TINJAUAN PUSTAKA
1.2 KLASIFIKASI
a. Diare akut
Adalah frekuensi buang air besar lebih dari 4 x untuk bayi dan lebih dari
3 x pada anak dengan konsistensi cair terjadi dalam waktu 1 – 7 hari.
Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja
cair atau lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3
kali atau lebih per hari dan berlangsung kurang dari 14 hari dan
frekuensi kurang dari 4 kali per hari
Diare infeksi terjadi disebabkan oleh makanan dan air yang
terkontaminasi masuk melalui fecal-oral. Diare akut dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri seperti Escherichia Coli, Shigella Sp, Vibrio
Cholera
(Netty Febriyanti Sugiarto, FMIPA UI, 2008)
b. Diare kronis
Diare yang terjadi lebih dari 14 hari.
Diare kronik adalah diare yang berlanjut 2 minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare
tersebut.
(Suraatmaja, 2007).
1
1.3 ETIOLOGI
Faktor infeksi :
a. Infeksi virus seperti retavirus, adenovirus.
b. Infeksi bakteri seperti salmonela, shigela, E. Coli,
c. Infeksi parasit seperti cacing, protozoa, jamur
Faktor malabsorpsi :
a. Malabsorpsi karbohidrat
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
Pada keadaan umum tubuh kekurangan protein sangat mudah mendapat
infeksi karena daya tahan tubuhnya rendah sehingga terjadi adanya atrifi villi
usus yang menyebabkan penyerapannya terganggu sehingga dapat
menyebabkan diare.
(World Gastroenterology Organization global guidelines 2005)
1.4 PATOFISIOLOGI
a. Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorpsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan.
b. Cairan sodium, potasium, dan berkarbonat berpindah dan rongga ekstra
seluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan,
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
(Simadibrata, 2006).
Diare yang terjadi merupakan proses dari :
a. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam
usus halus, sel dalam mukosa intestinal, perubahan mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan
dan elektrolit.
b. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi
cairan dan elektrolit dan bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorpsi.
(Simadibrata, 2006).
2
1.5 TANDA DAN GEJALA UMUM
a. Awal mula pasien cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang, atau tidak ada kemungkinan timbul diare.
b. Sering buang air besar dengan konsitensi tinja cair/ encer.
c. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : turgor kulit jelek (elestisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
d. Demam
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Perubahan tanda-tanda vital : nadi dan pernafasan cepat.
j. Menurun atau tidak pengeluaran urin.
1.6 PENATALAKSANAAN
a)
Pemberian cairan dan elektrolit : oral (seperti : perialyte atau oralit)/ terapi
parental
Pada bayi pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan ASI.
Penanganan fokus pada penyebab.
b) Menurut Kemenkes RI (2011)
prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima
Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara
untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS DIARE yaitu:
4. Antibiotik Selektif
3
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Uraian berikut
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
- Keadaan Umum : baik
- Mata : Normal
- Rasa haus : Normal, minum biasa
- Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum : Gelisah, rewel
Mata : Cekung
Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
Turgor kulit : Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c) Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar
4
Mata : Cekung
Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
infus.
5
biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat
pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan
efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari.
(BULETIN JENDELA DATA DAN INFORMASI KESEHATAN, Volume 2,
TRIWULAN 2, 2011)
1.7 PENCEGAHAN
Menurut Wahyudi (2009) ada beberapa cara untuk pencegahan penyakit
diare, diantaranya :
6
a) Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif sampai umur 6 bulan.
Pemberian ASI mempunyai banyak keuntungan bagi bayi atau ibunya. Bayi
yang mendapat ASI lebih sedikit dan lebih ringan episode diarenya dan lebih
rendah risiko kematiannya jika dibanding bayi yang tidak mendapat ASI.
Dalam 6 bulan pertama kehidupan risiko mendapat diare yang dibutuhkan
perawatan di rumah sakit dapat mencapai 30 kali lebih besar pada bayi yang
tidak disusui daripada bayi yang mendapat ASI penuh. Hal ini disebabkan
karena ASI tidak membutuhkan botol, dot, dan air yang mudah
terkontaminasi dengan bakteri yang mungkin menyebabkan diare. ASI juga
mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap infeksi terutama diare,
yang tidak terdapat pada susu sapi dan formula. Saat usia bayi mencapai 6
bulan, bayi harus menerima buah-buahan dan makanan lain untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang meningkat, tetapi ASI harus tetap terus diberikan paling
tidak sampai umur 24 bulan.
