TINJAUAN KEPUSTAKAAN
berfungsi sebagai penghubung dua tempat yang terpisah akibat beberapa kondisi.
berikut :
yang bekerja dari atas jembatan dan meneruskannya ke bagian struktur bawah
jembatan.
6
- Railing atau tiang sandaran pada jembatan berfungsi sebagai pembatas dan
- Plat lantai jembatan merupakan bagian dari struktur atas jembatan dimana
merupakan tempat kendaraan untuk lewat. Secara fungsi, plat lantai jembatan
gelagar utama.
Beton prategang atau beton pratekan merupakan beton bertulang yang telah
diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam
beton akibat beban kerja (Manual Perencanaan Beton Pratekan Untuk Jembatan
Jembatan beton pratekan atau yang dikenal dengan PSC Bridge merupakan
salah satu jenis jembatan dengan material konstruksi beton pratekan atau beton yang
berisi kabel baja dengan tujuan untuk memberikan tegangan awal berupa tegangan
tarik terhadap beton akibat sifat beton yang tidak mampu menahan gaya tarik. Dalam
hal ini, beton pratekan sebagai solusi untuk mengatasi besarnya tegangan tarik yang
timbul pada struktur beton khususnya pada struktur dengan bentang yang besar.
Material yang digunakan untuk sistem ini adalah material beton dan sistem
kabel. Sistem kabel terdiri dari kabel (wire, strand, bar), selongsong dan angkur
Dalam perkembangannya ada tiga (3) konsep beton pratekan yang menjelaskan
a. Sistim pratekan yang bisa menjadikan beton sebagai bahan elastis yang bisa
menahan tegangan tarik akibat dari beban luar. Konsep ini diperkenalkan oleh
elastis. Kondisi ini menunjukan bahwa tegangan tarik pada beton tidak ada.
Pada kondisi ini pun, beton akan mengalami dua (2) kondisi yaitu :
- Gaya pratekan berada pada garis penampang atau dikenal dengan kondisi
dimana c.g.c dan c.g.c saling berhimpit. Kondisi seperti ini disebut gaya
pratekan kosentris.
- Serat Atas
M.ya
Akibat gaya luar : f1t = - ………..………………..(2.1)
I
P
Akibat gaya pratekan : f2t = - ………..…………………..(2.2)
A
P M.ya
Tegangan total : ft = - - ………..……………..(2.3)
A I
- Serat Bawah
M.yb
Akibat gaya luar : f1b = ………..…………………(2.4)
I
P
Akibat gaya pratekan : f2b = - A
………..…………………..(2.5)
P M.yb
Tegangan total : fb = - + ………..……………(2.6)
A I
- Kondisi lainnya adalah gaya pratekan tidak berada atau tidak bekerja pada
garis penampang sehingga dapat disimpulkan bahwa c.g.c dan c.g.s tidak
sebagai berikut :
- Serat Atas
M.ya
Akibat gaya luar : f1a = - ………..……………..…(2.7)
I
P Mp .ya
Akibat gaya pratekan : f2a = - + ………..…………..(2.8)
A I
P Mp .ya M.ya
Tegangan total : fa = - + - ………..……..(2.9)
A I I
- Serat Bawah
M.yb
Akibat gaya luar : f1b = ………..………………..(2.10)
I
P Mp .yb
Akibat gaya pratekan : f2b = - − ………..………...(2.11)
A I
P Mp .yb M.yb
Tegangan total : fb = - − + ………..…..(2.12)
A I I
b. Sistem pratekan yang merupakan kombinasi baja mutu tinggi dengan beton
dan baja merupakan material yang menahan gaya tarik. Kedua gaya tersebut
Gambar 2.4 Kombinasi Baja Mutu Tinggi dan Beton Mutu Tinggi
dengan metode Load Balancing. Dalam konsep ini dijelaskan bahwa gaya
pertama kalinya oleh T.Y.Lin yang menganggap bahwa beton sebagai benda
bebas dimana tendon dan gaya pratekan berfungsi untuk melawan beban yang
bekerja.
