than steel with quencing treatment, tempering treatment and tempering with quick
cooling treatment. The hardness of steel with annealing treatment is lower than
steel with quencing treatment, tempering treatment and tempering with quick
cooling treatment. The quencing-steel is formed martensit structure, while others
consist of ferrit and perlit. All of the steels produce fracture diameter which
consist of two fracture areas. They are the first fracture and the last fracture.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENESAHAN................................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
INTISARI ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL............................................................................................. xv
x
2.8.5. Pengujian struktur kristal .................................................... 28
2.9. Patah pada Benda Uji ................................................................... 29
2.9.1. Kegagalan akibat kelelahan bahan ..................................... 30
2.9.2. Batas kelelahan (endurance limit ) ..................................... 33
xi
4.3.4. Pengujian kelelahan baja tempering disertai pendinginan
cepat suhu 460ºC ...........................................................55
4.3.5. Pembahasan ....................................................................... 57
4.4. Pengujian Kekerasan Brinell ....................................................... 57
4.4.1. Pembahasan ....................................................................... 59
4.5. Pengujian Struktur Mikro ............................................................ 60
4.5.1. Pembahasan ....................................................................... 62
4.6. Pengujian Struktur Makro ........................................................... 62
4.6.1. Pembahasan ....................................................................... 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
suhu 920°C ................................................................................... 63
Gambar 4.14. Struktur makro baja annealing suhu 460°C.................................. 64
Gambar 4.15. Struktur makro baja annealing disertai pendinginan cepat
suhu 460°C .................................................................................. 64
xiv
DAFTAR TABEL
xv
BAB I
PENDAHULUAN
bidang industri, dalam dunia industri banyak komponen-komponen yang dibuat dari
pemilihannya. Hal ini menuntut manusia untuk dapat berkembang dan lebih maju, itulah
Dimana sarana yang ingin dicapai adalah tepat guna dan sangat efektif untuk menunjang
suatu perangkat, sehingga dapat digunakan sesuai keinginan. Dalam dunia permesinan
sendiri dapat terbagi bermacam-macam elemen penyusunnya, salah satunya adalah poros.
Dimana poros digunakan untuk meneruskan daya ataupun sebagai penyangga beban yang
untuk diperhitungkan, karena dari bahan itulah akan didapat suatu komposisi yang dapat
Salah satu bahan yang baik untuk keperluan tersebut adalah Baja.
Suatu bahan yang dirancang untuk penggunaan yang lama membutuhkan tingkat
ketelitian yang tinggi, baja dengan segala sifat mekanik yang diinginkan memiliki
perancangan suatu piranti teknik seperti : Poros kereta Api, rotor generator, pembuatan
pesawat terbang.
1
2
Karena beberapa keunggulan dari baja, dari tahun ke tahun pengunaan logam jenis ini
semakin meningkat. Dari sekian banyak komponen yang terbuat dari baja yang ada
dipasaran, penulis memilih baja karbon rendah, sebagai bahan penyusunan tugas akhir.
Baja karbon rendah yang digunakan sebagai media penelitian, dibuat dalam
bentuk poros tanpa takik, dan akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
pengaruh terhadap sifat fisis dan mekanis dari bahan uji, ini dilakukan dengan perlakuan
Dalam penelitian ini,perlakuan panas yang dilakukan adalah panas annealing pada
suhu 920ºC, quncing pada suhu 920ºC, tempering pada suhu 460ºC, dan tempering
dengan pendinginan cepat selama 3 jam. Adapun pengujian yang bersifat fisis yaitu
struktur mikro dan pengamatan struktur patahan, sedangkan pengujian yang bersifat
DASAR TEORI
Bijih besi hasil tambang dilebur di dalam dapur tinggi (blast furnace) untuk
memperoleh besi mentah (pig iron). Besi mentah hasil dapur tinggi masih
mengandung unsur-unsur C, Si, Mn, P dan S dengan jumlah cukup besar. Untuk
dikurangi. Jadi proses pembuatan baja adalah proses untuk mengurangi kadar C, Si,
4
5
Baja karbon adalah baja yang hanya terdiri dari besi (Fe) dan karbon (C) saja
tanpa bahan-bahan paduan yang lain. Beberapa unsur yang lain kadang-kadang
terdapat pada baja karbon tetapi dengan kadar/prosentanse yang sangat kecil,
misalnya Si, Mn, S, P. Berdasarkan tinggi rendahnya prosentase karbon di dalam baja
Karena karbon yang dikandung sangat rendah maka baja ini lunak dan
Jenis baja ini lebih keras, dapat dikeraskan dan ditempering. Sifat-sifat
lain dari baja ini adalah dapat dilas dan dikerjakan pada mesin dengan
baik.
