Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR GEA


1.1 PENGERTIAN
GEA adalah defekasi cair lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa
darah atau lendir dalam tinja. GEA adalah diare yang terjadi secara mendadak
dan berlangsung kurang dari tujuh hari pada bayi dan anak yang sebelumnya
sehat.
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali
perhari, disertai perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir
dan darah yang berlangsung kurang dari 2 minggu. (Subagyo B dan Nurtjahjo
BS, 2010)

1.2 KLASIFIKASI
a. Diare akut
 Adalah frekuensi buang air besar lebih dari 4 x untuk bayi dan lebih dari
3 x pada anak dengan konsistensi cair terjadi dalam waktu 1 – 7 hari.
 Diare akut adalah kumpulan gejala diare berupa defekasi dengan tinja
cair atau lunak dengan atau tanpa darah atau lendir dengan frekuensi 3
kali atau lebih per hari dan berlangsung kurang dari 14 hari dan
frekuensi kurang dari 4 kali per hari
 Diare infeksi terjadi disebabkan oleh makanan dan air yang
terkontaminasi masuk melalui fecal-oral. Diare akut dapat disebabkan
oleh infeksi bakteri seperti Escherichia Coli, Shigella Sp, Vibrio
Cholera
(Netty Febriyanti Sugiarto, FMIPA UI, 2008)

b. Diare kronis
Diare yang terjadi lebih dari 14 hari.
Diare kronik adalah diare yang berlanjut 2 minggu atau lebih dengan
kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah selama masa diare
tersebut.
(Suraatmaja, 2007).

1
1.3 ETIOLOGI
Faktor infeksi :
a. Infeksi virus seperti retavirus, adenovirus.
b. Infeksi bakteri seperti salmonela, shigela, E. Coli,
c. Infeksi parasit seperti cacing, protozoa, jamur
Faktor malabsorpsi :
a. Malabsorpsi karbohidrat
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
Pada keadaan umum tubuh kekurangan protein sangat mudah mendapat
infeksi karena daya tahan tubuhnya rendah sehingga terjadi adanya atrifi villi
usus yang menyebabkan penyerapannya terganggu sehingga dapat
menyebabkan diare.
(World Gastroenterology Organization global guidelines 2005)

1.4 PATOFISIOLOGI
a. Meningkatnya mobilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal
merupakan akibat dari gangguan absorpsi dan ekskresi cairan dan elektrolit
yang berlebihan.
b. Cairan sodium, potasium, dan berkarbonat berpindah dan rongga ekstra
seluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan,
elektrolit dan dapat terjadi asidosis metabolik.
(Simadibrata, 2006).
Diare yang terjadi merupakan proses dari :
a. Transport aktif akibat rangsangan toksin bakteri terhadap elektrolit ke dalam
usus halus, sel dalam mukosa intestinal, perubahan mengalami iritasi dan
meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit, mikroorganisme yang masuk akan
merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan
intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorpsi cairan
dan elektrolit.
b. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorpsi
cairan dan elektrolit dan bahan makanan ini terjadi pada sindrom malabsorpsi.
(Simadibrata, 2006).

2
1.5 TANDA DAN GEJALA UMUM
a. Awal mula pasien cengeng, gelisah, suhu badan meningkat, nafsu makan
berkurang, atau tidak ada kemungkinan timbul diare.
b. Sering buang air besar dengan konsitensi tinja cair/ encer.
c. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi : turgor kulit jelek (elestisitas kulit
menurun) ubun-ubun dan mata cekung, membran mukosa kering.
d. Demam
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia
g. Lemah
h. Pucat
i. Perubahan tanda-tanda vital : nadi dan pernafasan cepat.
j. Menurun atau tidak pengeluaran urin.