7
Tidak member ikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi
Tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan lingkungan (MCK) dan pribadi yang buruk
Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis
8
II. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
A. CAIRAN
2.1 Definisi Cairan
a. Faktor usia
adalah variasi berkaitan dengan luar permukaan tubuh dan metabolisme
yang diperlukan dari berat badan.
b. Faktor temperatur lingkungan
adalah panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat, seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15 – 30 gr/hari.
c. Faktor diet
adalah pada tubuh kekurangan nutrisi tubuh akan memecah energi
prosesnya akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersial ke inter
seluler.
d. Faktor stres
adalah dalam menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otot sehingga terjadi refrensi sodium dan air.
e. Faktor sakit
adalah keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan
jantung gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2006; 43)
2.3 Pergerakan Cairan Tubuh
1. Difusi
adalah proses dimana partikel yang terdapat cairan bergerak dari
konsistensi tinggi ke konsistensi rendah sampai terjadi keseimbangan.
2. Osmosis
adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air melalui membran semi
permiable dari larutan yang berkonsentrasi rendah.
3. Transport aktif
9
adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya
daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2006; 43)
2.4 Pengaturan keseimbangan cairan
10
5. Glukortikoid
Meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga volume darah naik
dan terjadi retensi natrium.
(Wartonah, 2003; 45)
2.5 Tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan elektrolit
1. Melalui mulut
Kekurangan elektrolit dapat dikoreksi dengan jalan menambah zat-zat
yang seperti pisang, ikan (kalium, natrium, garam).
2. Melalui intravena
Dengan menanggulangi gangguan-gangguan cairan yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui injeksi intravena.
2.7 Masalah keseimbangan cairan
1. Hipovolemik
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
perdarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
2. Hipervolemi
Penambahan atau kelebihan volume cairan ekstra seluler (CES) dapat
terjadi pada saat :
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menambah natrium dan air.
b. Kelebihan pemberian cairan.
11
c. Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan
air.
d. Perpindahan cairan intestinal ke plasma.
2.8 Tindakan untuk mengatasi masalah atau gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit
Penambahan cairan melalui infus
Intervensi Rasional
1. Ukur dan catat setiap 4 jam 1. Menentukan kehilangan dan
a. Intake dan output cairan kebutuhan cairan
b. Warna muntahan, urine dan
feses
c. Monitor turgor kulit
d. Observasi TTV
e. Monitor IV infus
f. Elektrolit, BUN, hematokrit dan
hemoglobin
g. Status mental
h. Berat badan
2. Berikan makanan dan cairan 2. Memenuhi kebutuhan makan dan
minum
3. Berikan pengobatan seperti anti 3. Menurunkan pergerakan usus dan
12
Intervensi Rasional
diare dan anti muntah muntah
4. Berikan support verbal dalam 4. Meningkatkan konsumsi yang
pemberian cairan lebih
5. Lakukan kebersihan mulut sebelum 5. Meningkatkan nafsu makan
makan
6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam 6. Meningkatkan sirkulasi
7. Berikan pendidikan kesehatan 7. Meningkatkan informasi dan
tentang : kerjasama
a. Tanda dan gejala muntah
b. Intake dan output cairan
c. Terapi
B. Elektrolit
3.1 Komposisi Elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut:
Natrium : 135-145 m Eq/L
Kalium : 3,5-5,3 m Eq/L
Klorida : 100-106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22-26 m Eq/L
Bikarboonat vena : 24-30 m Eq/L
Kalsium : 4-5 M Eq/L
Magnesium : 1,5-2,5 m Eq/L
Fosfat : 2,5-4,5 mg/ 100 ml
3.2 Pengaturan Elektrolit
Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan
osmolaritas dan volume cairan tubuh.
Pengaturan keseimbangan kalium
Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Sistem pengaturannya
melalui tiga langkah, yaitu:
13
a. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.
b. Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium
yang dikeluarkan melalui ginjal.
c. Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan
eksrtasel menurun.
Pengaturan keseimbangan kalsium
Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik, dan
14
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak
dipergunakan.
Contohnya:
1. Cairan Ringer’s terdiri atas: Na+, K+, Cl-, dan Ca2+.
2. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, Ca2+, dan
HCO3-.
3. Cairan Buffer’s terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, dan HCO3-.
3.4 Gangguan/masalah kebutuhan elektrolit
Hiponatremia
15
Hipomagnesia
16
HCO3 Plasma pH Plasma PaCO2 Plasma Gangguan Asam Basa
Meningkat Menurun Meningkat Asidosis respiratorik
Menurun Menurun Menurun Asidosis metabolik
Menurun Meningkat Menurun Alkolis respirstorik
Meningkat Meningkat Meningkat Alkolisis metabolik
17