Baja ini lebih cepat dikeraskan daripada jenis yang lain karena kadar
karbon yang lebih tinggi. Penggunaan jenis baja ini sangat terbatas karena
pertanian
Dengan naiknya kadar karbon (%C) maka bertambah besarlah noda flek hitam
(flek perlit) bersama ini berkurang flek putih (ferrit = besi murni). Pada saat kadar
karbon mencapai 0,85%, maka besi dalam keadaan jenuh terhadap karbon. Struktur
seperti ini disebut perlit lamellar, yaitu campuran yang sangat halus dan berbentuk
batang-batang kristal. Campuran kristal tersebut terdiri dari ferrit dan sementit. Jadi
jika kadar karbon bertambah besar sementit akan berkurang dan flek-flek perlit akan
bertambah. Kadar karbon mencapai jenuh jika sudah sebesar 0,85% dengan demikian
Kadar sulfur harus dibuat sekecil mungkin karena akan unsur S akan
ditambahkan pada baja agar mudah dikerjakan dengan mesin perkakas dan
juga mendapatkan ukuran tatal lebih kecil ketika dikerjakan dengan mesin
otomatis.
baja. Kadar Mn lebih kecil dari 0,6% tidak dianggap sebagai unsur paduan
Unsur Si harus selalu ada dalam baja walaupun dalam jumlah kecil untuk
5. Nikel (Ni)
6. Molybden (Mo)
7. Wolfram (W)
8. Vanadium (V)
cukup besar sehingga baja menjadi lebih keras dan tahan terhadap keausan.
Baja tahan karat mempunyai daya tahan terhadap korosi yang berbeda
tergantung pada kandungan kromium (Cr). Baja austenitik termasuk group baja Cr-Ni
(seri 300). Baja ferritik (seri 400) tidak dapat dikeraskan dengan perlakuan panas.
dalam keadaan padat untuk mengubah sifat-sifat fisis logam tersebut. Maksud dari
1. Meningkatkan kekerasan.
6. Meningkatkan ketangguhan.
12
1. Anil (Annealing)
Pada perlakuan panas annealing, baja dipanaskan sampai suhu tertentu dan
Tujuan utama dari anil adalah pelunakan sehingga baja yang keras dapat
telah dipanaskan di atas daerah kritis, maka struktur kembali menjadi austenit
austenit menjadi sruktur yang lebih lunak. Suhu pemanasan proses anil
tergantung pada komposisi dan laju pemanasan ditentukan oleh bentuk dan
variasi ukuran profil, harus diusahakan agar suhu merata. Apabila suhu anil
besar, agar kekerasan minimal dan keuletan maksimal maka laju pendinginan
(diffusion coating) harus lambat, hal ini dapat dilakukan pendinginan dalam
2. Normalisasi (Normalisation)
Proses pemanasan baja 30°C-50°C di atas daerah kritis dan ditahan dalam
3. Pengerasan (Hardening)
Proses pemanasan baja sampai suhu di daerah kritis atau di atas daerah
Tujuan dari perlakuan panas ini untuk membuat baja menjadi keras.
4. Tempering
bawah suhu kritis disusul dengan pendinginan perlahan. Baja yang sudah
yaitu :
keuletan bahan.
yang diuji.
1. Sifat mekanis
a) Tegangan tarik.
15
b) Tegangan kelelahan.
c) Kekerasan, dll.
2. Sifat kimia
a) Tahanan korosi.
b) Stabilitas.