1.6 PENATALAKSANAAN
a)

 Pemberian cairan dan elektrolit : oral (seperti : perialyte atau oralit)/ terapi
parental
 Pada bayi pemberian ASI diteruskan jika penyebab bukan ASI.
 Penanganan fokus pada penyebab.
b) Menurut Kemenkes RI (2011)
prinsip tatalaksana diare pada balita adalah LINTAS DIARE (Lima
Langkah Tuntaskan Diare), yang didukung oleh Ikatan Dokter Anak
Indonesia dengan rekomendasi WHO. Rehidrasi bukan satu-satunya cara
untuk mengatasi diare tetapi memperbaiki kondisi usus serta
mempercepat penyembuhan/menghentikan diare dan mencegah anak
kekurangan gizi akibat diare juga menjadi cara untuk mengobati diare.
Adapun program LINTAS DIARE yaitu:

1. Rehidrasi menggunakan Oralit osmolalitas rendah

2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut

3. Teruskan pemberian ASI dan Makanan

4. Antibiotik Selektif

3
5. Nasihat kepada orang tua/pengasuh
Uraian berikut
1. Berikan Oralit
Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah
tangga dengan memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia
berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit
saat ini yang beredar di pasaran sudah oralit yang baru dengan osmolaritas
yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit
merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan
yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
a) Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
- Keadaan Umum : baik
- Mata : Normal
- Rasa haus : Normal, minum biasa
- Turgor kulit : kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
Umur < 1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret
Umur 1 – 4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
Umur diatas 5 Tahun : 1 – 1½ gelas setiap kali anak mencret
b) Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum : Gelisah, rewel
Mata : Cekung
Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
Turgor kulit : Kembali lambat
Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
c) Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar

4
Mata : Cekung
Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk di
infus.

2. Berikan obat Zinc


Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc
dapat menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana
ekskresi enzim ini meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi
epitel usus. Zinc juga berperan dalam epitelisasi dinding usus yang
mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama kejadian diare.
Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat
keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume
tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan
berikutnya.(Black, 2003). Penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Zinc
mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan menurut hasil
pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna sebesar
67 % (Hidayat 1998 dan Soenarto 2007). Berdasarkan bukti ini semua anak
diare harus diberi Zinc segera saat anak mengalami diare.
Dosis pemberian Zinc pada balita:
- Umur < 6 bulan : ½ tablet ( 10 Mg ) per hari selama 10 hari
- Umur > 6 bulan : 1 tablet ( 20 mg) per hari selama 10 hari.
Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.
Cara pemberian tablet zinc :
Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut
berikan pada anak diare.
3. Pemberian ASI / Makanan :
Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering di
beri ASI. Anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari

5
biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatkan
makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna dan diberikan
sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti, pemberian
makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.
4. Pemberian Antibiotika hanya atas indikasi
Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian
diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat
pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek
kolera.
Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang
menderita diare karena terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak di
anjurkan kecuali muntah berat. Obat-obatan ini tidak mencegah dehidrasi
ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan sebagian besar menimbulkan
efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat anti protozoa
digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).
5. Pemberian Nasehat
Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang :
1. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
2. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila :
Diare lebih sering
Muntah berulang
Sangat haus
Makan/minum sedikit
Timbul demam
Tinja berdarah
Tidak membaik dalam 3 hari.
(BULETIN JENDELA DATA DAN INFORMASI KESEHATAN, Volume 2,
TRIWULAN 2, 2011)

1.7 PENCEGAHAN
Menurut Wahyudi (2009) ada beberapa cara untuk pencegahan penyakit
diare, diantaranya :

6
a) Pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif sampai umur 6 bulan.
Pemberian ASI mempunyai banyak keuntungan bagi bayi atau ibunya. Bayi
yang mendapat ASI lebih sedikit dan lebih ringan episode diarenya dan lebih
rendah risiko kematiannya jika dibanding bayi yang tidak mendapat ASI.
Dalam 6 bulan pertama kehidupan risiko mendapat diare yang dibutuhkan
perawatan di rumah sakit dapat mencapai 30 kali lebih besar pada bayi yang
tidak disusui daripada bayi yang mendapat ASI penuh. Hal ini disebabkan
karena ASI tidak membutuhkan botol, dot, dan air yang mudah
terkontaminasi dengan bakteri yang mungkin menyebabkan diare. ASI juga
mengandung antibodi yang melindungi bayi terhadap infeksi terutama diare,
yang tidak terdapat pada susu sapi dan formula. Saat usia bayi mencapai 6
bulan, bayi harus menerima buah-buahan dan makanan lain untuk memenuhi
kebutuhan gizi yang meningkat, tetapi ASI harus tetap terus diberikan paling
tidak sampai umur 24 bulan.

b. Hindarkan penggunaan susu botol


Seringkali para ibu membuat susu yang tidak langsung habis sekali minum,
sehingga memungkinkan tumbuhnya bakteri. Dot yang jatuh langsung
diberikan bayi tanpa dicuci. Botol juga harus dicuci dan direbus untuk
mencegah pertumbuhan kuman.
c. Penyimpangan dan penyiapan makanan pendamping ASI dengan baik, untuk
mengurangi paparan dan perkembangan bakteri.