Beban merata akibat gaya pratekan pada kondisi ini dinyatakan dalam :
wb = 8. F .h ……………………………………………….……..…..…..(2.13)
L2
Dimana :
F : gaya pratekan
kabel baja. Pemberian gaya pratekan pada beton terdiri dari dua (2) cara, yaitu :
Prinsip kerja metode ini adalah kabel baja diregangkan terlebih dahulu sebelum
dicetak. Setelah itu, tendon dapat dipotong sehingga gaya prategang dapat
ditransfer ke beton. Pada kondisi ini, kuat tekan beton harus sesuai dengan
(Sumber: http://dc435.4shared.com/doc/WewLITgl/preview_html_m72a6766d.gif)
Prinsip kerja metode ini adalah beton dicetak terlebih dahulu, kemudian setelah
dengan cara mengangkur kabel prategang ke abutment. Pada saat itu gaya
(Sumber: http://dc435.4shared.com/doc/WewLITgl/preview_html_m806b4cc.gif)
a. Pada kondisi transfer yaitu kondisi dimana belum terjadi kehilangan gaya
1
a.2 Tegangan serat terluar kecuali a.3 = 4 √f' ci …..………...…...(2.15)
1
a.3 Tegangan tarik diujung elemen = √f' ci …..……...……....(2.16)
2
Dimana :
f' ci = kuat tekan beton pada saat transfer atau saat penarikan kabel
13
b. Pada kondisi beban layan yaitu kondisi dimana telah terjadi kehilangan gaya
b.1 Teg. Tekan ijin akibat beban hidup tetap = 0.45 f' c ….……………..(2.17)
b.2 Teg. tekan ijin beban hidup total = 0.6 f' c ….....…………....(2.18)
1
b.3 Tegangan tarik = 2 √f' c …..……......……..(2.19)
Dimana :
pembebanan untuk jembatan mengacu pada Bridge Management System tahun 1992
a. Aksi Tetap
Aksi tetap pada jembatan dipengaruhi oleh berat sendiri elemen – elemen
struktural jembatan, beban mati tambahan berupa utilitas, dan pengaruh dari
penyusutan dan rangkak. Adapun faktor beban untuk berat sendiri adalah sebagai
berikut :
14
Faktor Beban
Jangka
K U ; MS
Waktu K S ; MS
Biasa Terkurangi
Baja, aluminium 1.0 1.1 0.9
Beton pracetak 1.0 1.2 0.85
Tetap
Beton dicor ditempat 1.0 1.3 0.75
Kayu 1.0 1.4 0.7
(Sumber: SNI-T-02-2005 tentang Standar Pembebanan Untuk Jembatan)
tentang Istilah dan Definisi dan bagian 5 tentang Aksi dan Beban Tetap, maka tabel
- Jangka waktu tetap adalah kondisi dimana beban bekerja sepanjang waktu dan
beban tersebut bersumber dari beban tetap yang berada di sekitar jembatan.
- Faktor beban biasa adalah faktor beban yang digunakan apabila pengaruh dari
- Faktor beban terkurangi adalah faktor beban yang digunakan apabila pengaruh
masa struktur sangat besar. Secara batas kerapatan masa yang besar akan
sangat aman untuk struktur tetapi tidak untuk kondisi lainnya sehingga harus
- Sebaliknya, apabila kerapatan masa kecil maka dapat digunakan faktor beban
biasa dimana keadaan ini merupakan keadaan paling kritis dari kondisi
struktur.
Beban lalu lintas pada sistim pembebanan jembatan terdiri atas beban lajur "D"
dan beban truk "T". Beban lajur bekerja pada seluruh lebar jembatan sedangkan
beban truk ditempatkan pada lajur lalu lintas rencana yang ada dilapangan.
Beban lajur merupakan gabungan dari beban merata dan beban garis yang
bekerja pada jembatan. Adapun gambaran beban yang bekerja seperti pada
gambar berikut.
16
Beban truk merupakan kendaraan berat yang ditempatkan di lajur lalu lintas
rencana. Di setiap satu lajur lalu lintas hanya bisa ditempatkan satu buah truk.
susunan dan berat as dari truk yang digunakan untuk pembebanan jembatan seperti
gambar berikut.
17
Pada kasus tertentu, seperti truk yang digunakan untuk pembebanan hanya
terdapat 2 as saja maka berat yang di distribusikan oleh truk disesuaikan dengan
berat aktual dari truk tersebut. Berdasarkan prinsipnya, distribusi beban truk ini
bertujuan untuk memperoleh momen dan geser pada gelagar jembatan. Faktor beban
Pada pembebanan truk momen lentur ijin rencana akibat beban truk dapat
digunakan untuk pelat yang membentangi gelagar atau balok dalam arah melintang
dengan panjang bentang antara 0.6 m dan 7.4 m. Benteng efektif yang digunakan
- Pelat lantai yang bersatu dengan balok atau dinding tanpa dilakukan
- Pelat lantai yang didukung pada gelagar dari bahan yang berbeda atau tidak
dicor bersama, bentang efektif merupakan penjumlahan dari bentang bersih dan
c. Aksi Lingkungan
suhu dari struktur jembatan, drainase atau aliran air, beban angina, beban
suatu jembatan tetapi untuk penelitian ini tidak memperhitungkan akibat beban
dari lingkungan.
d. Aksi Lainnya
Beban – beban yang termasuk dalam aksi lainnya adalah akibat gesekan pada
tumpuan dan akibat getaran yang terjadi pada jembatan.Faktor – faktor ini juga
diperhitungkan di lapangan.