3. Sifat fisik
a) Panas spesifik.
b) Kerapatan.
a) Uji tarik.
b) Uji kelelahan.
c) Uji geser.
2. Pengujian yang bersifat tak merusak (non destrukif) benda uji antara lain :
b) Uji ultrasonik.
c) Uji magnetografis.
16
sampai maksimum dan akhirnya benda uji putus. Beban tarik yang bekerja
1
A D2
4
F1
1
A
FB
B
A
L
100%
L
Dengan :
e = Regangan (%)
L
L
A0 Af
A0
Dengan :
Hubungan antara tegangan yang timbul s (s = F/A) dan regangan yang timbul
s p : tegangan proporsional
s y : tegangan elastis
s l : tegangan luluh
s t : tegangan tarik
s B : tegangan patah
Tegangan pada titik P disebut tegangan batas proporsional (sp) yaitu tegangan
Hukum Hooke :
1 F .L F .L
L
E A E. A
Dengan mengambil
F L
dan , maka hukum Hooke di atas dapat dinyatakan dalam
A L
bentuk E
maka benda uji akan kembali ke panjang semula (L). Tetapi bila pembebanan
diturunkan sampai titik O (beban ditiadakan) maka benda uji tidak akan
19
kembali panjang semula. Dalam hal ini benda uji telah mempunyai regangan
disimpulkan bahwa titik Y merupakan titik batas elastis benda uji dan
ultimate stress) merupakan tegangan tertinggi yang dimiliki benda uji sebagai
berlangsung dari titik O sampai titik T, diameter benda uji mengecil secara
titik T sampai titik B, diameter benda uji berubah tidak seragam melainkan
proporsional seperti baja lunak, sedang pada benda-benda yang tidak memiliki
batas proporsional seperti besi tuang dan tembaga hukum Hooke tidak
berlaku.
1. Modulus elastisitas
antar atom. Karena gaya-gaya ini tidak dapat diubah tanpa terjadi
salah satu dari banyak sifat-sifat mekanik yang tidak mudah diubah. Sifat
2. Batas proporsional
maka bahan tidak akan mengalami deformasi dan akan kembali ke bentuk
semula.
3. Batas elastis
Batas elastis adalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan suatu
bahan tanpa terjadi regangan sisi permanen yang terukur pada saat beban
ditiadakan.
4. Kekuatan luluh
pada Gambar 2.3 dinamakan batas lumer (yield point). Pada umumnya
banyak logam tidak memiliki titik/batas lumer atau luluh yang jelas,
21
sifat ini adalah kekuatan luluh ofset ditentukan oleh tegangan yang
garis yang sejajar dengan elastis ofset kurva oleh regangan tertentu. Ofset
terus menerus akan menyebabkan kondisi tarik dan tekan. Kondisi ini akan
l
W
2 kg / mm 2
d3
32
22
Dengan :
menentukan kekerasan suatu bahan dalam bentuk daya tahan terhadap bola
P kg
HB
DD D2 d2 mm 2
2
Dengan :
P
HB rata-rata D2 Bahan
20 - 80 5 Alumunium,tembaga
80 - 160 10 Kuningan,paduan Cu
160 30 Baja,besi cor
Diameter penetrator P P P
5 10 30
(D) D2 D2 D2
(mm)
Gaya (kg)
2,5 31,25 62,5 187,5
5 125 250 750
10 500 1000 3000
24
lain:
1. Beban uji dipilih sesuai dengan jenis logam benda uji dan diameter
penetrator agar bekas luka tekan d memenuhi syarat yaitu 0,2D < d < 0,5D.
dari tepi material uji dan jarak tempat pengujian yang satu terhadap yang
kekerasan Brinell sampai dengan 400 HB. Jika lebih dari 400 HB maka
Keterangan :
K h1 h
R
C
Dengan :
K : suatu konstanta,
penekanan penetrator
= 0,002mm.
Keuntungan :
1. Bekas injakan penetrator lebih kecil dan juga dengan beban yang
digunakan.