1.8 FAKTOR RESIKO


Cara penularan diare pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu (Subagyo B,
Nurtjahjo BS, 2010) :
 Melalu makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri enteropatogen
 Kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang telah
tercemar tinja penderita
 Tidak langsung malalui penderita

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain


(Subagyo B, Nurtjahjo BS, 2010) :

7
 Tidak member ikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama kehidupan bayi
 Tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan lingkungan (MCK) dan pribadi yang buruk
 Penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis

d. Penggunaan air bersih untuk minum.


Pasokan air yang cukup, bisa membantu membiasakan hidup bersih seperti cuci
tangan, mencuci peralatan makan, membersihkan WC dan kamar mandi.
e. Mencuci tangan (sesudah buang air besar dan membuang tinja bayi, sebelum
menyiapkan makanan atau makan).

f. Membuang tinja, termasuk tinja bayi secara benar.


Tinja merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Keadaan ini terjadi baik pada yang
diare maupun yang terinfeksi tanpa gejala. Oleh karena itu pembuangan tinja anak
merupakan aspek penting pencegahan diare.

8
II. Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
A. CAIRAN
2.1 Definisi Cairan

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamika karena


metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap
stresor dan lingkungan. (A. Aziz Alimul Hidayat, 2006; 42)
2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit

a. Faktor usia
adalah variasi berkaitan dengan luar permukaan tubuh dan metabolisme
yang diperlukan dari berat badan.
b. Faktor temperatur lingkungan
adalah panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat, seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15 – 30 gr/hari.
c. Faktor diet
adalah pada tubuh kekurangan nutrisi tubuh akan memecah energi
prosesnya akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersial ke inter
seluler.
d. Faktor stres
adalah dalam menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otot sehingga terjadi refrensi sodium dan air.
e. Faktor sakit
adalah keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan
jantung gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2006; 43)
2.3 Pergerakan Cairan Tubuh

1. Difusi
adalah proses dimana partikel yang terdapat cairan bergerak dari
konsistensi tinggi ke konsistensi rendah sampai terjadi keseimbangan.
2. Osmosis
adalah bergeraknya pelarut bersih seperti air melalui membran semi
permiable dari larutan yang berkonsentrasi rendah.
3. Transport aktif

9
adalah bahan bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya
daya aktif dari tubuh seperti pompa jantung.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2006; 43)
2.4 Pengaturan keseimbangan cairan

1. Mekanisme rasa dahaga


- Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan cermin pada
akhirnya menimbulkan produksi anglostensin II yang dapat
merangsang hipotalamus untuk melepaskan subtrat neuras yang
bertanggung jawab terhadap sensasi haus.
- Osmo reseptor hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan
osmotik dan mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengaktifkan
rasa haus.
2. ADH (Anti Deuritik Hormon)
ADH dibentuk hipotalamus dan disimpan dalam neuro hipofisis dari
hipofisis posterior. Hormon ini meningkatkan reabsorbsi air pada ductus
kougentes dengan demikian dapat menghemofit air.
3. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus
ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium.
(A. Aziz Alimul Hidayat, 2006; 43)
4. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak yang terdapat dalam banyak jaringan
dan berfungsi dalam merespon radang, pengendalian tekanan darah,
kontraksi uterus dan mobilitas gastrointestinal.

10
5. Glukortikoid
Meningkatkan reabsorpsi natrium dan air sehingga volume darah naik
dan terjadi retensi natrium.
(Wartonah, 2003; 45)
2.5 Tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan elektrolit

Kriteria jaringan untuk menentukan adanya cairan diantaranya


- Keringnya kulit dan selaput lendir.
- Mukosa mulut dan bibir tertutup suatu lapisan keputih-putihan dan
pecah.
- Getah lendir yang dikeluarkan jadi banyak
- Jaringan yang kekurangan cairan akan menimbulkan suatu ciri khas pada
mata seperti tenggelam karena bantalan lemak.
- Turgor kulit menurun karena sel-sel jaringan kehamilan elastisnya.
(Tarwoto, Wartonah, 2003; 37)
2.6 Langkah-langkah untuk membantu mengoreksi ketidakseimbangan cairan