Dari beberapa faktor pembebanan yang telah dijelaskan diatas, penelitian ini
hanya mempertimbangkan beban akibat beban lalu lintas secara spesifik yaitu beban
truk "T". Ini dikarenakan pengujian pembebanan yang dilakukan dilapangan hanya
memperhitungkan akibat beban hidup yang bekerja dalam hal ini beban truk. Beban
truk yang digunakan tidak melebihi beban yang distandarkan. Beban truk yang
Berdasarkan SNI 03 – 2874 – 2002 tegangan yang terjadi pada suatu konstruksi
sebagai berikut :
19
setiap segmen.
penampang berbentuk :
1
- Balok = 12 ×b×h3 ......................................................................... (2.20)
Dimana :
b : lebar balok
h : tinggi balok
20
1
- Segitiga = 36 ×b×h3 ..........................................................................(2.21)
Dimana :
b : lebar balok
h : tinggi balok
1
- Lingkaran = 64 ×π×D4 ........................................................................(2.22)
Dimana :
D : diameter lingkaran
e. Momen yang bekerja pada beton ditinjau dari masing – masing bagian
penampang.
ijin tarik pada beton yang telah disyaratkan. Setelah itu, perhitungan tegangan
tegangan pada serata atas dan serata bawah seperti yang dijelaskan sebelumnya
dinyatakan dalam σ dengan satuan N/mm2 atau MPa. Adapun rumus dari
M
σ= ................................................................................................................... (2.23)
w
Dimana :
M = Momen yang diakibatkan oleh beban (Nmm)
w = Tahanan momen (mm3)
kemampuan dari suatu jembatan dalam menerima beban. Pada pelaksanaannya, ada 3
beban di atas jembatan. Pada kondisi ini beban tidak bergerak. Beban yang
disebut tahap unloading. Pengujian ini menggunakan alat uji yaitu sensor.
dalam hal ini kendaraan dari satu sisi ke sisi lain dari jembatan. Sama halnya
dengan uji statik, uji dinamik jembatan juga dibantu dengan alat uji atau sensor
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan model yang sesuai atau dengan
kata lain pengujian ini bertujuan untuk mengkalibrasi model. Model yang
dimaksud adalah jembatan dimana pemodelan dalam metode ini dibantu oleh
Pada penelitian ini, pengujian yang dilakukan adalah pengujian dengan metode
digunakan adalah beban hidup yang berasal dari beban lalu lintas yaitu beban truk
dengan berat 27 ton. Pengujian dilakukan hanya untuk mendapatkan nilai tegangan.
Untuk mendapatkan nilai tegangan, digunakan alat uji berupa sensor tegangan yang
diletakan pada bagian bawah dari gelagar jembatan. Alat yang digunakan sebagai
sensor tegangan adalah BDI Strain Transducer seperti tampak pada gambar dibawah
ini.
Adapun beberapa penjelasan mengenai alat uji tegangan ini adalah sebagai berikut :
a. Gambaran Umum
BDI Strain Transducer merupakan alat uji tegangan yang digunakan untuk
perhitungan akibat beban hidup pada suatu struktur. Alat ini bisa dipasang pada
kondisi apapun dan pada jenis struktur apapun seperti pada beton bertulang,
gelagar dan rangka baja. Alat ini bisa dipasang pada jembatan dan gedung.
b. Spesifikasi Alat
- Material : aluminium
- Sensitivitas : 500 με / mV / V
- Berat : 85 gram
Alat ini didesain hanya untuk menguji struktur yang diakibatkan oleh beban
hidup yang bekerja. Hasil dari alat ini adalah nilai regangan struktur. Pada
perubahan suhu pada struktur selama dilakukan pengujian dalam jangka waktu
yang pendek. Contohnya untuk beberapa kasus dimana pengujian selesai dalam
waktu kurang dari 1 menit. Biasanya pada kasus ini tidak cukup waktu untuk
suhu udara mengalami perubahan yang signifikan. Alat uji ini bekerja secara
presisi dan sangat sensitive. Sebelum penggunaan alat ini perlu dilakukan
resisten yang terjadi antara kawat hitam dan merah dan kemudian putih dan
Inc, 2008)
Alat uji ini hanya mengukur regangan pada axis oleh karena itu diperlukan
gambar berikut, dimana lokasi garis tengah dari gage harus berada pada titik
Inc, 2008)
Gambar diatas merupakan contoh memberikan tanda untuk mendapatkan lokasi garis
tengah. Dari gambar diatas, garis longitudinal adalah 8 inch dan garis transversal
adalah 4 inch. Setelah itu dibuat garis sepanjang 1.5 inch pada kedua sisi.