Kelemahan :
2. Ukuran bekas injakan relatif kecil. Karena itu perlu diketahui terlebih
Patahan pada bahan biasanya dimulai karena adanya retak pada permukaan
dan melalui proses yang tergantung pada pembebanan dan siklus. Patahan biasanya
dimulai dari permukaan dimana lenturan dan puntiran akan menyebabkan konsentrasi
tegangan pada bagian tertentu sehingga menyebabkan patahan pada bagian tersebut.
perpatahan karena pengaruh tegangan geser pada bahan sewaktu terjadi puntiran
terang pada permukaan patah. Patah getas.yang terjadi pada material ulet
Perpatahan ulet atau liat terjadi ketika specimen ditarik dengan beban
1. Komposisi bahan
2. Perlakuan panas
benda uji dan memperbaiki struktur pada bahan. Pada struktur yang halus
3. Pengerasan
dan waktu penggunaan bahan. Bahan dengan daerah umur panjang merupakan
pendek.
31
karena pengaruh pemusatan tegangan pada daerah retak dan merambat pada
1. Pengaruh ukuran
akan sedikit terdapat lubang atau bekas sayatan. Makin halus ukuran
yaitu :
ketahanan lelah bahan. Tegangan ini dihasilkan oleh beban luar (tarik
dan tekan). Dengan adanya tegangan sisa akan memperkecil celah pada
antara tegangan sisa tekan dengan tegangan sisa tarik agar tahan
terhadap kelelahan.
2. Perubahan permukaan
3. Lingkungan
yang lebih parah. Hal ini biasanya disebabkan oleh media cair namun
pengujian terlebih dahulu dan kemudian baru membuat diagram S-N sehingga
dapat kita ketahui ketahanan terhadap kelelahan. Pada grafik akan terlihat
garis mendatar setelah diberi tegangan dan jumlah siklus antara satu juta
Tegangan maksimum yang diberikan kepada benda uji dan yang tidak
tak terbatas dinamakan Fatique Limit (batas lelah) atau Endurance Limit.
34
Gambar 2.9. Diagram S-N untuk logam besi dan bukan besi
METODE PENELITIAN
Pembelian bahan
Uji komposisi
Pembuatan spesimen
Pengujian bahan :
1. Uji tarik
2. Uji kelelahan
3. Uji kekerasan
4. Struktur mikro
5. Struktur makro
Studi pustaka
Kesimpulan
35
36
Bahan diperoleh masih dalam bentuk batangan dengan diameter 16 mm, yang
selanjutnya dibuat menjadi spesimen pengujian untuk uji tarik. Ukuran spesimen
60
? 8
R 15
? 15,5
45
satuan : mm
Gambar 3.2. Spesimen uji tarik
Bahan yang telah ditentukan untuk penelitian ini adalah dari baja karbon
rendah. Bahan diperoleh masih dalam bentuk batangan dengan diameter 16 mm, yang
pengujian kelelahan sesuai dengan standar uji fatik, yaitu JIS Z 2274.
37
satuan : mm
Gambar 3.3. Spesimen uji kelelahan
ditempering dengan pendinginan cepat. Saat oven mencapai suhu yang ditentukan, maka
suhu tersebut dipertahankan selama 3 jam agar suhu pemanasan merata pada semua
3.4. Peralatan
penelitian baja karbon rendah yang telah dibuat dalam bentuk poros, adalah sebagai
berikut :
Dharma
5. Alat uji kekerasan Brinell MOD 100 MR, milik Laboratorium Universitas Sanata
Dharma.
6. Lampu baca
7. Mikro meter
8. Jangka Sorong
9. Amplas waterproof
10. Autosol
Pengujian tarik adalah salah satu cara untuk mengetahui seberapa besar
kekuatan tarik yang dapat diterima oleh suatu bahan. Dimana dari pengujian tersebut
akan diketahui beban maksimum dan tegangan maksimum yang dapat diterima oleh
bahan tersebut. Pengujian ini dilakukan untuk memberikan titik aman dari
spesimen mengalami patah. Tujuan pengujian tarik ini untuk mengetahui kekuatan
2. Pasang spesimen pada grip (penjepit) atas dan bawah pada mesin uji, naikan atau
turunkan grip bawah dengan kecepatan rendah (10 mm/menit) sehingga penjepit
dalam posisi yang tepat, usahakan kedudukan spesimen benar-benar pada keadaan
pengujian tarik yang telah dilakukan tersebut, maka dapat dicari harga-harga
(e).