1. Melalui mulut
Kekurangan elektrolit dapat dikoreksi dengan jalan menambah zat-zat
yang seperti pisang, ikan (kalium, natrium, garam).
2. Melalui intravena
Dengan menanggulangi gangguan-gangguan cairan yang dimasukkan ke
dalam tubuh melalui injeksi intravena.
2.7 Masalah keseimbangan cairan

1. Hipovolemik
Suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstra seluler (CES) dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal,
perdarahan sehingga menimbulkan syok hipovolemik.
2. Hipervolemi
Penambahan atau kelebihan volume cairan ekstra seluler (CES) dapat
terjadi pada saat :
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menambah natrium dan air.
b. Kelebihan pemberian cairan.

11
c. Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan
air.
d. Perpindahan cairan intestinal ke plasma.
2.8 Tindakan untuk mengatasi masalah atau gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit
 Penambahan cairan melalui infus

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan


cara memasukkan cairan melalui intra vena dengan bantuan perangkat
infus dengan tujuan pemenuhan keutuhan cairan dan elektrolit serta
sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makanan.
 Transfusi darah

Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang


membutuhkan darah dengan cara memasukkan darah melalui vena
dengan menggukan sepasang alat transfusi tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan darah dan memperbaiki fungsi jaringan. (Tarwono
Wartonah, 2003; 33)
2.9 Intervensi dan rasional

Intervensi Rasional
1. Ukur dan catat setiap 4 jam 1. Menentukan kehilangan dan
a. Intake dan output cairan kebutuhan cairan
b. Warna muntahan, urine dan
feses
c. Monitor turgor kulit
d. Observasi TTV
e. Monitor IV infus
f. Elektrolit, BUN, hematokrit dan
hemoglobin
g. Status mental
h. Berat badan
2. Berikan makanan dan cairan 2. Memenuhi kebutuhan makan dan
minum
3. Berikan pengobatan seperti anti 3. Menurunkan pergerakan usus dan

12
Intervensi Rasional
diare dan anti muntah muntah
4. Berikan support verbal dalam 4. Meningkatkan konsumsi yang
pemberian cairan lebih
5. Lakukan kebersihan mulut sebelum 5. Meningkatkan nafsu makan
makan
6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam 6. Meningkatkan sirkulasi
7. Berikan pendidikan kesehatan 7. Meningkatkan informasi dan
tentang : kerjasama
a. Tanda dan gejala muntah
b. Intake dan output cairan
c. Terapi

B. Elektrolit
3.1 Komposisi Elektrolit
Komposisi elektrolit dalam plasma sebagai berikut:
Natrium : 135-145 m Eq/L
Kalium : 3,5-5,3 m Eq/L
Klorida : 100-106 m Eq/L
Bikarbonat arteri : 22-26 m Eq/L
Bikarboonat vena : 24-30 m Eq/L
Kalsium : 4-5 M Eq/L
Magnesium : 1,5-2,5 m Eq/L
Fosfat : 2,5-4,5 mg/ 100 ml
3.2 Pengaturan Elektrolit
 Pengaturan keseimbangan natrium
Natrium merupakan kation dalam tubuh yang berfungsi dalam pengaturan
osmolaritas dan volume cairan tubuh.
 Pengaturan keseimbangan kalium

Kalium merupakan kation utama yang terdapat dalam cairan intrasel dan
berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit. Sistem pengaturannya
melalui tiga langkah, yaitu:

13
a. Peningkatan konsentrasi kalium dalam cairan ekstrasel yang
menyebabkan peningkatan produksi aldosteron.
b. Peningkatan jumlah aldosteron akan mempengaruhi jumlah kalium
yang dikeluarkan melalui ginjal.
c. Peningkatan pengeluaran kalium; konsentrasi kalium dalam cairan
eksrtasel menurun.
 Pengaturan keseimbangan kalsium

Kalsium dalam tubuh berfungsi dalam pembentukan tulang, penghantar


impuls kontraksi otot, koagulasi darah (pembekuan darah), dan membantu
beberapa enzim pankreas.
 Pengaturan keseimbangan magnesium

Magnesium dalam tubuh dipengaruhi oleh konsentrasi kalsium.