.Gambar 2.18 Garis Tengah untuk Pemasangan Alat (Campbell Scientific Inc,
2008)
27
Pada saat terjadi regangan di benda uji maka regangan itu akan dihantarkan
dalam gauge akan mengalami perubahan nilai resistansinya dimana nilai itu
Sistem kalibrasi dan validasi dari alat ini telah disertifikasi berdasarkan NIST
disyaratkan maka sistem kalibrasi mengikuti sistem kalibrasi ulang dari BDI.
e. Hasil Uji
Hasil pengujian yang didapatkan dari alat ini dalam satuan microstrain. Untuk
σ = E ε ......................................................................................................... (2.24)
Dimana :
σ = tegangan (N/mm2)
Inc, 2008)
28
struktur dan desain struktur dalam bidang ilmu teknik sipil. Program ini dikhususkan
pada pengenalan sistim perencanaan struktur yang termasuk didalamnya analisis dan
Program ini dikembangkan dari bahasa pemrograman Visual C++ dan dapat bekerja
secara cepat dan sangat mudah untuk dipelajari. Program ini dapat digunakan lebih
dari 5000 proyek dan hasilnya tetap realistis dan efektif. Setiap fungsi dari program
ini telah diverifikasi berdasarkan teori dan hasil dari program – program sejenisnya.
Ada beberapa bagian penting yang perlu diperhatikan dari penggunaan program
MIDAS/Civil, yaitu :
a. Pengenalan Program
suatu struktur jembatan dan jenis struktur lainnya. Program ini memiliki
(MIDAS/Civil Tutorial)
29
Aspek teknis yang sangat penting dalam analisa struktur terletak pada proses
jembatan kabel.
- Analisa panas hidrasi dari masa beton seperti pada abutmen, piers,
(MIDAS/Civil Tutorial)
30
(MIDAS/Civil Tutorial)
- Main menu berisi perintah yang digunakan dalam program. File berisi
tentang informasi umum seperti cetak, transfer data dan fungsi lainnya
mengaktifkan fungsi dan tidak, dan lainnya. Model berisi tentang cara
Load berisi tentang cara memasukan beban statik, beban dinamik dan
berisi perencanaan otomatis dari struktur baja, dan lainnya. Mode berisi
tentang fungsi pertukaran antara sebelum proses dan setelah proses. Query
menjelaskan status dari verifikasi fungsi elemen, titik dan data yang
- Tree menu berisi tentang semua prosedur yang dilakukan pada saat
didapatkan.
mouse.
utuh dan pada kondisi ini diperbolehkan banyak tampilan window dalam
satu screen.
- History window berisi tentang rekaman aktivitas dari pengguna yang telah
dilakukan.
b. Analisis Program
Dasar analisa program ini adalah analisa struktur secara linier dan nonlinier.
Tidak ada batas untuk jumlah titk, elemen dan beban pada pemodelan program
ini. Untuk elemen balok, program ini dapat menganalisis lendutan dan
maksimum tegangan yang terjadi pada akhir titik yang ditinjau. Analisa ini
numerik.
(MIDAS/Civil Tutorial)
33
(MIDAS/Civil Tutorial)
a. Penelitian yang dilakukan oleh Subdit Teknik Jembatan, Dit. Bina Teknik,
dengan 2 tahap yaitu uji statik dan uji dinamik. Uji statik dilakukan dengan
menggunakan 24 buah truk dengan berat total 300 ton yang disebar
dimana sebuah truk dengan berat 12.5 ton melewati sebuah ganjalan kayu
setinggi 12 cm. Uji statik dilakukan untuk mendapatkan nilai lendutan dan
dari alat uji melebihi nilai tegangan perhitungan. Perlu dilakukan koreksi
b. Penelitian yang dilakukan oleh Moussa Issa dan Mohsen Shahawy dari
dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian statik dan dinamik. Pada
pengujian ini alat sensor diletakan pada ½ dan ¼ bentang jembatan. Pada