40
1. Spesimen dipersiapkan
6. Catat semua data hasil pengujian yang tertera dalam alat digital yang ada.
penampang patahan akan terlihat patahan bahan karena beban overload atau patah
Uji kekerasan (Hardnees Test) adalah salah satu cara untuk mengetahui sifat
mekanik suatu bahan. Prinsip dasar pengujian kekerasan adalah ketahanan material
41
terhadap deformasi plastis, Sedangkan arti kekerasan adalah daya tahan dari suatu
Macam-macam kekerasan :
a. Kekerasan brinell.
b. Kekerasan Vickers.
c. Kekerasan Rockwell.
2. Tentukan dahulu beban penekanan sesuai dengan tabel konversi dan syarat
5. Pindahkan spesimen dara alat uji kemidian amati besanya lubang bekas injakan
Perlu diketahui bahwa, pada pengujian kekerasan brinell dmin= 0,25 D dan
menggunakan amplas permukaan yang sudah halus tersebut akan tertutup oleh
selaput yang terdeformasi oleh larutan etsa, kemudian selaput tersebut terkikis
dan permukaan menjadi buram, sebagian batas butir terkikis dan komponen-
paling kasar sampai ukuran paling halus ( 150, 250, 500, 800, 1200, dan
1500) mesh.
dan digosok dengan kain sampai halus dan bekas pengamplasan hilang.
4. Permukaan spesimen yang telah dietsa dengan larutan HNO3 dan alkohol
butiran.
dimana bahan dinilai dari besar butir kristal, warna dan mengkilatnya patahan
dari batang uji atau produk yang dipatahkan. Pengujian lainnya adalah
dan pemeriksaan cacat kecil setelah memoles patahan, dan dari pengujian
sebagai berikut :
Unsur (%)
Fe 98,49
C 0,195
Si 0,136
Mn 0,514
P 0,044
S 0,044
Cr 0,001
Mo 0,109
Cu 0.065
Nb 0,015
44
45
Dari hasil pengujian tarik yang telah dilakukan, dapat diketahui angka
peak dan break, angka peak menunjukkan dimana besarnya beban yang dapat
diterima oleh spesimen tersebut, jika beban yang diberikan melebihi dari beban
menyatakan bahan telah mengalami titik jenuh setelah mendapatkan beban yang
Permukaan spesimen yang rata bila diberi tarikan akan memungkinkan terjadinya
perkembangan retakan yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena perkembangan
retakan yang menyebabkan putus pada bahan tidak dibatasi oleh bidang yang
sempit, sehingga retak yang menjadi awal mula putus pada bahan mempunyai
No D Ao Lo ?L P maks s maks e
(mm) (mm2) (mm) (mm) (kg) (kg/mm2) (%)
1 8.2 52.78 60 6.3 1720 32.59 10.5
2 8.2 52.78 60 7.2 1720 32.59 12
rata-rata 1720 32.59 11.25
No D Ao Lo ?L P maks s maks e
(mm) (mm2) (mm) (mm) (kg) (kg/mm2) (%)
1 7.8 47.76 60 2.9 2560 53.60 4.8
2 8.03 47.15 60 4.1 2320 49.21 6.8
rata-rata 2440 51.41 5.8
46
No D Ao Lo ?L P maks s maks e
(mm) (mm2) (mm) (mm) (kg) (kg/mm2) (%)
1 7.85 48.37 60 3.2 2520 52.10 5.3
2 8.03 50.62 60 3.3 2740 54.13 5.5
rata-rata 2630 53.11 5.4
No D Ao Lo ?L P maks s maks e
(mm) (mm2) (mm) (mm) (kg) (kg/mm2) (%)
1 8.05 50.87 60 4.3 2710 53.27 7.2
2 8.05 50.87 60 2.7 2680 52.68 4.5
rata-rata 2695 52.98 5.9
Untuk selanjutnya, data hasil pengujian tarik tersebut disajikan dalam bentuk
60
51.41 53.11 52.98
50
Tegangan (kg/mm 2)
40
32.59
30
20
10
0
1 2 3 4
Jenis Perlakuan
Keterangan :
1. Baja Annealing
2. Baja Quencing
3. Baja Tempering
4.2.2. Perhitungan
Pmaks
s maks =
A0
A0 = 8 2 = 50,26 mm2
4
Sehingga :
1780
s maks = = 35,42 kg/mm2
50,26
Dengan :
2. Regangan (e)
L
e= 100%
L0
7,8
= 100 %
60
= 13 %
Dengan :
e = Regangan (%)
4.2.3. Pembahasan
Dari hasil pengujian tarik, regangan pada baja annealing suhu 920°C
lebih besar dari baja quencing, begitu juga dengan regangan pada baja
tempering suhu 460°C lebih besar dari baja tempering disertai pendinginan
cepat. Ini menandakan bahwa baja annealing lebih ulet atau lunak
dibandingkan dengan baja quencing, baik pada suhu 920°C maupun suhu
460°C.