Hipomagnesemia terjadi bila konsentrasi serum turun kurang dari 1,5
mEq/L. Sedangkan hipermagnesemia terjadi bila kadar magnesiumnya
lebih dari 2,5 mEq/L.
 Pengaturan keseimbangan klorida

Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel, fungsi klorida


biasanya biasanya bersatu dengan natrium yaitu mempertahankan
keseimbangan tekanan osmotic dalam darah.
 Pengaturan keseimbangan bikarbonat

Bikarbonat merupakan elektrolit utama dalam larutan buffer (penyangga)


dalam tubuh.
 Pengaturan keseimbangan fosfat (PO4)

Fosfat bersama-sama dengan kalsium berfungsi dalam pembentukan


gigi dan tulang. Fosfat diserap dari saluran pencernaan dan dikelurkan
melalui urin.

3.3 Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat
bertegangan tetap. Cairan saline terdiri atas cairan isotonic, hipotonik, dan

14
hipertonik. Konsentrasi isotonic disebut juga normal saline yang banyak
dipergunakan.
Contohnya:
1. Cairan Ringer’s terdiri atas: Na+, K+, Cl-, dan Ca2+.
2. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, Ca2+, dan
HCO3-.
3. Cairan Buffer’s terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl-, dan HCO3-.
3.4 Gangguan/masalah kebutuhan elektrolit
 Hiponatremia

Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah


yang dintadai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135
mEq/L.
 Hipernatremia

Hipernatremia merupakan suatu keadaan di mana kadar natrium dalam


plasma tinggi yang dindai dengan adanya mukosa kering, oliguria/anuria,
turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit kemerahan,
lidah kering dan kemerahan, konvulsi suhu badan naik,serta kadar natrium
dalam plasma lebih dari 145 mEq/L. Kondisi demikian dapat disebabkan
oleh dehidrasi, diare, dan asupan air yang berlebihan sedangkan asupan
garamnya sedikit.
 Hipokalemia

Hipokalemia suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah.


 Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan suatu keadaan dimana kadar kalium dalam darah


tinggi.
 Hipokalsemia

Hipokalsemia merupakan kekurangan kadar kalsium dalam plasma darah.


 Hiperkalsemia

Hiperkalsemia merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium dalam


darah.

15
 Hipomagnesia

Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah.


 Hipermagnesia

Hipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam


darah.
3.5 Gangguan/Masalah Keseimbangan Asam Basa
 Asidosis respiratorik

Asidosis respiratorik merupakansuatu keadaan yang disebabkan oleh


karena kegagalan sistem pernafasan dalam membuang karbondioksida dari
cairan tubuh. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
pernafasan, peningkatan PCO2 arteri diatas 45 mmHg, dan penurunan pada
pH yakni kurang dari 7,35. Keadaan ini dapat disebabkan oleh adanya
penyakit obstruksi, terutama kepala, perdarahan, dan lain-lain.
 Asidosis metabolik

Asidosis metabolik merupakan suatu keadaan kehilangan basa atau terjadi


penumpukan asam. Keadaan ini ditandai dengan adanya penurunan pH
kurang dari 7,35 dan HCO3 kurang dari 22 mEq/L.
 Alkolis respiratorik
Alkolosis respiratorik suatu keadaan kehilangan CO2 dari paru-paru yangb
dapat menimbulkan terjadinya paCO2 arteri kurang dari 35 mmHg, pH
lebih dari 7,45. Keadaan ini dapat disebabkan oleh karena adanya
hiperventilasi, kecemasan, emboli paru-paru, dan lain-lain.
 Alkolisis metabolik

Akalosis metabolik suatu keadaan kehilangan ion hidrogen atau


penambahan basa pada cairan tubuh dengan adanya peningkatan
bikarbonat plsama lebih dari 26 mEq/L dan pH arteri lebih dari 7,45, atau
secara umum keadaan asam basa dapat dilihat sebagaimana tabel berikut.

16
HCO3 Plasma pH Plasma PaCO2 Plasma Gangguan Asam Basa
Meningkat Menurun Meningkat Asidosis respiratorik
Menurun Menurun Menurun Asidosis metabolik
Menurun Meningkat Menurun Alkolis respirstorik
Meningkat Meningkat Meningkat Alkolisis metabolik

Table keseimbangan asam basa di dalam tubuh

17

Anda mungkin juga menyukai