Data dari hasil pengujian dan perhitungan disajikan dalam bentuk tabel
dengan siklus putaran atau lebih dikenal dengan grafik S-N. Pada pengujian
49
tarik diperoleh hasil tegangan tarik maksimum yang dapat diterima oleh
spesimen.
kg/mm2, maka penentuan beban awal dipilih 70% dari tegangan tarik
W
L
2 (kg / mm 2 )
3
d
32
W
200
22,813 2
(8) 3
32
W = 12,34 kg
Benda uji tidak dapat diuji karena nilai ketegaran rendah dima na
pertambahan panjang ditarik garis lurus sejajar garis elastis pada kurva tarik.
50
dalam bentuk grafik hubungan antara tegangan (S) dengan jumlah siklus (N)
51,41 kg/mm2, maka penentuan beban awal dipilih 80% dari tegangan tarik
W
L
2 (kg / mm 2 )
3
d
32
W
200
41,128 2
(8) 3
32
W = 18,97 kg ~ 19kg
bentuk grafik hubungan antara tegangan (S) dengan jumlah siklus (N)
dibawah ini :
Tegangan vs Siklus
40
Tegangan (kg/mm 2)
35
30
25
20
15
10
3 5 7
Jumlah siklus (10N ) ? N
Tegangan vs Siklus
40
Tegangan (kg/mm 2) 35
30
25
20
15
10
3 5 7
Jumlah siklus (10N ) ? N
Gambar 4.4. Diagram S-N hasil pengujian pada aneling dan quencing
Keterangan :
Annealing
Quencing
53,11kg/mm2, maka penentuan beban awal dipilih 80% dari tegangan tarik
W
L
2 (kg / mm 2 )
d3
32
53
W
200
42,488 2
(8) 3
32
W = 20,870 kg ~ 21kg
bentuk grafik hubungan antara tegangan (S) dengan jumlah siklus (N)
dibawah ini :
54
Tegangan vs Siklus
50
Tegangan (kg/mm 2)
45
40
35
30
25
20
15
4 5 6 7
N
Jumlah siklus (10 ) ? N
52,98 kg/mm2, maka penentuan beban awal dipilih 80% dari tegangan tarik
W
L
2 (kg / mm 2 )
d3
32
W
200
42,384 2
(8) 3
32
W = 21,69 kg
55
Tabel 4.9. Uji kelelahan baja tempering disertai pendinginan cepat suhu
bentuk grafik hubungan antara tegangan (S) dengan jumlah siklus (N)
dibawah ini :
56
Tegangan vs Siklus
50
Tegangan (kg/mm 2) 45
40
35
30
25
20
15
3 5 7
Jumlah siklus (10N ) ? N
Gambar 4.6. Diagram S-N baja tempering disertai pendinginan cepat suhu
Tegangan vs Siklus
50
Tegangan (kg/mm 2)
45
40
35
30
25
20
15
3 4 5 6 7
Jumlah siklus (10N ) ? N
Keterangan :
tempering
antara baja tempering dengan baja tempering disertai pendinginan cepat pada
suhu 460°C dengan bentuk spesimen yang sama yaitu bertakik rata.
4.3.5. Pembahasan
kekuatan lelah yang lebih baik dari baja quencing. Begitu juga dengan baja
tempering memiliki kekuatan lelah yang lebih baik dari baja tempering
Tujuan pengujian kekerasan brinell ini untuk mengetahui sifat logam dan
2P
Angka Kekerasan Brinell (BHN) =
DD D2 d2
Dengan:
160 147.259
140
120
100
80
60
40
20
0
1 2 3 4
Jenis Perlakuan
Keterangan :
1. Baja Annealing
2. Baja Quencing
3. Baja Tempering
4.4.1. Pembahasan
Dari hasil pengujian kekerasan brinell, baja annealing memiliki kekerasan yang
lebih rendah dari baja quencing maupun tempering. Hal ini dikarenakan bahwa
baja annealing lebih ulet dari baja quencing maupun tempering. karena pada
menurun.
60
hubungan struktur mikro yang diperoleh dari komposisi kimia bahan uji. Analisis
pengujian ini disajikan dalam bentuk gambar yang diambil dengan menggunakan
menggunakan mikroskop dengan pembesaran 200 pada sampel bahan uji, dapat
Ferrit
Perlit
28,7 µm
Perlit
Ferrit
Martensit 28,7 µm
Perlit
Ferrit
28,7 µm
Ferrit
Perlit
28,7 µm
Gambar 4.12. Struktur mikro baja tempering disertai pendinginan cepat suhu
62
4.5.1. Pembahasan
Dari hasil pemotretan mikro dapat dilihat pada semua baja masih
terdiri dari ferrit yang berwarna putih dan perlit yang berwarna hitam.
Dari hasil pemotretan penampang patahan pada bahan uji dapat dilihat
ini dilakukan pada permukaan patah dari hasil pengujian kelelahan pada
final
failure
retak
awal
final
failure
retak
awal
final
failure
retak
awal
final
failure
retak
awal
Gambar 4.16. Struktur makro baja tempering disertai pendinginan cepat suhu
4.6.1. Pembahasan
Dari hasil struktur makro dapat dilihat patahan relatif mulus dimana
5.1. Kesimpulan
terhadap sifat fisis dan mekanis pada baja karbon rendah, dapat diperoleh
Dari kekuatan tarik tersebut digunakan untuk mencari beban awal pada
tidak. Pada suhu tersebt belum terjadi perubahan butiran karena jauh di
bawah titik ubah (850ºC) diagram fcc. Sedangkan pada suhu 920º baja
sudah mencapai titik ubah sehingga pada perlakuan quen dimana terjadi
pengujian tarik menaikan kekuatan tarik 51,41. Pada aneling 920ºC tidak
65
66
5.2. Saran
perlu ditambah.
tugas akhir.
66
DAFTAR PUSTAKA
Amstead B.H, Ostwald P.F, Begemen M.L, 1981, Teknologi Mekanik, Alih
Dieter G.E, 1991. Metalurgi Mekanik, Edisi III, Alih Bahasa oleh Sriati Djaprie,
Erlangga, Jakarta.
Saito.S, Surdia, 2000. Pengetahuan Bahan Teknik, Cetakan kelima, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.
Smallman R.E, Bishop R.J, 1991. Metalurgi Fisik Modern dan Rekayasa
Jakarta.
LAMPIRAN
66
66
Gambar 1. Diagram beban dan pertambahan panjang baja annealing suhu 920°C
Gambar 2. Diagram beban dan pertambahan pajang baja quencing suhu 920°C
66
Gambar 3. Diagram beban dan pertambahan panjang baja tempering suhu 460°C
Gambar 4. Diagram beban dan pertambahan panjang baja tempering disertai pendinginan
cepat suhu 460°C
66
Gambar 9. Alat uji struktur mikro Gambar 10. Alat Uji Tarik
0,42 mm